Klasifikasi dari Spirobranchus giganteus: Kingdom : Animalia Filum : Annelida Kelas : Polichaeta Ordo : Sabellida Famili : Serpullidae Genus : Spirobranchus Spesies : Spirobranchus giganteus Morfologi Tubuh Spirobranchus giganteus terbagi menjadi dua bagian, yakni thorac dan abdomen dengan ukuran tubuh sekitar 3 cm. Cacing ini mempunyai mahkota tentakel (radiole) di bagian anterior cacing ini, yang dilengkapi dengan operculum sebagai organ protektif dan pengontrol evaporasi. Cacing ini memiliki organ operculum menjadi ciri pembeda dengan jenis Sabella pavovina (cacing kipas) karena cacing kipas tidak memiliki organ tersebut. Yang menarik pada Spirobranchus giganteus mengalami modifikasi dengan bentuk memilin menyerupai pohon natal dengan beragam warna yaitu orange, biru, kuning, dan putih. Ciri-ciri Jangka waktu hidup mencapai 10 hingga 20 tahun. Tabumg calcareous diameternya mencapai 0,2 1,0 mm setiap tahun, rata-rata 0,6 mm. Umur 5 hingga 7 tahun S. giganteus dapat mencapai diameter 3 sampai 4 mm. Habitat dan penyebaran Habitat dari Spirobranchus giganteus yaitu di laut dan menempel pada karang hidup. Cacing ini dijumpai di daerah tropis seperti di Laut Mediterania, Laut Merah, dan Samudra Hindia sebelah barat. Menurut penelitian Petitjean dan Myers spesies ini banyak dijumpai di Laut Cozumel, Meksiko. Cara Hidup dan Makan Spirobranchus giganteus hidup sesil dengan melekatkan dirinya pada karang hidup. Tubuhnya dibungkus oleh tabung yang tersusun oleh kalsium karbonat yang bersifat kaku. Cacing ini mendapat makanan dengan menggunakan mahkota tentakel untuk menangkap materi organik kemudian dimasukkan ke dalam mulut untuk dicerna. Cacing ini berperan penting dalam mengontrol kandungan nutrient ekosistem laut. Cara Reproduksi Spirobranchus giganteus memiliki kelamin yang terpisah (berumah dua). Untuk melangsungkan reproduksinya, kedua jenis cacing ini menjadi matang kelamin pada musim- musim tertentu dan melakukan pembuahan eksternal yang selanjutnya menghasilkan larva. Setelah beberapa saat menjadi cacing dewasa dan melekat pada karang di laut. Pemanfaatan Cacing Spirobranchus giganteus memiliki nilai ekonomi yang cukup baik. Cacing ini dibudidayakan dan dijual untuk menghias akuarium.
Polychaeta (Eunice viridis)
A. Klasifikasi Polychaeta Kindom : Animalia Phylum : Annelida Class : Polychaeta Ordo : Eunicida Familia : Eunicedae Genus : Eunice Spesies : Eunice viridis
B. Morfologi Panjang 5 10 cm dan diameter 2 10 mm. Warna sangat indah, merah, kesumba, hijau, atau perpaduan beberapa warna seperti pelangi.
C. Anatomi Pada tiap sisi lateral tubuh Polychaeta, kecuali kepala dan ujung posterior terdapat sepasang parapodia dan sejumlah besar setae Parapodia : pelebaran dinding tubuh yang pipih biasanya biramus, beberapa uniramus- terdiri atas notopodium dan neuropodium- masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin disebut acicula Pada prostomium terdapat mata, antena, dan sepasang palp. Bagian ini dianggap sebagai kepala polychaeta. Peristomium terletak setelah prostomium, yaitu ruas yang ada mulutnya. Dibagi menjadi 2 sub kelas : Errantia (berkeliaran bebas) dan Sedentaria (menetap). Yang termasuk Errantia : jenis pelagis, merayap pada celah batu dan karang, membuat lubang atau lorong dalam pasir dan lumpur, ada yang membentuk selubung Cacing sedentaria : tinggal dalam selubung permanen, tidak pernah meninggalkan liang , hanya kepalanya saja yang keluar masuk untuk makan. Bentuk kepala Sedentaria biasanya mengalami modifikasi sesuai dengan fungsinya sebagai Ciliary feeder Dalam beberapa hal, kepala berfungsi sebagai alat pertukaran gas, semacam insang Pada Sabelidae dan Serpulidae, prostomium tumbuh semacam mahkota bunga gerbra disebut Radiole Ruas tubuh Errantia sama bentuk dan ukurannya sedangkan ruas tubuh sedentaria cenderung mengalami modifikasi. Perbedaan terletak pada perbedaan diameter ruas, parapodia atau ada tidaknya insang.
