Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH PARASITOLOGI

(Clinostonum sp., Bothriocephalus, Marsipometra, dan


Diphylobothrium)

Disusun Oleh:
Kelompok 8 / Perikanan A
Egga Restu P 230110150001
Paksi Setyo N 230110150007
Lingga Mayang C 230110150023
Fauziah Dwi A 230110150035
Dodi Setiawan 230110150050
Andri Yanuari 230110150060
Amanda Shafira C 230110150062
Ulfah Nurul A 230110150071

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat taufik
dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “Clinostonum
sp., Bothriocephalus, Marsipometra, dan Diphylobothrium”. Salawat dan salam
senantiasa terlimpah curahkan kepada nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya,
para sahabatnya, seraya berharap semoga kita semua mendapatkan safaatnya di
yaumul akhir, aamiin.
Dalam pembuatan makalah ini penyusun tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih diantaranya, kepada Dosen
mata kuliah Parasitologi, serta semua rekan dan keluarga yang telah mendukung baik
secara moril maupu materil sehingga makalah dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah masih
jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun sangat penyusun
harapkan untuk dapat memperbaikinya.
Penyusun berharap semoga apa yang ada dalam makalah dapat bermanfaat,
untuk penyusun khususnya, dan untuk pembaca pada umumnya.

Jatinangor, Maret 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Clinostonum sp..........................................................................................2
2.2 Bothriocephalus.........................................................................................5
2.3 Marsipometra.............................................................................................6
2.4 Diphylobothrium.......................................................................................8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................10
3.2 SARAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi
perikanan sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika dibandingkan
dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk keperluan budidaya seperti
pembelian benih, pakan, pembuatan tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain
sebagainya. Disamping itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh
lebih rendah dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi
hidup. Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi.
Lebih lanjut dalam makalah ini akan membahas Clinostomum sp., Marsipometra,
Bothriocephalus,dan Diphylobothriummengenai ciri morfologi, klasifikasi, siklus
hidup, gejala terserang parasit (spesies yang bersifat parasit) , untuk yang tidak
bersifat parasit (inang perantara, predator, vektor) , bahaya bagi ikan dan
penanggulangannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penysunan makalah ini adalah agar pembaca dan penyusun
mampu mengetahui lebih dalam mengenai Clinostomum sp., Marsipometra,
Bothriocephalus,dan Diphylobothriumserta bahaya bagi ikan dan
penanggulangannya.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah dapat memperluas wawasan
mengenai parasit pada ikan dan mampu megetahui cara penanggulangannya yang
dapat diaplikasikan dalam bidang perikanan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Clinostonum sp
Parasit ini seringkali ditemukan pada benih ikan gurame, dan menyebabkan
sakit bintilan. Bintil-bintil ini mengandung cercaria Clinostonum sp. Dan
menyebabkan ikan gurame yang terinfeksi terhambat pertumbuhannya.Daur
hidup Clinostonum sp terdiri dari beberapa fase yakni pertama yaitu fase telur (dalam
air), kedua fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput), ketiga fase cercaria
dan kista/metacercaria (dalam air), serta keempat fase dewasa (dalam hewan
vertebrata, ikan, ternak, burung, dan manusia)
          Digenea yang telah diketahui mendekati 400 genera dan sedikitnya 4000
spesies yang menyerang ikan. Parasit ini memperlihatkan inang spesifisitas yang
tinggi terutama pada inang antara yang pertama dan pada inang akhir. Organ yang
diserang pada inang akhir adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan
organ yang berdekatan seperti hati dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta
saluran darah.Jenis ikan yang diserang yaitu ikan kakap, yang berasal
dari Lecithochirium sp. Dan pseudometadena celebensis. Cacing jenis ini menyerang
pada bagian usus.
Upaya pengendalian yaitu dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm  dalam
air tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit.
Trematoda Digenea dari genus Clinostomum adalah parasit pada tenggorokan
dan esofagus burung piscivorous seperti pelican, cormoran dan heron. Clinostomum
sp. merupakan parasit zoonotik yang dapat menular pada manusia (Kifune et al.,
2000). Parasit tersebut juga dapat menginfeksi farings dan menyebabkan penyakit
‘laryngopharyngitis’ serta dapat menyebabkan kematian karena terjadi asphyxia pada
manusia (Shirai et al., 1998, Vianna et al., 2005). Salah satu spesies yang berpotensi
besar menyebabkan penyakit pada ikan budidaya adalah Clinostomum complanatum.

2
3

Clinostomum complanatum telah di temukan oleh Rudolphi pertama sekali


pada tahun 1814 dan merupakan trematoda yang paling parasitik yang banyak
menyerang ikan air tawar baik di Eropa, Amerika Utara, dan Asia (Kitagawa et al.,
2003). Infeksi parasit tersebut dikenal dengan istilah yellow grub yang ditandai
adanya tonjolan berwarna kekuningan yang berukuran kira-kira 2-3 mm dan
ditemukan di tubuh ikan, insang, dan organ visceral dan dapat menyebabkan
kematian serta kegagalan usaha budidaya (Handajani dan Samsundari, 2005). Gejala
klinis ikan terserang parasit tersebut berupa perubahan tingkah laku, iritasi pada kulit,
sekresi mukus berlebihan dan pada infeksi berat dapat menyebabkan kematian ikan
budidaya (Mwita dan Nkwengulila, 2008) . Aohagi et al., (1992) melaporkan spesies
ikan air tawar yang ditemukan di Korea sebagai inang antara/hospes intermedier
kedua Clinostomum sp. adalah Acheilognathus koreensis, Rhodeus uyekii dan
Sqalidus gracilis majimae, pada Carassius carassius (Chung et al., 1995), Cyprinus
carpio (Aohagi et al., 1993), Oreochromis niloticus, Cobitis anguillicaudatus (Dias et
al. 2006). Ikan air tawar dilaporkan sebagai inang antara kedua di Eropa dan Asia
adalah ikan lele (Clarias batrachus), nila (Oreochromis niloticus) dan mas (Cyprinus
carpio) (Dias et al., 2003). Di Indonesia, metaserkaria Clinostomum sp. dijumpai
pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dan gurami (Osphronemus gouramy)
(Kabata, 1985). Infeksi Clinostomum sp. pernah dilaporkan menyerang benih ikan
gurami (Osphronemus gouramy) yang berukuran panjang 2-3 cm yang dipelihara di
sawah di wilayah Purwokerto, Jawa Tengah. Ikan gurami yang terserang
Clinostomum sp. mengalami hambatan pertumbuhan dan menyebabkan kematian
ikan (Handajani dan Samsundari, 2005). Sista yang ditemukan pada benih ikan
gurami yang berukuran panjang 3- 4 cm adalah 50 sista/ikan. Hasil survei tentang
infeksi Clinostomum sp. pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus) di Jawa dilaporkan
sebesar 4% dan intensitas infeksi berkisar 1-9 ind/ikan (Kabata, 1985). Selama ini,
informasi tentang identifikasi Clinostomum sp. pada ikan air tawar di Indonesia
secara molekuler belum pernah di laporkan.
4

Identifikasi spesifik dari Clinostomum complanatum berdasarkan perbandingan


karakter morfologi seperti oral-ventral sucker, ceca, uterus, testis dan lubang
exkretori di Korea telah dilaporkan oleh Matthews dan Cribb (1998) dan Dias et al.
(2003). Identifikasi morfologi dengan metode konvensional masih sulit dilakukan
untuk membedakan spesies Clinostomum dan belum mendapatkan hasil yang akurat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Clinostomum sp. yang menginfeksi ikan
air tawar di Yogyakarta dan Riau berdasarkan molekuler pada internal transcribed
spacer region (ITS1). Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dasar tentang adanya variasi strain Clinostomum sp. pada ikan air tawar di
Indonesia.
Clinostomum Penyakitnya disebut yellow grub dan penyebabnya adalah
stadium larva serkaria dan metaserkaria dari Clinostomum Complanatum dan
Clinostomum Marginatum. Morfologi Clinostomum dewasa mempunyai tubuh pipih,
berpengisap oral dan ventral, hermaprodit, dan hidup di burung pemakan ikan
manusia atau ikan lainnya. Dalam siklus, hidupnya memerlukan tuan rumah
perantara, seperti siput dari genus Helisoma untuk mirasidiumnya. Bila larva ini
masuk ke dalam hati siput, akan berkembang biak dan tumbuh menjadi sporocyst,
lalu membentuk redia dan serkaria. Larva serkaria ini akan keluar dari siput dan
berenang mencari ikan. Pada kulit ikan membentuk kista. Kista terdapat di bawah
sisik. Bila ada burung atau ikan yang karnivorus memakan ikan yang terinfeksi baru
metaserkaria ini tumbuh menjadi dewasa. Clinostomum ditemui pada ikan Lebistes
reticurlatus, Osphronemus Gourami Nannostomus Trifaciatus. Gejala penyakit yellow
grub adanya benjolan kecil pada tubuh ikan yang berwarna krem dengan ukuran
sekitar 2,5 mm. Banyak ditemui di daerah kepala, sirip dan tubuh ikan. Bentuk
kistanya adalah bulat atau lonjong. Waktu keluarnya kista kadang-kadang perut ikan
membuncit.
Pencegahan dan Pengobatan Ikan di akuarium atau kolam bila mengandung
kista tidak akan menyebarkan parasit ini, kecuali bila ada ikan yang memakan ikan.
Untuk hal seperti ini adalah membersihkan kolam pemeliharaan atau akuarium dari
5

siput-siput. Serkaria dapat masuk ke akuarium atau kolam karena tumbuhan air. Ikan
yang terkene kista Clinostomum diambil kistanya dengan pisau skalpel, lalu kista
diambil dengan pinset lancip. Daerah insisi (torehan), lalu diberi merkurokhrom
dengan menggunakan kuas halus. Setelah itu, ikan dimasukkan ke dalam akuarium
dengan air bersih hingga sembuh. Untuk kolam untuk memberantas siput dapat
digunakan moluscid yang mengandung CuSO4. Perlu diperhatikan, ikan yang terkena
yellow grub jangan dimakan karena metaserkarianya dapat menyerang manusia.

2.2 Bothriocephalus
Bothriocephalus Cacing ini mempunyai skolek yang lonjong, kadang-kadang
bulat dan membesar di bagian posterior. Botria bentuknya memanjang, seperti celah
di skolek dan tidak berleher. Tubuh terdiri atas segmen-segmen (proglottid) yang
hermaprodit. Proglotid muda yang terletak di dekat kepala yang benbuknya
kampanulatus atau anapolitik. Testis terletak di medula laberai dan ovariumnya padat
dan memanjang ke samping, kadang-kadang berbentuk lobus, dan letak ovarium
adalah di tengah. Tidak mempunyai reseptakula seminis dan cosberior dari lubang
uterus. Telur bercangkang bipis, beroperkulum dan tidak berembrio. Siklus Hidup
Telur yang ditaruh di air akan menetaskan corgsidium, dan bila dimakan Copepoda
akan tumbuh menjadi procercoid dan bila Copepoda dimakan ikan akan tumbuh
menjadi dewasa di usus ikan. Selain Copepoda, ikan kecil dapat juga menjadi
pembawa procercoid. Jenis Bothriocephalus pada ikan adalah Bothriocephalus
Claviceps pada Anguilla Rostrata, Microptaerus Dolomieui, Lepomis
Gibbosus larva dapat pada ikan kecil, Bothriocephalus Cuspidatus didapat di
Perca Flavescens, Lepomis Gibbosus dan Micrptaerus Dolomleui dan Cyprinus
Carpio. Pengobatan Cacing di Usus Ikan 1. Kamala 1,5 - 2 % dalam makanan selama
satu minggu dan diulang kembali minggu berikutnya. Selain itu juga, dapat dengan
menggunakan kapsul 180 - 220 mg per pon (1/2 kg) berat ikan yang dimasukkan ke
dalam perut ikan selama 3 hari berturut-turut. 2. Dinbutylzinc oxide 0,3 % dalam 3
hari dengan dosis 1/3 per hari. 3.
6

(chloroxylelol) yang diberikan bersama makanan ikan yang dicelup ke dalam larutan
ini dan dikombinasi dengan perlakuan pencelupan 10 cc larutan stok dalam 1 liter air.
4. Phenoxethol 1 % digunakan untuk makanan yang dicelup ke dalam larutan ini, lalu
dalam akuarium ditambahkan 10 cc larutan phenoxethol.

