Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGELOLAAN KESEHATAN

IKAN BIOSECURITY DALAM


PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN HIAS AIR TAWAR

Disusun oleh :

Kelas:
Kelompok 7 / Akuakultur
Aisyah 230110160017
Ilham Muslim Mursalin 230110160075
M. Emir Shidqi Saragih 230110160076
Dini Tusasi 230110160108
Rizqi Muhamad Rhamdhan 230110160140
Nadilla okviannas 230110160161
Naufal Sofyan Ibrahim 230110160177
Triansyah Putra 230110160218

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Syukur kehendak Allah SWT yang selalu berada di samping kita dalam segala
segi kehidupan. Dengan bimbinganNya lah kami dapat menyelesaikan tugas
pengelolaan kesehatan ikan ini dan kami beri judul makalah pengelolaan
kesehatan ikan biosecurity dalam Pembenihan dan pendederan ikan hias air
tawar.
Penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Tim Pengajar mata kuliah Pengelolaan kesehatan ikan.
2. Kedua Orang Tua kami, beserta Adik dan Kakak tercinta.
3. Seluruh teman kelompok yang telah berbagi informasi.
Akhir kata, penulis berharap tugas mata kuliah ini dapat memberi
pengetahuan kepada pembaca, dan menambah wawasan mengenai hal yang penulis
paparkan.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6


2.1 Pengertian..................................................................................................6
2.2 Tujuan........................................................................................................6
2.3 Penerapan biosecurity  dalam usaha pembenihan  pembenihan ikan hias. .
...................................................................................................................7
2.4 Penerapan Biosecurity Pada Kegiatan Budidaya Perairan......................10
2.5 Penerapan biosecurity  dalam usaha pendederan ikan hias.....................12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................15


3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan hias air tawar merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak
digemari oleh sebagian orang, yang biasa disebut penggemar ikan hias. Warna dan
bentuk ikan hias yang cantik serta kemudahan mendapatkan ikan hias menjadi
alasan utama penggemar ikan hias untuk memelihara ikan hias air tawar.
Memelihara ikan hias memerlukan ketekunan dalam menjaganya agar
dapat tumbuh sehat. Hal ini dapat dilihat dari faktor lingkungan seperti kondisi
akuarium dan pakan yang diberikan. Salah satu dari beberapa kondisi akuarium
yang paling berpengaruh adalah tingkat kekeruhan air. Tingkat kekeruhan air
akuarium disebabkan oleh beberapa hal, seperti sisa pakan yang tidak dimakan
ikan, kotoran ikan dan jarangnya dilakukan penggantian air. Pakan ikan hias harus
diberikan sesuai takaran, jika memberikan pakan yang tidak sesuai maka ikan
tidak akan memakannya dan pakan tersebut akan mengotori akuarium. Waktu
pemberian pakan ikan juga diperhatikan baik-baik, setiap jenis ikan hias air tawar
memiliki kriteria tersendiri untuk pakannya, baik dari segi takaran pakan maupun
frekuensi pemberian pakan dalam satu hari.
Selain itu hal yang harus diperhatikan penggemar ikan hias adalah suhu air
yang dapat diterima ikan, ikan hias umumnya dapat hidup pada suhu 8-30°C
dengan suhu optimum air 20-28°C. Akan tetapi banyak sekali penggemar ikan
hias yang kurang memperhatikan kondisi-kondisi tersebut. Hal ini dikarenakan
penggemar ikan hias memiliki kesibukan yang membuatnya lalai ketika
memelihara ikan ini.
Biosecurity merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko
masuknya penyakit dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lainnya (Lotz,
1997). Biosecurity juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengeluarkan
pathogen tertentu dari kultivan yang dibudidayakan di kolam induk, pembenihan,
maupun kolam pembesaran dari suatu wilayah atau negara dengan tujuan untuk
pencegahan penyakit (Lighner, 2003).

4
5

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apa biosekuriti pembenihan ikan hias air tawar?
2. Bagaiman biosekuriti pendederan ikan hias air tawar?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai biosekuriti pembenihan ikan hias
air tawar
2. Mengetahui bagaimana biosekuriti pendederan ikan hias air tawar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Biosekuriti berasal dari dua kata yaitu bio (hidup) dan security
(pengamanan atau perlindungan) atau secara harfiah dapat bermakna
pengendalian atau pengamanan terhadap makhluk hidup. Dalam budidaya,
biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencegah
penyakit masuk ke dalam ataupun menyebar keluar. Semua kegiatan dilakukan
dengan tujuan memisahkan induk dari bibit penyakit dan sebaliknya. Dalam ruang
lingkup laboratorium, “Biosecurity” adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan
rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen
penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak
mengontaminasi atau tidak disalahgunakan.

Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti memiliki arti sebagai upaya untuk


mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan cara menghalangi kontak
antara hewan dan mikroorganisme. Adapun menurut Deptan RI (2006),
biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit
dapat diminimalkan. WHO (2008) menambahkan bahwa tindakan biosekuriti
meliputi sekumpulan penerapan manajemen yang dilakukan bersamaan untuk
mengurangi potensi penyebaran penyakit, misalnya virus flu burung pada hewan
atau manusia.

2.2 Tujuan

Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah 1). Meminimalkan


keberadaan penyebab penyakit; 2). Meminimalkan kesempatan agen berhubungan
dengan induk semang; 3). Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen
penyakit seminimal mungkin ( Zainuddin dan Wibawan, 2007).

6
7

Pembudidaya perairan di Indonesia melakukan biosecurity dengan


berbagai macam tujuan, antara lain yang umum dilakukan yaitu untuk:

a. Memperkecil resiko hewan yang dibudidayakan terserang penyakit.

b. Mendeteksi secara dini adanya wabah penyakit.

c. Menekan kerugian yang lebih besar apabila terjadi kasus wabah


penyakit.

d. Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.

e. Agar kualitas hewan yang dibudidayakan lebih terjamin

2.3 Penerapan biosecurity  dalam usaha pembenihan  pembenihan ikan


hias
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dalam suatu usaha
pembenihan ikan adalah kemampuan dalam mengendalikan masuknya dan
berkembangnya organisme pathogen pada unit pembenihan tersebut. Hal ini
hanya dapat dipenuhi melalui penerapan biosecurity yang sistematis dn konsisten.
Penerapan biosecurity dapat dilakukan secara fisik melalui : (1) pengaturan tata
letak, (2) Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan, dan (3) Sterilisasi
bak, peralatan dan ruangan.
1. Pengaturan Tata Letak
Pengaturan tata letak yang baik di suatu unit pembenihan dapat mencegah
menyebarnya organisme pathogen dan kontaminasi bahan kimia yang tidak
diinginkan dari suatu daerah ke daerah lainnya. Oleh karena itu harus dilakukan
pengaturan tata letak sub unit pembenihan bedasarkan alur produksi, dilakukan
pemagaran/penyekatan dan pengaturan penyimpanan sarana produksi pada tempat
yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.

a. Pengaturan berdasarkan alur produksi


Pengaturan tata letak berdasarkan alur produksi adalah menata tata letak serta
aliran input di masing-masing sub unit secara berurutan mulai dari sub unit
karantina, induk, pemijahan dan penetasan, pemeliharaan benih, penyediaan

7
8

pakan hidup, sampai pemanenan benih sehingga mencegah kontaminasi pathogen


antar sub unit.
b. Pemagaran dan penyekatan
Untuk membatasi masuknya orang yang tidak berkepentingan dan hewan yang
berpotensi membawa organisme pathogen dan pencemar ke dalam unit
pembenihan, maka harus dilakukan pemagaran keliling pada bagian terluar dari
batas lokasi unit pembenihan tersebut. Demikian pula pemagaran atau penyekatan
antara area sub unti produksi yang satu dengan lainnya mutlak diperlukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang.
2. Pengaturan Akses Masuk Ke Lokasi
Masuknya personil, kendaraan, bahan dan peralatan ke lokasi unit
pembenihan dapat menjadi sumber transmisi organisme pathogen masuk ke unit
pembenihan. Pengaturan akses masuk ke lokasi unit pembenihan dapat dilakukan
dengan membatasi akses masuk hanya satu pintu dan menyediakan sarana
sterilisasi. Demikian pula untuk masing-masing sub unit produksi sebaliknya
melalui satu pintu dengan menyediakan sarana sterilisasi.
3. Sterilisasi bak, peralatan dan ruangan
Selain melakukan pengaturan tata letak dan akses masuk dari luar ke
lokasi unit pembenihan, hal yang sangat penting dalam penerapan biosecurity
adalah dengan melakukan sterilisasi lingkungan dalam unit pembenihan yang
meliputi sterilisasi, Bak pemeliharan, peralatan kerja dan ruangan/bangsal tempat
bekerja. Tujuan sterilisasi ini adalah untuk mengeliminasi semua organisme
pathogen yang berpotensi menyebabkan penyakit yang dapat merugikan usaha
pembenihan.