D. Sifat biologis a. Pergerakan Perpaduan antara parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga badan. Gerak undulasi dapat menyebabkan cacing dapat menjalar dan berenang dengan cepat. Sebagian jenis meliang (=burrower) mempunyai bentuk prostomium seperti kerucut kecil; mata, palp dan antena (-) dan ukuran parapodia mengecil b. Makanan dan pencernaan Termasuk canivore atau raptorial feeder, ciliary feeder atau pemakan substrat - - untuk kebanyakan Errantia. Mangsa terdiri dari avertebrata kecil yang ditangkap dengan pharing atau probosis yang dijulurkan. Pada probosis biasanya terdapat sepasang rahang khitin atau lebih Gigi digunakan untuk memotong mangsa, dengan jalan memompa isi mangsa dihisap dengan pharynx. Atau menusukkan probosisnya ke dalam tubuh mangsa dan menghisap isinya. Beberapa jenis errant memakan ganggang (Herbivore), menggunakan giginya untuk memotong tanaman menjadi potongan kecil-kecil Sejumlah cacing meliang seperti Ophelia, memakan substrat dengan cara mengeluarkan pharynx untuk menjilat pasir atau lumpur yang mengandung makanan. Pada waktu pharynx ditarik, pasir dan makanan masuk ke saluran pencernaan. Pharynx tidak bergigi tapi adakalanya mengandung papila. Ciliary feeder memakan plankton dan butir-butir sampah. Butir-butir makanan yang melekat pada lendir permukaan palpus atau organ lain dibawa ke mulut melalui ciliated groove. c. Pencernaan Makanan : Saluran pencernaan berupa saluran yang lurus, terletak sepanjang sumbu antero posterior. Ada beberapa variasi, tetapi umumnya terdiri atas mulut, pharynx, oesophagus yang pendek, usus perut dan anus d. Pernafasan Umumnya bernafas dengan insang, tetapi bentuk dan letaknya berbeda. Pertukaran gas melalui permukaan tubuh masih diperlukan. Pada umumnya insang berhubungan erat dengan parapodia atau merupakan modifikasi dari sebagian parapodia, misalnya cirrus dorsal. Pada Polychaeta dengan metamerik hampir sempurna, tiap ruas mengandung insang, kecuali ujung anterior dan posterior. Cacing dengan tubuh yang mengalami modifikasi, jumlah dan letak insangnya terbatas Peredaran darah Polychaeta pada umumnya mempunyai susunan peredaran darah yang sudah teratur, darah selalu dalam pembuluh darah Ada 2 pembuluh darah utama yaitu pembuluh darah dorsal dan pembuluh darah ventral yang sejajar dengan saluran pencernaan. Pembuluh darah sudah berkontraksi, terutama pembuluh dorsal. Kontraksi ini dapat disamakan sebagai pusat pompa atau jantung. Darah Polychaeta biasanya berisi pigmen pernafasan yang larut dalam plasma. Pigmen darah umumnya adalah hemoglobin, tetapi chlorocruonin merupakan ciri khas jenis Sabelidae dan Flabelligeridae Darah yang mengandung chlorocruonin berwarna hijau. Darah Polychaeta biasanya berisi pigmen pernafasan yang larut dalam plasma. Pigmen darah umumnya adalah hemoglobin, tetapi chlorocruonin merupakan ciri khas jenis Sabelidae dan Flabelligeridae Darah yang mengandung chlorocruonin berwarna hijau. E. Alat Indra Alat indra yang utama bagi Polychaeta adalah mata, nuchal organ dan statocyst. Hanya cacing jenis Errantia yang mempunyai mata (kecuali Sabellidae) yang berkembang baik, Sedentaria tidak mempunyai mata atau sebagai bintik mata. Letak mata pada permukaan prostomium dan berjumlah 2-4 pasang, fungsi mata hanya sebagai foto receptor. Kebanyakan Polychaeta phototropic negatif. Nuchal organ atau organ tengkuk terletak di bagian dorsal kepala : merupakan chemoreceptor untuk mendeteksi makanan. Statocyst merupakan alat keseimbangan .
F. Ekresi Berupa protonephridia solenocyte pada jenis yang tidak mempunyai pembuluh darah dan metanephridia bagi yang mempunyai pembuluh darah terdapat sepasang pada setiap ruas Metanephridia terdapat pada kebanyakan Polychaeta Nephridia pada beberapa Polychaeta berfungsi sebagai alat osmoregulasi, misal beberapa spesies Nereis yang hidup di daerah estuaria, air payau atau air tawar
G. Regenerasi Relatif mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi Tentakel, palp atau bagian tubuh lain jika putus/rusak dapat tumbuh yang baru Beberapa jenis cacing dapat melakukan autotomy : melepaskan sebagian tubuhnya jika diganggu, bagian yang hilang tumbuh baru
H. Reproduksi Reproduksi terjadi baik secara sexual maupun asexual. Reproduksi asexual pada beberapa jenis dilakukan dengan jalan budding (pertunasan) atau pembelahan Kebanyakan Polychaeta hanya melakukan reproduksi seksual dan biasanya dioecious Reproduksi seksual yang khas pada beberapa jenis Nereidae, Syllidae dan Eunicidae :pembentukan epitoke (suatu individu reproduktif) berbeda dengan bentuk tubuh yang non-seksual (atoke) Biasanya epitoke berenang ke permukaan air menjelang pagi atau petang hari untuk melepaskan sperma dan telur I. Nilai Ekonomis Merupakan pakan alami baik bagi udang windu Peneus monodon di tambak- menjadikan warna udang menjadi lebih cemerlang- mutu meningkat Jenis Sabellidae dan Serpulaidae : Sabella pavonina dan Spirografis spalanzanit terkenal keindahannya bentuk seperti bunga gerbra, warna seperti burung merak - untuk hiasan akuarium laut Namalycastis rhodochorde Namalycastis rhodochorde disebut juga dengan Cacing Nipah. Spesies ini tergolong di dalam kelas Polychaeta. Berikut ini adalah kasifikasi dari spesies Namalycastis rhodochorde : Kingdom : Animalia Filum : Annelida Kelas : Polychaeta Ordo : Nereididae Familia : Namanereididae Genus : Namalycastis Spesies : Namalycastis rhodochorde Namalycastis rhodochorde disebut juga dengan cacing nipah karena cacing ini sering ditemukan di sekitar pohon nipah (Nypa fruticans) dengan sebutan Kapang atau Kapang Nipah. Nama ilmiah dari cacing nipah yang disebu t dengan Namalycastis rhodochorde dipublikasikan oleh Glasby, Miura, Nishi, dan Junardi pada tahun 2007. Pada umumnya cacing nipah memiliki proporsi panjang dan bobot yang seimbang. Diameter tubuh cacing nipah umumnya hampir sama antara bagian anterior sampai median dan memipih serta mengecil secara gradual sampai posterior dengan pertambahan panjang lebih cepat dari bobot tubuh. Cacing nipah betina memiliki dua pola warna, betina immature (pradewasa) berwarna merah muda yang akan berubah menjadi merah tua ketika meuju ke arah maturitas (dewasa). Sedangkan pada tubuh betina yang mengalami regenerasi memiliki dua bagian warna, warna bagian yang terbentuk umumnya berwarna merah cerah seperti warna betina immature. Cacing nipah memiliki dua pasang mata berukuran kecil berwarna hitam yang akan tampak jelas dan membesar pada saat musim reproduksi. Karakteristik khusus dari cacing nipah yang membedakan dengan cacing lain dari kelas polychaeta yaitu memiliki cirrus tentakel pendek sebanyak empat pasang di bagian kepala (1 pasang di anterodorsal yang ukurannya lebih panjang, sedangkan yang berada di bagian posterodorsal lebih pendek). Rahang pada cacing nipah berwarna hitam dengan bagian ujung yang agak tumpul. Cacing nipah memiliki parapodia (kaki) yang berada pada kedua sisi tubuhnya, pada satu sisi bertipe biramus (bercabang dua), yang masing-masing memiliki cirrus dorsal yang panjang dan acicula. Parapodia pada bagian posterior berbentuk seperti daun yang tersusun rapat. Ada 2 tipe cirrus, yaitu cirrus dorsa dan cirrus ventral kecil. Cirrus dorsal berbentuk mirip tabung yang berada pada bagian tengah tubuh dan memipih ke arah bawah. Cirrus ventral kecil, berbentuk sigitiga dengan ujung membulat dan memipih dari bagian anterior ke arah posterior. Tipe seta pada cacing nipah yaitu sesquigomph spiniger dan heterogomph falcigers. Bagian ujung anterior tubuh dari Namalycastis rhodochorde dapat dijelaskan dari gambar berikut ini :
Gambar bagian tubuh Namalycastis rhodochorde Keterangan bagian ujung anterior tubuh polychaeta: 1. Tentakel Prostomium 2. Prostomium 3. Palpus 4. Peristoma 5. Parapodium 6. Faring 7. Kelenjar Esofagus 8. Esofagus 9. Usus 10. Ginjal 11. Pembuluh Dorsal 12. Pembuluh Ventral dan 13. Tali Saraf
gambar cacing nipah (Namalycastis rhodochorde) Habitat cacing nipah sangat spesifik dan hanya ditemukan pada perakaran pohon nipah. Cacing nipah hidup dengan cara membenamkan diri di dalam lumpur (infauna). Habitat tempat cacing nipah hidup memiliki kondisi yang berupa tanahnya lembab dan berair. Cacing nipah lebih menyukai habitat dengan kandungan salinitas yang lebih rendah dan cenderung ke air tawar. Habitat yang cacing nipah berupa tanah dengan kandungan karbon organik tinggi, suhu rendah dan tekstur berupa lumpur. Pada rantai makanan di estuaria, cacing nipah dapat berperan sebagai pakan alami ikan dan udang. Cacing nipah (Namalycastis rhodochorde) lebih menyukai tanah dengan kandungan karbon organik tinggi sebagai hasil proses dekomposisi jaringan tumbuhan nipah. Pola reproduksi cacing nipah tergolong monotelik yang memijah hanya satu kali dalam satu siklus hidup dengan cara melepas gamet matang ke luar tubuh. Pola ini juga dijumpai pada polychaeta monotelik lain seperti Nereis virens dan N. diversicolor yang berasal dari daerah beriklim sedang dan Dendronereis pinnaticirris dari daerah tropis. Cacing nipah yang siap memijah ditandai dengan kerusakan dinding tubuh, segmen-segmen terputus menjadi beberapa bagian dan akhirnya mati. Pelepasan gamet matang pada polychaeta monotelik terjadi dalam satu periode pemijahan dalam satu tahun. Kematangan individu secara alami berkorelasi linier dengan usia cacing. Cacing Nereididae akan memijah pada usia 1 tahun, 2-3 tahun, dan 5-6 tahun, umumnya akan memijah pada usia 3 tahun. Usia memijah cacing nipah belum diketahui sehingga sangat dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mendapatkan data lengkap tentang siklus hidup cacing ini.