SMK/MAK
jilid 1
TEKNIK PENANGANAN
PASCA PANEN
Nur Addini
Bagus Pirmansyah
Fahrul Rozi
TEKNIK PENANGANAN
PASCA PANEN
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Nur Addini
Bagus Pirmansyah
Fahrul Rozi
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor:
Nur Aini Farida
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Apfi Anna Krismonita
Rifda Ayu Satriana
Indah Mustika Ar Ruum
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
PRAKATA
PRAKATA
Nur Addini
Bagus Pirmansyah
Fahrul Rozi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... iv
PRAKATA........................................................................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ xi
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU............................................................................................ xii
PETA KONSEP BUKU................................................................................................................. xiii
APERSEPSI................................................................................................................................. xiv
DAFTAR ISI
BAB IX ANALISIS UNTUNG DAN RUGI KEGIATAN BUDI DAYA PERIKANAN................. 204
A. Studi Kelayakan Usaha............................................................................................. 206
B. Perencanaan Biaya Operasional Produksi........................................................... 212
C. Pengendalian yang Berkaitan dengan Kegiatan Usaha Budi Daya Ikan....... 215
D. Usaha Budi Daya Ikan Dilihat dari Aspek Finansial (Biaya)............................. 218
E. Kriteria Analisis Kelayakan Usaha......................................................................... 218
F. Perhitungan Jumlah Hasil Panen dan Mortalitas Usaha................................... 221
G. Aplikasi Analisa Usaha............................................................................................. 224
H. Klasifikasi, Morfologi, dan Varietas Gurami........................................................ 225
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Teknik Penanganan Pasca Panen ini diharapkan dapat menjadi
panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-
hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam
buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami
kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan
teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:
Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan
Lembar Praktikum
peserta didik sesuai kompetensi keahlianya.
Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan
Contoh Soal
ditanyakan dan cara menyelesaikannya.
Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
Cakrawala
dengan ilmu yang sedang dipelajari.
Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah
Jelajah Internet sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link dan QR code
sumber belajar.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta didik dalam
Tugas Mandiri memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu maupun
kelompok (diskusi).
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
Penilaian Akhir Bab
sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun
Refleksi guru di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi dan
memberikan umpan balik kegiatan belajar mengajar.
Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik
