Oleh :
Nama : Saufa Asvia
NIM : 1710712320014
Kelompok : 10 (Sepuluh)
Asisten : Nurul Hidayah
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan Nutrisi Ikan yang berjudul Koleksi Bahan Pakan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah Nutrisi Ikan dan para asisten praktikum yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dalam pembuatan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu praktikan meminta maaf atas kekurangan dari laporan
ini. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.2....................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 7
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 7
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 7
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 9
4.1. Hasil........................................................................................... 9
4.2. Pembahasan............................................................................... 12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 15
5.1. Kesimpulan................................................................................ 15
5.2. Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat yang Digunakan................................................................... 7
3. 2. Bahan yang Digunakan.......................................................... 7
4. 1. Bahan Pakan Nabati..................................................................... 9
4. 2. Bahan Pakan Hewani................................................................... 11
4. 3. Rendemen Bahan Nabati.............................................................. 12
4. 4. Rendemen Bahan Hewani............................................................ 12
BAB 1. PENDAHULUAN
Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Zat yang
terpenting dalam pakan adalah protein. Protein merupakan senyawa kimia yang
tersusun dari asam–asam amino. Kebutuhan protein tiap ternak berbeda-beda
menurut jenis kelamin, umur dan bobot badan namun perbandingan asam amino
esensial ternak adalah sama (Samadi, 2012).
Pakan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber energi untuk
pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga
dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna dan
rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya yaitu sebagai pengobatan, reproduksi,
dan perbaikan metabolisme lemak. Pertumbuhan merupakan parameter yang
mempunyai nilai ekonomi yang cukup penting dalam budidaya ikan. Parameter
pertumbuhan yang biasa diukur adalah berat dan panjang badan ikan (Sutisna dan
Ratno, 2010).
Usaha budidaya ikan yang telah berkembang ke arah budidaya intensif,
menuntut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan
berkesinambungan. Masalah pengadaan pakan perlu ditangani dengan sungguh-
sungguh. Pengadaan pakannya tidak seimbang dengan usaha intensifikasi yang
semakin meningkat, hasilnya akan tidak memuaskan. Pembuatan pakan dengan
memformulasikan / meramu berbagai macam bahan, akan memudahkan
pengaturan nilai gizi yang terdapat di dalam pakan (Rukmini, 2012).
Kegiatan memformulasikan dan membuat pakan diperlukan pemilihan
bahan baku yang tepat kualitas, tepat harga, dan jumlah serta memiliki kontinuitas
pasokan perlu dipertimbangkan dengan cermat (Tacon, 1997 dalam Suprayudi et
al., 2011). Selama ini pakan ikan umumnya masih bertumpu pada tepung ikan,
hasil sampingan dari kegiatan peternakan, tepung daging dan tulang sebagai
sumber protein utama. Penurunan produksi tepung ikan dan meningkatnya
permintaan tepung ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga tepung ikan
secara signifikan. Oleh karena itu perlu dicari bahan pakan alternatif untuk
menggantikan atau mengurangi penggunaan tepung ikan. Kriteria yang harus
dipenuhi bahan pakan alternatif tersebut adalah memiliki nutrien yang dibutuhkan
ikan dalam jumlah yang cukup, lebih murah, bahan baku tersedia dalam jumlah
besar, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia dan terjamin kontinuitasnya
(Suprayudi et al., 2011).
Keuntungan pakan buatan yang dapat diperoleh dari penggunaan pakan
buatan diantaranya bahan baku pakan dapat berupa limbah industri pertanian,
perikanan, peternakan, dan makanan yang bernilai ekonomi rendah, tetapi masih
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Pakan buatan juga dapat disimpan
dalam waktu relatif lama, tanpa terjadi perubahan kualitas yang drastis. Dengan
demikian kebutuhan pakan dapat terpenuhi setiap saat. Selain itu pakan buatan
juga dapat mengubah warna dan rasa, contohnya pada ikan. Penambahan lemak
pada jumlah tertentu menjadikan daging ikan bertambah gurih (Millamena, 2012).
Salah satu upaya untuk meningkatkan nutrisi dalam pakan buatan adalah
dengan menggunakan probiotik. Bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki
mekanisme untuk menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan makanan
seperti amilase, protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan
membantu menghidrolisis nutrient pakan (molekuk kompleks), seperti memecah
karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana akan
mempermudah proses pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan
(Putra, 2010).
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan yang
mengambang di permukaan air (gulma), memiliki daun yang tebal dan
“gelembung” yang membuatnya mengapung (Wijaya et al., 2016). Eceng gondok
adalah tanaman yang hidup bebas di permukaan air, dapat berkembang dengan
cepat dan dapat tumbuh sepanjang tahun. Eceng gondok memiliki tinggi 0,4 – 0,8
m, batang yang terbuka dengan diameter 1 – 2,5 cm. Panjang batang mencapai 30
cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris tengah mencapai 1,5 m dengan bentuk
lentur agak bulat, berwarna hijau terang dan berkilau jika berada di bawah sinar
matahari. Kelopak dari bunganya berwarna ungu muda. Setiap bunga memiliki
kepala putik yang dapat menghasilkan 500 bakal biji setiap tangkai
(Rahmaningsih, 2009).
Eceng gondok termasuk mikrophyta akuatik yang mampu menyerap
senyawa-senyawa kimia dalam perairan. Eceng gondok mampu berkembang biak
secara generatif (seksual) dan vegetatif (aseksual). Tumbuhan eceng gondok
terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar rambut, ujung
akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif
(Rahmaningsih, 2006).
Klasifikasi eceng gondok (Eichornia crassipes) menurut (Steenis, 1987)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnaliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Butomaceae
Genus : Eichornia
Spesies : Eichornia crassipes
Tanaman eceng gondok memberikan manfaat bagi manusia, terutama
bila kepentingan manusia terhadap tumbuhan tersebut bersifat subyektif. Ekstrak
metanol eceng gondok menunjukkan bahwa tanaman eceng gondok memiliki
kandungan metabolit sekunder sebagian besar menjadi alkaloid, komponen fenol,
dan terpenoid (Shanab et al., 2010). Eceng gondok juga mengandung senyawa
flavonoid (luteolin, apigenin, tricin, chrysoeriol, kaempferol, azaeleatin,
gossypetin, dan orientin), asam amino (metionin, valine, asam teonin glutamate,
tryptofan, tyrosin, leusin, dan lysine), fosfor, protein, komponen organik, dan
sianida (Nyananyo et al., 2007).
Tanaman eceng gondok diduga memiliki potensi sebagai antioksidan.
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses
oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi
zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan
alami dapat ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu.
Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid. Senyawa bioaktif ini dapat
diperoleh dengan metode ekstraksi dengan berbagai pelarut (Wijaya et al., 2016).
Tanaman eceng gondok mengandung bahan organik sebesar 36.59%,
karbon (C) 21.23%, total nitrogen 0.28%, total fospor 0.0011%, total kalium
0.016%, rasio C/N 75.8% dan serat kasar sebesar 20.6% (Ratri et al., 2007).
Kusrinah et al., (2016) juga melaporkan bahwa eceng gondok kering mengandung
bahan organik sebesar 75.8%; total nitrogen 1.5%, kadar abu 24.2%, total fosfor
7.0%s, potasium 28.7%, sodium 1.8%, kalsium 12.8%, dan klorida 21.0%
(Nainggolan et al., 2018).