a.     Desinfeksi bak pemeliharaan


Pemakaian bak pemeliharaan yang terus menerus tanpa perlakuan desinfeksi akan
menjadi sumber penyakit yang dapat berkembang dari siklus pemeliharaan yang
satu ke siklus pemeliharaan berikutnya. Pencucian bak pemeliharaan dengan
desinfektan harus dilakukan setelah digunakan dan setiap memulai pemeliharaan
baru untuk memastikan bahwa sumber penyakit tidak berkembang dari siklus

8
9

pemeliharaan sebelumnya. Jenis desinfektan yang digunakan harus berupa bahan


yang direkomendasikan dan memperhatikan prosedur penggunaan dan
penetrannya.

b.    Desinfeksi perlatan dan sarana produksi


Peralatan dan sarana yang digunakan dan berhubungan langsung dengan air
media pemeliharaan dapat menjadi media berkembangnya organisme pathogen.
Oleh karena itu perlatan operasional yang digunkan harus didesinfeksi baik
sebelum maupun setelah digunakan dalam operasional pembenihan. Sedangkan
sarana pipa pengairan dan aerasi harus diberi desinfektan dan dikeringkan setiap
selesai satu siklus produksi. Selain menggunkan bahan desinfektan dapt dibantu
dnegan penjemuran sinar matahari.

c.     Sterilisasi ruangan produksi


Sterilisasi ruangan atau bangsal pembenihan bertujuan memutus siklus hidup
organisme yang tidak dikendaki, dilakukan pada lantai, dinding, atap dan sudut-
sudut ruangan yang sulit dibersihkan dengan cara fumigasi atau penyemprotan
bahan desinfektan oksidatif yang direkomendasikan.

4. Pengaturan personil/karyawan
Dalam penerapan biosecurity di suatu unuit pembenihan, pengaturan
personil/karyawan menjadi sangat penting agar penerapan biosecurity dapat
berjalan efektif dana man bagi personil/karyawan yang terlibat didalamnya dan
berkomitmen untuk melaksanakannya. Upaya pengaturan dimulai dengan
pemahaman bahwa personil/karyawan yang terlibat dalam proses
pemeliharaan/produksi mempunyai potensi menjadi pembawa organisme
pathogen. Cara yang dapat dilakukan dalam pengaturan personil/karyawan tesebut
antara lain adalah sebagi berikut :

a.     Pakaian dan perlengkapan kerja

9
10

Pakaian dan perlengkapan kerja personil/karyawan yang tidak bersih dapat


mencapai sumber kontaminan atau agen transmisi organisme pathogen bagi benih
ikan yang dipeliharanya, dan dapat pula mempengaruhi kesehatan
personil/karyawan yang memakainya. Untuk sterilisasi dan melindungi kesehatan
personil/karyawan maka pemakaian sepatu boot merupakan keharusan selama
dalam bekerja. Setiap personil/karyawan sebaiknya menggunakan sarung tangan
dan menggunakan penutup hidung bila bekerja dengan bahan kimia dan obat-
obatan.

b.    Sterilisasi atas kakai dan tangan


Pada saat memasuki sub unit produksi, karyawan sebaiknya untuk melakukan
sterilisasi alas kaki dan tangannya sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.
Dalam melakukan pekerjaan di unit pembenihan seringkali digunakan bahan
kimia, bahan biologi dan obat-obatan yang dapat berpotensi berbahaya bagi
personil/karyawan yang terlibat di dalamnya. Agar bahan tersebut tidak meracuni
personil/karyawan untuk cuci tangan/kaki segera setelah selesai melakukan
pekerjaan.

