2. Upaya Pengobatan
Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele
sangkuriang sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan
obat. Untuk itu, perlu diketahui gejala-gejala umum yang timbul, kemudian
dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu barulah
ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya
diketahui, kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta
dosisnya yang tepat sehingga tercapai efisiensi penggunaan obat dan efektifitas
pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan dan biasanya
diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain pencelupan,
perendaman, usapan, dan pemberian obat melalui pakan.
a. Pencelupan
Pencelupan adalah cara pengobatan dengan menggunakan obat-obatan alami atau
bahan kimia pada konsentrasi tinggi (ratus/ribuan ppm) dengan waktu pengobatan
sangat pendek. Perlu kehati-hatian dalam pengobatan melalui cara ini, terutama
melihat kondisi ikan yang sakit. Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedangkan
daya racun obat sangat tinggi maka ikan bisa mati. Cara pengobatan ini dilakukan
dengan menangkap lele sangkuriang yang terinfeksi menggunakan serok,
kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang telah
disiapkan selama 30-60 detik. Lele yang telah diobati kemudian dipindahkan ke
tempat penampungan sambil diberi aerasi dengan air mengalir.
b. Perendaman
Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu
pada konsentrasi relatif rendah. Waktu yang digunakan untuk perendaman cukup
panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini
dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati,
ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.
c. Usapan/olesan
Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan mengoleskan obat tepat pada
bagian yang luka. Selanjutnya ikan yang sudah diobati dipindahkan kedalam air
mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.
2. Fitoparasit
Fitoparasit adalah jenis parasit yang tergolong dalam dunia tanaman (plant
kingdom). Dari golongan fitoparasit yang paling dikenal dan sering menyerang
lele sangkuriang yaitu dari jenis jamur atau fungi. Jamur atau fungi ini memiliki
bentuk menyerupai benang-benang halus dan sangat berbahaya bagi benih dan
telur ikan. Gejala lele sangkuriang yang terkena infeksi jamur yaitu pada badan
lele sangkuriang terdapat benang-benang halus berwarna putih seperti kapas. Jika
tidak segera ditangani maka semakin lama lele menjadi kurus dan akhirnya mati
karena jamur mampu menembus kulit bagian dalam terus masuk ke jaringan otot
bahkan sampai ke tulang. Sasaran penyakit jamur ini bukan saja benih atau ikan
dewasa, tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama
pada lele yang sebelumnya sudah terjangkiti parasit lain atau mengalami luka fisik
sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi sekunder/ infeksi kedua.
Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak
mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Menghindari penanganan luka pda tubuh ikan pada saat panen atau penanganan
pasca panen.
- Memberikan obat antibiotik dengan dosis rendah (0,5-1 ppm) pada media
pengangkutan atau penampungan ikan.
- Merendam telur lele sangkuriang dalam antibiotik sebelum dimasukkan ke
tempat penetasan telur.
- Memberikan antibiotik pada media penetasan telur dengan dosis redah.
DAFTAR PUSTAKA
Nofiyanta, Jaka. 2010. Kajian Penerapan Biosecurity Pada Pembesaran Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) Di PT. Surya Windu Kartika Desa Bomo Kecamatan
Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
http://www.aps.apsidoarjo.ac.id/index.php?
option=com_rokdownloads&view=file&task=download&id=49%3Akajian-
penerapan-biosecurity-pada-pembesaran-udang-vannamei&Itemid=123&lang=in.
Diakses pada 24 Mei 2010 pk.07:51 WIB.
Sari, Rohita. 2007. Konsep Biosecurity.
http://biosekuritiakuakultur.blogspot.com/2007/12/cacing-cestoda.html.
Diakses pada 245 Mei 2010 pk.0756 WIB.