Tepung ikan rucah adalah ikan atau bagian – bagian ikan yang
minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian digiling. Kegunaan utama
tepung ikan adalah sebagai bahan campuran pada makanan ikan (Afrianto dan
Liviawaty, 2010). Kandungan pada tepung ikan rucah yaitu protein (26-28%),
lemak kasar (1,49%), karbohidrat (1,76%), abu (4,82%), serat (4,10%) serta
kandungan air (59,57%) (Asyari dan Muflikhah, 2005).
Tepung ikan yang bermutu baik harus bebas dari kontaminasi serangga,
jamur dan mikroorganisme patogen. Tepung ikan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan terutama ternak ayam dan babi selain itu juga sebagai komponen
makanan ikan. Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut : butiran – butirannya harus seragam bebas dari sisa – sisa tulang,
mata ikan dan benda asing, warna halus bersih, seragam, serta bau khas ikan amis
(Afrianto dan Liviawaty, 2010).
Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk.
Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat
bahan baku (Yuniarifin et al., 2006). Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan
perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat
biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100% (Sani et al., 2014). Nilai rendemen
juga berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung pada
Eichorrnia crassipes. Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung
dalam tubuh hewan maupun tumbuhan. Senyawa ini memiliki berbagai manfaat
bagi kehidupan manusia, diantaranya dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan,
antibakteri, antiinflamasi, dan antikanker (Prabowo et al., 2014)
b
% Rendemen = a x 100%
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum koleksi bahan pakan ini adalah sebagai
berikut :
Muhammad Ihsan
4. Kayapu
Rieffani
Ahmad
5. Daun Bandotan Hidayatullah
Farisie
No
Bahan Gambar Keterangan
.
1. Ikan Rucah Kelompok 10
1000
% Rendemen Tepung Daun Eceng Gondok = x 100 %
6000
= 16,66 %
4.2. Pembahasan
Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya ikan terutama
dalam energi ikan dalam melakukan aktifitas, berkembang, reproduksi serta
seluruh aktivitas biokimia tubuh. Di alam ikan dapat memenuhi kebutuhan
makanannya dengan pakan yang tersedia di alam. Pakan yang berasal dari alam
selalu sesuai dengan selera ikan tetapi di lingkungan budidaya ikan tidak bisa
memilih ikan tergantung kepada pakan buatan. Pakan buatan adalah pakan yang
dibuat dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan
memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi
pakan tersebut dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan
(Samadi, 2012)
Persiapan bahan baku merupakan langkah awal dalam membuat pakan.
Semua bahan baku yang dipakai dalam praktikum ini bukan merupakan makanan
pokok manusia, sehingga ketersediaannya cukup baik untuk jangka panjang.
Penggunaan bahan baku limbah untuk pembuatan pakan disebabkan nutrien bahan
baku yang tinggi protein dan lemak agar mampu berkonsentrasi pada
pertumbuhan ikan. Pertimbangan lain dalam memilih bahan baku tersebut
dikarenakan adanya bahan alternatif yang memiliki faktor harga relatif murah dan
mudah didapat bahkan dapat diperoleh dengan cuma – cuma. Hal ini sejalan
dengan Handajani dan Widodo (2010) pada umumnya bahan pakan alternatif
untuk ikan berasal dari berbagai limbah yang kandungan nutrisinya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan. Dalam pemilihan bahan pakan sebaiknya
dipertimbangkan sesuai dengan ketentuan bahan pakan yaitu mudah didapat,
harganya murah, kandungan nutrisi tinggi dan tidak bersaing dengan manusia.
Pada praktikum koleksi bahan pakan terdapat dua bahan pakan yaitu
bahan nabati dan bahan hewani. Bahan pakan nabati yang praktikan kumpulkan
adalah daun singkong (Manihot esculenta), daun eceng gondok (Eichornia
crassipes), kulit rambutan (Nephelium lappaceum), kayapu (Pistia stratiotes),
daun bandotan (Ageratum conyzoides L.), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
sedangkan bahan pakan hewani adalah ikan rucah.
Pakan dari pelet ikan komersial harganya relatif mahal sehingga perlu
dilakukan upaya pembuatan pelet dari bahan baku yang melimpah dan murah.
Menurut (Puji dkk, 2016) Pelet dari ikan rucah memiliki kandungan gizi yang
tinggi, terutama kandungan proteinnya sehingga sangat sesuai untuk bahan pakan
pada budidaya ikan lele. Hasil panen tambak umumnya dijual ke pasar, pengepul
atau pabrik, namun demikian harga ikan sering turun, bahkan tidak laku di pasar
ketika ukuran ikan terlalu kecil, menyebabkan banyaknya ikan yang terbuang
(limbah). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah ikan rucah
melalui pemanfaatan ikan rucah sebagai pelet atau pakan ikan. Pelet ikan tersebut
dapat digunakan sendiri oleh para petani tambak atau dijual di pasar.
Ikan rucah memiliki kandungan nutrisi yang baik dengan protein 29,70%,
lemak 18,83%, karbohidrat 1,94%, kadar air 8,97%, dan serat kasar 1,07%
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan hewan budidaya, salah satunya ikan
lele. Ikan rucah tersebut dapat diolah menjadi pakan buatan yang umumnya
disebut pelet. Pelet merupakan bentuk pakan buatan yang dibuat dari beberapa
bahan yang diolah dan dicetak menjadi bentuk batang atau bulat (Zaenuri dkk,
2014).
Tepung ikan rucah dengan berat basah 6000 gr, berat kering 1100 gr,
tepung kasar 100 gr dan tepung halus 1000 gr. Rendemen tepung ikan rucah
dihitung dari tepung halus dibagi berat basah ikan rucah dikali 100% hasilnya
adalah 16,66%.
Tepung kacang hijau dengan berat basah 6000 gr, berat kering 900 gr,
tepung kasar 150 gr dan tepung halus 750 gr. Rendemen tepung kacang hijau
dihitung dari tepung halus dibagi berat basah kacang hijau dikali 100% hasilnya
adalah 12,5%. Tepung eceng gondok dengan berat basah 6000 gr, berat kering
1000 gr, tepung kasar 26 gr dan tepung halus 974 gr. Rendemen tepung eceng
gondok dihitung dari tepung halus dibagi berat basah eceng gondok dikali 100%
hasilnya adalah 16,23%. Nilai rata – rata rendemen tepung nabati yang terdiri dari
tepung eceng gondok dan tepung kacang hijau adalah 14,365%. Rata – rata
rendemen tepung nabati diperoleh dari hasil penambahan rendemen tepung eceng
gondok dan rendemen tepung kacang hijau yang dibagi dengan jumlah berat basah
tepung bahan.
Menurut Nurhayati et al., (2009) bahwa nilai rendemen yang tinggi
menunjukkan banyaknya komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya dan
baik untuk dijadikan bahan pakan. Hal ini sejalan dengan Dewatisari et al., (2017)
semakin besar rendemen yang dihasilkan, maka semakin efisien perlakuan yang
diterapkan dengan tidak mengesampingkan sifat-sifat lain. Pada praktikum
koleksi bahan pakan ini diperoleh rendemen masing – masing tepung eceng
gondok 16,23%, tepung kacang hijau 12,5% dan tepung ikan rucah 16,66%.
Berdasarkan hasil presentase rendemen dapat disimpulkan tepung eceng gondok,
tepung kacang hijau dan tepung ikan rucah baik untuk dijadikan bahan pakan.
Bahan yang telah siap dapat disimpan dalam wadah yang kedap udara
agar tidak terkontaminasi udara dan bakteri dari luar yang menyebabkan
kerusakan bahan pembuat pakan. Bahan kemudian dapat digunakan untuk
kegiatan pembuatan pakan selanjutnya.
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2010. Pakan Ikan. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta.
Haryanto, 2012. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Khairuman. dan Amri, K. 2011. Teknologi Pakan Ikan. Yasa Guna : Jakarta.
Nainggolan, Ellyas Alga. Situmeang, Ricardo Chandra, dan Silitonga. Anju. 2018.
Fermentasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Menggunakan Effective
Microorganism 4 (EM-4). Prosiding Seminar Nasional Penelitian &
Pengabdian pada Masyarakat. Pangkalpinang, 2 Oktober 2018.
Nyananyo BL, Ekeke C, Mensah SI. 2005. The morphology and phytochemistry
of water hyacinth, Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. (Family
Ponterderiaceae). Journal of Creativity and Scientific Studies (JOCSS.) 1
(2 and 3): 20-30.
Putra, A.N. 2010. Kajian Probiotik, Prebiotik dan Simbiotik untuk Meningkatkan
Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tesis. Institut
Pertanian Bogor.
Rahmaningsih, S., Willis, S., dan Mulyana, A. 2012. Bakteri Patogen dari
Perairan dan Kawasan Tambak di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban.
Ekologia. 12 (1), 1-5.
Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Putra Darwati. Bandung.
Samadi, 2012. Konsep ideal protein (asam amino) fokus pada ternak ayam
pedaging. Jurnal Agripet. Vol. 12
Sani, R.N., Fithri C.N., Ria D.A., dan Jaya M.M. 2014. Analisis Rendemen dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Mikroalga Laut (Tetraselmis chuii).
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2):121-126.
Suprayudi, A., dkk. (2011). Suplementasi Crude Enzim Cairan Rumen Domba
pada Pakan Berbasis Sumber Protein Nabati dalam Memacu
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.
Sutisna, Dedy Haryadi., dan Ratno, 2010. Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit
Kanisius: Yogyakarta.
Steenis, Van C.G.G.J. 1987. Flora. Diterjemahkan oleh Moeso S., 307-308,
Pradnya Paramita: Jakarta.
LAMPIRAN
Penghalusan
Gambar 9. Tepung Kacang Hijau Gambar 10. Tepung Ikan Rucah
Gambar 11. Tepung Kulit Rambutan Gambar 12. Tepung Daun Singkong
Gambar 15. Eceng gondok halus Gambar 16. Eceng gondok kasar
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan Nutrisi Ikan yang berjudul “Penentuan Kadar Air” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah “Nutrisi Ikan” dan para asisten praktikum yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan memberikan bantuan serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu praktikan meminta maaf atas kekurangan dari laporan
ini. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.3.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.4....................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 5
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 6
4.1. Hasil........................................................................................... 6
4.2. Pembahasan............................................................................... 7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 9
5.1. Kesimpulan................................................................................ 9
5.2. Saran.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat yang digunakan.................................................................... 5
3. 2. Bahan yang digunakan........................................................... 5
4. 1. Penentuan Kadar Air.................................................................... 6
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan nilai kadar air suatu
bahan pakan.
4.1. Hasil
Hasil yang didapat pada praktikum penentuan kadar air adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Jumlah kandungan kadar air
Berat awal
(cawan dan
Berat akhir
No Nama bahan Selisih
setelah di Keterangan
. Sampel sebelum di (W3)
oven (W2)
oven) /
(W1)
Tepung Daun
1. 44,17 gram 43,79 gram 0,38 gram Rahma Wati
Singkong
Tepung Daun
2. Eceng 43,24 gram 42,80 gram 0,44 gram Saufa Asvia
Gondok
Tepung Kulit Tresia Ratna
3. 43,71 gram 43,23 gram 0,48 gram
Rambutan Indra Sari
Tepung Muhammad
4. 44,25 gram 43,95 gram 0,3 gram
Kayapu Ihsan Rieffani
Ahmad
Tepung Daun
5. 45,23 gram 44,93 gram 0,3 gram Hidayatullah
Bandotan
Farisie
Tepung Kelompok
6. 42,75 gram 42,45 gram 0,3 gram
Kacang Hijau Sepuluh
Tepung Ikan Kelompok
7. 45,45 gram 45,05 gram 0,4 gram
Rucah Sepuluh
4.2. Pembahasan
Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung dalam suatu bahan
termasuk bahan pangan. Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu
bahan yang dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) dan berat kering (dry
basis) kadar air ini adalah parameter penentu mutu suatu bahan. Air dalam bahan
pangan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan daya simpan. Selain itu juga
sebagai penentu dalam proses pengolahan dan pendistribusian agar ditangani
secara tepat. Penentuan kadar air dalam suatu bahan pangan dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya metode pengeringan atau pemanasan
(gravimetri), metode oven vakum, metode destilasi, metode kemis, metode fisis,
metode khusus dengan kromatografi, rapid mosture dilakukan dengan metode
Oven. Metode pengeringan untuk penentuan kadar air prinsipnya adalah
penguapan air atau menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air telah diuapkan (Handajani, 2010).
Prinsip penetapan kadar air dengan metode pemanasan biasa
(gravimetri) adalah menguapkan air yang terkandung dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Bahan tersebut dipanaskan sampai memiliki berat yang konstan. Berat
yang konstan menunjukkan bahwa kandungan air pada bahan telah menguap
seluruhnya dan hanya tersisa berat kering bahan itu sendiri.
Pada praktikum penentuan kadar air, bahan yang diukur kali ini adalah
tepung daun singkong (Manihot esculenta), tepung daun eceng gondok
(Eichornia crassipes), tepung kulit rambutan (Nephelium lappaceum), tepung
kayapu (Pistia stratiotes), tepung daun bandotan (Ageratum conyzoides L.),
tepung kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan tepung ikan rucah yang sudah
ditimbang sebanyak 2 gram. Sebelumnya cawan yang digunakan dioven terlebih
dahulu dengan ketinggian suhu 105°C dengan waktu selama 2 jam untuk
mendapatkan cawan yang steril, setelah itu cawan didinginkan di dalam desikator
selama 15 menit. Setalah didinginkan cawan di dalam desikator, cawan diangkat /
diambil menggunakan tangkrus dan dimasukan ke dalam timbangan neraca
analitik untuk mengetahui berapa berat cawan tanpa ada isi.
Cawan yang beratnya sudah ditimbang dimasukkan bahan pakan
sebanyak 2 gram kedalam cawan. Cawan yang sudah berisi bahan pakan nabati
dimasukkan lagi ke dalam oven dengan ketinggian suhu 105°C selama 2 jam.
Setelah itu dapat dikeluarkan dan cawan ditimbang kembali untuk kedua kalinya,
maka didapatkan hasil setelah dioven. Terdapat perbedaan berat dari bahan pakan
yang sebelum dioven dan sesudah di oven. Bahan pakan yang sudah dioven akan
mengalami penurunan berat, nilai inilah yang menjadi nilai kadar air dari bahan
pakan.
Tepung daun singkong (Manihot esculenta) dengan selisih 0,38 gram
dan kadar air 0,94%, tepung daun eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan
selisih 0,44 gram dan kada air 1,12%, tepung kulit rambutan (Nephelium
lappaceum) dengan selisih 0,48 gram dan kadar air 1,19%, tepung kayapu (Pistia
stratiotes) dengan selisih 0,3 gram dan kadar air 0,74%, tepung daun bandotan
(Ageratum conyzoides L.) dengan selisih 0,3 gram dan kadar air 0,72%, tepung
kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dengan selisih 0,3 gram dan kadar air
0,76%, serta tepung ikan rucah dengan selisih 0,4 gram dan kadar air 0,96%. Nilai
kadar air dari masing – masing bahan terlihat bervariasi, hal ini disebabkan oleh
ukuran dimensi / besar kecilnya partikel dari bahan pakan.
Menurut Sutrisno (2016) air merupakan salah satu indikator bagus dan
layak tidaknya suatu bahan pakan menjadi salah satu bahan dalam formulasi
pakan. Pengujian kadar air dengan metode penguapan selanjutnya dibandingkan
berat sebelum diuapkan dengan berat sesudah diuapkan. Standart kadar air 12 –
13%, ini misal gandum kadar air 13% itu artinya bahan kering gandum adalah
87%, semakin tinggi kadar bahan keringnya semakin bagus untuk menilai kualitas
nutrien bahan pakan, untuk disusun dalam satu formula komposisi pakan.
Tujuan penentuan kadar air ini juga meningkatkan daya simpan bahan
pakan. Semakin tinggi kadar air daya simpan bahan pakan semakin singkat,
karena mudah busuk dan mikroorganisme mudah tumbuh pada bahan tersebut.
Bahan pakan tepung daun eceng gondok memiliki kandungan air rendah yaitu
1,12% akan menghasilkan dan menunjang pakan agar dapat mengapung lebih
lama. Ikan yang cocok untuk pakan terapung adalah ikan yang biasa makan pada
permukaan air seperti ikan gurame (Osphronemus gouramy) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Sebaiknya dalam praktikum penentuan kadar air bahan pakan yang akan
diukur dapat ditimbang terlebih dahulu sebelum waktu praktikum sehingga tidak
menunda waktu praktikum yang sangat terbatas dan pengujian dapat berjalan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Daud, M. P. 2004. Rancang Bangun Alat Pengering Ikan Teri Kapasitas 12
kg/jam. Jurnal Teknik Simetrika. Vol.3 No. 3: 255 – 259
Deviani, V dan Basriati, Sri. 2015. Optimasi Kandungan Nutrisi Pakan Ikan
Buatan dengan Menggunakan Multi Objective (Goal) Programming
Model. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. Vol.12, No. 2: 255 – 261
Dajadi, Gunawan. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan
Proses Pengolahan Pakan. Jakarta : Direktorat Budidaya Non Ternak
Ruminansia Dirjen Peternakan.
Gunadi, B., Febrianti, R., dan Lamanto. 2010. Keragaan Kecernaan Pakan
Tenggelam dan Terapung untuk Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus) Dengan dan Tanpa Aerasi. Subang : Loka Riset Pemuliaan
dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar.
Huriawati, dkk. 2016. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah Untuk Pakan.
Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.
Jambi.
Hutapea, Paul. 2014. Penetapan Kadar Air (Metode Pengeringan atau Metode
Oven) dan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa Sawit Mentah
(Crude Oil Palm). Tugas Akhir. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara: Medan.
Mulia, dkk. 2017. Uji Fisik Bahan Pakan Ikan yang Menggunakan Binder
Tepung Gaplek. Jurnal Riset Sains dan Teknologi. Vol. 1 No.1.
Tesavrita dan Meity Martaleo. 2013. Perancangan Pabrik Pengolahan Biji Kopi
dan Analisis Kelayakannya. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.
LAMPIRAN
Gambar 1. Sebelum dioven Gambar 2. Peletakan Cawan
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.5.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.6....................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 6
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 6
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 6
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 8
4.1. Hasil........................................................................................... 8
4.2. Pembahasan............................................................................... 9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 11
5.1. Kesimpulan................................................................................ 11
5.2. Saran.......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat – Alat yang Digunakan........................................................ 6
3. 2. Bahan – Bahan yang Digunakan............................................ 6
4. 1. Hasil Fermentasi Bahan Nabati................................................... 8
4. 2. Hasil Fermentasi Bahan Hewani.................................................. 9
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alat dan bahan yang dipergunakan pada praktikum ini sebagai berikut :
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum permentasi tepung bahan hewani dan
nabati dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Fermentasi Bahan Pakan Nabati
Nama Bahan (gram) Persentase Gambar Keterangan
Bahan : Aquades Probiotik
(ml) (%)
Tekstur : Lembut
berserat
Bau : Kacang
Tepung hijau
Kacang 1 : 0,5 50 yang di
Hijau awetkan
Warna : Hijau
Kekuning
An
Tekstur : Gembur
Bau : Ampas the
Tepung basi
Eceng 1 : 1,9 50 Warna : Hitam
Gondok kecoklatan
Tekstur : Lembut
berserat
Tepung
Bau : Singkong
Daun 1 : 1,8 50
basi
Singkong
Warna : Hijau tua
Tekstur : Keras
Tepung berserat
Kulit Bau : Seperti
1 : 1,8 50
Rambuta kayu
n Warna : Coklat
Tekstur : Lembek
Tepung Bau : Daun
Daun 1 : 1,5 50 bandotan
Bandotan Warna : Hitam
Tekstur : Lembek
Bau : Kayapu
Tepung Warna : Hitam
1 : 1,5 50
Kayapu
4.3. Pembahasan
5.3. Kesimpulan
5.4. Saran
Yuliana, Neti. 2007. Profil Fermentasi “Rusip” yang dibuat dari Ikan Rucah.
Jurnal Agritech. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Lampung.
LAMPIRAN
Oleh :
Nama : Saufa Asvia
NIM : 1710712320014
Kelompok : 10 (Sepuluh)
Asisten : Khairun Nisa
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan
Nutrisi Ikan yang berjudul “Pembuatan Pakan Emulsi, Suspensi dan Roti
Kukus” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tujuan disusunnya laporan
ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ikan.
Laporan ini tentu bukan hasil kerja keras dari praktikan semata, melainkan
atas bantuan dari berbagai pihak. Praktikan mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Kepada dosen
pengampu mata kuliah “Nutrisi Ikan” Bapak Ir. H. Muhammad Adrian, M.Si, ibu
Dr.Noor Arida Fauzana, S.Pi, M,Si, dan ibu Dr. Hj. Indira Fitriliyani, S.Pi., M.Si
dan para asisten praktikum yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
memberikan bantuan.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan. oleh karena itu praktikan meminta maaf atas kekurangan dari laporan
ini. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.7.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.8....................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 5
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 5
3.3.1. Bentuk Larutan Emulsi...................................................... 5
3.3.2. Bentuk Larutan Suspensi................................................... 5
3.3.3. Bentuk Roti Kukus............................................................ 6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 7
4.1. Hasil........................................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................... 7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 10
5.1. Kesimpulan................................................................................ 10
5.2. Saran.......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat yang Digunakan................................................................... 5
3. 2. Bahan yang Digunakan.......................................................... 5
4. 1. Hasil Pembuatan Pakan Bentuk Emulsi....................................... 7
4. 2. Hasil Pembuatan Pakan Bentuk Suspensi.................................... 7
4. 3. Hasil Pembuatan Pakan Bentuk Roti Kukus................................ 7
BAB 1. PENDAHULUAN
Pakan ikan mempunyai kadar protein yang cukup tinggi sehingga apabila
penyimpanannya kurang baik akan mudah ditumbuhi bakteri maupun jamur dan
dapat menyebabkan ikan menjadi sakit. Ikan bawal memiliki laju pertumbuhan
yang baik pada kadar protein dan konsentrasi energi optimum yakni 24-50%.
Makanan yang ditelan dan dicerna oleh ikan akan diubah menjadi energi yang
digunakan bagi berbagai fungsi dalam kehidupan ikan untuk tumbuh dan
bereproduksi atau untuk mengganti sel-sel yang rusak pada suatu jaringan. Ikan
dikenal sebagai binatang yang bersifat poikiloterm atau suhu tubuhnya mengikuti
suhu lingkungan air tempat hunian ikan. Hal ini akan menentukan laju
metabolisme ikan dan oleh karena itu, kebutuhan nutrisi berkaitan dengan suhu
lingkungan. Molekul pakan yang besar dan kompleks harus dipecah menjadi
molekul yang lebih kecil dan sederhana agar dapat diabsorpsi dan selanjutnya
digunakan di dalam tubuh. Pemecahan molekul dilakukan dengan cara pencernaan
(Hanif et al., 2011).
Pakan memiliki peranan penting sebagai sumber energi untuk
pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Oleh sebab itu nutrisi
yang terkandung dalam pakan harus benar-benar terkontrol dan memenuhi
kebutuhan dari ikan tersebut. Pemberian pakan yang sesuai akan menghindarkan
ikan dari berbagai serangan penyakit, kususnya penyakit nutrisi. Penyakit nutrisi
ini biasanya menyerang ikan yang hanya diberi pakan sembarangan tanpa
memperhitungkan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan Penyakit nutrisi dapat
dihindari dengan pemberian kombinasi pakan alami dan pakan buatan dengan
komposisi yang lengkap. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kualitas pakan
yang diberikan. Pakan yang sudah busuk atau pakan buatan yang kadaluarsa
(tengik / berjamur) dapat menyebabkan ikan menjadi sakit (Lim, 2011).
Bentuk pakan bermacam-macam, umumnya yang sering digunakan
dalam budidaya antara lain: pakan berbentuk tepung, remah dan pelet. Bentuk
pakan ini biasanya disesuaikan dengan ukuran ikan. Jumlah pakan yang diberikan
setiap hari disesuaikan dengan berat ikan, sering disebut sebagai tingkat
pemberian pakan (TPP) atau feeding level. TPP untuk setiap jenis ikan dan
tingkatan ukuran ikan berbeda. Umumnya, ikan berukuran kecil membutuhkan
TPP dan frekuensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ukuran yang lebih besar. Berdasarkan rata-rata berat individu ikan, maka dapat
ditetapkan tingkat dan frekuensi pemberian pakan. Berdasarkan berat total dapat
ditetapkan jumlah pakan yang dibutuhkan dalam satu hari maupun satu kali
pemberian pakan. Untuk mengetahui respon ikan terhadap pakan yang diberikan
dilakukan evaluasi pemberian pakan atau sering disebut sebagai efisiensi
pemberian. Efisiensi adalah perbandingan antara pertambahan bobot ikan dengan
jumlah pakan yang diberikan, dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat
efisiensi, semakin baik tingkat efisiensi pakan (Gustiano dan Otong, 2010).
Penyimpanan pakan dapat dilakukan dalam 2 jenis, yaitu pakan basah
dan pakan kering. Pakan basah dapat berupa larutan dan roti kukus dimana
memerlukan ruangan dingin seperti lemari es baik freezer maupun refrigerator
sehingga dapat bertahan hingga 2-3 hari. Pakan kering dapat disimpan dalam
beberapa ukuran, untuk jumlah yang sedikit dapat menggunakan toples,
sedangkan jika jumlahnya agak banyak menggunakan drum plastik yang tertutup
atau disimpan dalam karung plastik (bagor). Tiga hal yang perlu diperhatikan
dalam proses penyimpanan, yakni serangga, organisme mikroskopis dan
perubahan deterioratif yang akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas , resiko
kesehatan dan ekonomis (Sutikno, 2011).
Pemberian pakan dari luar mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup
ikan budidaya. Pakan alternative yang bisa diberikan adalah emulsi kuning telur
sebab kuning telur mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan larva ikan
(Syarikin, 2018). Hal tersebut sesuai dengan Khaeruman dan Amri (2002)
menyebutkan pakan berbentuk cairan atau emulsi baik juga diberikan kepada ikan
dalam fase larva. Pakan yang berbentuk emulsi contohnya emulsi yang terbuat
dari kuning telur ayam. Sedangkan emulsi kuning telur yang diperkaya dengan
minyak jagung selain dapat menimbulkan bau yang enak pada pakan juga
meningkatkan kualitas pakan yang dapat mendukung pertumbuhan ikan yang
optimal (Djajasewaka dalam Syarikin 2018).
Pakan ikan bentuk roti kukus merupakan bentuk pakan ikan yang terbuat
dari adonan yang terdiri dari telur ayam / telur itik, tepung ikan, tepung terigu,
susu dan air yang dilengkapi vitamin. Roti kukus yang dingin ditaburi vitamin lalu
dibentuk menjadi gumpalan, pada campuran sambil diremas-remas sampai
merata. Sebelum digunakan, roti sebaiknya dibuat suspensi, yaitu dengan cara
melarutkannya dalam air, dengan dibantu kain saringan halus yang ukurannya
disesuaikan dengan ukuran buarayak yang diberi makan (Manurung dkk, 2013).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
4.1. Hasil
Hasil yang di dapat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pakan Bentuk Emulsi
Gambar Tekstur Bau Warna
Permukaan roti
halus tetapi
berpori, tekstur Ikan Asin Coklat
padat namun
lembek
4.4. Pembahasan
5.5. Kesimpulan
5.6. Saran
Sebaiknya pada saat prakikum berlangsung anggota kelompok praktikan
mau bekerja sama satu sama lain agar seluruh praktikan dalam kelompok
memahami cara pembuatan pakan emulsi, suspensi dan roti kukus.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 11. Hasil pakan suspensi Gambar 12. Hasil pakan suspensi
Gambar 19. Hasil pakan roti kukus Gambar 20. Pendinginan roti kukus
Gambar 21. Penebaran vitamin Gambar 22. Penebaran vitamin
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan Nutrisi Ikan yang berjudul “Pembuatan Pakan Pelet” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Praktikan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah “Nutrisi Ikan” dan para asisten praktikum yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan memberikan bantuan serta teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu praktikan meminta maaf atas kekurangan dari laporan
ini. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.9.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.10..................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 5
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 7
4.1. Hasil........................................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................... 9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 12
5.1. Kesimpulan................................................................................ 12
5.2. Saran.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat yang digunakan.................................................................... 5
3. 2. Bahan yang digunakan........................................................... 5
4.1. Perhitungan formulasi pakan................................................. 7
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum pembuatan pakan pelet kali ini, adalah sebagai
berikut:
1. Memperoleh susunan formulasi pakan dengan nilai kandungan protein 30%.
2. Membuat pakan ikan berbentuk pelet.
3. Menghitung analisi ekonomi pembuatan pakan.
3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum Pembuatan Pakan Pelet dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan pada praktikum
No Bahan Kegunaan
.
1. Tepung Ikan Rucah Bahan Utama
2. Tepung Kacang Hijau Bahan Utama
3. Tepung Daun Singkong Bahan Utama
4. Tepung Eceng Gondok Bahan Utama
5. Tepung Daun Bandotan Bahan Utama
6. Tepung Kayapu Bahan Penunjang
7. Tepung Kulit Rambutan Bahan Penunjang
8. Tepung Terigu Bahan perekat
9. Minyak Sumber lemak
10. Vitamin Traktan
11. Air Media menyatu bahan pakan
3.3. Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang digunakan pada praktikum pembuatan pakan pelet
adalah sebagai berikut :
3.3.1. Tanpa Fermentasi
1. Meyiapkan alat dan wadah, menyiapkan bahan pakan (tidak difermentasi).
2. Memasukkan bahan pakan, diaduk sampai rata.
3. Memasukkan air hangat panas sedikit demi sedikit aduk sampai
rata/mengental.
4. Menambahkan minyak 10 ml, aduk sampai rata.
5. Menambahkan vitamin 5 gram.
6. Menggiling adonan dengan alat pencetak pelet.
7. Menempatkan hasil adonan pada nampan dan beri label.
8. Menjemur di bawah sinar matahari atau masukkan kedalam oven.
3.3.2. Fermentasi
1. Meyiapkan alat dan wadah, menyiapkan bahan pakan (Fermentasi).
2. Memasukkan bahan pakan, diaduk sampai rata.
3. Memasukkan air hangat panas sedikit demi sedikit aduk sampai
rata/mengental.
4. Menambahkan minyak 10 ml, aduk sampai rata.
5. Menambahkan vitamin 5 gram.
6. Menggiling adonan dengan alat pencetak pelet.
7. Menempatkan hasil adonan pada nampan dan beri label.
8. Menjemur di bawah sinar matahari atau masukkan kedalam oven.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
30%
Bahan Utama
T. Ikan Rucah = 1/9 x 98,765 % = 10,974
T. Kacang Hijau = 3/9 x 98,765 % = 32,921
T. Daun Singkong = 2/9 x 98,765 % = 21,947
T. Eceng Gondok = 2/9 x 98,765 % = 21,947
T. Daun Bandotan = 1/9 x 98,765 % = 10,974
Bahan penunjang
T. Kayapu = 1/2 x 1,234 % = 0,617
T. Kulit Rambutan = 1/2 x 1,234 % = 0,617
4.2. Pembahasan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan pakan pelet anggota kelompok
praktikum dapat bekerja sama dalam membuat pakan dan pembagian tugas,
karena apabila hanya satu atau dua orang saja yang membantu akan memakan
waktu yang lebih Panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto , Eddy., dan Evi, L. (2010). Pakan Ikan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Fajri. 2015. Keragaan Kecernaan Pakan Tenggelam dan Terapung Untuk Ikan
Lele Dumbo Clarias gariepenus) dengan dan tanpa Aerasi. Jurnal
Teknologi Budidaya Air Tawar; 823-829.
Haryanto. 2012. Penentuan Komposisi Pakan pada Ikan Lele. Universitas
Udayana. Surakarta.
Kordi,. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Jepara.
Millamena, 2012. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah (Tor douronensis)
Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. VIII (1) : 67-76.
26.
Nurwahid Khasbullah. 2014. Pembaerian Enzim dengan Dosis yang berbeda
pada Pakan Komersil terhadap Kandungan Bahan Kering, Protein Kasar
dan Lemak kasar. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya..
Pasaribu, T. 2011. Produk Fermentasi Limbah Pertanian Sebagai Bahan Pakan
Unggas Di Indonesia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air . Karya Putra Darwati. Bandung.
Setyono, B. 2012. Pembuatan Pakan Buatan. Unit Pengelolaan Air Tawar.
Kepanjem. Malang.
Suryaingsih, 2010. Kandungan Nutrisi Bahan Baku Nabati Pakan Ikan. Bandung.
Vera, Melia, Suci. 2014. Pengaruh Effective Pakan Dan Kompos Terhadap
Produksi Pellet (Zea mays.L. saccharata) Pada Tanah Entisols.
FRONTIR. 32: 1-5.
Wardani, Ratna Eka. 2015. Teknik Pembuatan Pakan Untuk Benih Ikan Lele
dengan Tambahan Azolla sp. Sebagai Bahan Substitusi di Instalasi
Budidaya Air Tawar Punten Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Laporan
Praktik Kerja Lapang. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga: ADLN – Perpustakaan Universitas Airlangga.
Wijaya, A., Martono, S., Yuswanto, A., and Rohman, A. 2015. FTIR
Spectroscopy in Combination With Chemometrics for Analysis of Wild
Boar Meat in Meatball Formulation. Asian Journal of Biochemistry. 10
(4): 165-172
LAMPIRAN
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan laporan
Nutrisi Ikan yang berjudul “Pengujian Mutu Pakan” sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi Ikan.
Laporan ini tentu bukan hasil kerja keras dari praktikan semata,
melainkan atas bantuan dari berbagai pihak. Praktikan mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Kepada
dosen pengampu mata kuliah “Nutrisi Ikan” Bapak Ir. H. Muhammad Adrian,
M.Si, ibu Dr.Noor Arida Fauzana, S.Pi, M,Si, dan ibu Dr. Hj. Indira Fitriliyani,
S.Pi., M.Si dan para asisten praktikum yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan memberikan bantuan.
Praktikan menyadari bahwa dalam penulisan masih banyak terdapat
kekurangan. oleh karena itu praktikan meminta maaf atas kekurangan dari laporan
ini. Praktikan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1.......................................................................... Latar Belakang
..................................................................................................1
1.2....................................................................... Tujuan Praktikum
..................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM.......................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat..................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 5
3.3. Prosedur Praktikum................................................................... 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 7
4.1. Hasil........................................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................... 7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 11
5.1. Kesimpulan................................................................................ 11
5.2. Saran.......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3. 1. Alat yang Digunakan.................................................................. 5
3. 2. Bahan yang Digunakan......................................................... 5
4. 1. Hasil Pengujian Mutu Pakan Tanpa Fermentasi......................... 7
4. 2. Hasil Pengujian Mutu Pakan Fermentasi.................................... 7
BAB 1. PENDAHULUAN
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dan disesuaikan dengan jenis
ikan baik itu ukuran, kebutuhan protein dan kebiasaan ikan. Pakan buatan ini
biasanya dinamakan pellet. Pelet untuk ikan terbagi kedalam 2 jenis yaitu : pelet
terapung dan pelet tenggelam. Pakan alami adalah pakan yang biasa sudah
tersedia di alam seperti daun sente, daun talas, daun ubi jalar, plankton dan lain-
lain. Untuk pemberian pakan pada ikan, besaran pakan harus disesuaikan dengan
besaran mulut ikan begitu pula dengan kadar protein yang dibutuhkan harus
disesuaikan dengan jenis ikan yang di budidaya (Suparjo, 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan, cara yang paling praktis adalah
dengan menggunakan pakan buatan. Alasan digunakannya pakan buatan adalah
lebih mudah diperoleh dalam jumlah cukup, tepat waktu dan berkesinambungan,
pakan lebih tahan lama, minimum selama satu musim pemeliharaan sehingga
pencariannya tidak perlu setiap hari, kandungan gizi pakan dapat diatur oleh
pabrik yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kebutuhan ikan yang akan
diberi makan, bentuk dan ukuran pakan buatan dapat diatur sesuai dengan ukuran
ikan, daya tahan pakan dalam air dapat diatur dan disesuaikan sesuai dengan
kebiasaan makan ikan, selain itu bau, rasa, dan warna dapat diatur sehingga lebih
menarik ikan-ikan yang akan diberi makan. Pakan buatan dapat diperoleh di toko-
toko pakan atau dibuat sendiri (Abdullah, 2016).
Pelet merupakan bentuk pakan yang dipadatkan dan dikompakan melalui
proses mekanik dan dapat dibuat dalam bentuk gumpalan atau silinder kecil yang
memiliki diameter, panjang dan tingkat kepadatan tertentu. Komposisi pelet
berasal dari bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi tertentu dan proses
produksi perlu disusun komposisi nya menyesuaikan dengan sifat dan ukuran
ikan. Pelet dibuat untuk menggantikan asupan makanan dari alam yang
ketersediaannya tidak dapat dipastikan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam
proses pembuatan pelet adalah bentuknya yang cepat rusak, rapuh dan patah
selama proses produksi, pengangkutan maupun penyimpanan. Kerusakan ini akan
berpengaruh terhadap tingkat penerimaan konsumen yang masih melihat kualitas
pakan dari faktor fisik. Bahan perekat berperan sangat penting dalam pembuatan
pakan berbentuk pelet, karena dapat membuat komponen penyusun pakan menjadi
kompak, tidak mudah rapuh akibat pengaruh kelembaban, sehingga ketegaran
pakan lebih terjamin (Dharmawan, 2012).
Tingkatan mutu pakan buatan dapat diketahui melalui pengujian. Pada
pokoknya ada 3 macam pengujian yaitu pengujian fisis, kimia dan biologis.
Pengujian fisis biasanya dilakukan untuk mengetahui kehalusan bahan baku,
kekerasan, daya tahan dalam air dan daya apungnya. Pengujian kimia
dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi pakan yang bersangkutan
meliputi protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan kadar air. Pellet yang baik
kadar airnya tidak boleh lebih dari 10% agar tidak cepat rusak dan ditumbuhi
jamur. Pengujian biologis dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh
pakan tersebut dapat memacu pertumbuhan ikan yang diberi pakan (Agustono,
2010).
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Pelet yang sudah kering diuji daya apung, daya hancur dan daya
tenggelamnya menggunakan botol plastik yang sudah berisikan dengan air
setinggi 15 cm dan stopwatch. Pengujian dilakukan terlebih dahulu dengan
mempersiapkan sampel pakan sebanyak 5 buah masing – masingnya untuk pakan
fermentasi dan non fermentasi. Dalam praktikum pengujian mutu pakan dilakukan
tiga pokok pengamatan yaitu daya apung, daya hancur dan daya tenggelam.
Pengujian daya apung dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan
pakan selama mengapung. Pengujian daya hancur dilakukan dengan menghitung
waktu yang dibutuhkan pakan untuk dapat hancur dan terurai. Sedangkan
pengujian daya tenggelam dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan
pakan untuk akhirnya dapat tenggelam. Sejalan dengan Mujiman (2011)
pengujian mutu pakan secara fisik mudah dilakukan dan tidak terlalu
membutuhkan biaya yang banyak. Pengujian sifat fisik pada pakan, dalam hal ini
pelet ikan meliputi kekerasan pelet, stabilitas pelet dalam air, kecepatan
tenggelam pelet serta kadar kehalusan.
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel 4.1. hasil
pengujian mutu pakan tanpa fermentasi dan 4.2. hasil pengujian mutu pakan
fermentasi. Daya apung (floatability) dapat di ukur dengan menjatuhkan atau
menebarkan sampel pakan tersebut kedalam botol yang telah di isi air dengan lima
kali ulangan. Pakan buatan tanpa fermentasi pada uji pertama memakan waktu 20
detik untuk mengapung, uji kedua 24 detik, uji ketiga 340 detik, uji keempat 420
detik dan uji kelima > 1800 detik. Pakan buatan dengan fermentasi pada uji
pertama memakan waktu 1,04 detik untuk mengapung, uji kedua 2,10 detik, uji
ketiga 2,35 detik, uji keempat 4,09 detik dan uji kelima 6,05 detik.
Secara menyeluruh, terdapat perbedaan waktu daya apung dari bahan
pakan tanpa fermentasi dan dengan fermentasi. Bahan pakan tanpa fermentasi
lebih cepat tenggelam dan memiliki daya apung yang rendah. Sedangkan bahan
pakan dengan fermentasi lebih lambat tenggelam dengan daya apung yang tinggi.
Proses fermentasi yang dilakukan pada bahan pakan menghasilkan kemampuan
daya apung yang meningkat. Hal ini didukung oleh Zaman et al., (2018)
menyatakan fermentasi mampu memunculkan daya apung yang setara dengan
kemampuan mengapung yang dimunculkan oleh mesin ekstruder pada pakan
ikan apung pabrikan.
Perbedaan yang signifikan terlihat dari waktu apung masing – masing
sampel percobaan dari bahan pakan non fermentasi dan fermentasi. Hal ini
disebabkan kondisi pelet yang dicelupkan berbeda – beda. Pada saat pengeringan
pakan pelet pakan diletakkan di dalam nampan dan dijemur di bawah sinar
matahari. Tidak semua pakan pelet mendapatkan penyinaran yang maksimal
sebab tertumpuk oleh pakan lain dan penjemuran yang tidak merata. Pakan pelet
yang berada paling atas akan mendapatkan penyinaran maksimal sehingga
hasilnya lebih kering karena pengurangan kadar air yang tinggi dan lebih lama
berada di atas air (mengapung). Semakin lama pelet ikan terapung dipermukaan
air, semakin baik pula kualitas pelet tersebut. Pelet yang dibuat dengan daya
apung rendah cocok diberikan pada ikan yang mempunyai kebiasaan mencari
pakan di dasar perairan (bottom feeders).
Pakan pelet tanpa fermentasi memiliki daya apung yang lebih baik
dibandingkan dengan pakan pelet dengan fermentasi. Menurut Mulia (2017),
pakan yang baik memiliki ikatan antar agregat yang kuat sehingga mengurangi
pori-pori yang terbentuk, akibatnya memperlambat daya serap air dan akan
meningkatkan daya apungnya. Pori-pori pada pakan terbentuk karena ketidak
rataan pada saat mencampur semua bahan. Semakin tinggi pori-pori dan daya
serap yang terbentuk maka semakin rendah daya apung.
Pelet merupakan ransum berbentuk silinder atau tabung dengan diameter
tertentu, atau berbentuk bulat mengandung nutrien lengkap yang diformulasikan
sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan ikan. Dalam pembuatan pakan harus
memakai berat kering, karena kadar air yang terkandung dalam bahan ataupun
pakan bukan merupakan nutrient untuk ikan. Kadar air dan kadar abu
mempengaruhi daya tahan dan daya apung pakan buatan. Pakan buatan bersifat
mengapung di air karena mengandung bahan perekat. Semakin rendah mutu
perekat yang digunakan akan semakin mudah hancur dan tenggelam di dasar
kolam, maka pakan ini memiliki mutu rendah (Asriyana, 2012).
Daya tahan / hancur pakan di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan
sampel pakan tersebut kedalam botol yang telah di isi air dengan lima kali
ulangan, dilanjutkan dengan penghitungan waktu yang diperlukan untuk pakan
dapat hancur. Pakan buatan tanpa fermentasi pada uji pertama memakan waktu
1269 detik untuk dapat hancur, uji kedua > 1800 detik, uji ketiga > 1800 detik, uji
keempat > 1800 detik dan uji kelima > 1800 detik. Pakan buatan dengan
fermentasi pada uji pertama memakan waktu 1099 detik untuk hancur, uji kedua
1935 detik, uji ketiga > 1800 detik, uji keempat > 1800 detik dan uji kelima >
1800 detik.
Secara menyeluruh, terdapat perbedaan waktu daya tahan / hancur dari
bahan pakan tanpa fermentasi dan dengan fermentasi. Bahan pakan tanpa
fermentasi memiliki daya tahan yang lebih lama. Sedangkan bahan pakan dengan
fermentasi memiliki daya tahan yang lebih rendah dibanding bahan pakan tanpa
fermentasi. Proses fermentasi yang dilakukan pada bahan pakan menghasilkan
pakan yang lebih cepat hancur karena telah melewati proses oksidasi dan
pembesaran porositas pakan. Sehingga air lebih cepat memasuki bahan dan mudah
hancur.
Selain hancurnya bahan pakan, selama pengamatan daya tahan / hancur
terlihat reaksi yang dihasilkan dari tiap sampel pakan. Terlihat warna kekuningan
dan coklat pada sekitar pakan tepat sebelum hancur. Pada pelet tanpa fermentasi,
pakan lebih lama memerlukan waktu untuk hancur dan mengeluarkan reaksi. Pada
uji pertama reaksi warna dikeluarkan saat 6,16 detik, uji kedua 6,30 detik.
Sedangkan pada pelet dengan fermentasi reaksi warna dikeluarkan saat 5,19 detik,
uji kedua 5,29 detik dan uji ketiga 5,49 detik. Saat hancurnya pelet dengan
fermentasi disertai dengan gelembung oksigen, yang menandakan pakan pelet
tersebut menyerap air.
Daya tahan pelet dalam air dapat disiasati dengan beberapa cara, antara
lain yaitu dengan mempergunakan perekat, lama pengeringan yang optimal juga
merata dan memperbesar ukuran pelet seoptimal mungkin. Pelet umumnya dibuat
dari campuran beberapa macam bahan pakan dan umumnya kemudian
ditambahkan perekat baik alami maupun kimiawi. Salah satu bahan perekat yang
murah dan mudah didapat adalah kanji yang berasal dari tepung tapioka. Semakin
lama dilakukan pengeringan akan semakin keras pelet tersebut (Handajani dan
Wahyu, 2010).
Daya tenggelam / larut di ukur dengan menjatuhkan atau menebarkan
sampel pakan tersebut kedalam botol yang telah di isi air dengan lima kali
ulangan. Pakan buatan tanpa fermentasi pada uji pertama memakan waktu 25
detik untuk dapat tenggelam, uji kedua 28 detik, uji ketiga 345 detik, uji keempat
430 detik dan uji kelima > 1800 detik. Pakan buatan dengan fermentasi pada uji
pertama memakan waktu 684 detik untuk tenggelam, uji kedua 911 detik, uji
ketiga 998 detik, uji keempat 1163 detik dan uji kelima 1277 detik.
Terdapat perbedaan waktu daya tenggelam dari bahan pakan tanpa
fermentasi dan dengan fermentasi. Bahan pakan tanpa fermentasi lebih cepat
tenggelam dan memiliki daya apung yang rendah. Sedangkan bahan pakan dengan
fermentasi lebih lambat tenggelam dengan daya apung yang tinggi. Proses
fermentasi yang dilakukan pada bahan pakan menghasilkan kemampuan daya
tenggelam yang tinggi pada pakan dengan fermentasi. Menurut Kordi (2010) daya
tenggelam / larut pakan dalam air (water stability feed) dapat diukur dengan cara
merendam pakan dalam air di dalam gelas. meletakkan pengukur waktu di dekat
gelas. Mencatat waktu yg diperlukan untuk pelet sampai ke dasar perairan dimana
baik daya larutnya antara 2-3 jam. Apabila lebih dari batas tersebut, berarti pakan
sulit dicerna. Sedangkan bila kurang, bisa jadi pakan tersebut tidak ditemukan
(tidak dimakan) udang karena terlalu cepat melarut.
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Daya apung lebih tinggi dimiliki oleh pelet pakan non fermentasi.
2. Daya hancur lebih tinggi dimiliki oleh pelet pakan fermentasi sebab melalui
proses oksidasi saat fermentasi dan pelebaran porositas permukaan bahan
pakan yang menyebabkan pakan lebih cepat menyerap air.
3. Daya tenggelam lebih tinggi dimiliki oleh pelet pakan fermentasi sebab daya
apung yang rendah.
5.2. Saran
Diharapkan dengan adanya laporan praktikum ini, dapat membantu para
pembaca untuk lebih memahami mengenai daya apung masing masing jenis pelet
berbeda – beda tergantung dengan jenisnya sehingga saat pemberian pakan pada
ikan dapat disesuaikan dengan jenis dan sifat makan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. 2016. Hubungan antara Tingkat Penggunaan Pakan dengan Tingkat
Resiko Gangguan Kesehatan pada Ikan. Universitas Muhammadiyah.
Surakarta.
Agustono, H. Setyono, T. Nurhajati, M. Lamid, dan W. D. Lokapirnasari. 2010.
Praktikum Teknologi Pakan Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. 48 hal.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Askara : Jakarta.
Dharmawan, B. 2012. Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi. Pustaka Baru
Press: Jogyakarta.
Handajani, dan Widodo, 2010. Nutrisi Ikan. Universitas Muhamadiyah Malang
Press. Malang.
Khasani, I. 2013. Atraktan Pada Ikan: Jenis, Fungsi, dan Respons Ikan. Media
Akuakultur. Vol. 8. No. 2.
Kordi dan Gufron. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis
di Keramba Jaring Apung. Lily publisher: Jogjakarta.
Megawati R.A., M. Arief dan M. A. Alamsjah, 2012. Pemberian Pakan Dengan
Kadar Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan
Berlambung Dan Ikan Tidak Berlambung. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Vol. 4 No. 2.
Mujiman, A. 2011. Makanan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Mulia et al. 2017. Uji Fisik Pakan Ikan yang Menggunakan Binder Tepung
Gaplek. Jurnal Riset Sains dan Teknologi. Vol. (1) :1 Maret 2017.
Setyono, B. 2012. Pembuatan Pakan Buatan. Unit Pengelola Air Tawar.
Kepanjen. Malang.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Jember.
Winarno, F. G. 2010. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Zaman, Asep Badru., Sriherwanto, Catur., Yunita, Ethyn., dan Suja’i, Imam.
2018. Karakteristik Fisik Pakan Ikan Apung Non – Ekstruksi yang Dibuat
Melalui Fermentasi Rhizopus Oryzae. Jurnal Bioteknologi dan Biosains
Indonesia. Vol. (5): 1.
LAMPIRAN
Gambar 1. Pengukuran tinggi air Gambar 2. Penandaan botol sampel