2.3 Marsipometra
Klasifikasi Marsipometra adalah sebagai berikut :
Filum : Helminthes
Subfilum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Famili : Amphicotylidae
Genus : Marsipometra
Spesies :Marsipometra confusa

Gambar 1. Morfologi Marsipometra


(Sumber :www.southampton.ac.uk)

Cacing Marsipometra mempunyai tubuh yang beruas-ruas, berskolex seperti


anak panah dengan dua buah botrium sebagai alat pelekat. Segmen dekat skolex kecil
jika dewasa besar dan segmennya adalah hermaprodit. Uterus terdapat dibagian
tengah segmen, ovarium letaknya di bagian postarium. Kelenjar vitelin terdapat di
kedua sisi segmen. Larva stadium procercoid terdapat dalam tubuh Cyclops, stadium
clerocercoid terdapat dalam otot daging ikan. Dewasanya terdapat dalam usus.
Segmen tubuh disebut stobilus.
7

parasit ini akan menimbulkan iritasi sehingga ikan yang terjangkit akan tampak
berusaha membebaskan diri dengan menggosok-gosokkan badannya, serta sering
dijumpai ikan meluncur dengan cepat kesana kemari. Ikan kecil yang terjangkit
biasanya akan sangat lemah. Ikan yang terjangkit hendaknya diisolasi untuk
mencegah telur yang dikandung parasit tersebut terlepas dan menetas. Perendaman
dengan bahan kimia tertentu dapat dilakukan untuk memusnahkan larva parasit
trichlorfon dan senyawa organofosgat diketahui efektif pada dosis 0,2-0,3 mg/l.
Perendaman dalam larutan garam atau bahan kimia pencegah parasit komersial juga
diketahui efektif. Perendaman jangka panjang dapat dilakukan dengan dichlofention
(Bromex) pada konsentrasi 0,12 ppm/liter air.
Cacing Marsipometra mempunyai tubuh yang beruas-ruas, berskolex seperti
anak panah dengan dua buah botrium sebagai alat pelekat. Segmen dekat skolex kecil
jika dewasa besar dan segmennya adalah hermaprodit. Uterus terdapat dibagian
tengah segmen, ovarium letaknya di bagian postarium. Kelenjar vitelin terdapat di
kedua sisi segmen. Larva stadium procercoid terdapat dalam tubuh Cyclops, stadium
clerocercoid terdapat dalam otot daging ikan. Dewasanya terdapat dalam usus.
Segmen tubuh disebut stobilus.
Cacing Marsipometra betina akan membentuk dua buah kantung telur dibagian
belakang tubuhnya, telur akan lepas kedalam air, menetas, dan bermetamorfosis
beberapa kali, melalui tahapan larva yang berenang bebas dan tahapan parasit yang
umumnya akan menjangkit insang ikan. Kehadiran parasit ini akan menimbulkan
iritasi sehingga ikan yang terjangkit akan tampak berusaha membebaskan diri dengan
menggosok-gosokkan badannya, serta sering dijumpai ikan meluncur dengan cepat
kesana kemari. Ikan kecil yang terjangkit biasanya akan sangat lemah.
Ikan yang terjangkit hendaknya diisolasi untuk mencegah telur yang dikandung
parasit tersebut terlepas dan menetas. Perendaman dengan bahan kimia tertentu dapat
dilakukan untuk memusnahkan larva parasit trichlorfon dan senyawa organofosgat
diketahui efektif pada dosis 0,2-0,3 mg/l. Perendaman dalam larutan garam atau
bahan kimia pencegah parasit komersial juga diketahui efektif. Perendaman jangka
8

panjang dapat dilakukan dengan dichlofention (Bromex) pada konsentrasi 0,12


ppm/liter air.

2.4 Diphylobothrium
Klasifikasi diphylobothrium adaalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Species : Diphyllobotrium latum

Gambar Diphyllobotrium latum


(Sumber :Fcrocodilusdaratensis.wordpress.com)
Ditemukan pada usus halus manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia
pemakan ikan. Cacing memiliki ukuran 2-12 m warna abu-abu kekuningan dengan
bagian tengah berwarna gelap (berisi uterusdan telur). Testis dan gld. Vitellaria
terletak di lateral, ovarium di tengah berlobus 2. Uterus berbentuk bunga di tengah
dan membuka di ventral. Porus uterus terletak disebelah porus genitalis. Telur keluar
terus menerus di tinja dengan ukuran 67-71 x 40-51 μ. Cacing dewasa memiliki
beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan panjangnya sampai 450-
900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang melalui tinja.
Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan
oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea
dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang
mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
9

Telur berkembang untuk beberapa minggu, coracidium (onchosphere berkait 6


dilengkapi embriophore yang bercilia) berada di air, kemudian dimakan h.i. I
cyclopid/diaptomid (berkembang menjadi procercoid) di haemochole dalam 2-3
minggu selanjutnya h.i. I dimakan h.i. II ikan (berkembang menjadi plerocercoid) di
viscera dan otot. H.i. II dimakan h.d dan menjadi dewasa dengan periode prepaten 3-4
minggu. Infeksi biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun beberapa mengalami
gangguan usus yang ringan. Atabrin disertai pemberian Na-bikarbonat dan diberikan
niklosamid atau prazikuantel per-oral (melalui mulut).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Clinostonum spmerupakan Parasit yang seringkali ditemukan pada benih ikan
gurame, dan menyebabkan sakit bintilan. Bothriocephalus merupakan cacing yang
mempunyai skolek yang lonjong, kadang-kadang bulat dan membesar di bagian
posterior. Botria bentuknya memanjang, seperti celah di skolek dan tidak
berleher.Cacing Marsipometra mempunyai tubuh yang beruas-ruas, berskolex seperti
anak panah dengan dua buah botrium sebagai alat pelekat. Segmen dekat skolex kecil
jika dewasa besar dan segmennya adalah hermaprodit.Ditemukan pada usus halus
manusia, anjing, kucing, babi, beruang, mamalia pemakan ikan. Cacing memiliki
ukuran 2-12 m warna abu-abu kekuningan dengan bagian tengah berwarna gelap
(berisi uterusdan telur).

3.2 Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan
juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. C. 2000. Nematode Parasites of Vertebrates: their development


andtransmission.2nd edition. CAB. International. UK. P. 650.
Anshary. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata
KuliahParasitologi Ikan.Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Awik, P. D. N., Hidayati D., Ressa P., Setiawan. E. 2007. Pola Distribusi Anisakis sp
Pada UsusHalus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yang Tertangkap di
TPI Brondong,Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya,Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Baladin, La ode. 2007. Studi Ketahanan Hidup Larva Anisakidae dengan Suhu
Pembekuan danPenggaraman pada Ikan Kembung (Rastrelliger spp.).
Pascasarjana Institut PertanianBogor. Bogor.
Cheng, T.C. 1973. General Parasitology. Academic Press. Inc. London. 965 hal.
Desrina dan Kusumastuti,G. 1996. Profil Cacing Pada Ikan Jeruk (Abbalistes
stelatus) yangdidaratkan di TPI Batang. In Press.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology: An Outline. Weinheim. New York.
PWN-Polish Scientific Publisher. Warszawa
Kabata, Z. 1985.Parasites and Diseases of fish cultured in the tropics. Taylor and
Francis. London. 318 pp.
Sachlan, M. 1952. Notes on parasites of freshwater fishes in Indonesia. Contr. Inl.
Bogor.
Suryanti S.R. 1980. Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya. Penerbit Yayasan
Sosial Tani Membangun.
Setyobudi., Hyeok Jeon., Ho Lee., Baik Seong and Ho Kim. 2010. Occurrence
andIdentification of Anisakis spp. (Nematoda: Anisakidae) Isolated from
Chum Salmon (Oncorhynchus keta) in Korea.

11

Anda mungkin juga menyukai