Anda di halaman 1dari 6

A.

    Biosecurity Budidaya Perairan.


1.      Devinisi Biosecurity
Biosecurity merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko masuknya
penyakit dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lainnya (Lotz, 1997).
Biosecurity juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengeluarkan pathogen
tertentu dari kultivan yang dibudidayakan di kolam induk, pembenihan, maupun
kolam pembesaran dari suatu wilayah atau negara dengan tujuan untuk
pencegahan penyakit (Lighner, 2003).

2.      Tujuan Biosecurity Pada Budidaya Perairan


Pembudidaya perairan di Indonesia melakukan biosecurity dengan berbagai
macam tujuan, antara lain yang umum dilakukan yaitu untuk:
a.       Memperkecil resiko hewan yang dibudidayakan terserang penyakit.
b.      Mendeteksi secara dini adanya wabah penyakit.
c.       Menekan kerugian yang lebih besar apabila terjadi kasus wabah penyakit.
d.      Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.
e.       Agar kualitas hewan yang dibudidayakan lebih terjamin.

B.     Penerapan Biosecurity Pada Kegiatan Budidaya Perairan


Penerapan biosecurity pada kegiatan budidaya perairan berbeda-beda tergantung
pada  jenis hewan yang dibudidayakan, serta tempat dilakukannya budidaya
hewan tersebut. Di bawah ini terdapat contoh penerapan biosecurity dari jenis
kegiatan usaha budidaya lele sangkuriang berdasarkan pada panduan Panen Lele
2,5 Bulan (Basahudin, 2009). Penerapan biosecurity pada budidaya lele
sangkuriang khususnya ditujukan pada dua hal, yaitu upaya pencegahan dan
upaya pengobatan seperti dijelaskan pada uraian di bawah ini:
1.      Upaya Pencegahan
Untuk mencegah masuknya wabah penyakit ke dalam kolam pembesaran lele atau
mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya
mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa
tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang
dipelihara, serta lingkungan tempat pembesaran.
a.      Sanitasi Kolam
Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, penjemuran, dan pengapuran
dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m 2 yang ditebar
secara merata di permukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam.
Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam di antaranyamethyline
blue dengan dosis 20 ppm dan dibiarkan selama 2 jam. Kemudian kolam dimasuki
air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air kembali normal.
b.      Sanitasi Perlengkapan dan Peralatan
Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaan suci hama.
Caranya dengan merendam peralatan dalam larutan PK atau larutan kaporit
selama 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan
memegnag atau mencelupkan bagian tubuh ke dalam media air pemeliharaan
sebelum disucihamakan.

c.       Sanitasi Ikan Tebaran


Benih lele sangkuriang yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu.
Bila menunjukkan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantina
terlebih dahulu untuk diobati. Benih lele sangkuriang yang akan ditebar dan
dianggap sehatpun sebaiknya disucihamakan terlebih dahulu sebelum ditebar.
Caranya dengan merendam benih dalam larutan methyline blue 20 ppm. Lama
perendaman masing-masing selama 10-15 menit. Bila sanitasi ikan tebaran akan
menggukan obat-obatan alam, dapat dilakukan dengan cara merendam benih lele
sangkuriang dalam ekstrak cairan sambiloto dengan dosis 25 ppm, ekstrak cairan
rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm, atau ekstrak cairan daun dewa dengan dosis
25 ppm. Lama perendaman masing-masing selama 30-60 menit.

d.      Menjaga Lingkungan Tempat Pembesaran


Upaya lain perlindungan gangguan dari penyakit lele sangkuriang adalah dengan
menjaga kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan. caranya, setiap kolam
pembesaran lele sangkuriang diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar,
telah melalui sistem filtrasi, dan bahan-bahan organik seperti sampah sedapat
mungkin dihindari masuk ke dalam kolam.

