Anda di halaman 1dari 97

 

BUKU TEKS BAHAN AJAR SISWA


PROGRAM KEAHLIAN : PERIKANAN

PENULIS : HERMAN, S.Pi 

TEKNIK PENDEDERAN
KOMODITAS PERIKANAN
BUDIDAYA

GENAP 
GENAP 

UPT SMK NEGERI TAKALAR


DINAS PENDIDIKAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI 

1
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Budidaya perairan
perairan berasal dari dua kata yaitu budidaya
budidaya dan perairan. Budidaya
merupakan kegiatan / upaya untuk memperoleh hasil ( ikan ) dengan melakukan
 berbagai usaha supaya produktifitas dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
 perairan itu dibiarkan secara alami. Sedangkan perairan merupakan suatu hamparan
yang digenangi air atau dapat digenangi air. Dengan demikian budidaya perairan dapat
diartikan sebagai kegiatan / upaya untuk memperoleh hasil (ikan, udang, rumput laut
dan sebagainya) dengan jalan melakukan berbagai usaha supaya produktifitas menjadi
lebih tinggi pada suatu hamparan yang digenangi air.

Berdasarkan pengertian diatas, budidaya perairan merupakan suatu aktivitas


yang mengupayakan dengan berbagai usaha sehingga meningkatkan produksi perairan.
Kata melakukan berbagai usaha pada defenisi diatas berarti kegiatan budidaya perairan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi agar perairan tersebut mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi.
tinggi. Dengan kata lain budidaya perairan merupakan upaya
sadar dan terencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara
 bijaksana bagi berbagai kegiatan budidaya ikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup. Upaya sadar terencana berarti telah melakukan studi
kelayakan berdasarkan pasar, kondisi lingkungan, komoditas, skala usaha, permodalan

dan sarana pendukung lainnya.


Dari keterangan di atas tujuan budidaya perairan adalah mengoptimalkan
sumberdaya perairan, meningkatkan produktifitas dan pelestarian komoditas perairan.
Mengoptimalkan sumberdaya perairan melalui budidaya ikan dapat dilakukan dengan
sistem tradisional, semi intensif dan intensif. Menggunakan ke tiga sistem diatas akan
mengoptimalkan sumberdaya perairan dan meningkatkn produktifitas dibandingkan
dengan produksi secara alami.
Usaha budidaya ikan menunjukan perkembangan yang sangat pesat dari tahun
ke tahun. Hal ini diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran manusia untuk

mengkonsumsi ikan dan bertambahnya


bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Jenis ikan yang

2
 

dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias.
Dalam usaha pemeliharaan ikan secara intensif makanan merupakan faktor penting
yang menentukan keberhasilan
keberhasilan budidaya
budidaya ikan. Oleh karena itu pemberian
pemberian pakan yang
efektif dan efisien, dalam arti jenis, jumlah dan waktu pemberian yang tepat akan
menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Jenis  –   jenis makanan yang tepat dan
dapat diberikan pada ikan budidaya antara lain ada dua yaitu makanan alami (pakan
alami) dan makanan buatan (pakan buatan). Ketersediaan pakan yang cukup merupakan
faktor penting dalam budidaya ikan.

Segmen usaha dalam kegiatan budidaya ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu
 pendederan, pendederan dan pembesaran. Menurut definisi dari Wikipedia pendederan
adalah tahap pelepasan / penyebaran benih
penyebaran  benih (baik  tumbuhan
 tumbuhan atau ikan
atau ikan / udang)
 udang) ke
 ke tempat
 pembesaran sementara. Dalam pendederan ikan / udang, larva
udang, larva atau ikan yang baru
menetas disebar di akuarium atau kolam kecil dengan pengaturan suasana air yang ketat

(baik  derajat keasaman, 
keasaman,  kebersihan, suhu,
kebersihan, suhu,   kadar  oksigen, 
 oksigen,  dan sebagainya. Setelah
hewan-hewan ini cukup besar, maka siap untuk disebar ke kolam pembesaran.
Pendederan dilakukan untuk melindungi tumbuhan/hewan sewaktu kecil karena
 biasanya mereka rentan terhadap hama,
terhadap hama, penyakit,
 penyakit,   serta perubahan lingkungan yang
ekstrem.

Pendederan adalah salah satu sektor kegiatan budidaya perikanan setelah


 pendederan dan pada beberapa komoditas ikan pendederan dapat dikategorikan dalam
usaha pembesaran. Pendederan merupaka fase peralihan dari kegiatan pendederan ke
kegiatan pembesaaran. Ikan yang
yang ditanam untuk pendederan
pendederan dimulai
dimulai dari post-larva

hingga yang berukuran 1  –   3 cm. Pendederan bertujuan menghasilkan benih ikan
ukuran 5  –   10 cm dengan masa pemeliharaan 2  –   4 bulan. Namun ada jenis ikan
tertentu seperti ikan gurame dengan laju pertumbuhan yang relatif lambat, membagi
masa pendederan menjadi beberapa tahapan. Hasil pendederan kemudian dipelihara
lagi (untuk ikan konsumsi) di wadah pembesaran.

3
 

B. Ruang Lingkup Materi

   Menerapkan prosedur persiapan wadah pendederan komoditas perikanan


   Menerapkan prosedur persiapan media pendederan komoditas perikanan
   Menganalisa kualitas benih pada pendederan komoditas perikanan

  Menerapkan prosedur penebaran benih pada kegiatan pendederan komoditas
 perikanan
   Menerapkan pemantauan perkembangan benih

C. Prasyarat
Sebelum mempelajari buku teks ini, peserta didik diharapkan :
1  Sehat jasmani dan rohani
2  Memiliki keinginan untuk bisa memahami dan menggali
m enggali lebih banyak mengenai
informasi yang akan disampaikan
3  Mampu menganalisa materi yang akan disampaikan dengan sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan scientific
dengan scientific learning  

D. Petunjuk Penggunaan
1. Prinsip  –  Prinsip
 Prinsip Belajar
a.  Berfokus pada peserta didik (student center learning)
 b.  Peningkatan kompetensi seimbang antara pengetahuan, keterampilan dan sikap
c.  Kompetensi didukung empat pilar yaitu : inovatif, kreatif, efektif, dan produktif

2. Pembelajaran
a.  Mengamati (melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak)
 b.  Menanya (mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat
hipotesis)
c.  Mengeksplorasi / eksperimen (menentukan data yang diperlukan, menentukan
sumber data, mengumpulkan data)
d.  Mengasosiasi (menganalisis data, menyimpulkan dari hasil analisis data)
e.  Mengkomunikasikan (menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan diagram, bagan, gambar, atau media)

4
 

3. Penilaian/Asessmen
a.  Penilaian dilakukan berbasis kompetensi
 b.  Penilaian tidak hanya mengukur kompetensi dasar tetapi juga kompetensi inti
dan standard kompetensi lulusan
c.  Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai instrument
utama penilaian kinerja peserta didik pada pembelajaran di sekolah dan industry
d.  Penilaian dalam pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan dapat
dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran
e.  Aspek penilaian pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan meliputi
hasil belajar dan proses belajar peserta didik
f.  Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes
 praktek, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan
 penilaian antar teman.
g.  Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga
 penting untuk dilakukan
h.  Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat
diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman

E. Tujuan Akhir
Mata pelajaran teknik pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk :
1  Menghayati hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya sebagai bentuk
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Allah, SWT yang
menciptakannya
2  Mengamalkan pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran teknik
 pendederan komoditas perikanan sebagai amanat untuk kemaslahatan umat
manusia
3  Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggung jawab sebagai hasil implementasi
dari pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
4  Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan

5
 

5  Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan


laboratorium / lahan praktek sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan
6  Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin, serta bertanggung jawab sebagai
hasil dari implementasi pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
7  Menjalankan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati  –   hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktifitas sehari – 
sehari  –  hari
 hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi dalam mata pelajaran teknik
 pendederan komoditas perikanan
8  Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktifitas sehari  –   hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


a.  Menghayati hubungan antara
makhluk hidup dan lingkungannya
sebagai bentuk kompleksitas alam
dan jagad raya terhadap kebesaran
Menghayati dan mengamalkan ajaran Allah, SWT yang menciptakannya
agama yang dianutnya  b.  Mengamalkan pengetahuan dan
keterampilan pada pembelajaran
 pengelolaan kualitas air sebagai
amanat untuk kemaslahatan ummat
manusia
Menghayati dan mengamalkan perilaku a.  Menghayati perilaku cermat, teliti,
 jujur, disiplin, tanggung
tanggung jawab, peduli dan tanggung jawab sebagai hasil
(gotong royong, kerjasama, toleran, implementasi dari pembelajaran
damai), santun, responsive dan proaktif teknik pendederan komoditas
dan menunjukkan sikap sebagai bagian  perikanan
dari solusi atas berbagai permasalahan  b.  Menghayati pentingnya kerjasama

6
 

dalam berinteraksi secara efektif dengan sebagai hasil implementasi dari


lingkungan social dan alam serta dalam  pembelajaran teknik pendederan
menempatkan sebagai cerminan bangsa komoditas perikanan
dalam pergaulan dunia c.  Menghayati pentingnya kepedulian
terhadap kegiatan pendederan ikan
sebagai hasil implementasi dari
 pembelajaran teknik pendederan
komoditas perikanan
d.  Menghayati pentingnya bersikap
 jujur, disiplin, serta bertanggung
 jawab sebagai hasil implementasi dari
 pembelajaran teknik pendederan
komoditas perikanan
e.  Menjalankan perilaku ilmiah
(memiliki rasa ingin tahu, objektif,
 jujur, teliti, cermat, tekun, hati  –  hati,
  hati,
 bertanggung jawab, terbuka, kritis,
kreatif, inovatif, dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari  –  
hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan percobaan
dan berdiskusi dalam mata pelajaran
teknik pendederan komoditas
 perikanan
f.  Menghargai kerja individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari  –  
hari sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan
Memahami, menerapkan, menganalisis, a.  Menerapkan pengelolaan kualitas air
dan mengevaluasitentang pengetahuan  pada pendederan komodits perikanan
faktual, konseptual, operasional dasar,  b.  Menganalisis pengendalian hama dan

7
 

dan metakognitif sesuai dengan bidang  penyakit pada pendederan komoditas


dan lingkup kerja  Agribisnis Perikanan  perikanan
 Air Tawar  pada tingkat teknis, spesifik, c.  Menganalisis prosedur teknik
detil, dan kompleks, berkenaan dengan sampling, menghitung laju
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,  pertumbuhan pada pendederan
 budaya, dan humaniora dalam konteks komoditas perikanan
 pengembangan potensi diri sebagai d.  Menganalisis konsep berbagai
 bagian dari keluarga, sekolah, dunia  program pendederan komoditas air
kerja, warga masyarakat nasional, tawar
regional, dan internasional  e.  Menerapkan inovasi dan persiapan
wadah pendederan komoditas
 perikanan

Melaksanakan tugas spesifik dengan

menggunakan alat, informasi, dan


 prosedur kerja yang lazim dilakukan serta
a.  Mengelola kualitas air pada
memecahkan masalah sesuai dengan
 pendederan komoditas perikanan
 bidang kerja  Agribisnis Perikanan Air
 b.  Melakukan pengendalian hama dan
Tawar . Menampilkan kinerja di bawah
 penyakit pada pendederan komoditas
 bimbingan dengan mutu dan kuantitas
 perikanan
yang terukur sesuai dengan standar
c.  Melakukan sampling, laju
kompetensi kerja.
 pertumbuhan pada pendederan
Menunjukkan keterampilan menalar,
komoditas perikanan
mengolah, dan menyaji secara efektif, d.  Melakukan berbagai program
kreatif, produktif, kritis, mandiri,
 pendederan komoditas air tawar
kolaboratif, komunikatif, dan solutif
e.  Melakukan inovasi dan persiapan
dalam ranah abstrak terkait dengan
wadah pendederan komoditas
 pengembangan dari yang dipelajarinya di
 perikanan
sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.

8
 

BAB II
PEMBELAJARAN
KP 1. PROSEDUR PERSIAPAN WADAH PENDEDERAN 

A. Deskripsi  
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur persiapan wadah
 pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang prinsip  –   prinsip
wadah pendederan serta peralatan pendukung wadah pendederan.
Pada prosedur persiapan wadah pendederan ini akan dipelajari beberapa materi
antara lain :
1.  Prosedur persiapan wadah pendederan komoditas perikanan
2.  Prinsip  –   prinsip wadah pendederan komoditas perikanan sesuai
komoditas yang dibudidayakan

3.  Persiapan wadah pendederan komoditas perikanan


4.  Perhitungan peralatan pendukung wadah pendederan komoditas
 perikanan

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :

  Menjelaskan prosedur persiapan wadah pendederan komoditas perikanan


  Menerapkan perencanaan kegiatan persiapan pendederan komoditas perikanan
  Melakukan persiapan wadah pendederan komoditas perikanan

2. Uraian Materi 
Indikator pencapaian kompetensi dari materi prosedur persiapan wadah
 pendederan adalah mampu menjelaskan, merencanakan dan melakukan kegiatan
 persiapan wadah pendederan pada kolam dan bak.
bak.

9
 

Kolam adalah perairan terkendali, danua buatan, atau reservoir air yang
digunakan untuk memelihara sejumlah ikan untuk aktivitas budidaya ikan. Kolam
 pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai
ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan
 biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan.
Wadah budidaya ikan selanjutnya adalah bak atau tanki yang dapat digunakan untuk
melakukan budidaya ikan. Bak atau tanki adalah suatu wadah budidaya ikan yang
sengaja dibuat oleh manusia yang berada di atas permukaan tanah yang dapat
menampung air dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat bak tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan m
manusia.
anusia. Berdasarkan proses budidaya
budidaya ikan, jenis bak
yang akan digunakan disesuaikan dengan skala produksi budidaya.

1.  Persiapan peralatan, wadah dan media pemeliharaan


Agar setiap pekerjaan dalam kegiatan pemeliharaan ikan dapat berjalan dengan baik dan

lancar, diperlukan persiapan sarana dan prasarana yang meliputi peralatan, wadah dan
media. Sebelum memulai pekerjaan, peralatan telah disiapkan sesuai dengan jenis
 pekerjaan. Begitu juga dengan wadah dan media pemeliharaan, disiapkan sesuai
 prosedur dan jenis komoditas agar memenuhi persyaratan optimal kehidupan ikan.
Peralatan dan sarana yang digunakan dalam pemeliharaan ikan antara lain adalah :
 b.  Peralatan Pakan
c.  Peralatan Panen
d.  Alat ukur kualitas air
e.  Alat ukur kuantitas air

f.  Pompa air tawar


g.  Pipa
h.  Selang air
i.  Seser
 j.  Ember
k.  Penggaris
l.  Timbangan
m.  Saringan
n.  Wadah pemeliharaan ikan

10
 

Persiapan peralatan
Persiapan peralatan meliputi :
 b.  Membuat daftar peralatan yang dibutuhkan
c.  Membersihkan peralatan
d.  Melakukan sanitasi
e.  Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kondisi peralatan
f.  Memperbaiki kerusakan
g.  Memasang/merangkai alat dan kelengkapan
h.  Melakukan uji coba pengoperasian

Gambar 1. Blower, Pompa


Pompa Air dan Generator

Sterilisasi dan Desinfectan Peralatan


Desinfectan dilakukan agar penyakit tidak menyebar atau untuk mencegah
 penyebaran penyakit. Apa yang harus di desinfectan? Yang harus didesinfectan adalah
 peralatan-peralatan yang akan dipergunakan untuk kegiatan pendederan ikan.
Disinfectan ini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah misalnya pada
kegiatan pendederan ikan air laut maka peralatan yang dipergunakan pada pendederan
ikan di laut dilakukan desinfectan dengan menggunakan air tawar . Caranya adalah 
 peralatan dicuci dengan menggu
menggunakan
nakan air tawar,
ta war, hal tersebut
t ersebut dikarenakan air tawar dan
air laut bahan-bahan yang
yang terkandung sangat berbeda maka dengan
dengan air tawar bakteri,
bakteri,
 jamur dan virus dari lingkungan air laut akan mati, atau tidak kuat dikarenakan ada
 proses perbedaan tekanan osmose sehingga terjadi plasmolisa atau cairan sel pada
 bakteri, jamur atau virus akan
a kan keluar
kel uar sehingga kering
keri ng dan mati. Juga menggun
menggunakan
akan air

11
 

 panas, menggunakan air panas dikarenakan suhu panas memberikan lingkungan yang
sangat tidak cocok jauh diatas suhu toleransi kehidupannya sehingga sudah barang tentu
 bakteri, jamur dan virus tersebut akan mati. Juga menggunakan sabun, peran sabun
adalah ikut mensucihamakan dengan cara kimia, dengan kandungan kimia bisa jadi
sulfaktan dan zat kimia lain akan langsung mematikan bakteri, jamur atau virus dengan
cara membunuh dengan
dengan meracuni dan kontak langsun
langsung
g dengan bakteri, jamur dan virus
virus
tersebut, sehingga mati.
Cara desinfektan yang lain adalah dengan sterilisasi. Sterilisasi pada peralatan
 budidaya yang kecil dapat dilakukan dengan
dengan teknik yang sederhana tanpa alat yaitu:
a.  Perendaman dalam larutan HCL,
 b.  Pencucian dengan Sabun Cair,
c.  Pembilasan dengan Air Tawar,
d.  Sterilisasi dengan Uap Panas
e.  Perebusan dan Penyemprotan dengan Alkohol,.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan
dari segala macam bentuk
bentuk kehidupan,
kehidupan, terutama mikroba.
mikroba. Sterilisasi alat-alat dapat
dikerjakan juga dengan beberapa teknik lainnya meliputi: secara mekanik (misalnya
dengan cara penyaringan), secara kimia (menggunakan desinfektan), atau secara fisik
(dengan pemanasan, sinar Ultra
Ultra violet, sinar X dan lain-lain). Cara sterilisasi yang
digunakan sangat tergantung pada macam dan sifat bahan yang disterilkan (misalnya
ketahanan terhadap panas, bentuk bahan yang disterilkan : Padat, cair, atau gas).

Tabel 1. Kepekaan dan Keaktifan


Kea ktifan zat kimia terhadap Mikroorganisme

No  Bahan  Konsentrasi   Keaktifan 

Formalin +
1. 8 % + (60-70%) Tinggi
Alkohol

2. Formalin 3-8 % Sedang tinggi

3. Yodium tinklor 0,6 – 


0,6 –  70 % Sedang

4. Alkohol 70
70 – 
 –  90 % Sedang

5. Kaporit 4 –  5 % Sedang

6. Fenol 0,5 – 
0,5 –  3 % Rendah sedang

12
 

2.  Jenis-jenis wadah


Wadah yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan pendederan antara
lain adalah kolam/tambak, bak beton, fiber glass, kolam air deras, akuarium dan
karamba jaring terapung.
Persiapan wadah
Wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya harus
disiapkan sesuai
sesuai dengan
dengan kaidah-kaidah dalam melakukan kegiatan budidaya.
budidaya. Persiapan
wadah bertujuan untuk mengkondisikan wadah agar dapat digunakan secara maksimal
untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan
tumbuh dengan baik.
1)  Kolam
Persiapan dasar kolam meliputi pengeringan dasar kolam, pengolahan dasar
kolam, pembuatan kamalir,
kamalir, pemupukan dan pengapuran serta pengisian air kolam.
a. Pengeringan dasar kolam
kolam
Pengeringan dan penjemuran dasar kolam dengan bantuan sinar matahari
 bertujuan untuk mengoksidasi bahan lumpur yang terkandung dalam lumpur dasar
menjadi mineral (hara). Pengeringan dasar kolam bertujuan untuk membasmi hama dan
 penyakit dan mengoksidasi gas beracun yang terdapat didasar kolam. Proses
 pengeringan dilakukan selama 2-3 hari atau permukaan tanah sampai pecah-pecah.
Pengeringan dasar kolam sebagai tindakan higienis untuk membasmi hama dan penyakit
ikan dan untuk oksidasi serta mineraliasi lumpur sehingga menambah kesuburan tanah
dan meningkatkan suplai nutrien kedalam air kolam. Hal ini harus dilakukan karena
dasar kolam merupakan tempat berkumpulnya bahan organik baik kotoran ikan, sisa
 pakan atau bahan organik lain yang dibawa oleh air kedalam kolam. Bahan bahan
organik tersebut mengendap dan terurai didasar kolam. Bahan organik yang terurai akan
menghasilkan posfat, sulfur, amoniak dan sebagainya. Bahan bahan tersebut akan
mempengaruhi kualitas air seperti peningkatan amonium, pH, penurunan CO 2,
 penurunan Oksigen dan sebagainya. Sehingga akan mempengaruhi proses pemeliharaan
pemeliharaa n
dan survival rate benih ikan. Selain itu bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan
 baik pada perairan yang kaya dengan bahan organik. Sehingga pada perairan yang kaya
 bahan organik, benih ikan memiliki
memiliki besar peluang terserang penyakit.

13
 

Secara umum, pengeringan kolam bertujuan untuk :


-  Mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam lumpur dasar tersebut
menjadi mineral (hara).
-  Menguapkan zat/bahan beracun pada tanah/lumpur
tanah/lumpur yang
yang dapat
dapat mengganggu
kehidupan ikan
-  Memutus/membunuh siklus hidup organisme pengganggu yang terdapat pada
Lumpur/tanah
-  Mempercepat proses dekomposisi oleh bakteri pengurai
Pengolahan dasar kolam dilakukan setelah atau sambil menunggu pengeringan dasar
kolam selesai dilakukan. Tujuan dari pen
pengolahan
golahan dasar kolam agar
agar tanah dasar menjadi
gembur sehingga memungkinkan aliran udara masuk ke sela-sela tanah, sehingga proses
oksidasi dapat berlangsung
berlangsung dengan baik. Pengolahan juga
juga berguna untuk membunuh
organisme pathogen yang masih tertinggal di lapisan tanah.
Pengolahan bisa dilakukan dengan menggunakan cangkul, bajak, dan mesin
traktor. Untuk mengurangi
mengurangi kandungan
kandungan bahan organik di dasar kolam, lapisan tanah
dasar kolam dicangkul sedalam 5 – 
5  –  10
 10 cm dan Lumpur diangkat kemudian dipindahkan
ke pematang atau tempat lain di luar kolam.
Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk mengoksidasi gas beracun,
memperbaiki dasar kolam
kolam dan mengurangi
mengurangi bahan
bahan organik didasar kolam.
kolam. Pengolahan
dasar kolam meliputi mencangkul dasar kolam, membuang lumpur dan bahan organik
dan meratakan dasar kolam. Pemerataan dasar kolam penting dilakukan di kolam
 pendederan benih agar pada saat panen benih ikan tidak tertinggal di antara lekukan
dasar kolam.

