Gambar 1. Kolam Tanah Gambar 2. Kolam Semi Intensif Gambar 3. Kolam intensif
2. Kualitas air
Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital bagi usaha pendederan.
Faktor lingkungan yang umumnya sangat berpengaruh pada organisme target
adalah kualitas air. Kelangsungan hidup benih ikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas suatu perairan, untuk mendapatkan benih ikan yang sehat dan tumbuh
dengan cepat. Apabila kualitas air kurang baik, dapat menyebabkan ikan lemah,
nafsu makan berkurang, dan rentan terserang penyakit.. Berikut ini merupakan
kualitas air yang baik bagi usaha pendederan yaitu :
3. Kualitas pakan
Pakan dibagi menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan
alami merupakan mikroorganisme yang digunakan sebagai pakan pertama larva
organisme budidaya sebelum mampu mengonsumsi pakan buatan. Pakan
buatan merupakan pakan yang telah diformulasikan dari bahan alami yang
diproses sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan organisme target.
Pakan alami dapat berupa fitoplankton, zooplankton, ataupun bentos. Pakan
fitoplankton berupa Chlorella sp., Spirulina sp., Chaetoceros sp.,
Nannochloropsis sp, dan lain-lain. Zooplankton yang dapat digunakan dalam
pakan alami, yaitu rotifera (Brachionus sp.), naupli Artemia salina, Daphnia sp.,
Moina sp., copepoda, jentik nyamuk, dan lain-lain. Bentos yang dapat digunakan
sebagai pakan alami, yaitu cacing darah, jentik nyamuk, dan Tubifex sp. C
a. Pakan buatan b. Pakan alami
Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan
mulut benih ikan seperti cacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya.
4. Kesehatan
Kesehatan ikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu organisme budidaya,
lingkungan, dan patogen. Berikut ini merupakan model hubungan antara ketiga
faktor tersebut.
Pendederan I
a) Pelepasan bibit
Bibit yang dipelihara dalam pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stress,
dan cidera sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati – hati. Yang
penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit yaitu antara 500 – 750 ekor/m2.
Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 3000 – 4500 bibit.
Untuk menghindari stress dan cidera, pelepasan bibit dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
b) Pengaturan air
Kualitas air yang digunakan untuk memlihara ikan pada masa pendederan I
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus
dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan ari menglir dengan
sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang
keluar langsuang diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi
pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2 – 3 hari sekali atau
sesuai kebutuhan.
Untungnya, pada kolam pendederan I kualitas air masih akan cukup baik dalam
waktu yang cukup lama karena ukuran ikan peliharaan masih sangaat kecil
dengan jumlah kotoran yang juga masih sedikit. Selain itu, pakan yang diberikan
pun pakan alami yang tidak menyebabkan penurunan kualitas air.
c) Pemberian pakan
Bibit berukuran 1 – 3 cm tentu saja belum dapat makan pellet butiran. Pakan yang
di berikan kepada bibit lele ini mengandung cukup banyak protein untuk
mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya di beri pakan
alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (tubifex sp.) . baru pada
minggu kedua bibit lele sangkuriang mulai diberi pelet 581. Pelet ini berbentuk
seeperti tepung.
Prinsip pemberian pakan untuk bibit adalah sebagai berikut
1. Pakan alami di berikan dalam keadaan hidup agar apabila belum termakan
maka akan dapat dimakan pada waktu berikutnya.
2. Pakan alami diberikan sedikit demi sedikit hingga bibit lele sangkuriang
kenyang. Caranya, dengan memasukkan kutu air atau cacing sutra sesendok
demi sesendok hingga tidak aada lagi bibit lele sangkuriang yang mau
memakannya.
3. Pakan di berikan 3-4 kali sehari, yaitu pagi, siang (bila mungkin), sore, dan
malam hari.
4. Seiring dengan di berikannya makanan berupa pelet, jumlah pakan alami mulia
di kurangi. Misalnya, untuk minggu ke-2 kombinasi 75% pakan alami dan 25%
pelet, untuk minggu ke-3 kombinasi 50% pakan alami dan 50% pelet.
d) Pengendalian hama dan penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudidaya juga harus
mencegah masuknya hama dan penyakit. Hama yang sering memakan bibit ikan
antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut
berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan 13ka nada banyak bibit
yang hilang.
Untuk mencegah ular, burung, kadal, dan katak masuk ke dalam kolam, tutuplah
kolam dengan anyaman bamboo. Bila hama telah terlanjur masuk, segera
keluarkan atau basmi secepatnya.
e) Seleksi bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama
kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3 – 5 cm. Bibit – bibit yang telah
mencapai ukuran 3 – 5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada pendederan II,
atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit yang didapat dari seleksi pertama disebut
bibit saringan I, bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki
kecepatan pertumbuhan yang baik.
Seleksi yang kedua dilakukan pada saat bibit telah dipelihara selama 3 minggu.
Bibit yang diperoleh disebut bibit saringan II. Kualitas bibit ini sedikit dibawah bibit
saringan pertama. Bibit yang tidaak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan
bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai ukuran 3 – 5 cm.
Kualitas bibit sisa ini tidak begitu baik.
Pendederan II
Pendederan II merupakan kelanjutan dari pendederan II, yang mana bibit
berukuran 3 – 5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5 – 8 cm. Seperti halnya
pada pendederan I, factor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini
adalah pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Pendederan II berlangsung selama 3 – 4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3
(tiga) kali yaitu pada minggu ke – 3, minggu ke – 3,5 dan minggu ke – 4.
1. Pelepasan benih
Ukuran bibit yang dipelihara pada pendederan II dua kali lebih besar dari bibit
pada pendederan I. Oleh karena itu, kepadatan bibit harus dikurangi sampai
setengan dari kepadatan pendederan I, yaitu 250 – 500 ekor/m2. Untuk kolam
berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 1500 – 3000 bibit. Metode pemindahan dan
pelepasan bibit pada kolam pendederan II tidak berbeda dengan yang dilakukan
pada pendederan I.
2. Pengaturan air
3. Pemberian pakan
Pada minggu ke – 1 masa pendederan II, pakan yang diberikan berupa pakan
alami dan pelet tepung(581). Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 10 – 15
% dari bobot total bibit yang dipelihara, terdiri dari 25 % pakan alami dan 75 %
pelet yang dilembutkan. Pada minggu ke – 2, pakan yang diberikan adalah pelet
tepung seluruhnya. Pada minggu ke – 3 dan ke – 4 dapat mulai menggunakan
pelet butiran dengan diameter ± 1 mm (pelet 999). Pemberian pakan dilakukan
tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
Dengan semakin besarnya ukuran bibit maka semakin berkurang jumlah hama
yang berbahaya baginya. Hama yang masih perlu diwaspadai adlah ular dn
burung pemakan ikan. Cara pencegahannya sama seperti pada pendederan I,
yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain.
Sedaangkan untuk mengendalikan penyakit, penggantian air secara rutin
merupakan cara terbaik, selain menggunakan malachite green oxaite (1 – 5
ml/m3) atau methylene blue (10 ml/m3).
5. Seleksi bibit
muapun III juga merupakan bibit berkualtas baik dn memenuhi standard. Bibit
yang tidak lolos seleksi dapat terus dipelihara hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit ini
tidak memenuhi standard sebagai bibit yang bagus.
Pendederan III
Tidak banyak pembibit yang melaksanakan pendederan III, karena begitu
melewati pendederan II sudah banyak konsumen yang berminat untuk membeli
bibt tersebut. Bahkan akhir – akhir ini konsumen tidak cukup sabr untuk menanti
bibti hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit berukuran 3 – 5 cm pun sudah banyak yang
memintanya.
Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5 – 8 cm
menjadi bibit berukuran 8 – 12 cm. Bibit dengan ukuran 8 – 12 cm merupakan bibit
yang paling optimal untuk pendederan. Pendederan III dilakukan selama 3
minggu.
1. Pelepasan bibit
Kepadatan bibit pada pendederan III lebih rendah disbanding pendederan II,
karena ukurn bibit yang digunakan lebih besaar. Jumalh bibt yang dilepas pada
kolam pendederan III adalah antara 100 – 200 ekor/m2. Metode pemindahan dan
pelepadan bibit sama dengan pada pendederan I dan II.
2. Pengaturan air
Pengaturan air pada pendederan III tidak seintensif pendederan I dan II amun
tetap harus mendapat perhatian. Penggantian air dilakukan apabila air di kolam
sudah kotor. Jadi tidak harus dilakukan secara rutin. Lebih baik lagi apabila
menggunakan sistem air keluar masuk sehingga kesegaran dan kebersihan air
tetap terjaga. Meskipun tidak seketat pendederan I dan II, namun usahakan agar
tidak ada sisa makanan dan kototran yang mengendap dan mmembusuk di dasar
kolam karena hal itu dapat menghambat pertumbuhan ikan dan merangsang
munculnya penyakit.
3. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet yang dikecilkan ukurannya hingga berdiameter
1 – 3 mm (pelet 999, 781 – 1, dan 782 – 2). Jumlah pakan yandiberikan sebanyak
5 – 10 % bobot bibit yang dipelihara. Pakan dibeikan (tiga) kali sehari, yaitu pada
pagi, siang, dan sore hari.
Terkadang bibit sangat rakus, makan terlalu banyak (untuk jenis lele). Padahal
pelet dapat mengembang selama ada di dalam perut ikan. Akibatnya bibit
mengalami kembung dan pecah perut. Untuk mencegahnya rendam pelet dalam
air hangat hingga mengembang dan baru setelah itu diberikan kepada ikan.
Dengan cara demikian pelet tidak akan mengembang lagi, dan kembung tidak
akan terjadi.
Seperti halnya pada pendederan II, hama yang mengancam aldalah ular dan
burung pemakan ikan. Cara pengendaliannya masih sama, yaitu dengan menutup
kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Serangan penyakit dapat
dikendalikan dengan memelihara kebersihan air. Jika terdapat tanda – tanda ikan
terserang penyakit, terutama jamur berikan malachite green oxalate atau
methylene blue.
5. Seleksi bibit
Bibit yang dibesarkan pada pendederan III dapat diseleksi mulai minggu ke – 2
untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang sesuai (8 – 12 cm). Sisa bibit yang
tidak lolos seleksi pertama, diseleksi lagi pada minggu ke – 3. Sisa bibit yang tidak
lolos seleksi kedua dapat terus dipelihara hingga mencapai ukuran yang
disyaratkan atau langsung dijual.