2.      Upaya Pengobatan
Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele
sangkuriang sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan
obat. Untuk itu, perlu diketahui gejala-gejala umum yang timbul, kemudian
dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu barulah
ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya
diketahui, kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta
dosisnya yang tepat sehingga tercapai efisiensi penggunaan obat dan efektifitas
pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan dan biasanya
diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain pencelupan,
perendaman, usapan, dan pemberian obat melalui pakan.
a.      Pencelupan
Pencelupan adalah cara pengobatan dengan menggunakan obat-obatan alami atau
bahan kimia pada konsentrasi tinggi (ratus/ribuan ppm) dengan waktu pengobatan
sangat pendek. Perlu kehati-hatian dalam pengobatan melalui cara ini, terutama
melihat kondisi ikan yang sakit. Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedangkan
daya racun obat sangat tinggi maka ikan bisa mati. Cara pengobatan ini dilakukan
dengan menangkap lele sangkuriang yang terinfeksi menggunakan serok,
kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang telah
disiapkan selama 30-60 detik. Lele yang telah diobati kemudian dipindahkan ke
tempat penampungan sambil diberi aerasi dengan air mengalir.

b.      Perendaman
Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu
pada konsentrasi relatif rendah. Waktu yang digunakan untuk perendaman cukup
panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini
dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati,
ikan dipindahkan ke tempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.

c.       Usapan/olesan
Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan mengoleskan obat tepat pada
bagian yang luka. Selanjutnya ikan yang sudah diobati dipindahkan kedalam air
mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.

d.      Pemberian obat melalui pakan


Pengobatan ini terutama ditujukan bagi lele sangkuriang yang terinfeksi bakteri
pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampurkan ke
dalam pakan ikan sesuai dosis yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampur obat
diberikan kepada lele yang akan diobati sebanyak 2-3% biomassa, diberikan 3 kali
per hari.

C.    Jenis Penyakit Yang Menyerang Lele Sangkuriang


Terkait upaya biosecurity pada kegiatan budidaya lele sangkuring maka perlu
diketahui jenis-jenis penyakit yang biasanya menyerang lele sangkuriang. Hal ini
perlu dilakukan karena tanpa mengetahui dengan pasti jenis penyakit yang
menyerang maka kita tidak dapat melakukan tindakan yang tepat dalam upaya
mencegah penyebaran penyakit tersebut lebih luas. Selain itu dengan mengetahui
jenis penyakit yang menyerang maka dapat ditentukan jenis obat yang tepat untuk
mengobati lele sangkuriang yang terinfeksi. Jenis-jenis penyakit yang biasanya
menyerang lele sangkuriang digolongkan menjadi 2 golongan yaitu zooparasite
dan fitoparasit.
1.      Zooparasite.
Zooparasite merupakan parasit yang tergolong dalam dunia hewan (animal)
diantaranya yaitu cyclochaeta (Trichodina sp.) dan bintik putih.
a.      Cyclochaeta ( Trichodina sp.)
Trichodina sp. berkembang biak dengan cara membelah diri. Selama
hidupnya Trichodina sp. berada dalam tubuh ikan. Pada bagian
bawah Trichodina sp. terdapat mulut yang dilingkari suatu alat dari zat kitin
berjumlah 20-30 buah yang berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh,
sebagai insang, dan sebagai alat penghisap. Gejala infeksi pada lele sangkuriang
yang terkena Trichodina sp. yaitu pada bagian luar tubuh yang terkena infeksi
menjadi berwarna pucat, banyak mengeluarkan lendir serta mengalami
pendarahan. Warna tubuh pucat dan tingkah laku yang tidak normal ditandai
dengan menurunnya ketahanan tubuh, terjadi penurunan berat badan, dan terjadi
iritasi pada kulit. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan
memelihara kondisi lingkungan, kolam didesinfektan sebelum dilakukan
penebaran ikan, jika memungkinkan Trichodina sp. harus di hambat agar tidak
masuk ke kolam, menjaga populasi lele sangkuriang seoptimal mungkin, serta
pakan harus tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup.

b.      Bintik putih (white spot)