Gambar 2. Siklus Nitrogen Salah Satu Sumber Gas Beracun di Dasar Kolam

14
 

Pembuatan kamalir bertujuan untuk mempercepat pemanenan benih dan tempat


 berlindungnyaa benih ikan. Pada saat panen, benih ikan akan berkumpul pada kamalir
 berlindungny
dan kobakan sehingga memudahkan menangkap benih ikan. Benih ikan akan selalu
mencari tempat yang memiliki air yang lebih dalam. Pada saat terik matahari / panas
atau ada pemangsa maka benih ikan akan dapat menghindar ke tempat yang lebih
dalam.
Pembuatan kamalir dilakukan mulai dari pipa pemasukan dan pengeluaran air
atau sekeliling kolam. Bentuk kamalir yang akan dibuat sesuaikan dengan luasan kolam.
Kolam yang < 500 m2 dibuat mulai dari pipa pemasukan sampai pipa pengeluaran air.
2
Sedangkan kolam yang luasnya > 500 m sebaiknya dibuatkan kamalir sekeliling
kolam. Kamalir dibuat dengan lebar 0,5 m dan kedalaman 0,3 m. Selain itu perlu
dibuatkan kobakan di depan pipa pengurasan. Ukuran kobakan adalah lebar 1 m,
 panjang 1 m dan kedalaman.
kedalaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 31.

Kamalir

Gambar 3. Pengeringan tanah dasar kolam dan perbaikan kamalir

 b. Pengangkatan Lumpur


Lumpur
Untuk mengurangi kandungan bahan lumpur di dasar kolam, lapisan tanah dasar
kolam dicangkul sedalam 5  –   10 cm dan lumpur diangkat kemudian dipindahkan ke
 pematang atau tempat lain di luar kolam. Pengangkatan lumpur juga berguna untuk
mempertahankan kedalaman kolam.

15
 

c. Perbaikan pematang
pematang dan pintu air
Perbaikan pematang dan pintu air bertujuan untuk mengembalikan fungsi
komponen tersebut yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi secara optimal
setelah digunakan untuk proses produksi siklus terdahulu.
te rdahulu.
d. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri
 patogen dan organisme hama. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian
pe rtanian (CaCO3),
kapur tohor (CaOH2) dan dolomite. Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH
tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin
 banyak. Kapur disebar merata dipermukaan tanah dasar kolam dan dibiarkan selama
 beberapa hari. Selain itu pengapuran bertujuan untuk membasmi bibit penyakit dan
menetralkan pH tanah kolam. Kapur yang akan ditebar dengan dosis 0,1 kg/m2. Kapur
ditebar merata didasar kolam. Hickling ( 1962 ) melaporkan penggunaan 2200 kg/kg
 batu kapur meningkatkan produksi
produksi kolam dari 243 sampai 385 kg/ha.
Pengapuran merupakan salah satu kegiatan dari sanitasi wadah dengan
memberikan kapur ke kolam/wadah pendederan ikan. Adapun tujuan dari pengapuran
adalah :
a.  Meningkatkan pH air dan tanah d
dasar
asar perairan hingga
hingga sesuai dengan persyaratan
persyaratan
yang dikehendaki ikan yang dibudidayakan, misalnya pH harus menjadi 7 – 
7  –  8
 8
 b.  Meningkatkan alkalinitas air sehingga produktivitas kolam menjadi tinggi
c.  Meningkatkan penyediaan mineral di dalam dasar kolam sehingga pertumbuhan
 pakan alami (fitoplankton) menjadi lebih baik. Dengan mengubah atau
meningkatkan pH menjadi netral atau sedikit basa (alkalis), maka kompleks humus
tanah dasar perairan menjadi lebih lancar melepaskan mineral-mineral yang
dikandungnya
d.  Memberantas penyakit ikan, yaitu sebagai desinfektan.
Jenis-jenis kapur yang digunakan dalam budidaya ikan ada beberapa macam
yakni kapur pertanian (CaCO 3), kapur tohor atau kapur mati (Ca(OH) 2), kapur bakar
(CaO) dan Kalsium sianida (CaCN 2). Jumlah kapur yang diberikan pada setiap kolam
kolam
akan berbeda-beda tergantung dari tingkat pH dan jenis tanah dasar perairan. Kolam
atau perairan yang mempunyai pH sangat rendah, untuk meningkatkan pH menjadi
netral atau alkalis, akan diperlukan kapur yang lebih banyak. Disamping itu, jenis tanah

16
 

dasar kolam juga termasuk faktor yang mempengaruhi dalam penentuan jumlah kapur
yang akan diberikan.
Kapasitas penetralan berbagai jenis kapur tersebut juga berbeda
berbeda beda. Sebagai
contoh, perbandingan kapasitas penetralan dari satu kilogram kapur pertanian (CaCO 3)
dengan berbagaimacam kapur adalah sebagai berikut :


  0,7 kg kapur celup (Ca (OH)2) 


  0,55 kg kaput tohor (CaO) 


  2,25 kg kapur basa (CaCO3 + P2O5) 
Semakin besar partikel (butir-butir) kapur, semakin berkurang efisiensinya.
Oleh karena itu, sebelum digunakan kapur terlebih dahulu dihancurkan
dihancurkan sebelum
digunakan. Seperti telah dijelaskan bahwa pengapuran akan menimbulkan pengaruh
yang menguntungkan
menguntungkan bagi budidaya
budidaya ikan. Keuntungan akan dapat tercapai bila keadaan
kolam pada waktu itu membutuhkan
membutuhkan kapur.
kapur. Hickling ( 19
1962
62 ) melaporkan penggunaan
penggunaan
2200 kg/kg batu kapur meningkatkan produksi kolam dari 243 sampai 385 kg/ha
Sedang apabila keadaan kolam sudah cukup mengandung kapur, maka tindakan
 pengapuran tersebut tidak akan berdaya
berdaya guna.
Pengaruh pengapuran akan sangat kecil bila keadaan kolam sudah cukup
mengandung kapur, bahkan akan berbahaya bagi air yang sangat kaya akan unsur
kalsium. Hal ini karena bentuk
bentuk fosfor ak
akan
an diendapkan sebagai
sebagai kalsium fosfat pada
dasar kolam. Pengapuran kolam dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1.  Pengapuran dasar kolam yang sedang dikeringkan
2.  Pengapuran pada air kolam, yang dilakukan pada saat kolam masih berisi air
atau pada waktu pemeliharaan. Jadi, didalam kolam masih terdapat ikan.
3.  Pengapuran pada aliran air yang akan masuk kedalam kompleks perkolaman.
Pada umumnya
umumnya cara cara pengapuran tesebut diterapkan
diterapkan semuanya. Tetapi
apabila berhubungan dengan pengolahan dasar kolam , pengapuran dilakukan pada saat
kolam sedang dikeringkan. Berhasil atau tidaknya pengapuran pada saat tersebut
tergantung pada bagaimana kapur tersebut
terse but menyatu dengan tanah.
Pengapuran pada tanah dasar kolam, baik cara maupun jumlah kapur yang
dibutuhkan akan berbeda-beda antara satu kolam dan kolam yang lainnya. Kolam yang
 baru digali harus diberikan perlakuan
per lakuan atau cara pengapuran yang berbeda dengan kolam
yang sudah pernah dikapur sebelumnya.

17
 

Pada kolam-kolam yang baru dibangun, pengapuran dengan menggunakan kapur


  150 kg per are (100 m 2) atau 0,2 – 
 pertanian, memerlukan kapur sebanyak 20  –  150 0,2  –  1,5
  1,5 kg
 permeter persegi. Adapun caranya adalah kapur diaduk dengan tanah dasar kolam
sedalam kurang lebih 5 cm. Kemudian air dimasukkan ke dalam kolam sampai
mencapai kedalaman 30 cm. Biasanya setelah satu minggu, pH air kolam akan
mencapai tingkat yang diinginkan yaitu 6,5 – 
6,5  –  8,0
 8,0
Pada kolam-kolan yang sudah pernah digunakan, perlu diperlukan kapur tohor
(quick lime)
lime) sebanyak kira kira 100-150 kg/ha. Adapun caranya adalah dengan
menaburkan kapur tohor pada dasar kolam yang masih lembab, dan biarkan selama 7-14
hari. Hal ini bertujuan untuk memberantas bibit penyakit, organisme parasit, dan
 binatang invertebrata yang buas. Kemudian kolam diisi air kembali sampai mencapai
kedalaman kira kira 30 cm. Setelah itu pH air dapat disesuaikan menurut kepeluan
kepeluan
dengan menambahkan kapur pertanian bila perlu.
Penggunaan obat-obatan dalam sanitasi kolam bertujuan untuk
membunuh penyakit atau parasit ikan yang mungkin
mungkin masih hidup atau terbawa oleh
saluran air ke kolam. Tentunya harus juga diperhitungkan agar obat-obatan yang
dimasukkan ke kolam tidak membahayakan kehidupan ikan. Obat yang biasa digunakan
untuk mencegah serangan penyakit atau parasit adalah Kalium Permanganat (KMnO4)
dengan dosis berkisar antara 3 - 20 gram untuk setiap meter kubik air. Selama
 pemberian senyawa kimia, air kolam harus dibiarkan tergenang selama sehari dengan
cara menutup saluran pemasukkan dan pengeluaran air. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan efektivitas Kalium Permanganat dalam membunuh semua organisme
 berbahaya yang terdapat dikolam.
e. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Pupuk
Pupuk yang digunakan dapat berupa pu
pupuk
puk
organik (kotoran ayam dan ternak lainnya, kompos) atau anorganik (urea, TSP, NPK,
KCl). Kolam yang akan digunakan untuk pembesaran benih ikan sebaiknya tersedia
 pakan alami dan memiliki kualitas air yang baik. Pakan alami ter
tersebut
sebut sangat baik bagi
 benih ikan baik komposisi nutrisi, ukuran dan variasi pakan alami.
alam i. Pemupukan
dilakukan menggunakan pupuk kandang seperti kotoran sapi, ayam, kompos dan
sebagainya. Pemupukan dilakukan dengan dosis 0,3 kg/m2. Pupuk dapat disebar

18
 

merata didasar kolam atau di tumpukkan pada salah sudut kolam. Pemupukan susulan
dilakukan setiap 3 minggu selama kegiatan pemeliharaan benih ikan.
Pada saat pupuk kandang masuk kedalam kolam langsung terjadi proses alami
 berupa pembusukan dan penguraian oleh bakteri. Sebagian hasil proses penguraian
tersebut di manfaatkan oleh phytoplanton dan zooplanton. Huisman ( 1991) mengatakan
 pupuk kandang dari ayam dan babi mengandung banyak nutrien yang bisa dimanfaatkan
langsung oleh ikan. Batterson ( 1988) mengatakan pemupukan pada kolam ikan nila
menunjukkan bahwa hasil panen dapat
dapat meningkatkan
meningkatkan produksi secara linier dengan
dengan
 bertambahnya pemupukan
pe mupukan dengan pupuk kotoran ayam kering 12,5 gr/m, 25 gr/m, 50
gr/m dan 100 gr/m dari 900 kg/ha/5 bulan menjadi 2300 kg/ ha/5 bulan.
e. Pengisian air
Segera setelah pemupukan kolam dialiri dengan air. Pengairan dilakukan hingga
ketinggian air mencapai 30 – 
30  –   40
40 cm. Setelah ketinggian tersebut, pipa pemasukan air di
tutup dan air dibiarkan tergenang selama 3  –   7 hari. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan. Sebelum dilakukan pengisian air,
tersebih dahulu dilakukan penutupan pipa pengurasan air. Selain itu dilakukan
 pemasangan saringan pada pipa pelimpasan.
2)  Bak
Wadah budidaya ikan yang lainnya adalah bak tembok atau bak beton, bak yang
akan digunakan untuk budidaya ikan harus dilakukan persiapan wadah sebelum
dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya. Persiapan wadah bertujuan untuk
mengkondisikan wadah agar dapat digunakan secara efesien dan memenuhi persyaratan
lingkungan yang optimal, sehingga ikan dapat hidup dengan laju pertumbuhan yang
optimum. Persiapan bak budidaya ikan meliputi:
1.  Sanitasi wadah
-  Prinsip Prinsip Sanitasi Wadah Pendederan Ikan
Sanitasi wadah pendederan ikan merupakan usaha menjadikan wadah
 pendederan ikan menjadi bersih bebas dari kotoran dan bahan berbahaya lainnya.
Bahan berbahaya
berbahaya dapat berbentuk terjadi secara fisik, mikrobiologi dan ag
agen-a
en-agen
gen
kimia atau biologis
biologis dari penyakit.
penyakit. Sanitasi wadah
wadah pendederan ikan memiliki prinsip
yaitu bersih secara fisik, bersih secara kimiawi, dan bersih secara mikrobiologi.

19
 

Kolam atau bak yang akan digunakan untuk pendederan benih ikan harus bebas
dari kotoran dan hama serta penyakit. Umumnya bibit penyakit akan berkembang pada
 perairan yang mengandung banyak
ban yak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan
meliputi mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi. Pengeringan bak pemijahan
dilakukan selama 1  –   2 hari untuk membasmi bibit penyakit. Membersihkan bak
dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa sisa makanan dan kotoran ikan yang
ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan membasmi bibit hama dan penyakit yang
terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat menggunakan formalin, kalium permanganat,
methalyn blue, bio security dan sebagainya.
-  Teknik dan Sanitasi Wadah Pendederan Ikan
Sanitasi wadah penting di lakukan sebelum kegiatan pendederan ikan di mulai.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah ikan
mencegah  ikan bersentuhan
 bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan
a kan menjaga dan meningkatkan kesehatan
meningkatkan  kesehatan ikan.
Wadah yang akan digunakan untuk budidaya ikan sebelum digunakan
dibersihkan dari kotoran yang menempel, agar tidak terdapat sisa-sisa kotoran yang
dapat menyebabkan
menyebabkan pembawa penyakit. Wadah pendederan ikan terdiri dari bak /
fiberglass / akuarium dan kolam.
Bak yang akan digunakan untuk pendederan benih ikan harus bebas dari kotoran
dan hama serta penyakit. Umumnya bibit penyakit akan berkembang pada perairan
perair an yang
mengandung banyak bahan organik (kotoran). Persiapan bak pemijahan meliputi
mengeringkan, membersihkan bak dan sanitasi.
Proses sanitasi bak dilakukan adalah dengan membersihkan seluruh permukaan
dan dinding bak. Membersihkan bak dilakukan dengan mengeluarkan kotoran berupa
sisa makanan dan kotoran
kotoran ikan yang ada pada bak. Sanitasi dilakukan dengan
membasmi bibit hama dan penyakit yang terdapat di bak. Sanitasi dilakukan dapat
menggunakan formalin, kalium permanganat, methalyn blue, bio security, detergent,
dan sebagainya. Sanitasi wadah dapat dilakukan menggunakan Chlorin 200 ppm,
Malachite green 100 ppm, Formalin 25 ppm dan alkohol 70%.
Bahan sanitasi tersebut diberikan ke seluruh dasar dan dinding bak. Setelah itu,
dilakukan pembilasan wadah dengan menggunakan air tawar untuk menghilangkan sisa
deterjen atau bahan lain yang menempel dan menghilangkan bau dari bahan tersebut.

20
 

Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat melunakkan


lemak, mengemulsi lemak, melarutkan mineral dan komponen larut lainnya sebanyak mungkin.
Detergen yang digunakan untuk mencuci alat/wadah dan alat pengolahan tidak boleh bersifat

korosif dan mudah dicuci dari permukaan. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan
 pengeringan wadah selama 2 – 
2  –  3
 3 hari. Pengeringan atau penjemuran ini dilakukan untuk
menguapkan air sisa pembilasan, sehingga wadah benar-benar kering dan tidak berbau
 bahan sanitasi. Melalui pengeringan atau penjemuran wadah tersebut, dapat mematikan
siklus hidup penyakit yang
yang masih menempel atau tersisa. Setelah dilakukan sanitasi
wadah di isi dengan air untuk memeriksa kebocoran bak.
Untuk mencegah serangan jamur, terutama pada bak penetasan biasanya
digunakan Methylen Blue. Jamur biasanya akan menyerang telur-telur ikan terutama
 bila temperatur air terlalu
ter lalu rendah. Methylen Blue juga dapat digunakan untuk mencegah
serangan jamur pada
pada induk maupun
maupun anak-anak ikan yang dipelihara. Benih penyakit
penyakit
atau parasit dapat masuk ke kolam karena terbawa air, tumbuhan air atau benda maupun
 binatang lain yang sengaja dimasukkan sebagai hiasan. Selain itu, benih penyakit
penyakit atau
 parasit dapat pula terbawa oleh binatang jasad renik makanan ikan, seperti jentik
nyamuk (cuk), kutu air (cladocera, daphnia), cacing sutera.
Sanitasi wadah dimaksudkan agar wadah terbebas dari kehidupan bakteri, jamur
dan virus sehingga komoditas yang dipelihara tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Prinsip sanitasi wadah adalah :
a.  Mengambat tumbuh dan berkembang bakteri, jamur dan virus
 b.  Membunuh bakteri, jamur dan virus, calon
cal on pengganggu
pengganggu komoditas yang dipelihara
Untuk lingkungan perairan sangat perlu dijaga kebersihanya, kebersihan dari
kotoran tidak hanya kotoran dari sampah melainkan kotoran yang tidak kelihatan
sekalipun perlu dijaga seperti bakteri, jamur dan virus, dengan cara paling tidak sebelum
masuk ke lokasi pendederan ikan baik indoor maupun outdoor terlebih dahulu sepatu
harus bebas dari penyakit. Hal ini bisa dilakukan dengan
dengan merendam atau melewati
wadah yang telah diberi methylin blue (MB), agar sepatu bebas dari parasit
para sit dan jamur.

21
 

Gambar 4. Wadah disabun, disiram air tawar dan air panas 

2. Perbaikan wadah
Sebelum wadah digunakan dilakukan pemeriksaan apakah bak tersebut siap
untuk digunakan untuk budidaya ikan. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
 bak yang akan digunakan mengalami kerusakan baik karena kebocoran dasar dan
dinding bak maupun karena adanya kebocoran pada pipa pengeluaran dan pemasukan.
Oleh karena itu kerusakan tersebut harus diperbaiki dahulu sebelum digunakan. Bahan
untuk memperbaiki kebocoran bak dapat berupa resin serat kaca untuk bak yang terbuat
dari serat fiber, semen atau lem khusus untuk beton untuk bak yang terbuat dari beton,
 bila bak yang akan
aka n digunakan terbuat dari plastik maka dapat digunakan selotip tahan
air untuk menutupi kebocoran wadah budidaya. Setelah kerusakan diperbaiki maka bak
harus dibiarkan beberapa hari agar
a gar bahan tersebut telah kering dan tidak membahayakan
ikan yang akan dibudidayakan.

3. Perbaikan Instalasi udara


Pada wadah budidaya ikan yang menggunakan bak biasanya menggunakan alat
Bantu untuk meningkatkan kelarutan oksigen didalam wadah budidaya dengan
menggunakan aerator ataupun blower. Oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan
terhadap peralatan tersebut. Instalasi udara terdiri dari pompa udara, penyaring udara,
 pipa penyalur, batu aerasi dan alat
al at pengatur banyaknya aliran udara (kran). Peralatan ini
sering mengalami kebocoran pada pipa dan penyumbatan pada batu aerasi. Ganti atau
 perbaiki peralatan yang rusak dan tidak berfungsi lagi. Pompa udara merupakan alat
yang paling penting pada proses budidaya ikan di bak karena banyaknya pengudaraan

 pada air
ai r media tergantung dari kekuatan pompa yang ada. Oleh karena itu pompa yang

22
 

yang telah lemah harus segera diperbaiki, karena dapat berakibat fatal bagi ikan bila
terhentinya aliran udara dalam waktu lama.
4. Perbaikan Instalasi Air
Pada budidaya ikan menggunakan wadah bak biasanya tidak mempunyai pipa
 pemasukan air seperti dikolam, pada bak pintu pemasukkan air merupakan kran air yang
yang
dimasukkan kedalam bak budidaya. Sumber air yang digunkan dapat berasal dari mata
air atau dari sumur yang dipompakan ke bak-bak melalui pipa pengaturan. Kebocoran
sering terjadi pada pipa penyaluran dan kran pengatur aliran. Air harus tetap tersedia
karena untuk keperluan pergantian air pada media pemeliharaan ikan. Sedangkan pintu
 pengeluarannya berupa pipa yang terbuat dari pipa PVC dalam bentuk L atau lurus.
Pintu pengeluaran air ini harus diperiksa apakah terjadi penyumbatan pada saluran
 pembuangannya.

3)  Keramba Jaring Apung (KJA)


Pada wadah budidaya karamba jaring terapung wadah tersebut harus disiapkan
disiapkan
sebelum digunakan dengan beberapa tahap antara lain adalah :
1.  Perbaikan kerangka
Pemeriksaan terhadap kerangka yang digunakan dalam budidaya ikan di
karamba jaring terapung harus dilakukan, karena masa pakai kerangka ini tidak bisa
sepanjang tahun. Masa pakai kerangka ini sangat bergantung pada bahan yang
digunakannya,
digunakannya, ada beberapa macam bahan yang digunakan sebagai kerangka antara lain
adalah bamboo, besi, stainless steel atau papan. Setiap bahan tersebut mempunyai masa
 pakai yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan perbaikan pada kerangka jarring
apung yang sudah mengalami kerusakan agar wadah tersebut dapat dipergunakan untuk
 budidaya ikan.
2.  Perbaikan jaring
Jaring yang akan digunakan untuk budidaya ikan harus dilakukan perbaikan dan
 pergantian jika telah mengalami kerusakan. Perbaikan jarring dapat dilakukan dengan
melakukan perajutan pada bagian jarring yang rusak sedangkan pada jarring yang sudah
lapuk harus diganti dengan jarring yang baru. Hal ini dilakukan agar ikan yang
dibudidayakan tidak keluar dari wadah budidaya. Pada kantong jarring yang di
 pergunakan untuk budidaya ikan sebelumnya biasanya banyak terdapat
terda pat hewan-hewan

23
 

kecil yang menempel pada kantong jarring, oleh karena itu harus dilakukan
 pembersihan dengan cara menyikat kantong jarring
ja rring dan menjemurnya
menjemurnya kembali setelah
dibersihkan agar hewan-hewan kecil tersebut bersih dari jaring.

3.  Peralatan pendukung media pendederan


Untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas air pendederan ikan diperlukan
 beberapa peralatan yaitu bak/kolam, blower / aerator, pompa air, selang, instalasi udara,
instalasi air dan sebagainya.
Blower / Aerator
Pada pendederan ikan blower /aerator berfungsi sebagai menghembuskan udara melalui
selang / pipa masuk kedalam air. Udara yang mengandung
mengandung oksigen
oksigen direduksi oleh air
sehingga meningkat kandungan oksigen terlarut dalam air pendederan ikan. Blower /
aerator memiliki macam  –   macam model dan kapasitas. Penggunaan blower/aerator
tergantung kebutuhan udara yang dibutuhkan.

Gambar 10 Blower / Aerator untuk Pendederan Ikan

Gambar 5. Gambar Blower


Pompa Air
Pompa air berfungsi memasukkan air dari sumbernya ke bak / kolam pendederan
ikan. Pompa air juga digunakan untuk resirkulasi air.

Gambar 6. Pompa Air

24
 

Instalasii Udara
Instalas
Instalasi udara berfungsi untuk membagi udara dari blower/aerator ke b
bak/
ak/
kolam pendederan ikan. Pembagian udara di mulai dari blower/aerator yang
dihubungkan dengan pipa. Pipa udara tersebut di pasang dari bak / kolam ke bak /
kolam lainnya. Pipa disambung selang aerasi, dimana selang aerasi yang dilengkapi
 batu aerasi masuk kedalam air bak / kolam.

Gambar 7. Instalasi Udara


Udara untuk Pendederan Ikan A= Bak
Bak,, B=Blower, C= Pipa

Seser
Bentuknya bisa persegi atau bulat.Seser/serokan ini terbuat dari bahan nilon atau
 polyetheline yang dilengkapi dengan
de ngan tangkai dan kerangka dari kawat besar atau
a tau kayu.
Ukuran seser/serokan ini disesuaikan dengan peruntukannya (larva,benih, atau ikan
konsumsi). Fungsi seser adalah untuk menangkap benih ikan

Gambar 8. Seser/serokan
Seser/sero kan

25
 

Hapa
Hapa/waring/jarring.fungsinya untuk menampung/memelihara ikan.Bentuk nya
empat persegi yang terbuat dari bahan polyethiline.Ukuran disesuaikan dengan
kebutuan

Gambar 9. Hapa atau waring

Kantong
Kantong Plastik
Kantong plastik, fungsinya untuk membawa benih/ikan Kantong ini mempunyai
kapasitas angkut untuk benih bawal 500 ekor, untuk benih ikan mas 5 - 10 kg.

Gambar 15 Kantong plastik

Gambar 10. Kantong plastik

Tabung Oksigen
Tabung oksigen, fungsinya untuk menambah suplai oksigen pada benih/ikan
yang dikemas dalam kantong plastik.

26
 

Gambar 11. Tabung Oksigen

4.  Sanitasi selama Proses Pemeliharaan Ikan

Selama pemeliharaan ikan di bak/kolam perlu dilakukan sanitasi agar bakteri,


 jamur dan virus tidak tumbuh diwadah pemeliharaan. Selain itu sanitasi juga berfungsi
ber fungsi
untuk memperbaiki kualitas air didalam bak. Sanitasi dalam bak pemeliharaan ikan
dapat dilakukan dengan menyipon kotoran, penggantian air, kontrol pemberian pakan
dan memberi aerasi.
a)  Menyipon Bahan Organik
Penyiponan merupakan membuang kotoran berupa bahan organik dari bak
menggunakan selang ke luar bak. Tujuan penyiponan selain agar bak bebas dari kotoran
 juga mengurangi bahan organik dalam bak sehingga akibat metabolisme / penguraian
tidak terjadi penurunan kualitas air.
Penyiponan dilakukan dengan memasukkan salah satu ujung selang kedalam air
 bak / kolam selanjutnya ujung selang yang satu dihisap sampai
sam pai keluar air. Ujung selang
yang masuk kedalam air kolam / bak diarahkan ke kotoran / bahan organik yang
terdapat dalam bak / kolam pendederan ikan. Untuk menghindari
menghindari ikan keluar
keluar melalui
selang sipon dilakukan dengan
dengan hati hati. Selain itu dap
dapat
at juga dilakukan cara
memegang ujung selang, jika ada ikan yang keluar melalui selang maka dengan cepat
ujung selang ditutup menggunakan salah satu jari tangan.
Kotoran yang terdapat di bak / kolam di sipon sampai habis. Selanjutnya air
yang dikeluarkan bersamaan dengan penyiponan di ganti dengan memasukkan air bersih

27
 

kedalam bak / kolam pendederan ikan. Penyiponan dilakukan dengan hati hati
khususnya benih ikan masih kecil.

Gambar 12. Penyiponan bak


bak Pendederan Ikan

b)  Penggantian Air


Penggantian air merupakan salah satu penanganan media pendederan ikan agar
lebih baik. Penggantian air bak / kolam dapat dilakukan
dilakukan melalui selang sifon atau
melalui pipa pengeluaran air. Penggantian air melalui selang sifon dapat dilakukan
dengan memasang saringan di ujung selang. Tujuan pemasangan saringan tersebut agar
ikan tidak ikut keluar melalui selang. Penggantian air melalui selang dapat juga
dilakukan dengan memasang seser diatas sterefoam dimana sterefoam tersebut
diletakkan diatas air bak. Selang sifon dimasukkan kedalam seser selanjutnya ujung
selang yang lain di hisap agar air keluar.
Jumlah air yang dikeluarkan dari bak pendederan ikan tergantung
tergantung ukuran
ukuran ikan.
Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh dan kecepatan beradaptasi benih ikan
terhadap air yang baru pengganti air yang dikeluarkan. Jika ikan dalam bak berukuran
larva maka jumlah air yang dikeluarkan sebanyak 1/3  –  ½
  ½ total air bak. Jika ikan yang
ada dalam bak benih berukuran > 2 cm penggantian air dapat dilakukan sebanyak ½ -
2/3 total air dalam bak. Selanjutnya air bersih ditambahk
ditambahkan
an sebany
sebanyak
ak air yang
dikeluarkan.
Penggantian air tersebut bertujuan memperbaiki kualitas air yang terdapat di bak
/ kolam. Penggantian air dapat dilakukan secara periode pada saat kualitas air bak .
kolam telah menurun. Penambahan air kedalam bak dilakukan hati hati agar larva /

28
 

 benih ikan tidak teraduk oleh gerakan air. Cara penambahan air adalah dengan
menempatkan ujung selang pada salah satu dinding bak pendederan ikan sehingga
tekanan air tidak deras dan menyebar keseluruh bak.
Penggantian air dapat juga dilakukan dengan mengalirkan air kedalam bak /
kolam secara terus menerus. Penggantian air dengan cara ini dilakukan jika ikan dalam
 bak / kolam telah berukuran > 2 cm. Jika ikan dalam bak masih berukuran larva
sebaiknya jangan mengalirkan air teru menerus. Debit air yang di masukkan kedalam
 bak / kolam sebesar 0,5  –   1 liter/ menit. Selama mengalirkan air pipa
pipa pengeluaran air
di pasangan saringan agar ikan tidak keluar bak / kolam.

Gambar 13.
13. Penggantian Air Bak Ko
Kolam
lam

c)  Pemasanga
Pemasangan
n Aerasi
Pemasangan aerasi bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut
dalam air pendederan ikan. Udara yang dihembuskan oleh blower / aerator melalui
selang masuk kedalam air selanjutnya oksigen yang terdapat dalam udara direduksi
olehair. Sehingga oksigen menyatu dengan air selanjutnya di gunakan oleh ikan dan
 planton yang terdapat di dalam air.
Jumlah titik pemasangan aerasi dalam bak tergantung luas bak dan padat
 penebaran benih ikan.
i kan. Jika padat penebaran ikan
i kan dalam bak tinggi seba iknya di
dipasang
pasang
aerasi sebanyak 2-3 titik sehingga kebutuhan oksigen terlarut dalam media pendederan
ikan dapat tercukupi. Pemasangan aerasi sebaiknya menggunakan batu aerasi sehingga
gelembung udara lebih kecil. Gelembung udara yang lebih kecil akan dapat

29
 

meningkatkan daya reduksi air terhadap oksigen lebih tinggi. Selain itu, jika gelembung
air kecil, larva/ benih ikan tidak tertekan / terlempar oleh gelembung udara dalam air.

Gambar 14. Pemasangan Aerasi pada Bak Pendederan Ikan

d)  Kontrol Pemberian Pakan


Salah satu penyebab penurunan kualitas air adalah meningkatnya jumlah bahan

organik dalam bak / kolam. Salah satu sumber bahan organik dalam bak/kolam adalah
sisa pakan ikan. Oleh sebab itu perlu di kontrol jumlah pakan yang diberikan ke larva /
 benih ikan. Kontrol pakan dapat dilakukan dengan pemberian pakan larva / benih ikan
sedikit demi sedikit sampai larva / benih ikan kenyang. Larva / benih ikan kentang
ditandai dengan perut telah terisi pakan dan larva / benih ikan tidak merespon pakan
yang diberikan.
5.  Menghitung Kebutuhan Wadah Pendederan
Perhitungan kebutuhan wadah pendederan dihitung pada saat penggunaan
penggunaan wadah
 pada titik puncak/optimal. Wadah pendederan terdiri dari wadah pemijahan induk,

wadah penetasan telur ikan, wadah pemeliharaan larva, wadah pendederan, wadah
 pakan alami, instalasi udara, insatalasi air dan laboratorium. Perhitungan penggunaan
fasilitas / wadah tersebut
terse but harus mempertimbangkan :
   jumlah optimal pemijahan induk
   jumlah optimal fekuinditas telur oleh induk
induk
   jumlah optimal penetasan telur
   jumlah optimal larva yang menetas
   jumlah optimal benih ikan yang
yang dipelihara
   jumlah optimal kebutuhan pakan alami
alami
   jumlah optimal kebutuhan aerasi

30
 

    jumlah optimal kebutuhan air


    jumlah optimal penggunaan
penggunaan laboratorium
a)  Bak Pemijahan
Penggunaan bak pemijahan
pemijahan dihitung
dihitung dari jumlah
jumlah setiap jenis induk ikan y
yang
ang

akan dipijahkan. Pada kegiatan pemijahan setiap 1 kg induk membutuhkan volume air
sebanyak 2-3 m3. Jika setiap kali pemijahan induk
induk dilakukan sebanyak 10 kg, maka
kebutuhan volume
volume air sebanyak
sebanyak 20-30 m. Perhitungan jumlah bak/kolam yang akan
digunakan untuk setiap kali pemijahan tergantung dari kapasitas air kolam/bak yang
tersedia. Jika setiap bak pemijahan memiliki ukuran 2x3x0,75 berarti memiliki volume
4,5 m3. Berarti jumlah bak yang dibutuhkan setiap kali pemijahan induk adalah 5
wadah pemijahan.
b)  Bak Penetasan Telur Ikan
Perhitungan bak penetasan telur ikan didasarkan pada kriteria :
 
fekuinditas induk ikan
  kepadatan maksimum telur setiap liter air
  tingkat /persentase penetasan telur
   jumlah awal penetasan larva
  volume air wadah penetasan telur
Berdasarkan kriteria diatas maka perhitungan bak penetasan yang disediakan
diawali fekuinditas induk ikan. Contoh pemijahan induk ikan bawal dipijahkan
sebanyak 10
10 kg.
kg. Fekuinditas induk ikan bawal setiap kg adalah 200.000 butir. Maka
 jumlah telur adalah 2.000.000 butir. Kepadatan maksimum penetasan
penetasa n telur ikan adalah

2.000 butir/ lter air. untuk menetaskan telur diatas membutuhkan air sebanyak 1.000
liter. Jika setiap bak penetasan memiliki kapasitas 200 liter, maka jumlah bak yang
dibutuhkan adalah 5 bak penetasan. Di asumsikan hatching rate telur ikan adalah 75%
maka jumlah larva adalah 1.500.000 ekor larva.
c)  Bak Pemeliharaan Larva
Perhitungan jumlah bak pemeliharaan larva didasarka pada
pada kriteria jumlah larva
ikan yang tersedia. Perhitungan jumlah larva ikan yang tersedia berdasarkan rata rata
kelangsungan hidup saat pemindahan dari bak penetasan ke bak pemeliharaan larva.
Rata-rata kelangsungan hidup larva tergantung pada bebrapa variable seperti bentuk

31
 

 bak, metode perawatan larva, pengalaman staf, keterampilan


ke terampilan staf, kualitas telur, fasilitas
yang layak dan sebagainya.
Contoh perhitungan bak pemeliharaan larva diasumsikan kelangsungan hidup
80% dan penanganan dan fasilitas yang ideal. Jumlah larva yang tersedia adalah
1.200.000 ekor larva. Kepadatan pemeliharaan larva sebanyak 200 ekor/liter. Maka
volume air yang dibutuhkan sebanyak 6.000 liter. Jika bak pemeliharaan larva
 berukuran 1x3x0,5 m maka
maka jumlah bak yang dibutuhkan sebanyak 4 buah.
d)  Bak Pendederan benih
Kegiatan pendederan dapat dilakukan di bak atau kolam. Kolam/ Bak
 pendederan benih ikan umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dari bak larva.
Bentuk kolam/bak pendederan dapat berbentuk bulat atau empat persegi panjang
memiliki pipa pemasukan dan pengeluaran air.
Perhitungan kolam/bak pendederan benih ikan di dasarkan pada jumlah benih
yang tersedia dan ukuran / umur yang akan di panen/dijarangkan. Padat penebaran
 benih ikan pada kolam /bak pendederan I adalah 40 ekor / liter. Volume air yang
dibutuhkan adalah 30.000 liter air. jika diasumsikan setiap bak diisi air sebanyak 5000
liter maka wadah pendederan yang dibutuhkan sebanyak 6 buah. Selama pendederan I
diasumsikan memiliki kesintasan sebanyak 60% maka jumlah benih yang ada di akhir
 pendederan I adalah sebanyak 720.000
720.000 ekor.
Pendederan ke II, ukuran ikan relatif lebih besar maka pada penebaran sebanyak
15 ekor / liter air. Jumlah air yang dibutuhkan sebanyak 48.000 liter air. Jika setiap bak
dapat diisi air sebanyak 5000 liter maka jumlah bak yang disediakan sebanyak 10
 bak/kolam.

Gambar 15. Alur Penetasan


Penetasan telur sampai
sampai Pendederan Benih
Benih Ikan

32
 

e)  Bak Kultur Pakan Alami


Perhitungan bak kultur pakan alami didasarkan pada kebutuhan dan jenis pakan
alami selama periode pemeliharaan larva. Kultur pakan alami daphnia membutuhkan
tempat yang lebih luas dibandingkan penetasan artemia. Sehingga perlu menetapkan
 jenis pakan alami yang akan
a kan diberikan ke larva ikan. Jika diasumsikan, setiap liter air
dapat menetaskan telur artemia sebanyak 50.000 butir, maka dibutuhkan air sebanyak
sebanyak 200 liter air. Jika setiap wadah penetasan artemia dapat diisi air sebanyak 20
liter air, maka kebutuhan wadah penetasan artemia adalah 10 buah
f)  Instalas
Instalasii Air
Kebutuhan air pada kegiatan pendederan ikan mutlak diperlukan. Penggunaan
air pada kegiatan pendederan benih ikan lebh besar dibanding kegiatan penetasan telur
dan perawatan larva. Hal ini disebabkan ukuran ikan sudah lebih besar sehingga
membutuhkan oksigen terlarut juga lebih besar. Instalasi air harus dilengkapi dengan
kran agar dapat mengatur debit air sesuai kebutuhan. Pada kegiatan pendederan, air
dialirkan secara terus menerus selama pemeliharaan.
g)  Instalasi Udara
Instalasi udara berfungsi mengalirkan/ mengantark udara sampai ke bak yang
membutuhkan. Instalasi udara dipasang keseluruh hatchery menggunakan pipa PVC.
Hal yang terpenting dalam mempertimbangkan suplai udara adalah kemampuan
mesin/blower untuk mendorong udara ke setiap bak.  

33
 

3. Refleksi

Isilah pernyataan berikut ini sebagai refleksi pembelajaran !

1  Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
 pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?

2  Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?

3  Apa yang anda rencanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap dari apa yang telah anda pelajari ?

4  Apa yang anda harapkan untuk pembelajaran berikutnya ?

34
 

PEMBELAJARAN
KP 2. PROSEDUR PERSIAPAN MEDIA PENDEDERAN

A. Deskripsi  

Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur persiapan media
 pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang prinsip  –   prinsip
media pendederan, persyaratan optimal media pendederan serta teknik pengelolaan
media pendederan.
Pada prosedur persiapan wadah pendederan ini akan dipelajari beberapa materi
antara lain :
1.  Prosedur persiapan media pendederan komoditas perikanan
2.  Prinsip  –   prinsip media pendederan komoditas perikanan sesuai
komoditas yang dibudidayakan
3.  Persyaratan optimal media pendederan sesuai komoditas yang
dibudidayakan
4.  Teknik pengelolaan media pendederan

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :

  Menjelaskan prosedur persiapan media pendederan komoditas perikanan



  Memahami prinsip – 
prinsip –  prinsip
 prinsip media pendederan
  Menerapkan persyaratann optimal media pendederan sesuai komoditas yang
dibudidayakan
  Memahami teknik pengelolaan media pendederan
pendederan komoditas
komoditas perikanan

2. Uraian Materi 
Indikator pencapaian kompetensi dari materi prosedur persiapan media
 pendederan adalah mampu menjelaskan prosedur persiapan media pendederan,

35
 

memahami prinsip  –   prinsip media pendederan, dan persyaratan optimal media
 pendederan serta teknik pengelolaan media pendederan pada kolam dan bak :
1.  Media Pendederan Ikan
Media pendederan ikan merupakan tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh dan

 berkembang yaitu air. Air juga sebagai media tumbuh biota air lainnya merupakan
 pendukung sangat
sangat penting bagi pendederan ikan misalnya pakan alami, dekomposer dan
 bakteri lainnya. Pakan alami sebagai makanan bagi benih ikan dapat tumbuh dengan
 baik jika perairan subur dan memiliki parameter kualitas air dapat mendukung
kehidupan biota air.
Air yang dapat digunakan sebagai media pendederan ikan harus mempunyai
standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Setiap
 perairan memiliki kualitas air yang berbeda, bahkan beberapa kolam yang
yang berada di satu
lokasi memiliki kualitas air y
yang
ang berbeda. Pada waktu tertentu
tertentu kualitas air dapat
 berbeda antara pagi, siang dan malam hari pada wadah/kolam/bak
wadah/kolam/bak yang sama.
Media pendederan ikan adalah air dan struktur komunitas yang ada didalamnya.
Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus diukur dan dianalisa agar
ikan dan organisme air lainnya
lainnya dapat tumbuh dengan baik. Keberadaan planton pada
wadah/ kolam / bak merupakan indikator kualitas air yang paling mudah di amati pada
kolam. Perairan yang subur dan baik akan banyak tumbuh planton, sebaliknya perairan
yang tercemar maka planton tidak akan tumbuh. Hal ini dikarenakan organisme ini
merupakan produsen primer sebagai pendukung kesuburan perairan. Oleh karena itu,
kondisi perairan/air harus mampu menyiapkan kondisi yang baik, terutama untuk
tumbuhan tingkat rendah (Fitoplankton) dalam proses asimilasi sebagai sumber
makanan hewan terutama ikan.
Kualitas air media pendederan ikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas dan kuantitas produksi benih. Kualitas air pada perairan alami
memiliki peranan yang berbeda dibanding perairan budidaya. Pada perairan alami,
kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan seperti bakteri, tanaman air,
ikan, zooplanton lainnya. Demikian juga setiap bagian siklus hidup masing masing
individu dalam komunitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
struktur komunitas dalam perairan tersebut.

36
 

Pada budidaya secara intensif, air bertindak sebagai sarana bagi transport
oksigen dan hasil buangan ( kotoran) yang berasal dari ikan dan dampak kualitas air
tersebut dapat diterima dan tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ikan, penetasan telur dan sebagainya. Oleh karena itu hasil analisa kualitas air pada

media pendederan ikan ditujukan untuk


untuk proses
proses pengembangbiakan
pengembangbiakan dan pertumbuhan
pertumbuhan
 benih ikan.
Media pendederan ikan khususnya kualitas air sangat pengaruh terhadap
keberhasilan pemijahan induk, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih.
Persiapan media pendederan khususnya kualitas air harus di sediakan sesuai kebutuhan
ikan. Air yang akan digunakan untuk pendederan ikan ikan baik pemijahan induk,
 penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih ikan disiapkan 1-2 dua hari
sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Selama persiapan air tersebut dipasang aerasi
agar oksigen terlarut, pH dan amoniak dapat sesuai dengan kebutuhan ikan.
Secara umum air sebagai lingkungan hidup mempunyai sifat fisika, sifat kimia
dan sifat biologi. Agar dapat melakukan pengelolaan kualitas air dalam budi daya ikan
maka harus dipahami ketiga parameter kualitas air yang sangat menentukan
keberhasilan suatu budi daya ikan.
a.  Sifat Fisika Air
Sifat fisika air merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting dan
dapat mempengaruhi parameter kualitas air lainnya. Parameter sifat fisika air terdiri dari
suhu, kecerahan/kekeruhan, warna air.
1)  Suhu
Suhu air merupakan salah satu sifat fisik yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi nafsu makan
makan dan pertumbuhan
pertumbuhan ikan. Secara garis besar, suhu perairan
dapat mempengaruhi kegiatan metabolisme, perkembangbiakkan, pernapasan, denyut
 jantung dan sirkulasi darah, kegiatan enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan dan
organisme perairan lainnya.
lainnya. Keadaan ini jelas terlihat dari jumlah plankton di
di daerah
yang beriklim sedang relatif lebih banyak dibandingkan pada perairan di daerah tropis.
Ini karena pada daerah yang beriklim panas, proses perombakan berlangsung sangat
cepat sehingga tidak mencapai jumlah yang besar.
Selain mempengaruhi pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu
 juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan laju konsumssi

37
 

oksigen hewan
hewan air serta daya racun suatu
suatu bahan pencemar. Semakin tinggi
tinggi suhu suatu
 perairan semakin sedikit oksigen terlarut di dalamnya sedangkan kebutuhan oksigen
setiap 10ºC oleh organisme perairan naik hampir dua kali lipat. Contoh lain yakni daya
racun potasium sianida terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu

10ºC. Sesuai hukum Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan
reaksinya naik dua sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10ºC.
Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan
minimum untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai
suhu tertentu. Secara alamiah ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap
 perubahan suhu. Suhu yang baik untuk pendederan ikan air tawar berkisar antara 25 -
30ºC.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kegiatan budidaya
 perikanan. Suatu aktivitas metabolisme ikan berbanding lurus terhadap suhu air.

Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan, demikian pula
sebaliknya. Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Pada suhu
rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan dan
 bahkan dapat menyebabkan kerusakaninsang permanen. Suhu air yang optimal untuk
 pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28°C - 32°C. Namun demikian, tidak menutup
kemungkinan ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi dengan suhu air
diantara keduanya, mulai dari 14°C sampai 38°C.
Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi
karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO  
2
ditentukan antara lain oleh
oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah
akan menekan aktifitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh
hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2  dalam air
untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15mg/liter. Pada proses
fotosintesis dihasilkan oksigen tetapi hal yang berlawanan dari itudiperlukan
karbondioksida, yaitu gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik
maupuntumbuhan tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Bagi tumbuhan hijau
 jumlah CO2  harus tersedia dalam jumlah yang cukup banyak tetapi jika jumlah
tersebutmelampaui batas akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat

38
 

kritis, karena selain mempengaruhi pH, kadar karbondioksida yang terlampau tinggi
dapat menjadi racun bagi hewan air secara langsung. Meskipun peranan karbondioksida
sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun jika dalam jumlah yang berlebihan
akan mengganggu organisme yang dibudidayakan.

Kandungan karbondioksida lebih dari 15 ppm sangat membahayakan bagi


organisme yang dibudidayakan, karena keberadaanya dalam darah dapat
menghambat pengikatan hemoglobin.
hemoglobin. Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang
berkembang dengan
 baik pada lingkungan
lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan
dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan
nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5.

2)  Kecerahan/Kekeruhan (turbidity )


Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat tergantung

 pada musim, letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat


t empat dari permukaan laut dan
keadaan atmosfer. Cahaya yang jatuh pada permukaan air sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi diserap ke dalam air. Cahaya yang diserap inilah yang akan
menentukan kecerahan suatu perairan.Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan
adalah kecerahan dengan jumlah cahaya matahari yang masuk tidak terlalu besar
sehingga proses fotosintesis dapat berjalan seimbang dan jumlah fitoplankton memadai
untuk kehidupan ikan.
 Nilai kekeruhan antara 25  –   100 NTU. Kekeruhan air dapat terjadi karena
 plankton, suspensi partikel tanah atau humus. Kekeruhan karena suspensi koloid
tanah/lumpur, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya hidroksida besi, maka akan
sangat berbahaya bagi ikan karena partikel tersebut dapat menempel pada insang
sehingga insang dapat rusak dan mengakibatkan
me ngakibatkan terganggunya
terganggunya pernapasan ikan.
Kekeruhan yang diakibatkan oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga
dapat menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga akan
mempengaruhi proses fotosintesis serta pertumbuhan tanaman air dan fitoplankton yang
hidup di dalamnya. Akibatnya tanaman air dan fitoplankton sebagai persediaan pakan
pakan
alami ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan untuk proses respirasi
respirasi  
(pernapasan) dalam air berkurang.

39
 

Kekeruhan yang diharapkan adalah kekeruhan oleh kepadatan plankton, karena


 plankton dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan alami, bahkan plankton kelompok
kelompok
nabati ( phytoplankton)
 phytoplankton) dapat membantu menyerap senyawa yang berbahaya bagi ikan
antara lain menyerap amonia secara langsung dan menyerap nitrit secara tidak langsung.

Selain itu  phytoplankton


 phytoplankton   merupakan produsen oksigen yang sangat dibutuhkan bagi
kehidupan ikan dalam air.
Kekeruhan air terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Bila kekeruhan
sebabkanoleh plankton hal ini memang diharapkan namun bila kekeruhan akibat
endapan lumpur yangterlalu tebal dan pekat hal itulah yang tidak diinginkan.
Kandungan lumpur yang terlalu pekat didalam air akan mengganggu penglihatan ikan
dalam air sehingga menjadi salah satu sebabkurangnya nafsu makan ikan. Selain itu
 benih yang masih berukuran sangat kecil akan terganggu pernafasannya karna lumpur
akan ikut terpisah air dan trsangkut dalam insang.

3)  Warna Air


Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/kekeruhan, bahan-
 bahan yang melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk
keparairan, warna langit dan warna dasar perairan. Makin bening suatu perairan makin
dalam pula cahaya yang dipantulkan mencapai mata. Warna air yang terlihat sering
tidak membahayakan kehidupan ikan, kecuali oleh bahan pencemar beracun seperti
asam humus.

Tabel 2. Hubungan perlakuan pemupukan dengan kecerahan air


Kecerahan Air* Gejala-gejala yang tampak
1 –  25 cm Fitoplankton terlalu padat.
Timbul resiko kekurangan oksigen, terutama pada
 pagi hari sebelum matahari terbit.
Perlu pergantian air dan
da n pemupukan dihentikan
15
15 – 
 –  25 cm Fitoplankton terlalu padat. Hentikan pemupukan
25
25 – 
 –  50 cm Kepadatan fitoplankton optimal untuk berproduksi
ikan

Lanjutkan pemupukan secara rutin

40
 

> 50 cm Fitoplankton tidak terlalu padat.


Pupuklah lebih banyak untuk merangsang
 pertumbuhan fitoplankton
* diukur dengan kepping secchi
kepping secchi disk  

Komponen-komponen sistem perairan paling banyak menentukan warna suatu


 perairan. Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru. Warna kekuning-
kuningan atau coklat oleh diatomae
diatomae,, warna merah oleh  zooplankton
 zooplankton,, warna hijau atau
coklat kuning disebabkan oleh humus dan warna coklat tua oleh bahan-bahan organik.
Bahan organik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti kalsium karbonat
memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan warna hijau dan besi
oksida memberikan warna merah.

b.  Sifat Kimia Air

Proses konsumsi pada media pendederan ikan secara intensif adalah penggunaan
oksigen terlarut oleh organisme didalam air. Proses dekomposisi melibatkan proses
 bioteknologi seperti
sepe rti sedimentasi, filtrasi, biodegradasi, aerasi dan sterilisasi air. Proses
konsumsi dan dekomposisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyediaan oksigen terlarut
dalam perairan merupakan
merupakan kunci keberhasilan. Ketersediaan oksigen terlarut dalam air
dapat berasal dari air mengalir, aerasi, kincir dan sebagainya. Dalam pendederan ikan
secara intensif, air lebih berfungsi sebagai faktor fisiologi untuk membawa O2 ke dalam
tubuh ikan dan membuang
membuang O2  dari tubuh
tubuh ikan.

 
1) Oksigen Terlarut
Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkung
lingkungan
an
 bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan
metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen
oksigen dalam suatu lingkungan bagi
bagi ikan dari
spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan.
Perbedaan struktur molekul tersebut mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial
oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah.
Ikan memerlukan oksigen untuk pembakaran makanan agar meningkatkan
aktivitasnya seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi atau sebaliknya. Oleh karena
kare na itu

dengan tegas bahwa ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas

41
 

ikan. Konversi makanan dan laju pertumbuhan bergantung pada oksigen dengan
ketentuan semua faktor dan kondisi lainnya adalah optimum.
Pada pendederan
pendederan ikan, konsentrasi oksigen terlarut adalah 6-8 ppm. Menurut
Chiba dan Huisman,( 1974 ) dalam budidaya ikan mas dan salmon konsentrasi oksigen

terlarut tidak boleh kurang dari 3 ppm. Sedangkan


Sedangkan ikan ikan yang bisa bernapas dari
udara seperti spesies Clarias
Clarias kurang
 kurang sensitif terhadap kandungan oksigen.
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah permukaan
 perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya.
sekelilingnya. Bila pada
suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah kelarutan oksigen
yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah jenuh dengan oksigen
terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen
oksigen terlarut daripada yang
yang seharusnya
 pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut sudah lewat jenuh ( super

 saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan suhu, maka kelarutan oksigen
 saturasi).
dalam air akan menurun dengan menurunnya tekanan udara dan suhu. Pada usaha
 pendederan ikan air tawar di hatchery kadar oksigen terlarut dapat dioptimalkan deng
dengan
an
 bantuan aerasi.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan mengalami fluktuasi selama sehari
semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari) kemudian
meningkat pada siang hari dan menurun kembali pada malam hari. Perbedaan
konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perairan yang mempunyai kepadatan
 planktonnya tinggi
tinggi dan sebaliknya.

2)  Nitrogen
 Nitrogen mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien yang
terdapat dalam perairan. Kandungan nitrogen yang jenuh dapat membahayakan ikan
yang menyebabkan  gas bubble disease 
disease  atau emboli akibat adanya tekanan total gas.
Tekanan total gas dalam air dengan mudah dapat ditingkatkan melalui peningkatan
temperatur perairan dan tekanan terhadap badan air ( air terjun).
Ketersediaan bahan organik dalah wadah pendederan ikan dapat menyuburkan
air dan meningkatkan produksi ikan. Tetapi perlu diperhatikan pada bahan organik
terdapat kandungan NH4+, sehingga aktivitas nitrifikasi pada wadah pendederan dapat
meningkatkan keasaman. Peningkatan keasaman perairan menyebabkan pengaruh

42
 

negatif terhadap produktivitas kolam. Oleh sebab itu pemupukan pada kolam
 pendederan sebaiknya digunakan pupuk campuran yangg mengandung fosfor maupun
nitrogen.
Penyiponan atau mengganti air pada wadah pemeliharaan benih ikan bertujuan

untuk mengurangi bahan organik berupa sisa pakan, kotoran ikan dan lainnya. Bahkan
 pada pemeliharaan ikan menggunakan
menggunakan air mengalir seperti kolam air deras keberadaan
nitrogen sangat kecil sehingga ikan memiliki pertumbuhan yang optimal. Oleh sebab itu
media ( kualitas air ) pendederan ikan sebaiknya bebas dari bahan organik.

3)  pH
 pH merupakan logaritma negatif konsentrasi ion H+  pada suatu perairan. Nilai
 pH pada banyak
ba nyak perairan alami memiliki nilai 4 -9. Pada daerah hutan bakau, pH dapat
mencapai nilai yang sangat rendah karena kandungn asam sulfat pada tanah dasar

tersebut tinggi. Air yang digunakan untuk budidaya ikan pada kolam air tenang
mempunyai nilai pH antara 6,7  –   8,2. Pada umumnya nilai pH rendah bersamaan
dengan rendahnya kandungan mineral pada perairan tersebut. Mineral tersebut
digunakan sebagai nutrien di dalam siklus produksi perairan dan umumnya perairan
alkali adalah lebih produkstif dari pada perairan yang asam. Nilai pH air sangat
dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis oleh kehidupan tanaman dalam badan air
tersebut.

4)  Karbondioksida

Pada umumnya perairan alami mengandung karbon dioksida sebesar 2 ppm.


Pada konsentrasi yang tinggi ( > 10 ppm), karbondioksida dapat beracun karena
keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh haegmoglobin.
Karbondioksida sangat mudah larut dalam suatu larutan.
la rutan.
Pada suatu perairan yang memiliki nilai pH < 8 menunujukkan reaksi
keseimbangan sebagai berikut :CO2 + H2O ↔ H2CO3 
H2CO3 ↔ HCO3- + H+
HCO3- ↔ CO32- + H+
Sedangkan perairan yang memiliki nilai pH > 10 menunjukkan reaksi keseimbangan
- -
sebagai berikut : CO  + OH  ↔ HCO
2 3

43
 

Pada umumnya, perairan mempunyai daya mengikat asam antara 0,1 -6,0 unit.
Kisaran yang lebih tinggi lebih baik dari pada yang rendah karena hal ini bersamaan
dengan kandungan nutrien yang lebih tinggi termasuk CO 2 / HCO3- / CO32- y a ng
digunakan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis di perairan akan meningkatkan

 produktifitas perairan. Fotosintesis akan mengambil CO2  pada siang hari sedangkan
 phytoplanton di perairan menghasilkan
menghasilkan CO2  pada malam hari.

5)  Amonia
Pada umumnya nitrogen dalam ekosistem perairan berada berbagai bentuk.
Amonia dalah suatu produk yang sangat penting dalam suatu perairan. Di sisi lain,
amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein sedangkatn pada sisilain amonia
dalam bentuknya yang tidak terionisasi ( NH3  ) merupakan racun bagi ikan walaupun
dalam konsentrasi rendah. Menurut Burrow, ( 1994 ) walaupun ikan tahan terhadap

 NH3 karen mudah menyesuaikan diri tetapi pada konsentrasi 0,006 ppm dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan insang. Sedangkan dayaracun yang akut bagi
ikan mas adalah 2,0 mg/l.
Pada perairan, bentuk yang tidak terionisasi dari konsentrasi total amonia (NH3+
 NH4) tergantung pada nilai pH dan suhu perairan.
perairan. Mengingat daya
daya racun amonia
amonia tak
terionisasi yang
yang sangat tinggi, maka nilai
nilai pH diatas 10 atau dibawah 7 sesuai bagi
 pendederan ikan secara intensif. Amoniak merupakan hasil akhir dari proses
metabolisme. Pada sistem budidaya ikan sisa pakan yang berlebih merupakan
sumber penyebab naiknya kadar
kadar amoniak. Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi mer 

upakan racun bagi ikan, walaupun biasanya ikan dapat menyesuaikan


diri dengan kondisi amoniak akan tetapi perubahan mendadak akan
menyebabkan kerusakan jaringan
ja ringan insang. Keberadaan amoniak dalam air dapat
menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan
menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar oksigen dan amoniak di dalam
 perairan berbanding terbalik, apabila amoniak meningkat
meningkat maka kadar oksigen menjadi
rendah kadar amoniak yang baik adalah kurang dari 1 ppm, sedangkan apabila kadar
amoniak lebih dari 1 ppmmaka hal itu dapat membahayakan bagi ikan dan organisme
 budidaya lainya.

44
 

c.  Sifat Biologi Air


Sifat biologi air yang banyak berperan dan perlu diperhatikan dalam penentuan
lokasi pendederan ikan air tawar adalah produktivitas primer, yakni produktivitas
 plankton, serangga air dan benthos. Produktivitas primer sangat besar peranannya di

dalam pendederan ikan air tawar, karena berfungsi sebagai pakan alami serta penyedia
oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk bernafas (respirasi
( respirasi)) .

1)  Plankton
Plankton merupakan jasad-jasar renik yang melayang di dalam air, tidak
 bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Plankton dibagi menjadi
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berdasarkan
ukurannya plankton terbagi atas makroplankton ukuran 200  –   2000 μ, mikroplankton
ukuran 20 - 200μ, nannoplankton ukuran 2–20 μ dan ultra nannoplankton ukuran < 2 μ.

Untuk mengambil plankton dari perairan dapat menggunakan planktonet dengan


 berbagai ukuran sesuai jenis plankton yang
yang ingin di ambil.
Fitoplankton mempunyai klorofil (zat hijau daun) yang dapat membuat makanan
sendiri dengan mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesa. Fitoplankton hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar
matahari sampai pada suatu lapisan perairan yang disebut garis kompensasi
(Compensation line).
line).
Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negatif (menjauhi sinar matahari)
sehingga dapat hidup di lapisan perairan yang tidak terjangkau sinar matahari.

Zooplankton merupakan konsumen primer atau kelompok yang memakan fitoplankton.


Dengansifatnya yang fototaksis, zooplankton akan banyak terdapat di dasar perairan
 pada siang hari dan akan naik kepermukaan
kepermukaan perairan pada malam hari atau pagi hari.
Baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan pakan alami ikan. Keperluan
 pakan alami bagi pendederan ikan air tawar sangat penting karena larva ikan sangat
menyukai pakan tersebut, mempunyai kandungan protein yang tinggi untuk
 pertumbuhan larva dan sesuai bukaan mulut larva. Dalam kemudahan pengambilan
sample plankton dipermukaan air, untuk fitoplankton dapat dilakukan setiap waktu
sedangkan zooplankton hanya dapat di ambil pada malam hari atau pagi hari.

45
 

Gambar 16. Plankton dalam bak


bak / kolam
kolam pend
pendederan
ederan ikan

2)  Serangga air


Umumnya serangga bersifat pemangsa bagi hewan air yang lebih kecil termasuk
larva ikan, detritus dan alga. Jenis serangga air diantaranya kepik air ( Hydrophilus
 Hydrophilus),
),
capung/kumbang air (hepa
(hepa sp),
sp), kalajengking air dan Backswimsmer 
dan Backswimsmer .
Serangga air umumnya hidup diperairan tawar sehingga dalam kegiatan pendederan

ikan keberadaan serangga ini perlu untuk dicegah karena menjadi pemangsa bagi larva
ikan.

Gambar 17. Serangga dalam kolam / bak pendederan ikan

3)  Benthos

Benthos merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar perairan
( Epifauna)
 Epifauna) maupun di dalam dasar perairan ( Infauna
 Infauna)) dan dapat menjadi pakan alami
 bagi ikan atau sebaliknya apabila dalam jumlah banyak menjadi penyaing atau predator
 bagi ikan. Secara ekologi bentos yang
yang berperan penting di perairan adalah zoobentos.
Berdasarkan ukurannya zoobenthos digolongkan atas empat jenis yaitu
Megalobenthos ukuran > 4,7 mm, Makrobentos ukuran antara 4,7 mm  –   1,4 mm,
Meiobenthos ukuran antara 1,3  –  0,59
  0,59 mm dan Mikrobenthos ukuran antara 0,5 mm  –  
0,15 mm.

46
 

Gambar 18. Bentos dalam kolam


kolam / bak pendederan ikan

2.  Penanganan Media Pendederan Ikan


Media pendederan ikan di kolam antara satu parameter dengan parameter lain
saling mempengaruhi sehingga terjadi penurunan kualitas air satu dengan lainnya.
Proses penurunan kualitas air tersebut terjadi secara fluktuasi sesuai dengan kondisi
 parameter kuaitas air.
Faktor utama terjadinya fluktuasi kualitas air adalah suhu. Suhu merupakan key
 point dalam perubahan kualitas air. Meningkatnya suhu media pendederan ikan akan
mempercepat metabolisme bahan organik dalam air bak / kolam. Bahan organik dalam
air kolam / bak berasal dari kotoran ikan, sisa pakan dan bahan organik yang terbawa
air. Salah satu hasil metabolisme (penguraian) bahan
bahan organik dalam kolam / bak adalah
amoniak dalam perairan. Dengan demikian kandungan amoniak akan meningkat dakan
air bak/kolam. Pada sisi lain meningkatnya kandungan amoniak dalam air kolam / bak
akan menurunkan kandungan oksigen terlarut.
Meningkatnya suhu perairan maka metabolisme atau penguraian bahan organik
dalam air kolam / bak semakin meningkat. Meningkatnya penguraian bahan organik
dalam air kolam / bak maka semakin banyaknya ion hidrogen dilepaskan kedalam air
tersebut sehingga
sehingga meningkatkan kandungan pH dalam perairan. Jadi, peningkatan suhu
air kolam/ bak akan meningkatkan parameter kualitas air lainnya.
Untuk menanggulangi perubahan kualitas air pada kolam / bak dapat dilakukan
dengan menyipon bahan organik, penggantian air, pemasangan aerasi, kontrol
 pemberian pakan, dan resirkulasi air.

3.  Persiapan Media Pendederan

Media pendederan ikan adalah air dan struktur komunitas yang ada didalamnya.

Kualitas air media pendederan ikan memiliki peran yang sangat penting dalam

47
 

menentukan kualitas dan kuantitas produksi benih. Kualitas air pada perairan alami
memiliki peranan yang berbeda dibanding perairan budidaya. Pada perairan alami,
kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan seperti bakteri, tanaman air,
ikan, zooplanton lainnya. Demikian juga setiap bagian siklus hidup masing masing

individu dalam komunitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan
struktur komunitas dalam perairan tersebut.
Persiapan media meliputi kuantitas dan kualitas air yang harus memenuhi
 persyaratan teknis antara lain :
1.  Kuantitas air harus cukup.
2.  Air harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan biologi.
3.  Bebas dari pestisida, minyak dan deterjen serta logam berat.
4.  Bebas gulma, hewan pemangsa atau pengganggu dan jasad patogen.
5.  Kisaran suhu air 25º - 30º C
 
6.  pH 6,7 – 
6,7 –  8,6
 8,6
7.  Oksigen terlarut 5 - 6 ppm
8.  Karbondioksida maksimum 25 ppm
9.  Salinitas 0 – 
0 –  4 ‰ 
‰ 
10. Alkalinitas 50 – 
50 –  500
 500 ppm
11. Pestisida maksimum 0,01 ppm
Ikan sebagai salah satu jenis organisme yang hidup pada suatu perairan, jika
manusia melakukan kegiatan budidaya yaitu memproduksi organisme tersebut dalam
suatu lingkungan perairan yang terbatas dan terkontrol
te rkontrol dengan baik maka manusia harus

memahami tentang lingkungan perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan
 berkembangbiak seperti di habitat aslinya. Lingkungan
Lingkungan perairan tempat ikan yang
dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-
 persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembangbiak pada wadah yang terbatas
tersebut. Sumber air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah air tanah, air sungai atau air pam. Berdasarkan asalnya sumber air yang dapat
digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu air
 permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang mengalami

limpasan/berakumulasi sementara ditempat-tempat rendah misalnya : air sungai, waduk,

48
 

danau dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang
 berada disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami
infiltrasi kedalam. Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk
kegiatan budidaya ikan. Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air

yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk
kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman
tertentu sampai diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan
untuk kegiatan budidaya. Beberapa parameter yang menjadi acuan dalam melakukan
 pengelolaan kualitas air baik aspek fisik. Kimia dan biologi pada usaha pembesaran
ikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter Kualitas air untuk kegiatan Budidaya Ikan


 Nilai kisaran untuk
 No. Parameter Peralatan Pengukuran
Budidaya Ikan
Aspek Fisik
1. Suhu 20
20 –  30 oC
 –  30 Termometer
2. Kecerahan > 10 cm Secchi Disc
3. Kekeruhan 25
25 – 
 –  400
 400 JTU Turbiditymeter
4. Salinitas Air tawar 0 –  5 o/oo
0 –   5 Salinometer/Refraktometer
5. Debit air Air tenang 0,5 – 
0,5 –  5 5 l/dt Current meter

Aspek Kimia
1. Oksigen terlarut 5 –  6
 6 ppm DO meter/Metode Winkler
2. Karbondioksida Max 25 ppm CO meter/Metode Titrasi
3.  pH 6,5 – 
6,5  –   8
8  pH meter/Kertas Lakmus
4. Alkalinitas 50
50 – 
 –  500
 500 ppm CaCO3
5. Kesadahan 3 –  15
 15 dH dH meter

6.
7. Ammonia
H2S <
< 1,5
0,1 ppm
ppm Spektrofotometer
Spektrofotometer
8.  Nitrit < 0,2 ppm Spektrofotometer
9.  Nitrat 0 –  1,5
 1,5 ppm Spektrofotometer
10. Phosphat < 0,02 ppm Spektrofotometer

Pada budidaya secara intensif, air bertindak sebagai sarana bagi transport
oksigen dan hasil buangan ( kotoran) yang berasal dari ikan dan dampak kualitas air
tersebut dapat diterima dan tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ikan, penetasan telur dan sebagainya. Oleh karena itu hasil analisa kualitas air pada
media pendederan ikan ditujukan untuk
untuk proses pengembangbiakan dan
dan pertumb
pertumbuhan
uhan

 benih ikan.

49
 

Media pendederan ikan khususnya kualitas air sangat pengaruh terhadap


keberhasilan pemijahan induk, penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih.
Persiapan media pendederan khususnya kualitas air harus di sediakan sesuai kebutuhan
ikan. Air yang akan digunakan untuk pendederan ikan ikan baik pemijahan induk,

 penetasan telur, perawatan larva dan pendederan benih ikan disiapkan 1-2 dua hari
sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Selama persiapan air tersebut dipasang aerasi
agar oksigen terlarut, pH dan amoniak dapat sesuai dengan kebutuhan ikan.
Pada prinsipnya pendederan ikan secara
seca ra intensif merupakan perbaikan ekosistem
yang memungkinkan terjadinya proses konsumsi dan dekomposisi. Proses konsumsi
 pada media pendederan ikan secara intensif adalah penggunaan oksigen terlarut oleh
organisme didalam air. Proses dekomposisi melibatkan proses bioteknologi seperti
sedimentasi, filtrasi, biodegradasi, aerasi dan sterilisasi air. Proses konsumsi dan
dekomposisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyediaan oksigen terlarut dalam

 perairan merupakan kunci keberhasilan.


ke berhasilan. Ketersediaan oksigen terlarut
te rlarut dalam air dapat
 berasal dari air mengalir, aerasi, kincir dan sebagainya.

4.  Teknik dan bahan sanitasi media pendederan ikan

Prinsip sanitasi wadah dan media adalah :


a.  Mengambat tumbuh dan berkembang bakteri, jamur dan virus
 b.  Membunuh bakteri, jamur dan virus, calon pengganggu komoditas yang
dipelihara

Bagaimana cara sanitasi tersebut, sanitasi media dapat dilakukan dengan menggunakan
 peralatan  sandfilter   dan cartridge (Gambar 18) atau kotak lampu dengan sinar
ultraviolet atau dengan gelombang elektromagnetik. Peralatan ini bekerja sebagai
 penyaring dan membunuh bakteri, jamur serta virus dengan cara menyaring dan
menyinari air yang lewat terlebih didalam air tersebut ada bakteri, jamur serta virusnya.
Sehingga sebelum air masuk ke dalam wadah budidaya diusahakan melewati minimum
salah satu dari peralatan tersebut, akan lebih bagus apabila memang air yang akan
masuk untuk dipergunakan telah melewati peralatan tersebut secara baik dan berurutan,
disaring terlebih dahulu (Gambar 19) kemudian disinari (Gambar 20).

50
 

Gambar 20. Filter Bag berbentuk


Gambar 19 Sa
 Sand
ndfi
filt
lte
er  dan
 dan Cartridge
kantong

Gambar 21. Filter air dengan lampu Ultra Violet

5.  Prinsip-prin
Prinsip-prinsip
sip Pengelolaan Me
Media
dia Pembesa
Pe mbesaran
ran

Pengelolaan air atau media pendederan ikan bertujuan untuk menyediakan


lingkungan hidup yang optimal bagi larva untuk bisa hidup, berkembang, dan tumbuh
sehingga diperoleh kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih yang maksimum.

51
 

Bentuk kegiatan pengelolaan air dalam wadah pemeliharaan larva dan benih ikan antara
lain pemberian dan pengaturan aerasi, pemeriksaan/pemantauan kualitas air dan
 pergantian air. Pemberian aerasi dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air
wadah pembesaran ikan. Selain itu, aerasi juga bertujuan untuk mendistribusikan pakan,

terutama pakan buatan yang berbentuk pellet. Adanya aerasi bisa menyebabkan pakan
 buatan tersebut terdistribusi dan selalu bergerak sehingga memudahkan benih untuk
menangkap makanannya. Untuk meningkatkan difusi oksigen, udara yang dimasukkan
ke dalam air dibuat menjadi gelembung kecil dengan bantuan batu aerasi. Oleh karena
itu, beberapa faktor untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas aerasi perlu
diperhatikan 1) kekuatan (tekanan dan volume) aerasi, 2) jumlah titik aerasi, 3)
kedalaman titik aerasi dalam badan air.
Untuk mempertahankan kondisi kualitas air optimum, maka dilakukan
 pemantauan/pemeriksaan kualitas air pada suhu, salinitas, DO, pH dan kualitas air

lainnya. Pemeriksaan kualitas air ini dapat dilakukan setiap pagi atau sore hari. Apabila
kualitas air dalam wadah pemeliharaan larva sudah tidak memenuhi persyaratan
optimum, maka dilakukan perbaikan kualitas air dengan pergantian air.
Agar pertumbuhan budidaya ikan maksimal, harus selalu dilakukan pemantauan
kualitas air kolam. Parameter penentu kualitas air pada kolam pembesaran ikan antara
lain adalah kandungan oksigen terlarut dan pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan
kadar CO2, NH3  dan H2S bila memungkinkan. Bila kandungan oksigen dalam kolam
menurun, langkah paling mudah dilakukan oleh pembudidaya ikan adalah
meningkatkan debit air yang masuk ke dalam kolam pembesaran. Bila kolam sudah

 banyak mengandung NH3  dan H2S yang ditandai dengan bau busuk, segera lakukan
 penggantian air. Penggantian air tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan air kotor
sebesar ⅓ nya, kemudian menambahkan air baru ke dalam kolam pembesaran. Dalam
keadaan normal pada kolam seluas 100 m2 atur debit air sebesar 1 liter/detik.
Pengukuran pH dan oksigen terlarut bertujuan
ber tujuan untuk mengukur kesesuaian kadar
oksigen dan pH. Jika pH terlalu basa ataupun asam akan menyebabkan pertumbuhan
ikan terganggu bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Pergantian air bertujuan
untuk membuang feses, amonia, CO 2  dan sebagainya ke luar wadah pemeliharaan.
Bahan-bahan yang tidak bermanfaat biasanya mengendap di dasar wadah pemeliharaan

dan untuk mengeluarkannya dilakukan dengan cara penyiponan/membuangnya ke luar

52
 

wadah pemeliharaan. Air yang ikut terbuang diganti dengan air baru sehingga
 pemeliharaan kembali segar.

6.  Pengelolaan Media Terkini

Penyaring air Reverse Osmosis (RO), Penyaring


(RO), Penyaring air modern kini menggunakan
membrane reverse osmosis. Teknologi penjernihan air yang umum dikenal sejak lama
antara lain adalah Disinfektansi (dimasak, Chlorinisasi, Ozonisasi, Sinar Ultra Violet),
Destilasi, Mikrofiltrasi, dan Filterisasi (Activated Alumina, Activated Carbon, Anion &
Cation Exchange). Metode Reverse Osmosis (RO) dikembangkan sejak tahun 1950an
dalam rangka mencari metoda yang ekonomis untuk desalinasi air laut (Penyaringan air
laut). Metoda ini yang juga dikenal sebagai ““hyperfiltration
hyperfiltration””  ini kemudian terus
dikembangkan untuk membuang hampir semua kontaminan dari air yang akan diolah.

Reverse Osmosis mampu untuk menyingkirkan beragam kontaminan aestetik yang


menimbulkan rasa yang tidak sedap, warna, dan problim bau seperti rasa asin atau rasa
soda yang disebabkan oleh chlorides atau sulfat. Unit RO secara efektif mampu
menyingkirkan semua jenis bakteri dan virus. Besarnya pori dari membran RO
mencapai 0.0001 Mikron (ukuran bakteria 0.2 sampai 1 Mikron, dan virus antara 0.02
sampai 0,4 Mikron). Unit RO mampu untuk menyingkirkan sebagian besar bahan kimia
non organik seperti garam, metal, dan mineral.

Gambar 22. Reverse Osmosis (RO)

Reverse Osmosis (RO) efektif untuk menyingkirkan kontaminan yang


menyangkut kesehatan seperti arsenic, asbestos, atrazine (herbisida/pesticida), fluoride,

53
 

lead, mercury,
mercury, nitrate, dan
dan radium, dan lain-lain. Dengan kemampuannya tersebut,
Penyaring Air Reverse Osmosis merupakan teknologi pengolahan air yang sangat
umum digunakan guna menghasilkan air yang berkualitas tinggi.
Proses penyaringan air Reverse Osmosis dilakukan dengan memberi tekanan

tinggi pada air yang dialirkan melalui membran semi permeable dimana pemisahan ion
terjadi. Dengan pemisahan ion, molekul air membentuk barier yang memungkinkan
molekul air lainnya untuk liwat dan menghalangi liwatnya hampir semua kontaminan.
Tingkat penolakan kontaminan ini berkisar antara 85-95% yang tergantung pada
kualitas awal dari air yang diolah.
Teknologi yang spesifik atau kombinasi dari beberapa teknologi biasanya
digunakan untuk mengatasi tuntutan permasalahan kualitas air baku yang akan
diproses menjadi air minum.
minum. Dengan kombinasi teknologi ini proses penjernihan akan
dilakukan melalui beberapa tahapan, Setiap tahapan berfungsi guna membuang

kontaminan tertentu. Teknologi penyaringan air reverse osmosis (RO) yang digunakan
 pada setiap tahapan, serta jumlah tahapan akan menentukan kualitas air yang dihasilkan.
Teknologi Reverse Osmosis ini dapat diterapkan pada berbagai skala penggunaan yang
dibutuhkan seperti untuk skala perkotaan, industri, maupun rumah tangga. Penjernih air
Reverse Osmosis mampu menyingkirkan 96% partikel padat air yang diprosesnya.
Perawatan alat terbatas pada penggantian filter secara berkala. Umur komponen
filter air (Media) sangat ditentukan oleh waktu penggunaan
penggunaan alat (beberapa jam sehari
sehari
atau sepanjang hari) dan kualitas air input (Sumber Air). Lamanya penggunaan
alat akan menentukan kotoran yang
yang tersedot oleh filter air, sebagaimana juga halnya air

yang mengandung banyak partikel padat akan lebih cepat menyumbat pori-pori pada
filter. Rekomendasi pabrik menyebutkan ada filter yang harus diganti setiap 6 bulan, 1
tahun, 2 tahun dan 3 tahun, tergantung dari jenis masing-masing filter air. Teknis
 penggantian filter air ini dapat dilakukan dengan
dengan sangat mudah dan praktis.
Filter air terbaik dilengkapi dengan membran penyaring air diantranya
membrane  Reverse osmosis 
osmosis  (RO),  Elektrodialisis (ED), Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi   (UF), dan
 Mikrofiltrasi (MF).  Penyaring air menggunakan membran adalah suatu teknik
 pemisahan campuran 2 atau lebih komponen tanpa menggunakan panas dan juga telah
menjadi alat dasar dalam pembuatan larutan-larutan steril dan penggunanya telah

dikuatkan secara resmi oleh United State Pharmacopoeia (USP) dan The US Food and

54
 

Drug Administration (FDA). Membran dengan porositas berkisar dari 0,2 atau 0,45
mikron biasanya dispesifikasikan untuk penyaringan-penyaringan steril. Dalam kisaran
 porositas ini, filter air membran mungkin dapat tersumbat dengan cepat, sehingga
digunakan pra filter/ pretreatment untuk menghilangkan beberapa benda koloid untuk

menyempurnakan siklus penyaringan


penyaringan air. Komponen-komponen
Komponen-komponen akan terpisah
 berdasarkan ukuran dan bentuknya,
bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput semi-
selaput  semi-
 permeable..
 permeable
Serat membran mempunyai diameter pori yang berbeda. Berdasarkan ukuran
 pori, membran filtrasi dibagi menjadi membran mikrofiltrasi (MF), yang mempunyai
diameter pori 0,1 μm, membran ultrafiltrasi (UF) dengan pori 0,001μm, dan reverse
osmosis   (RO) dengan pori 0,0001 μm. 
osmosis μm.  Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah
dengan menyaring cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat
dari bahan sejenis selulosa. Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis

dengan diameter lebih kecil daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama
 proses penyaringan berlangsung, sel-sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari
 peralatan filtrasi kedalam cawan petri berisi media. Kertas membran ini bersifat solid
sehingga dapat menahan sel yang terjebak tetap pada posisinya dan kemudian dapat
 berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak juga. Nutrisi yang
terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam kertas membrane sehingga sel-
sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh menjadi koloni yang dapat
dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu inkubasi tertentu. Bentuk,
warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis mikroba yang

 berada pada kertas membran.


Filter air membrane Reverse Osmosis merupakan perpindahan air dari larutan
 berkonsentrasi rendah menuju larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi melalui
lapisan semipermeable
lapisan  semipermeable hingga
 hingga terjadi kesetimbangan tekanan osmosis. Reverse
osmosis.  Reverse osmosis 
osmosis 
diartikan sebagai perpindahan pelarut dari larutan, melalui membran  semipermeable
 semipermeable   di
 bawah tekanan, ke pelarut murni atau larutan yang lebih
le bih encer pada tekanan yang lebih
rendah. Tekanan yang diberikan pada larutan yang lebih pekat memungkinkan pelarut
untuk berpindah ke larutan yang lebih rendah konsentrasinya. Dalam reverse osmosis, 
osmosis, 
filter membran berfungsi sebagai lapisan  semipermeable
 semipermeable yang
 yang melewatkan pelarut dan

menahan molekul-molekul terlarut. Tekanan yang diperlukan untuk proses reverse

55
 

osmosis   tergantung pada konsentrasi senyawasenyawa dalam pelarut, biasanya lebih


osmosis
 besar dari 500 psi.  Reverse osmosis 
osmosis  disebut juga hiperfiltrasi yang merupakan filtrasi
 paling bagus yang ada sampai saat ini.  Reverse osmosis 
osmosis  mampu menyisihkan partikel
sampai ukuran ion dalam larutan.

Filter air lainnya yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki kualitas air
adalah dengan menggunakan membran elektrodialisis
elektrodialisis.. Filter membran yang digunakan
tidak permeable
tidak  permeable untuk
 untuk air tetapi permeable
tetapi  permeable bagi
 bagi kation dan anion. Filter membran yang
sering digunakan dalam proses elektrodialisis adalah filter yang dibuat dari hydrated
cellophan dan media lain yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran pori-pori
membran. Membran mampu berfungsi sebagai penukar kation dan anion, dimana
larutan yang akan diolah dilewatkan diantara anoda dan katoda. Ruang antara katoda
dan anoda dibuat sekecil mungkin untuk meminimalisasi pemakaian energi listrik.
Ketika arus listrik searah dilewatkan pada anoda dan katoda, terjadi perpindahan anion

ke anoda dan kation ke katoda. Karena pada satu membran hanya berfungsi untuk anion
atau kation saja, maka diperlukan dua membran untuk memisahkan kation dan anion.
Filter air membrane Ultrafiltrasi menggunakan membran dengan ukuran pori
lebih kecil dari 0,1 mikron dan gaya tekan berkisar antara 30 sampai 90 Psi. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi  
dapat digunakan untuk menyisihkan bakteri, virus, koloid, dan senyawa-senyawa
organik yang mempunyai molekul berukuran besar. Beberapa jenis membran
ultrafiltrasi dapat dibersihkan dengan melakukan backwash. Kecepatan proses filtrasi
dapat berkurang karena adanya bahan-bahan tersuspensi yang disisihkan akibat proses
filtrasi dan polarisasi konsentrasi. Akibat adanya akumulasi kontaminan pada

 permukaan membran, menyebabkan penurunan kualitas larutan yang diolah serta


memperbesar gaya tekan yang dibutuhkan. Dalam bidang kesehatan, proses UF dapat
digunakan untuk memisahkan plasma darah dan sel darah merah. Dalam industri, proses
UF sering digunakan untuk menyisihkan substansi tertentu dalam air buangan,
meningkatkan konsentrasi emulsi, dan meningkatkan konsentrasi suspensi
makromolekular  seperti polyvinyl
 seperti polyvinyl alkohol .
Filter air lainnya adalah dengan menggunakan membran mikrofiltrasi. Tujuan
utama dari filter air membrane mikrofiltrasi
mikrofiltrasi   adalah menyisihkan partikel-partikel
 pencemar dengan diameter lebih besar dari 0,5 mikron. Salah satu kegunaan

mikrofiltrasi dalam
mikrofiltrasi  dalam teknik lingkungan adalah mengisolasi coliform dari contoh air yang

56
 

diteliti.  Mikrofiltrasi
 Mikrofiltrasi juga
 juga dapat digunakan untuk menyisihkan partikulat di udara yang
akan digunakan sebagai bahan baku generator ozon. Membran MF dapat dibuat dari
 berbagai macam material termasuk selulosa asetat. Besarnya pori-pori filter membran
 berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 0,45 mikron. 

3. Refleksi

Isilah pernyataan berikut ini sebagai refleksi pembelajaran !

1  Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
 pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?

2  Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?

3  Apa yang anda rencanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap dari apa yang telah anda pelajari ?

4  Apa yang anda harapkan untuk pembelajaran berikutnya ?

57
 

PEMBELAJARAN
KP 3. ANALISA KUALITAS
KUALITAS BENIH
BENIH DAN PROSEDUR
PROSEDUR PENEBARANNYA

A. Deskripsi  

Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik analisa kualitas benh pada
 pendederan komoditas perikanan diperlukan pengetahuan tentang ciri – 
ciri  –  ciri
  ciri benih yang
 baik, teknik seleksi benih ikan, perhitungan daya dukung kolam, perhitungan padat
tebar / kebutuhan benih, teknik penebaran benih, teknik sampling benih ikan, teknik
grading benih ikan, perhitungan populasi, dan pengangkutan benih ikan.

B. Kegiatan Belajar

1. Tujuan Pembelajaran

Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :

  Menganalisis kualitas benih sesuai dengan kriteria benih yang baik pada
 pendederan komoditas perikanan
  Menjelaskan teknik seleksi benih ikan
  Menentukan perhitungan padat penebaran
  Menentukan teknik penebaran benih ikan
  Menerapkan prosedur aklimatisasi pada kegiatan penebaran benih
  Menerangkan teknik sampling benih ikan
  Menerangkan teknik grading benih ikan
  Menjelaskan perbedaan sortasi
perbedaan sortasi dan
 dan grading 
 grading  komoditas
 komoditas perikanan
  Menjelaskan tentang pengangkutan benih ikan

2. Uraian Materi 
Indikator pencapaian kompetensi dari materi analisa kualitas benih pada
 pendederan komoditas perikanan
pe rikanan adalah mampu menjelaskan ciri ciri benih yang baik,
teknik seleksi benih ikan, dan pengangkutan benih ikan serta teknik grading dan sortasi
 benih :

58
 

1.  Ciri  –  Ciri


 Ciri Benih Ikan
Penebaran benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam
dala m wadah kultur dengan
 padat penebaran tertentu. Benih ikan dapat berasal dari produksi pendederan atau hasil
tangkapan dari
dari alam. Penebaran benih
benih merupakan proses awal kegiatan pendederan
pendederan

ataupun pembesaran ikan. Dengan jumlah padat tebar yang


yang sesuai dan benih yang baik
dan sehat, maka diharapkan akan mendapatkan hasil panen yang maksimal.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melakukan penebaran benih ikan antara lain :
1.  Menyeleksi benih sesuai dengan ciri-ciri benih yang baik dan sehat.
2.  Menghitung padat penebaran benih.
3.  Menebar benih sesuai prosedur
Agar dapat memperoleh pertumbuhan yang optimal selama pemeliharaan benih
ikan maka benih ikan yang akan ditebar harus dilakukan proses seleksi. Tahap awal
untuk melakukan seleksi ikan adalah dapat mengidentifikasikan ciri-ciri benih ikan yang

 baik. Adapun ciri-ciri benih ikan yang


yang baik antara lain adalah :
a.  Organ tubuh lengkap
 b.  Berukuran seragam
c.  Respon terhadap gangguan
d.  Posisi tubuh di dalam air normal
e.  Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus
f.  Berwarna cerah
g.  Tidak membawa penyakit
Setelah memahami tentang ciri-ciri benih yang baik langkah selanjutnya adalah

melakukan proses seleksi benih ikan yang akan ditebar. Seleksi terhadap benih ikan ini
 bertujuan agar
a gar pertumbuhan ikan
ika n pada pendederan dapat
da pat berlangsung seca
se cara
ra ma
maksimal.
ksimal.
Seleksi dilakukan berdasarkan keseragaman ukuran tubuh, kesehatan ikan, spesies
defenitif dan tidak bercampur dengan spesies lain.
2.  Padat Penebaran Benih
Sebelum dilakukan penebaran terlebih dahulu dihitung kepadatan benih yang
disesuaikan dengan luas lahan pendederan. Padat penebaran benih adalah jumlah
(biomassa) benih yang ditebar per satuan luas atau volume. Padat penebaran benih akan
menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran benih

yang berarti semakin banyak jumlah atau biomassa benih per satuan luas maka semakin

59
 

intens tingkat pemeliharaannya. Pada padat penebaran yang tinggi, dibutuhkan


kandungan oksigen dan pakan yang besar. Hasil buangan metabolisme seperti feses,
 NH3, dan CO2  yang dihasilkan juga semakin tinggi. Padat penebaran dapat dijadikan
salah satu indikator tingkat teknologi yang digunakan dalam suatu kegiatan budidaya

 perikanan.
Padat penebaran benih ikan sangat bergantung antara lain pada kesuburan
kolam, ukuran ikan, lama pemeliharaan dan sistem budidaya. Pada budidaya ikan secara
tradisional yang mengandalkan pakan alami jika padat penebaran semakin tinggi maka
 persediaan pakan alami tersebut semakin rendah. Pada budidaya ikan secara intensif
maka padat penebarannya semakin tinggi karena mengandalkan pakan buatan. Padat
 penebaran benih adalah jumlah (biomasa) benih yang ditebarkan per satuan luas atau
volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan. Padat
 penebaran benih ikan yang ditebar di kolam dan tambak bervariasi
bervaria si menurut pola

 pemeliharaannya, serta komoditas ikan kulturnya. Di bawah ini padat penebaran


 beberapa jenis ikan :
    10 ekor/m2, dengan
Padat penebaran ikan bandeng dalam SNI tahun 2009 5  –  10
ukuran benih 40  –   70 mm, bobot 8 gram  –   15 gram. Dengan lama waktu
waktu
 pemeliharaan 90  –   120 hari diperoleh hasil panen 8 ekor/kg, atau 125
gram/ekor.
   Padat tebar lele dumbo 50 ekor/m 2, dengan biomasa benih 7 gram- 10 gram.
Lama waktu pembesaran 60 – 
60  –  75
  75 hari, diperoleh hasil panen 8  –  10
  10 ekor /kg
atau 100 – 
100 –  125
 125 gram/ekor.
2

  Padat tebar ikan mas 5  –  10
  10 ekor/m , biomassa benih 8  –  10
  10 gram/ekor lama
waktu pemeliharaan 120 hari,
     10 ekor/m2 biomassa benih 8  –  10
Padat tebar ikan nila 5  –  10   10 gram/ekor lama
waktu pemeliharaan 120 hari,
Padat penebaran benih ikan pada sistem teknologi budidaya intensif seperti
kolam air deras, KJA, karamba dan kombongan, dan lain-lain, umumnya lebih tinggi.
Hal ini karena didukung kelebihan dari sistem teknologi budidayanya yang memiliki
kelebihan-kelebihan seperti DO yang relatif tinggi, bahan-bahan beracun minim, serta
kualitas air lainnya yang juga memenuhi persyaratan bagi kehidupan ikan. Di bawah ini

 padat penebaran beberapa jenis ikan pada sistem pembesaran secara intensif:

60
 

  Benih ikan mas yang Kolam air deras (running water), padat tebarnya 200 – 
200  –  
300 ekor/m2, dengan berat benih rata-rata 40 – 
40  –  50
 50 gram/ekor.
  Benih ikan nia yang ditebar Kolam air deras padat
padat tebarnya
tebarnya 300  –   400
ekor/m2, dengan berat benih rata-rata 20 – 
20  –  30
 30 gram/ekor.
2

  Benih ikan mas yang ditebar di KJA, mencapai 50 kg/49 m , dimana rata-rata
 per kg benih berisi 15 – 
15 –  20
 20 gram/ekor.
  Benih ikan nila yang ditebar di KJA, mencapai 75 kg/49 m 2, dimana rata  –  
rata benih nilanya
nilanya per kg berbobot 15
15 – 
 –  20
 20 gram/ekor.
   300 ekor/m2 dengan ukuran
Benih ikan bandeng di KJA padat tebarnya 200  –  300
 benih (nener) 8 gram.
  Benih nila merah yang dipelihara di karamba padat tebarnya 200  –   300
ekor/m2, dengan biomasa rata-rata 15 – 
15 –  20
 20 gram/ekor.
  Benih ikan baronang, padat tebarnya 250 ekor/m 2, dengan biomasa rata-rata

30
30 – 
 –  50
 50 gram/ekor.
  2
Kakap merah, padat tebarnya 100 ekor/m   dengan biomassa rata-rata 50
gram. Untuk benih ukuran lebih besar
besar (200 gram/ekor)
gram/ekor) padat tebarnya 11  –  
12 ekor/m2.
Sebelum ditebar, benih terlebih dahulu diadaptasikan (aklimatisasi) dengan
media pendederan atau pembesaran. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara
mengapungkan wadah pengangkutan benih di permukaan air dalam wadah pendederan,
sedangkan aklimatisasi peubah lingkungan lainnya dilakukan dengan memasukkan air
ke dalam wadah pengangkutan benih ikan sedikit demi sedikit. Pelepasan benih ikan

dilakukan menggunakan metode aklimatisasi. Metode aklimatisasi adalah cara yang


dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada ikan untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungan baru, meliputi suhu, pH dan salinitas. Suhu merupakan
”Controling factor ” yaitu apabila suhu air berubah maka faktor yang lain akan berubah.
Sedangkan pH termasuk ” Masking factor ” yaitu sebagai faktor pengendali perubahan
kimia dalam air.
Ikan mempunyai alat dan cara untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Alat-
alat tersebut akan dipergunakan pada saat sedang mengadakan proses osmoregulasi.
Alat-alat tersebut antara lain kulit, insang, ginjal. Namun demikian ikan mempunyai

 batas toleransi terhadap perubahan lingkungannya.


lingkungannya. Sebagai contoh ikan hanya mampu

61
 

0 0
mentolerir perubahan suhu hanya ± 5 C, perubahan ini mampu ditolerir 0,5 C
 permenit.
Benih ikan yang akan ditebar dalam wadah budidaya harus merupakan benih
ikan yang baik dan sehat. Benih ikan yang sehat biasanya tidak mempunyai kecacatan

 pada tubuhnya, morfologinya lengkap, bergerak aktif dan sangat responsif terhadap
gerakan. Pelepasan benih juga berpengaruh pada padat penebaran yang tergantung
kepada ”Carrying
”Carrying Capacity”
Capacity” kolam tersebut dan sifat serta ukuran ikan. Carrying
capacity bisa
capacity  bisa diartikan daya dukung kolam yang menyangkut kelimpahan pakan alami,
ketersediaan oksigen serta minimalnya faktor penggangu hidupnya ikan. Carrying
capacity bisa
capacity  bisa dihitung, contoh : ada beberapa juta sel per ml kelimpahan planktonnya,
ada berapa ppm kandungan oksigennya
oksigennya atau berapa
ber apa kapasitas oksigen per volume kolam
tersebut.
3.  Aklimatisasi 

Benih ikan yang sudah dihitung padat penebarannya selanjutnya dilakukan


 penebaran benih. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
 pada saat suhu air stabil tidak tinggi, agar ikan tidak stress. Selain itu pada saat
 penebaran dilakukan proses aklimasi dan atau aklimatisasi terlebih dahulu.
Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter
kualitas air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah
ada lah penyesuaian
penyesuaian
 biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH,
alkalinitas, dan sebagainya. Mengapa benih ikan yang akan ditebar harus
diaklimatisasi? Hal tersebut karena ikan
ikan adalah binatang berdarah dingin (Poikiloterm)
(Poikiloterm)  

dimana suhu tubuhnya


tubuhnya sama dengan suhu lingkunganny
lingkungannya.a. Jadi apabila lingkungannya
lingkungannya
 berganti dimana suhu lingkungan
lingkungan hidupnya yang
yang baru juga berganti.
Permasalahan akan terjadi apabila ada perbedaan suhu lingkungan asal dan
lingkungan
lingkungan baru berbeda terlalu besar maka ikan-ikan akan stres. Aklimatisasi
 bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan akan terjadi “shock atau stres” bagi
 biota air tersebut, dimana biota air akan terganggu fungsi fisiologisnya bahkan bisa
lebih parah lagi mengakibatkan kematian. Terlebih bagi biota air yang
yang sudah dalam
kondisi lemah akan lebih fatal lagi.

62
 

Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian biota air terhadap satu faktor


kualitas air saja, misalnya penyesuaian suhu saja, atau pH saja. Proses aklimatisasi
sebagai berikut :
1)  Benih di dalam kemasan
kemasan kantong plastik
plastik diapungkan di dalam wadah. Biarkan

kantong plastik mengapung selama lebih kurang 30 menit agar suhu di dalam
kantong kemasan sama dengan
dengan suhu di dalam wadah (proses aklimasi).
2)  Setelah 30 menit, kantong dibuka satu persatu, tambahkan air dari wadah atau
air lingkungan
lingkungan sebanyak kira-kira
kira-kira 1/4 dari volume air kemasan ke dalam
kantong tersebut, biarkan selama 15 menit. Perlu diperhatikan agar setelah
kantong dibuka posisinya di air tidak miring, sehingga
sehingga air tidak masuk.

Gambar 23. Aklimatisas


Aklimatisasii (penyesuaian suhu) benih
benih

3)  Setelah 15 menit, tambahkan


tambahkan lagi air wadah sebanyak 1/4 volume
volume volume air
kantong ke dalam kantong-kantong,
kantong-kantong, lalu biarkan 30 -60
-60 menit. Penambahan
air wadah atau lingkungan wadah ke dalam kantong untuk menyesuaikan pH
dan alkalinitas (salinitas untuk ikan payau dan laut) air dalam kantong dengan
air kolam/tambak secara bertahap.
4)  Setelah dilakukan dua kali penambahan air media pada kantong, maka
diperkirakan salinitas air di kedua tempat sudah sama atau mendekati sama.
Bila petani memiliki alat pengukur kadar garam, seyogyanya kadar garam
diukur. Jika ada perbedaan kadar garam antara air kemasan benih
benih dan air
 petakan perbedaannya tidak
tida k boleh terlalu besar melebihi 5 ppt. Jika ternyata

63
 

 perbedaan lebih besar, masukkan lagi air kolam/tambak ¼ volume lagi ke


dalam kantung dan biarkan tenang selama 30 menit.
5)  Selanjutnya, periksa
periksa apakah benih sehat. Benih yang
yang sehat akan berenang
dengan gesit. Apabila sudah dipastikan bahwa benih sudah melakukan

aktifitas berenang dengan aktif, maka saatnya kantong-kantong dimiringkan


hingga benih-benih dapat berenang keluar sendiri dari kantong dan menyebar
ke dalam kolam/tambak. Namun jangan lupa ambillah data tentang waktu
waktu
 penebaran (hari, tanggal, jam), jumlah populasi benih yang ditebar, biomassa
rata-rata, dan biomassa total, sebagai data awal untuk menentukan kebutuhan
 pakan. Ketika sampling data awal ini juga sangat dibutuhkan, karena untuk
menduga pertumbuhan biomassa ikan dan perhitungan FCR harus diketahui
data awal ini.

Gambar 24. Ilus


Ilustrasi
trasi Proses aklimatisasi

4.  Teknik Sampling


Sampling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau jumlah dan
 bobot rata-rata benih yang dipelihara. Sampling ini juga berfungsi untuk menentukan
 jumlah pakan yang diberikan secara harian. Pemantauan populasi
populasi ini akan menghasilkan
informasi kelangsungan hidup benih, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan
menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju
 pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu
naf su makan iikan
kan dan waktu panen,
sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik
 penanganan ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan benih ikan dapat digunakan untuk

64
 

menganalisis kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam


sistem budidaya.

Selain untuk mengetahui laju tumbuh mingguan dan pendugaan total bobot
 biomassa ikan, sampling juga untuk mengecek kesehatan ikan yang dipelihara
khususnya pengecekan terhadap sisik, sirip dan insang karena jika diketahui salah satu
insang terserang penyakit dapat segera dilakukan pemisahan dari populasinya untuk
diobati.

Sampling benih dilakukan dengan mengambil sejumlah contoh benih kemudian


diukur atau dihitung. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menduga bobot
rata-rata dan jumlah benih dalam wadah budidaya. Sampling dapat dilakukan secara
 berkala, setiap 2  –   4 minggu sekali atau setiap 15 hari sekali. Teknik pelaksanaannya
pelaksanaannya
adalah dengan mengambil 1 s.d. 10 % ikan sampel dari total populasi kemudian

menimbang dan menghitung berat ratanya. Agar ikan tidak stress sampling sebaiknya
dilakukan pada pagi
pagi hari. Data yang diperoleh sebaiknya
sebaiknya dicatat dengan jelas dan teliti,
mengingat data sampling ini memiliki nilai yang tinggi dan selanjutnya dikompilasi
(Tabel 4).

Tabel 4. Contoh Kompilasi Data Sampling Benih

Tgl Umur Sampling Bobot Populasi Biomassa Jumlah Kondisi


Pemeliharaan ke- Rata-rata Pakan Ikan
Habis

Sampling dalam hal


hal ini juga dilakukan untuk
untuk melihat keberhasilan dari kegiatan
kegiatan
 pendederan ikan yang telah
te lah dilakukan. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan nilai
mortalitas yang cukup rendah dari jumlah total benih ikan yang dipelihara. Dari hasil
sampling yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui survival rate (SR) benih
ikan hasil pembesaran.

Sampling harus dilakukan pada kegiatan usaha pendederan ikan karena sangat
 berfungsi pada saat menghitung jumlah kebutuhan pakan secara periodik dan dapat

65
 

mengetahui dampak pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan


tersebut akan berdampak pada jumlah biomasa di dalam kolam pembesaran. Teknik
sampling yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: Jika ikan dipelihara di
kolam maka cara mengambil sample ikan terlebih dahulu ditentukan titik pengambilan

sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili


me wakili populasi, secara acak.
Sample diambil/ditangkap dengan cara dan alat yang sama. Kemudian lakukan
 perhitungan jumlah populasi. Cara menghitung populasi dilakukan berdasarkan
berdasarka n data
sampling yang diperoleh.

Contoh Sampling

Gambar 25. Contoh Model Sampling


Sampling

Langkah sampling:

1)  Membaca data awal (luas kolam, padat penebaran, luas alat)
 
2) Menghitung populasi awal
3)  Menentukan 5 titik secara acak dikolam untuk ditangkap ikannya dengan
menggunakan alat tangkap tersebut
4)  Menghitung ikan tertangkap tiap titik dan menimbang bobot ikan tiap titik
5)  Menghitung jumlah ikan pada 5 titik dan bobot ikan pada 5 titik
6)  Menghitung rataan jumlah ikan per titik dan bobot ikan pertitik atau
menghitung bobot ikan per individu
7)  Menghitung jumlah populasi ikan dengan rumus :

66
 

8)  Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi ikan di kolam kali
 bobot ikan per individu
9)  Menghitung kebutuhan pakan = 3-5% kali bobot biomass.

Teknik yang diterapkan untuk mengetahui biomassa adalah dengan sampling


untuk mengukur
mengukur panjang dan bobot
bobot benih ikan. Panjang benih yang
yang diukur biasanya
ada dua, yaitu panjang total dan panjang b
baku.
aku. Panjang total adalah panjang
panjang ikan y
yang
ang
diukur dari ujung ekor sampai kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan
yang diukur dari pangkal ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang
akan ditebar meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total.

Gambar 26. Cara Menguk


Mengukur
ur Data Panjang Rata-Rata
Rata-Rata Benih Ika
Ikan
n

Apabila menggunakan sistem periodik, maka pakan diberikan dengan dosis 3  –  
5% dari biomassa, dengan frekuensi
fre kuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada
 pagi, siang dan sore hari. Pada dasarnya, jumlah pakan yang diberikan
diberi kan tersebut harus
disesuaikan dengan pertambahan bobot larva ikan dan populasi. Pertumbuhan bobot
larva ikan dan populasi dapat diperoleh melalui sampling. Dari data sampling tersebut,
dapat ditentukan kebutuhan pakan harian dengan cara sebagai berikut:
a.  Menentukan bobot rata – 
rata –  rata
 rata dengan sampling
 b.  Menentukan populasi
c.  Menghitung biomassa

67
 

Menentukan jumlah pakan harian dengan cara mengalikan bobot biomassa dan feeding
rate (%).

5.  Teknik Sortasi dan Grading

Jumlah dan bobot rata-rata ikan yang dibudidayakan dalam wadah produksi
harus diketahui setiap saat. Pengetahuan tersebut penting untuk mengetahui bobot
 biomassa ikan sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan jumlah pakan yang
harus diberikan secara harian dapat dihitung. Pemantauan populasi menghasilkan
informasi kelangsungan hidup ikan, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan
menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju
 pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisa
me nganalisa nafsu makan ikan dan waktu panen,
sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik
 penanganan ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan ikan dapat digunakan untuk

menganalisis kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam


sistem budidaya ikan. Perbaikan lingkungan yang dilakukan diharapkan bisa
memperbaiki kelangsungan hidup ikan.

a)  Grading Benih ikan


Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidak seragaman ukuran ikan.
Faktor pertama adalah ketersediaan makanan dalam jumlah yang tidak mencukupi. Jika
makanan yang tersedia kurang maka akan ada ikan yang tidak mendapat cukup
makanan karena kalah dalam persaingan. Akibatnya sebagian ikan pertumbuhannya jadi
terhambat, bahkan pada kondisi yang ekstrim ikan-ikan yang lebih kecil bisa diserang

oleh ikan yang besar sehingga mengalami luka-luka dan dapat mengakibatkan kematian.
Faktor kedua disebabkan oleh faktor keturunan atau genetik. Dalam satu
 populasi (kelompok) ikan yang berasal
bera sal dari satu kali pemijahan (bisa beberapa induk)
 biasanya akan didapat 10-20 % ikan yang tumbuhnya lebih lambat, sebaliknya juga
akan didapat ikan yang tumbuhnya lebih cepat dari rata-rata. Untuk itulah perlu
dilakukan pemisahan ukuran (sortasi/grading) ikan pada tahap pendederan.
Pelaksanaan grading dilakukan pada hapa/bak penampungan sementara benih
ikan. Sebelum dilakukan grading terlebih dahulu disiapkan wadah penampungan sesuai
ukuran. Grading merupakan mengelompokkan benih ikan berdasarkan ukuran. Kegiatan

grading merupakan sebuah kegiatan untuk menyeleksi benih ikan sesuai dengan ukuran

68
 

 benih ikan yang diharapkan. Tujuan grading adalah untuk mendapatkan keseragaman
ukuran benih ikan yang
yang akan tebar.
Umumnya benih benih ikan yang dipasarkan akan dibesarkan kembali pada
kolam pembesaran ikan. Benih ikan yang di tebar dengan ukuran seragam peluang

mendapatkan makanan adalah sama. Sebaliknya jika penebaran benih ikan yang
 berbeda ukuran maka benih ikan yang lebih besar akan mendapatkan makan lebih
 banyak sehingga pertumbuhan benih ikan yang berukuran besar akan lebih cepat dan
sebaliknya. Penebaran benih ikan yang
yang seragam untuk mengantisipasi sifat kanibalisme
kanibalisme
sesama benih dimana benih yang memiliki ukuran yang lebih besar berpotensi
memakan benih yang berukuran lebih kecil sehingga pemeliharaan benih ikan yang
 berbeda ukuran harus dipisahkan.
Grading pada kegiatan pendederan dilakukan bukan hanya untuk memisahkan
ukuran tetapi juga untuk penjarangan sehingga semakin besar ukuran ikan kepadatan

dalam kolam/jaring akan semakin berkurang. Melalui proses penjarangan ikan diberi
kesempatan untuk dapat tumbuh normal. Jika setelah dilakukan grading ada kelompok
ikan yang tidak mau tumbuh atau pertumbuhannya sangat lambat, maka sebaiknya
 pemeliharaannya dihentikan, ikan dijual atau dilepas. Kelompok ikan kuntet ini tidak
akan mencapai ukuran normal dan hanya menghabiskan biaya pemeliharaan saja.
Grading benih ikan umumnya dilakukan terhadap ikan mas, nila, bawal, patin,
 baung, lele dan ikan lainnya. Grading terhadap benih ikan mas, nila dan bawal
dilakukan dengan cara manual atau menggunakan jaring. Grading secara manual
dilakukan dengan memilih ukuran ikan yang seragam menggunakan tangan. Grading

 juga dapat menggunakan jaring yang memiliki ukuran mata jaring ½ inch, ¾ inchi, 1
inchi, 1 ½ inchi dan sebagainya. Grading benih ikan mas dilakukan setiap 3  –  4
 4 minggu.
Pembenih ikan biasanya melakukan grading benih ikan mas dan nila sesuai dengan
tahapan pendederan ikan. Tahapan pendederan ikan adalah
adalah pendederan I ukuran benih
ikan 1-3 cm, pendederan II ukuran benih ikan 3-5 cm, pendederan III ukuran ikan 5-7
cm, pendederan IV ukuran benih ikan 7-9 cm.
Grading benih ikan patin umumnya dilakukan setiap 3-4 minggu sekali. Grading
 benih ikan patin bertujuan agar pemeliharaan/pendederan dalam wadah
wadah memiliki ukuran
yang sama. Pemeliharaan /pendederan benih ikan patin dengan ukuran yang seragam

akan memudahkan dalam pemanenan, pengemasan/packing dan pemasaran. Benih ikan

69
 

 patin yang biasa di pasarkan memiliki ukuran ½ inchi, ¾ inchi, 1, inchi, 1 ½ inchi, 2
inchi dan 3 inchi. Setiap ukuran tersebut memiliki harga yang berbeda beda.
Benih ikan lele dan baung memiliki sifat kanibal sehingga pemeliharaan /
 pendederan dengan ukuran seragam sangat penting dilakukan. Grading benih ikan lele

 pertama sekali dilakukan pada ukur 20 hari. Pada penyortiran pertama ini, biasanya
akan mendapat 3 ukuran benih yakni: 2-3cm, 3-4cm, dan 5-6cm atau lebih. Untuk
melakukan grading ukuran benih ikan lele tersebut dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan baskom. Grading secara manual dilakukan dengan memilih dan
mengelompokkan benih ikan sesuai masing masing ukuran menggunakan tangan.
Grading menggunakan baskom dapat dilakukan menggunakan tiga baskom,
dimana setiap baskom memiliki ukuran lobang sesuai ukuran benih ikan yang di
harapkan. Grading benih ikan lele dimulai dari baskom yang memiliki lobang lebih
 besar. Sehingga ukuran benih ikan yang besar akan tertinggal di baskom sedangkan

 benih ikan lebih kecil akan lolos. Agar pekerjaan


pe kerjaan grading lebih
l ebih efisien
ef isien baskom
ba skom grading
disusun atau ditumpuk dari mulai ukuran lebih besar sampai ukuran lebih kecil. Beri
ganjal batu antara masing masing baskom agar ada ruang untuk benih turun dengan
sendirinya. Jika kolam ikan lele yang digrading hanya satu kolam, maka angkat semua
 benih tersebut kemudian tempatkan di dalam bak penampungan sementara berupa
ember besar atau bak plastik atau dapat juga menggunakan jaring yang diletakan di atas
kolam tersebut Usahakan air kolam tersebut dibuang atau diganti sama sekali.
Masukkan kembali benih hasil grading ke dalam kolam tersebut, masing-masing ukuran
2-3 cm dan 3-4 cm. Sementara untuk ukuran 5-6cm ditempatkan dikolam tersendiri

yang telah disiapkan sebelumnya.


Grading ke dua benih ikan lele dilakukan pada saat benih berusia 40 hari atau 20
hari sejak penyortiran pertama. Cara dan Teknis penyortiran kedua sama dengan cara
grading pertama. Biasanya untuk ukuran 2-3cm sudah tidak ada kalaupun masih ada
 jumlahnya tidak banyak dan harus dipisahkan. Dan yang terbanyak adalah benih
 berukuran 5-6cm dan 7-9cm. Satukan kedua ukuran benih tersebut dengan benih 5-6cm
yang diiperoleh dari sortiran yang pertama.

70
 

Gambar 27. Cara grading benih lele menggunakan baskom grading

b)  Sortir Benih Ikan


Kegiatan sortasi pada pemanenan ikan merupakan kegiatan menyeleksi,
membuang ikan yang mati/cacat. Sedangkan grading merupakan kegiatan
mengelompokkan, mengkelaskan
mengkelaskan berdasarkan ukuran. Kegiatan sortir dan grading ikan
dilakukan setelah selesai panen pada tempat penampungan ikan. Pada tempat
 penampungan ikan dilakukan pemisahan ikan yang mati/cacat, berbeda spesies serta
ikan ukuran kecil, sedang dan besar.

Di atas telah dijelaskan bahwa sortasi merupakan kegiatan seleksi benih baik
ikan yang mati, cacat atu ikan yang sakit. Ikan yang mati, cacat, luka atau sakit baik
 pada saat pemanenan atau saat proses budidaya
budidaya harus di pisahkan dengan ikan yang
sehat/normal. Jika ikan yang sakit di tebar dapat menularkan penyakit ke ikan yang
sehat. Demikian juga pada saat ikan sakit di kemas/packing dengan ikan sakit dapat
menularkan penyakit ke ikan yang sehat. Oleh sebab itu, penyortiran sangat penting
dilakukan sebelum ditebar atau di angkut ke tempat lain.
Pelaksanaan sortasi dilakukan dengan menangkap benih ikan yang cacat, terluka,
sakit atau mati. Ikan yang sakit dan terluka ditempatkan pada wadah tersendiri untuk di

obati. Sedangkan ikan yang cacat dipelihara selanjutnya. Demikian juga dengan benih
ikan yang mati segera di buang agar tidak mengotori wadah penampungan benih ikan.
Sebelum dilakukan pengemasan hasil panen ikan yang dipelihara harus
dilakukan sortasi dan grading. Proses pengelompokkan (grading) dan sortasi ikan, baik
 berdasarkan jenis ikan, ukuran, maupun kesehatannya. Pengelompokkan ikan
 berdasarkan ukuran dilakukan untuk untuk menyeragamkan ukuran ikan dalam suatu
kemasan. Hal ini juga nantinya akan mempengaruhi kepadatan
kepadatan ikan dalam satu
kemasan. Pada saat pengepakan ikan perlu dibedakan apak
apakah
ah ikan y
yang
ang akan dikemas
termasuk benih atau ikan konsumsi. Semakin besar ukuran
ukuran ikan y
yang
ang akan dikemas,

maka kepadatannya semakin rendah.

71
 

Selain sortasi berdasarkan ukuran, juga dilakukan sortasi berdasarkan


kesehatannya. Ikan yang sehat jangan
jangan disatukan dengan ikan yang sakit. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kemungkinan penularan penyakit. Jika ikan dikemas
dalam keadaan sakit, maka kondisinya lemah dan persentasi kemungkinan mati tinggi.

Ikan yang kondisi fisiknya jelek atau cacat harus dipisahkan, karena akan
mempengaruhi dari nilai jual ikan tersebut.
Selain sortasi berdasarkan ukuran, juga dilakukan sortasi berdasarkan
kesehatannya. Ikan yang sehat jangan
jangan disatukan dengan ikan yang sakit. Hal i ni
dilakukan untuk menghindari kemungkinan penularan penyakit. Jika ikan dikemas
dalam keadaan sakit, maka kondisinya lemah dan persentasi kemungkinan mati tinggi.
Ikan yang kondisi fisiknya jelek atau cacat harus dipisahkan, karena akan
mempengaruhi dari nilai jual ikan tersebut. Penyortiran ikan yang akan dikemas
dilakukan berdasarkan jenis atau ukuran ikan dengan menggunakan tangan atau alat

 bantu seperti serok atau jaring sortir.

6.  Survival Rate


Survival rate / kelangsungan hidup ikan adalah perbandingan jumlah ikan yang
 bertahan hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah ikan yang hidup pada awal
 periode / awal penebaran (Effendie, 1979). Kelangsungan hidup dikatakan dikatakan
tinggi apabila tingkat kematian / mortalitasnya rendah. Kelangsungan hidup ikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kualitas air, ketersediaan pakan,
 padat penebaran, cuaca, dan kanibalisme. Kelangsungan hidup dapat digunakan untuk

mengetahui toleransi dan kemampuan hidup ikan. Kelangsungan hidup benih ikan dapat
diamati dengan cara menghitung total benih yang hidup pada saat dilakukan
 pemanenan.
Perhitungan tingkat kelangsungan hidup / survival rate benih ikan dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain adalah dengan cara perhitungan total
atau langsung, dalam artian benih yang di panen tidak dihitung total persekat melainkan
dihitung dengan total per kolam, sehingga pada setiap benih yang dipanen dikumpulkan
 per kolam kemudian dihitung satu per satu. Metode lainnya adalah gravimetri atau 
volumetrik  yang
 yang akan diuraikan selanjutnya.

72
 

Dalam suatu kegiatan produksi budidaya ikan, pemanenan merupakan proses


akhir dari kegiatan produksi. Untuk menentukan kapan ikan atau benih ikan akan
dipanen, kita harus melihat dari permintaan pasar atau konsumen. Pasar atau konsumen
sangat menentukan bisa atau tidaknya ikan atau benih ikan dipanen. Permintaan pasar

atau konsumen terhadap ukuran ikan atau benih ikan yang dipanen sangat bervariasi
ukurannya. Misalkan untuk ikan mas, ukuran yang bisa masuk pasar adalah dari 1
kilogram isi 10 ekor sampai 1 kilogram isi 3 ekor. Ikan nila, dari ukuran 1 kilogram isi 6
sampai 1 kilogram isi 1 ekor. Ikan lele, dari ukuran 1 kilogram isi 10 ekor sampai 1
kilogram isi 4 ekor.
Demikian juga halnya dengan penjualan benih ikan dipengaruhi oleh permintaan
konsumen atau pasar. Untuk ikan mas dan ikan nila, konsumen menginginkan yang 1
kilogram isi 50 – 
50  –   100
100 ekor. Ukuran benih sangat berpengaruh terhadap waktu (periode)
 pemeliharaan. Makin besar benih yang ditebar, makin cepat periode pemeliharaannya.

Banyaknya ikan atau benih ikan yang dipanen ditentukan oleh konsumen atau pasar.
Konsumen akan datang langsung ke tempat proses produksi berlangsung. Sebagai
contoh, seorang tengkulak/bandar ikan lele mau membeli ikan lele ukuran konsumsi (1
kg isi 10  –   5 ekor) jika dalam satu kali panen dapat dihasilkan paling sedikit 350
kilogram ikan.
Jumlah ikan atau benih ikan dalam satu periode pemeliharaan dapat diketahui dari
 penghitungan. Penghitungan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penghitungan
langsung, volumetrik dan gravimetrik.

a. Penghitungan langsung

Penghitungan langsung dilakukan dengan cara ikan atau benih dihitung satu
 persatu. Cara ini sangat efektif untuk ikan atau benih yang
yang jumlahnya sedikit. Sementara
kalau jumlah ikan atau benih banyak, cara ini kurang efektif karena membutuhkan
waktu yang lama dan ikan atau benih bisa rusak.  

b. Penghitungan volumetrik

Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume benih yang ada. Sistem ini
sangat efektif untuk jumlah benih yang banyak. Penghitungannya diawali dengan
 pengambilan beberapa sampel benih yang masing-masing bervolume sama, misalnya
satu liter. Jumlah benih masing-masing sampel dihitung, lalu dirata-ratakan. Setelah itu,

73
 

 benih ditakar sehingga diketahui volume keseluruhannya. Adapun jumlah keseluruhan


 benih dapat diperoleh dari perkalian jumlah rata-rata setiap sampel dengan volume
 benih keseluruhan. Selain dengan cara memakai takaran liter, penghitungan juga bisa
menggunakan sistem gelas, sendok dan tutup sirop.

c. Penghitunga
Penghitungan
n gravimetrik

Penghitungan gravimetrik didasarkan pada berat ikan atau benih yang ada.
Sistem ini sangat efektif untuk jumlah ikan atau benih yang banyak. Selain itu, dapat
diketahui berat total ikan atau benih sehingga jumlah pakan selama masa pemeliharaan
dapat ditentukan. Penghitungannya diawali dengan mengambil beberapa sampel ikan
atau benih yang masing-masing berbobot sama, misalnya 1 kilogram. Jumlah ikan atau
 benih masing-masing sampel dihitung dan dirata-ratakan. Setelah itu,
i tu, seluruh ikan ata
atauu
 benih hasil panen ditimbang secara bertahap untuk mengetahui berat total. Adapun

 jumlah keseluruhan ikan atau benih dapat diperoleh dari perkalian jumlah rata-rata
rata-rat a
dengan berat total.

Perhitungan Survival Rate/ Tingkat Kelulushidupan (SR) secara umum dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
beri kut:
     
       
   

 Nt 
Survival  Rate   100%  (Effendi, 1997)
 No
Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup (SR)


 Nt = Jumlah benih pada saat pemanenan benih
benih (ekor)
 No = Jumlah benih pada saat penebaran benih (ekor)

Persentase kelangsungan hidup benih dapat menghasilkan hasil SR yang sangat kecil,
hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
diantara nya yaitu:
1.  Faktor kanibalisme, karena pada saat panen didapatkan beberapa ekor ikan lele
yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan ikan lainnya yang dipelihara
karena ikan lele merupakan ikan karnivora yang dapat memakan temannya

74
 

sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan yang ukurannya lebih besar
memakan ikan yang ukurannya lebih kecil.
2.  Cuaca/musim yang tidak menentu (terkadang hujan, terkadang panas), hal ini
dapat menyebabkan ikan menjadi stress dikarenakan suhu air kolam berubah-

ubah dengan waktu yang tak menentu sehingga menyebabkan kematian pada
 benih ikan yang hidup didalamnya.

7.  Penebaran Benih Ikan


Padat penebaran sangat tergantung kepada ”Carying
” Carying Capacity”
Capacity” kolam tersebut
dan sifat serta ukuran ikan. Carying capacity/
capacity/ daya dukung merupakanjumlah
sumberdaya kolam untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan benih ikan secara
optimal dalam periode waktu tertentu. Daya dukung kolamterdiri dari ketersediaan
 pakan di kolam, kandungan oksigen, volume air, suhu, amoniak, hama dan penyakit

dan sebagainya. Kolam yang memiliki daya dukung kolam yang baik dan melimpah
dapat menebar benih ikan dengan padat, sebaliknya kolam yang memiliki daya dukung
yang rendah maka padat penebarannya juga rendah.
Padat penebaran adalah jumlah (biomassa) benih yang ditebarkan per satuan luas
atau volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan.
Semakin tinggi padat penebaran benih, maka semakin banyak jumlah atau biomassa
 benih per satuan luas, sehingga pemeliharaannya juga
ju ga harus semakin intens. Selain itu,
it u,
semakin tinggi padat penebaran benih, maka semakin tinggi pula tingkat teknologi yang
digunakan.

75
 

3. Refleksi

Isilah pernyataan berikut ini sebagai refleksi pembelajaran !

1  Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
 pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?

2  Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?

3  Apa yang anda rencanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap dari apa yang telah anda pelajari ?

4  Apa yang anda harapkan untuk pembelajaran berikutnya ?

76
 

PEMBELAJARAN
KP. 4 PEMANTAUAN
PEMANTAUAN PE
PERKEMBANGAN
RKEMBANGAN BENIH

A. Deskripsi

Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur teknik sampling
menghitung laju pertumbuhan pada pendederan komoditas perikanan, diperlukan
 pengetahuan tentang factor – 
factor  –  factor
 factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, pengukuran
 pertumbuhan ikan, teknik sampling pertumbuhan ikan, laju pertumbuhan harian ikan,
laju pertumbuhan mutlak ikan, survival
ikan, survival rate ikan.
rate ikan.

B. Kegiatan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
  Mengklasifikasikan factor  –   factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
secara santun
  Menjelaskan prosedur pengukuran pertumbuhan ikan secara santun
  Menjelaskan teknik sampling pertumbuhan ikan secara santun
  Menghitung laju pertumbuhan harian ikan secara cermat dan santun
  Menjelaskan laju pertumbuhan mutlak ikan secara cermat dan santun

2. Uraian Materi

Pertumbu
Pertumbuhan
han Ikan

Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang


hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang
dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator bagi
kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana
 pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau
ata u berat dalam
suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan

77
 

tetapi kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses
 biologis yang komplek dimana banyak faktor mempengaruhinya.
mempengaruhinya.
Pertumbuhan ikan digambarkan dalam bentuk kurva yang menghubungkan
antara ukuran panjang dengan waktu atau umur. Bentuk kurva pertumbuhan ikan

menyerupai huruf S sehingga dikatakan sebagai kurva sigmoid.

Gambar 28. Kurva Pertumbuhan Ikan

Kurva ini menggambarkan pertumbuhan ikan sejak menetas hingga mencapai


 batas yang maksimal. Pada awalnya ikan tumbuh lambat, karena pada saat itu masih
dalam fase perkembangan hidup awal ketika pertumbuhan lebih dipusatkan pada
 penyempurnaan organ-organ tubuh. Ketika organ tubuh telah sempurna berkembang,
maka pertumbuhan dalam panjang menjadi pesat sampai terjadi kedewasaan.
Selanjutnya jumlah energi yang masuk dialihkan dari pertumbuhan jaringan somatik
kepada pertumbuhan jaringan gonad. Sebagai konsekuensinya laju pertumbuhan ikan
dewasa lebih lambat daripada ikan belum dewasa. Meskipun dikatakan pertumbuhan
ikan bersifat tanpa batas, namun laju pertumbuhan kian menurun.
Pemuasaan secara periodik mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan
setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa pemuasaan. Pertumbuhan
kompensatori (compensatory growth) yaitu pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan

78
 

dengan pemberian pakan normal yang terjadi setelah ikan melewati periode pembatasan
 pemberian pakan lalu diberi pakan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa
 penelitian antara lain pada ikan nila merah yang dipelihara pada kondisi air laut da
dann
ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menunjukkan pertumbuhan yang relatif

sama antara ikan yang dipuasakan dengan yang tidak dipuasakan dan adanya
 penghematan pakan sebanyak
sebanyak 15-40% pada ikan yang dipuasakan.
dipuasakan.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, berat)
ikan pada waktu tertentu atau perubahanan kalori yang tersimpan menjadi jaringan
somatik dan reproduksi. Perubahan ini dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu energi dari makanan (I), yang terukur sebagai
kalori, merupakan energi yang dikeluarkan untuk metabolisme (M) atau pertumbuhan
(G) atau sebagai energy yang terbuang (E). Hal ini dapat dituliskan dalam persamaan : I
= M + G + E Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika berumur 3  –   5 tahun. Pada

ikan tua walaupun pertumbuhan itu terus tetapi berjalan dengan lambat. Hal ini
disebabkan ikan yang sudah tua pada umumnya kekurangan makanan untuk
 pertumbuhan, karena sebagian besar makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh
dan pergerakan.
Kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur antara 0-1 tahun.
Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis ikan memasuki
 pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi hanya
untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk proses
 pemeliharaan organ-organ dalam ikan. Pertumbuhan somatik, mulai mengalami

 penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase dewasa. Karena pada fase
dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk pertumbuhan somatik, gonadik, dan
metabolisme basal.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan  


1.1  Faktor Internal  
1.1.1  Gen/Keturunan
Faktor keturunan pada ikan
i kan yang dipelihara
dipeli hara dalam kultur, mungkin dapat
dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya,
namun di alam
a lam tidak ada kontrol yang dapat diterapkan. Faktor seks tidak dapat
dikontrol. Ikan betina kadangkala pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan namun
79

ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhan pada ikan betina
dan ikan jantan.
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali dapat mempengaruhi
 pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi lambat. Hal ini dikarenakan

sebagian dari makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan
sarang, pemijahan, penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena
 pada waktu tersebut pada umumnya ikan tidak makan. Setelah periode tersebut ikan
mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan seperti sedia
kala. Umur telah diketahui dengan jelas berperanan terhadap pertumbuhan.

1.1.2  Pembelahan Sel


Pada bagian tubuh yang dapat diperbaharui mempunyai sel-sel dengan daya
membelah secara mitosis sangat cepat. Walaupun organisme sudah tua, daya membelah
sel-sel pada bagian tubuh yang dapat diperbaharui masih sama sehingga jumlah sel yang
dapat diganti sama dengan jumlah sel yang dibentuk. Urat daging dan tulang
 bertanggung jawab terhadap pertambahan massa ikan. Pertumbuhan yang cepat
menunjukkan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan lainnya yang mendukung,
sedangkan, pertumbuhan menunjukkan kondisi yang sebaliknya.
Pertumbuhan dalam individu ialah pertumbuhan jaringan akibat dari pembelahan
sel secara litosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino
(protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan berasal dari makanan akan
digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual,
 perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai.
Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila terdapat bahan
 berlebih dari keperluan tersebut di atas akan dibuat sel baru sebagai penambahan unit
atau penggantian sel dari bagian tubuh. Dari segi pertumbuhan, kelompok sel-sel suatu
 jaringan dalam bagian tubuh dapat digolongk
digolongkan
an menjadi bagian yang dapat
diperbaharui, bagian yang dapat berkembang dan
dan bagian yang statis.

1.1.3  Umur
Umur dan kematian merupakan prediksi yang sangat baik untuk laju
 pertumbuhan relatif ikan, meskipun laju pertumbuhan absolut sangat dipengaruhi oleh
80

faktor-faktor lingkungan. Umumnya, ikan mengalami pertumbuhan panjang yang sangat


cepat pada beberapa bulan atau tahun pertama dalam hidupnya, hingga maturasi.
Selanjutnya, penambahan energi digunakan untuk pertumbuhan jaringan somatik dan
gonadal, sehingga laju pertumbuhan ikan mature lebih lambat dibandingkan ikan-ikan

immature.
Istilah penuaan mengacu pada proses perubahan negatif yang mengiringi
 bertambahnya umur ikan. Proses ini ditandai oleh melambatnya pertumbuhan,
 percepatan laju mortalitas, kapasitas reproduksi yang menurun secara bertahap, dan
meningkatnya abnormalitas anakan. Kurun umur tua tipikal memperlihatkan
 perlambatan aktivitas yang diikuti oleh perubahan dalam cara makan, distribusi dan
tingkah laku lainnya.

1.2  Faktor Eksternal 


1.2.1  Suhu
Faktor luar yang utama mempengaruhi
me mpengaruhi pertumbuhan seperti suhu air, kandungan
oksigen terlarut dan amonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor tersebut berinteraksi
satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah
dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan
ikan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat penting dalam mempengaruhi laju
 pertumbuhan yaitu suhu. Laju
Laju pertumbuhan ikan Cyprinodon macularis meningkat pada
suhu antara 30°C  –   35°C, sedangkan laju pertumbuhan maksimal ikan salmon muda
diperoleh pada suhu sedang (15°C). Adanya hubungan yang erat antara suhu dari
 pertumbuhan optimal dengan preferensi perilaku. Di daerah yang bermusim 4 kalau
suhu perairan turun di bawah 10°C ikan perairan panas yang berada di daerah tadi akan
 berhenti mengambil makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk
keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Jadi walaupun makanan berlebih pada waktu
itu, pertumbuhan ikan akan terhenti atau lambat sekali.
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan,
 pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi
t inggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan
selera makan ikan. Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan
gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang
tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang
kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau
81

 pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem
 percernaan.
Pada suhu optimum apabila ikan itu tidak mendapat makanan tidak pula dapat
tumbuh. Untuk daerah tropik suhu perairan berada dalam batas kisar optimum untuk

 pertumbuhan. Oleh karena itu apabila ada ikan dapat mencapai ukuran 30 Cm dengan
 berat 1 kg dalam satu tahun di perairan tropik, maka ikan yang sama spesiesnya di
daerah bermusim empat ukuran tadi mungkin akan dicapai dalam waktu dua atau tiga
tahun. Setiap spesies ikan suhu optimum untuk pertumbuhannya tidak sama, oleh
karena itu dalam kultur ikan agar tercapai tujuan suhu optimum dari perairan tadi ada
kolam yang diberi tanaman untuk memberi bayangan pada perairan dan ada pula yang
tidak.

1.2.2  Pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mempertahankan kelansungan hidup. Ketersediaan pakan merupakan salah satu
 persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budiday
budidayaa ikan. Pakan merupakan sumber
 protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang penting bagi ikan, oleh karena itu
 pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi serta tidak
 berlebihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan
usaha budidaya ikan.
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran
 pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu
 penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi
mikroorganisme dalam sistem pencernaan, berakibat meningkatnya daya cerna bahan
 pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar penelitian sebelumnya pada ikan patin dan pada
ikan bandeng menunjukkan bahwa penambahan probiotik berpengaruh terhadap
 pertumbuhan dari ikan tersebut.

1.2.3  Penyakit dan Parasit


Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
 parasit. Infeksi parasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi

organisme patogen yang lebih berbahaya, yaitu berupa kerusakan organ luar,
82

 pertumbuhan yang lambat, penurunan nilai jual, dan peningkatan sensitivitas


terhadap stressor. Tingkat infeksi parasit yang tinggi dapat mengakibatkan mortalitas
tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu.
Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama kalau yang

diserang itu alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga efisiensi
 berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan. Namun
sebaliknya dapat terjadi pada ikan yang diserang oleh parasit tidak begitu hebat
menyebabkan pertumbuhan ikan itu lebih baik daripada ikan normal atau tidak diserang
 parasit tadi. Hal ini terjadi karena ikan tersebut
terse but mengambil
me ngambil makanan lebih banyak dari
 biasanya sehingga terdapat kelebihan makanan untuk
untuk pertumbuhan.

1.2.4  Oksigen Terlarut


Kandungan oksigen terlarut. mengukur reduksi laju pertumbuhan
 juvenil Micropterus
 juvenil Micropterus salmoides
salmoides pada
 pada kandungan oksigen terlarut 5 mg/L dengan suhu
26°C. Kondisi tersebut diperkirakan sebagai ambang batas bagi pertumbuhan dan
reproduksi juvenil M.
juvenil M.  Salmoides dan beberapa ikan lain seperti Ictalurus
seperti Ictalurus punctatus,
 Mugil cephalus, Orthodon microlepidotus
microlepidotus   yang dapat mempertahankan metabolisme
 pada kondisi kandungan
kandungan oksigen yang rendah. Selain itu, ikan-ikan ini akan berenang ke
tempat yang labih menguntungkan.
Oksigen terlarut merupakan oksigen dalam bentuk terlarut dalam air karena ikan
tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan secara difusi langsung dari udara. Pada
umumnya ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat badan lebih banyak
dibandingkan dengan ikan besar dari satu spesies. Nilai oksigen terlarut media
 pemeliharaan selama pengamatan berlangsung berkisar 5,22 – 5,61.
5,61.

1.2.5  Ammonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan,
i kan, namun bila ada dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan. Sebagai contoh,
 pengukuran berat
bera t juvenil
juvenil Ictalurus
 Ictalurus punctatus yang ditempatkan pada akuarium dengan
kondisi penambahan kandungan amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah
amonia masih belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion (NH3)
di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+) pada konsentrasi yang

sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di perairan sangat tergantung pada pH air.
83

Pemantauan pH air merupakan bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar.
Walaupun amonia merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan
menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju pertumbuhan.
Ammonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun terhadap ikan

daripada bentuk yang terionisasi (NH4+) pada konsentrasi yang sama. Ketika
konsentrasi ammonia naik di dalam air, maka ekskresi ammonia oleh ikan menurun
sehingga konsentrasi ammonia dalam darah dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi
ammonia yang tinggi dalam air juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan
mereduksi konsentrasi ion internal. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen
oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah membawa oksigen.
Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa, tiroid dan darah ikan yang terkena
konsentrasi subletal ammonia. Kenaikan ammonia meningkatkan kerentanan terhadap
 penyakit dan mereduksi pertumbuhan
pertumbuhan ikan.

1.2.6  Salinitas
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung
terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan
 perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan
meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam
 proses osmoregulasi pada benih gurame (O. gouramy), sehingga mampu
ma mpu meningkatkan
 pertumbuhannya. Salah satu
sa tu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah
tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen.
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan eurihalin
menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada salinitas 35 ppt dari pada
salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga
mempengaruhi fenomena pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang
erat antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod musiman.

1.2.7  Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati
sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan pertumbuhannya baik. Jumlah
individu yang terlalu banyak dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan
84

makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan


makanan akan menentukan pertumbuhan. Oleh karena itu akan didapatkan ukuran yang
 bervariasi dalam satu keturunan.
Tingkat padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara

dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi
dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air. Predasi dapat
di hindarkan dan kualitas air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali
dalam ruangan.

Teknik Sampling
Sampling berasal dari kata sample atau bahasa Indonesianya „Sampel‟ yang
 berarti contoh
c ontoh Sampling merupakan kegiatan
ke giatan yang dilakukan
dila kukan untuk memantau
mema ntau jum
jumlah
lah

dan bobot rata-rata benih yang dipelihara. Sampling ini juga berfungsi untuk
menentukan jumlah pakan yang diberikan secara harian. Pemantauan populasi ini akan
menghasilkan informasi kelangsungan hidup benih, sedangkan pemantauan bobot rata-
rata akan menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan.
Informasi laju pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu makan ikan dan
waktu panen, sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk
 penentuan teknik penanganan ikan selanjutnya.
selanjutnya.

Informasi nafsu makan benih ikan dapat digunakan untuk menganalisis kondisi
lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya.
Sampling benih dilakukan dengan mengambil sejumlah contoh benih kemudian diukur
atau dihitung.
dihitung. Data yang
yang diperoleh
diperoleh selanjutnya
selanjutnya digunakan untuk menduga bobot rata-
rata -
rata dan jumlah benih
benih dalam wadah budidaya.
budidaya. Sampling dapat dilakukan secara
 berkala, setiap 2 – 
2 –   4
4 minggu sekali. Data yang diperoleh sebaiknya dicatat dengan jelas
dan teliti, mengingat data sampling ini memiliki nilai yang tinggi dan selanjutnya
dikompilasi (Tabel 12).
85

Tabel 5. Tabel Contoh Ko


Kompilasi
mpilasi Data Sam
Sampling
pling Benih

Tgl Umur Sampling Bobot Populasi Biomassa Jumlah Kondisi


Pemeliharaan ke- Rata-rata Pakan Ikan
Habis

Sampling dalam hal ini juga dilakukan untuk


untuk melihat keberhasilan dari kegiatan
 pembesaran ikan yang telah
tela h dilakukan.
dila kukan. Keberhasilan kegiatan ini
i ni ditandai dengan nilai
mortalitas yang cukup rendah dari jumlah total benih ikan yang dipelihara. Dari hasil
sampling yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui survival rate (SR) benih
ikan hasil pembesaran.

Sampling harus dilakukan pada kegiatan usaha pemeliharaan ikan karena sangat
 berfungsi pada saat menghitung jumlah kebutuhan pakan secara periodik dan dapat
mengetahui dampak pemberian pakan terhadap
terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuh
Pertumbuhan
an ikan
tersebut akan berdampak pada jumlah biomasa di dalam kolam pemeliharaan. Teknik
sampling yang
yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: Jika ikan dipelihara d
dii
kolam maka cara mengambil sample ikan terlebih dahulu ditentukan titik pengambilan
sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili
me wakili populasi, secara acak.
Sample diambil/ditangkap dengan cara dan alat yang sama. Sampel yang diambil
minimal 10 % dari jumlah populasi
populasi awal. Kemudian lakukan perhitungan
perhitungan jumlah

 populasi. Cara menghitung populasi dilakukan berdasarkan data sampling yang


diperoleh.

Gambar 29. Contoh Sampling 


86

Langkah sampling:

1)  Membaca data awal (luas kolam, padat penebaran, luas alat)
2)  Menghitung populasi awal
3)  Menentukan 5 titik secara acak dikolam untuk ditangkap ikannya dengan
menggunakan alat tangkap tersebut
4)  Menghitung ikan tertangkap tiap titik dan menimbang bobot ikan tiap titik
5)  Menghitung jumlah ikan pada 5 titik dan bobot ikan pada 5 titik
6)  Menghitung rataan jumlah ikan per titik dan bobot ikan pertitik atau menghitung
 bobot ikan per individu
7)  Menghitung jumlah populasi ikan dengan rumus :

8)  Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi ikan di kolam kali bobot
ikan per individu
9)  Menghitung kebutuhan pakan = 3-5% kali bobot biomass.
Teknik yang diterapkan untuk mengetahui biomasaa adalah dengan sampling untuk
mengukur panjang dan bobot benih ikan. Panjang benih yang diukur biasanya ada dua,
yaitu panjang total dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur
dari ujung ekor sampai kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang
diukur dari pangkal ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang akan

ditebar meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total.

Gambar 30. Cara Mengukur


Mengukur Data Panjang Rata-Rata
Rata-Rata Benih Ikan
87

Sampling Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan perubahan panjang atau berat yang terjadi pada tubuh
organisme hidup (Effendi, 1997). Untuk mengetahui laju pertumbuhan larva perlu
dilakukan sampling pertumbuhan setiap 10 hari sekali. Sampling dilakukan dengan

tujuan untuk mengukur berat dan panjang tubuh benih ikan. Pengukuran berat benih
dilakukan dengan menggunakan timbangan digital.
Pelaksanaan sampling untuk mengukur berat tubuh dilakukan terhadap sejumlah
 benih yang kemudian ditimbang dan dihitung jumlah benih dari sampel tersebut
sehingga dapat diketahui bobot rata  –   ratanya. Sedangkan untuk sampling panjang
tubuh dapat dilakukan pada 20 - 50 ekor benih agar data sampel dapat mewakili
sejumlah benih yang ada dan kemudian disimpan diatas cawan petri kemudian diukur
dengan menggunakan penggaris.
Pertumbuhan mutlak adalah laju pertumbuhan rata  –   rata ikan dalam kurun

waktu tertentu. Pertumbuhan mutlak dapat diketahui


diketa hui dengan menggunakan rumus :
Wt 
   Wo
GR   (Effendi, 1997)

Keterangan :
GR : Growth Rate /
Rate / Pertumbuhan mutlak (gr/ ekor/ hari)
Wt : Berat rata
rata – 
 –  rata
 rata akhir benih Lele Sangkuriang (gr/ ekor)
Wo : Berat rata
rata – 
 –  rata
 rata awal benih Lele Sangkuriang (gr/ ekor)
t : Lama pemeliharaan (hari)

Pertumbuhan bobot harian adalah persentase penambahan berat benih per hari.
Pertumbuhan bobot harian dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
GR
 AGR   100%  
Wo

Keterangan :
AGR : Pertumbuhan bobot harian(%/hari)
Wt : Bobot rata
rata – 
 –  rata
 rata akhir ( gr/ekor )
Wo : Bobot rata
rata – 
 –  rata
 rata awal ( gr/ekor )
t : Waktu (hari)
88

Pertumbuhan panjang adalah perubahan panjang ikan pada awal penebaran


hingga saat pemanenan. Rumus untuk mencari pertumbuhan panjang ikan Lele
Sangkuriang adalah :
 P    Pt 
    Po  (Effendi, 1997)

Keterangan :
P : Pertumbuhan panjang (cm)
Pt : Panjang akhir ikan (cm)
Po : Panjang awal ikan (cm) 

Jumlah dan bobot rata-rata ikan yang dibudidayakan dalam wadah produksi harus
diketahui setiap saat. Pengetahuan tersebut penting untuk mengetahui bobot biomasa
ikan sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan jumlah pakan yang harus
diberikan secara harian dapat dihitung. Pemantauan populasi menghasilkan informasi

kelangsungan hidup ikan, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan menghasilkan


informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju pertumbuhan
dapat digunakan untuk menganalisa nafsu makan ikan dan waktu panen, sedangkan
informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik penanganan
ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan ikan dapat digunakan untuk menganalisis
kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya
ikan. Perbaikan lingkungan yang dilakukan diharapkan bisa memperbaiki kelangsungan
hidup ikan.

Gambar 31. Contoh Pengambilan


Pengambilan Sampel Bibit / Benih Ikan
89

Teknik Mengukur Panjang Tubuh Ikan (L) dan Menimbang Bobot (W) Ikan
Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan panjang
dengan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari
 panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian

karena bentuk dan panjang ikan bebeda-beda. Panjang dan berat ikan dalam suatu
 bentuk rumus yang umum yaitu: W = cLn, dimana W = berat L = panjang, c & n =
konstanta. Rumus umum tersebut bila ditranformasikan ke dalam logaritma, maka kita
akan mendapatkan persamaan : log W = log c + n log L, yaitu persamaan linier atau
 persamaan garis lurus. Harga n ialah
i alah harga pangkat yang harus cocok
c ocok dari panjang ikan
agar sesuai dengan berat ikan. Harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan
 berkisar 1,2 – 
1,2 –  4,0,
 4,0, namun kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2,4 – 
2,4 –  3,5.
 3,5.
Bilamana harga n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak
 berubah bentukny
bentuknyaa yaitu pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan

 beratnya. Pertumbuhan demikian seperti telah dikemukakan ialah


 pertumbuhan isometrik . Apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan
 pertumbuhan allometrik . Harga n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang
kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan
harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat
dari pertambahan panjangnya. Cara yang dapat digunakan untuk menghitung panjang
 berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, yaitu dengan menghitung dahulu
logaritma dari tiap-tiap panjang dan berat ikan.
Kecepatan pertumbuhan mutlak/absolut ialah perubahan ukuran baik berat atau

 panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun. Umumny
Umumnyaa
kecepatan pertumbuhan mutlak menurun apabila ikan makin bertambah. Kecepatan
mutlak/absolute ini dapat dibuat persamaan dengan melihat panjang atau berat (Y)
dengan waktu (T) : (Y2  –   Y1) / (T2  –   T1) Kecepatan pertumbuhan
nisbi/relatif dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau
dengan kata lain ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada
waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya
 pertambahan dalam berat jauh lebih
le bih banyak digunakan karena mempunyai nilai praktis
dari pada panjang. 
panjang. 
90

Dalam melakukan pengukuran panjang dan berat ikan haruslah mengikuti suatu
ketentuan yang
yang telah umum digunakan.
digunakan. Di Indonesia,
Indonesia, pengukuran
pengukuran panjang ikan
 biasanya dinyatakan dalam satuan „millimeter‟ (mm) sedang pengukuran berat
dinyatakan dalam satuan „gram‟ (gr). 
(gr). 

Pengukuran panjang ikan dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu :


1.  Panjang Total atau Panjang Mutlak (Total
( Total Length) 
Yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala
sampai ke ujung terakhir bagian ekor.
2.  Fork Length (FL)
Yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala
sampai ke ujung bagian terluar lekukan ekor.
3.  Panjang Standar atau panjang Baku (Standar Length)
Yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala

sampai ke ujung terakhir dari tulang punggung.


Pengukuran ikan harus dilakukan secara tetap / konsisten. Jika menggunakan
cara pengukuran panjang total, maka untuk seterusnya
seter usnya harus menggunakan cara tersebut
dan tidak dibenarkan untuk menggunakan cara pengukuran lainnya secara berselingan.
ber selingan.
Yang perlu diperhatikan pada saat pengukuran panjang ikan ini adalah tempat
menempel ujung terdepan bagian kepala ikan harus bertepatan dengan ang
angka
ka nol. Jika
mulut ikan terletak di tengah (terminal), maka pada saat melakukan pengukuran, mulut
harus berada dalam keadaan tertutup sehingga dicapai ujung yang paling depan.
Pada pengukuran panjang total, yang merupakan ujung terakhir adalah ujung

ekor, jika ekor ikan tersebut bercabang dan mudah disatukan. Kalau kedua lobi
lobi ekor
susah disatukan dan tidak sama besar, maka
m aka yang dimasukkan dalam pengukuran adalah
ujung lobus yang terpanjang.
Pengukuran dengan cara fork length biasanya dilakukan pada ikan  –   ikan laut
yang mempunyai
mempunyai ekor yang kedua
kedua lobinya susah
susah disatukan karena keras. Sedangkan
Sedangkan
 pengukuran panjang standard biasa digunakan dalam penentuan sistematik ikan. Di
lapangan, pengukuran panjang standar dilakukan dengan cara membengkok  –  
 bengkokkan dasar ekor sehingga dapat diketahui ujung belakang tulang punggung.
punggung.
Biasanya ujung tulang punggung ini terletak sebelum pangkal jari – 
jari  –  jari
 jari sirip ekor.
91

Dalam pengukuran panjang ikan, seringkali dapat terjadi kesalahan jika :


kelupaan meluruskan badan ikan yang telah kaku, kelupaan merapatkan bibir mulut,
kelupaan meluruskan bagian
bagian ekor, kesalahan dalam mengerjakan pengukuran,
pengukuran, dan lain
sebagainya.

Seperti halnya pada pengukuran panjang ikan, maka dalam pengukuran berat
ikan perlu diketahui tata cara penimbangan sehingga kesalahan  –   kesalahan yang
mungkin terjadi dapat dihindarkan. Beberapa hal yang
yang harus diperhatikan
diperhatikan pada saat
melakukan penimbangan, antara lain adalah : penggunaan alat timbang yang praktis,
ketelitian alat timbang cukup dapat dipercaya, pengaruh faktor luar terhadap alat
timbang factor luar dan goncangan) mudah diatasi, dan lain – 
lain  –  lain.
 lain.
Pada saat melakukan penimbangan harus konsisten, jika menggunakan sampel
segar, penimbangan selanjutnya harus menggunakan sampel yang segar pula,
sebaliknya bila menggunakan sampel yang telah diawetkan maka penimbangan

selanjutnya harus tetap menggunakan


menggunakan sampel tersebut. Tidak dapat dicampur adukkan
dengan sampel yang segar.
Dari hasil sampling pengukuran panjang berat sampel selama beberapa minggu
maka dapat diketahui laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifiknya.

Teknik Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan


Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun
volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan

dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor
eksternall merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang
meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi
kualitas dan kuantitas.
Rumus yang dipakai untuk menentukan laju pertumbuhan ikan yaitu
Pertumbuhan bobot mutlak :  

Wt = Wf  – 
 –  W
 Wi 
92

Keterangan : Wt  = Pertumbuhan mutlak


Wf   = Bobot Akhir
Wi  = Bobot Awal

Pertumbuhan
Pertumbuhan Harian Spesifik


SGR   


Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan


W = Waktu yang dibutuhkan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)

Faktor  –  Faktor
  Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan
Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu,
sedangkan mortalitas adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu,
sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang
menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut. Tingkat kelangsung
kela ngsungan
an
hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan
i kan
yang dipelihara.
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas
air serta perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya. Padat tebar yang
terjadi dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu
organisme, terlihat kecenderungannya bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka
tingkat kelangsungan hidupnya
hidupnya akan makin
ma kin kecil.
 Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rat
rata-rataa yang baik berkisar antara 73,5-
86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa
beberapa faktor, diantaranya kualitas
air meliputii suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat
keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan
dengan kepadatan. Rumus
yang dipakai untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan yaitu

Kelangsungan hidup (SR)   : SR% = Nt/No x 100%


93

Keterangan : SR = Kelangsungan Hidup


 Nt = Jumlah ikan saat waktu t
 No = Jumlah ikan saat waktu 0

3. Refleksi

Isilah pernyataan berikut ini sebagai refleksi pembelajaran !

1  Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
 pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?

2  Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?

3  Apa yang anda rencanakan untuk mengimplementasikan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap dari apa yang telah anda pelajari ?

4  Apa yang anda harapkan untuk pembelajaran berikutnya ?


94

BAB III

KESIMPULAN 

Materi Teknik Pendederan Komoditas Perikanan ini dibuat untuk pembelajaran


kelas XI Semester Genap. Materi ini memuat KD. 3.5 sampai dengan
dengan KD. 3.9
Materinya meliputi prosedur persiapan wadah pendederan, prosedur persiapan media
 pendederan, analisa kualitas benih pada pendederan, prosedur penebaran benih pada
kegiatan pendederan, dan pemantauan perkembangan benih.
95

DAFTAR PUSTAKA

Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB


PKB Guru Budidaya Perikanan Grade
Grade 6.
Kemendikbud. Dirjen Guru
Guru & Tenaga Kependidikan
Kependidikan Pertanian. Cianjur

Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB


PKB Guru Budidaya Perikanan Grade
Grade 8.
Kemendikbud. Dirjen Guru
Guru & Tenaga
Tenaga Kependidikan
Kependidikan Pertanian. Cianjur

Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB


PKB Guru Budidaya Perikanan Grade
Grade 10.
Kemendikbud. Dirjen Guru
Guru & Tenaga Kependidikan
Kependidikan Pertanian. Cianjur

Herman. 2015. Pendederan Bandeng pada Bak Semen. Penerbit Deepublish.


Yogyakarta

Karyawan Perangin Angin, M.Si.S.St. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya
Perikanan Grade 7. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan
Pertanian. Cianjur

Karyawan Perangin Angin, M.Si.S.St. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya
Perikanan Grade 9. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan
Pertanian. Cianjur

Taufik Ahmad,
Ahmad, Erna Ratnawati, M. Jamil R. Yakob. 2009. Budidaya B
Bandeng
andeng Secara
Secara
Intensif. Penerbit PT. Penerbit Swadaya. Jakarta
96

TENTANG PENULIS

erman, S.Pi lahir di Tajuncu Soppeng, 01 Agustus 1980,


pada 1 Agustus 1980 atau 9 Ramadhan 1400 H. Putra dari

Bapak Makmur (Alm.) dan Ibu Hj. Imakketti (Almh.),


menghabiskan masa sekolah dasar sampai menengah atas
di Kabupaten Soppeng.
Soppeng. Menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1)
(S1)
Perikanan di Universitas Hasanuddin pada tahun 2005. Riwayat
pekerjaan, pernah bekerja sebagai supervisor / Collector di PT.
PERKEN Kendari (2005 –  2006). sebagai Manajer Pemasaran di
Alfisalam VCO atau AVCOL (2006 – 2007), sebagai pengajar di SMKN
3 Bulukumba (2008 –  2019) dan sekarang mengajar di SMKN 4
Takalar. Riwayat organisasi
organisasi sebagai ketua MGMP Budidaya
Perikanan Bulukumba (2017 –  2019) dan Ketua MGMP Perikanan
Sulawesi Selatan Periode 2020 – 2024.

Anda mungkin juga menyukai