2.4 Penerapan Biosecurity Pada Kegiatan Budidaya Perairan


Penerapan biosecurity pada budidaya benih ikan hias tawar khususnya
ditujukan pada dua hal, yaitu upaya pencegahan dan upaya pengobatan seperti
dijelaskan pada uraian di bawah ini:
1.      Upaya Pencegahan
Untuk mencegah masuknya wabah penyakit ke dalam kolamsatau mencegah
meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi
kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa tindakan upaya
pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang dipelihara,
serta lingkungannya.

a.      Sanitasi Kolam

10
11

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran


dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar
secara merata di permukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam.
Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam di antaranya methyline blue
dengan dosis 20 ppm dan dibiarkan selama 2 jam. Kemudian kolam dimasuki air
baru dan ditebari ikan setelah kondisi air kembali normal.

b.      Sanitasi Perlengkapan dan Peralatan


Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama.
Caranya dengan merendam peralatan dalam larutan PK atau larutan kaporit
selama 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan
memegnag atau mencelupkan bagian tubuh ke dalam media air pemeliharaan
sebelum disucihamakan.

c.       Sanitasi Ikan Tebaran


Benih yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukkan
gejala kelainan atau sakit maka benih tersebut harus dikarantina terlebih dahulu
untuk diobati. Benih yang akan ditebar dan dianggap sehatpun sebaiknya
disucihamakan terlebih dahulu sebelum ditebar. Caranya dengan merendam benih
dalam larutan methyline blue 20 ppm. Lama perendaman masing-masing selama
10-15 menit.

2.      Upaya Pengobatan


Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar
benih ikan hias air tawar sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena
keracunan obat. Untuk itu, perlu diketahui gejala-gejala umum yang timbul,
kemudian dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu
barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya
diketahui, kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta
dosisnya yang tepat sehingga tercapai efisiensi penggunaan obat dan efektifitas
pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan dan biasanya

11
12

diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain pencelupan,
perendaman, usapan, dan pemberian obat melalui pakan.

a.      Pencelupan
Pencelupan adalah cara pengobatan dengan menggunakan obat-obatan alami atau
bahan kimia pada konsentrasi tinggi (ratus/ribuan ppm) dengan waktu pengobatan
sangat pendek. Perlu kehati-hatian dalam pengobatan melalui cara ini, terutama
melihat kondisi ikan yang sakit. Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedangkan
daya racun obat sangat tinggi maka ikan bisa mati.

b.      Perendaman
Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu
pada konsentrasi relatif rendah. Waktu yang digunakan untuk perendaman cukup
panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini
dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati,
ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.

c.       Usapan/olesan
Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan mengoleskan obat tepat pada
bagian yang luka. Selanjutnya ikan yang sudah diobati dipindahkan kedalam air
mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.

d.      Pemberian obat melalui pakan


Pengobatan ini terutama ditujukan bagi benih ikan hias air tawar yang terinfeksi
bakteri pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampurkan
ke dalam pakan ikan sesuai dosis yang dianjurkan.

2.5 Penerapan biosecurity  dalam usaha pendederan ikan hias


Dalam suatu kegiatan budidaya (pendederan) ikan, aspek persiapan kolam
sebelum penebaran benih ikan merupakan hal yang harus diperhatikan, karena
dapat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh pada saat panen. Persiapan-

12
13

persiapan tersebut mencakup beberapa aspek di antaranya: sumber air bebas


bahan pencemar; tersedianya saluran air masuk dan keluar; pengangkatan
lumpur kolam; pengeringan; pengapuran ; pengisian air.
Keberhasilan pendederan dinilai dari kelangsungan hidup benih (SR,
Survival rate dalam %) yang tinggi. Tingkat kelangsungan hidup benih adalah
jumlah benih yang hidup setelah dipelihara beberapa waktu dibagi jumlah benih
pada awal pemeliharaan, dinyatakan dalam persen (%).
Selain kelangsungan hidup, laju pertumbuhan panjang benih dapat
digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pemeliharaan. Laju pertumbuhan
panjang benih merupakan pertambahan panjang benih yang dicapai setelah
dipelihara dalam kurun waktu tertentu.
Pendederan dapat dilakukan dengan wadah apa saja, asal dapat
menampung benih ikan. Media tersebut hendaknya dapat dimanipulasi sehingga
dapat diberdayakan sebagai tempat pendederan yang optimal. Pendederan lele
dapat dilakukan pada media perairan seperti kolam, sawah, bak/tangki, keramba,
atau jaring apung.

a. Pendederan di kolam
Pendederan dapat dilakukan di kolam, baik kolam tanah, tembok, atau variasi
keduanya. Untuk pendederan di kolam tanah perlu dilakukan pengolahan tanah,
pengapuran (100-500 kg/ha) dan pemupukan yang memadai karena benih ikan
membutuhkan makanan alami seperti zooplankton dan hewan renik yang hanya
diperoleh dari hasil pemupukan. Pupuk yang digunakan berupa pupuk organik,
seperti kotoran ternak/kandang/hijauan daun dan pupuk anorganik, Urea dan TSP.
Pupuk kandang berkisar 5-15 ton/ha, sedangkan urea 50-100 kg/ha dan TSP 100-
150 kg/ha. Pupuk organik berfungsi sebagai penyubur tanah dan media
penumbuhan pakan alami, sedangkan pupuk buatan untuk penyubur dan
penumbuh plankton di perairan.

b. Pendederan di bak

13
14

Tempat seperti bak atau tangki dapat digunakan sebagai tempat pendederan benih
ikan. Pada pendederan dalam bak, pergantian air dilakukan secara kontinu.
Persiapan yang harus dilakukan adalah mendesinfektan bak tersebut dengan
klorin. Mengatur padat tebarnya.

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Aspek persiapan kolam sebelum penebaran benih ikan dalam kegiatan
budidaya (pendederan) ikan, merupakan hal yang harus diperhatikan, karena
dapat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh pada saat panen. Persiapan-
persiapan tersebut mencakup beberapa aspek di antaranya: sumber air bebas
bahan pencemar, tersedianya saluran air masuk dan keluar, pengangkatan lumpur
kolam, pengeringan, pengapuran, pengisian air.
Kemampuan dalam mengendalikan masuknya dan berkembangnya
organisme pathogen pada unit pembenihan merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam pembenihan ikan melalui penerapan biosecuriti, sehingga
perlu dilakukan pengaturan tata letak, Pengaturan akses masuk ke lokasi unit
pembenihan, dan Sterilisasi bak, peralatan dan ruangan.

3.2 Saran
Perlu ditingkatkan pemahaman dan keterampilan mengenai biosecuriti pada
setiap pelaku usaha perikanan dalam pengendalian penyakit ikan dan penurunan
mutu budidaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

[Deptan RI] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Restrukturisasi


Sistem Perunggasan Di Indonesia.
Direktorat Perbenihan, Sub Direktorat Standardisasi dan sertifikasi 2013
"Lampiran Permen KP Nomor PER./MEN/2012 Tentang Cara
Pembenihan Ikan Yang Baik (CPIB)
Jeffrey JS. 2006. Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26.
Lightner, D.V. 2003. Exclusion of Specific Pathogens for Disease Control in a
Penaid Shrimp Biosecurity Program. In C.S. Lee and P.J. O’Bryen,
editors. Biosecurity in Aquaculture Production Systems; Exclusion of
Pathogens and Other Undesirables. The World Aquaculture Society,
Baton Rouge, Lousiana, USA.
Lotz, J. M. 1997. Viruses, Biosecurity and Spesific Pathogen Free Stocks in
Shrimp Aquaculture. World Journal of Microbiology and Biotechnology
13 : 405-413.
Nofiyanta, Jaka. 2010. Kajian Penerapan Biosecurity Pada Pembesaran Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di PT. Surya Windu Kartika Desa
Bomo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
[WHO] World Health Organization. 2008. What is Avian Influenza.
Zainuddin D, Wibawan WT. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan
Penyakit Ayam Lokal.

16

Anda mungkin juga menyukai