Parasit ini sering dijumpai pada lele sangkuriang dan terlihat seperti bintik-bintik
putih sehingga disebut penyakit bintik putih (white spot). Bintik putih menyerang
lele sangkuriang secara berkelompok, membentuk koloni yang bersarang pada
lapisan lender kulit, sirip, hingga lapisan insang. Gejala infeksi pada lele
sangkuriang yang terkena bintik putih yaitu mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat,
pertumbuhannya lambat, terjadi iritasi, dan lele tampak menggosok-gosokkan
tubuhnya ketepi kolam. Pada lele sangkuriang yang terinfeksi lebih lanjut akan
terlihat meloncat-loncat ke permukaan air, napsu makan berkurang, terjadi
perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak responsive terhadap
rangsangan. Pengobatan penyakit bintik putih agak sulit dilakukan karena bintik
putih hidup pada kulit ikan lele sangkuriang dan terbungkus oleh selaput lendir
ikan sehingga larutan obat tidak dapat meresap dan mengenai parasit tanpa
merusak selaput lendir ikan.

2.      Fitoparasit
Fitoparasit adalah jenis parasit yang tergolong dalam dunia tanaman (plant
kingdom). Dari golongan fitoparasit yang paling dikenal dan sering menyerang
lele sangkuriang yaitu dari jenis jamur atau fungi. Jamur atau fungi ini memiliki
bentuk menyerupai benang-benang halus dan sangat berbahaya bagi benih dan
telur ikan. Gejala lele sangkuriang yang terkena infeksi jamur yaitu pada badan
lele sangkuriang terdapat benang-benang halus berwarna putih seperti kapas. Jika
tidak segera ditangani maka semakin lama lele menjadi kurus dan akhirnya mati
karena jamur mampu menembus kulit bagian dalam terus masuk ke jaringan otot
bahkan sampai ke tulang. Sasaran penyakit jamur ini bukan saja benih atau ikan
dewasa, tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama
pada lele yang sebelumnya sudah terjangkiti parasit lain atau mengalami luka fisik
sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi sekunder/ infeksi kedua.
Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak
mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
-          Menghindari penanganan luka pda tubuh ikan pada saat panen atau penanganan
pasca panen.
-          Memberikan obat antibiotik dengan dosis rendah (0,5-1 ppm) pada media
pengangkutan atau penampungan ikan.
-          Merendam telur lele sangkuriang dalam antibiotik sebelum dimasukkan ke
tempat penetasan telur.
-          Memberikan antibiotik pada media penetasan telur dengan dosis redah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Penerapan Biosecurity Dalam Budidaya Udang.


http://blog.unila.ac.id/supono/files/2009/09/biosecurity-materi-kuliah.pdf.
Diakses pada 25 Mei 2010 pk.08.05 WIB

Basahudin, M. S. 2009. Panen Lele 2.5 Bulan. Jakarta: Penebar Swadaya.

JOHAN NASHRUDDIN. 2010. Penerapan Biosecurity Pada Pembesaran Udang


Vannamei (Litopeneaus vannamei) Secara Intensif di PT. Centralpertiwi Bahari
Kampung Bratasena Adiwarna Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang
Bawang Propinsi Lampung.
http://www.aps.apsidoarjo.ac.id/index.php?
option=com_rokdownloads&view=file&task=download&id=48%3Apenerap
an-biosecurity-pada-pembesaran-udang-vannamei&Itemid=123&lang=en
Diakses pada 24 Mei 2010 pk.07:53 WIB.

Nofiyanta, Jaka. 2010. Kajian Penerapan Biosecurity Pada Pembesaran Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei)  Di PT. Surya Windu Kartika Desa Bomo Kecamatan
Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
http://www.aps.apsidoarjo.ac.id/index.php?
option=com_rokdownloads&view=file&task=download&id=49%3Akajian-
penerapan-biosecurity-pada-pembesaran-udang-vannamei&Itemid=123&lang=in.
Diakses pada 24 Mei 2010 pk.07:51 WIB.
           
Sari, Rohita. 2007. Konsep Biosecurity.
http://biosekuritiakuakultur.blogspot.com/2007/12/cacing-cestoda.html.
Diakses pada 245 Mei 2010 pk.0756 WIB.

Sucipto, Adi. 2009. Ikan Mas Dan KHV.


http://pinginsukses.wordpress.com/2009/09/04/ikan-mas-dan-khv/.
Diakses pada 25 Mei 2010 pk.08.11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai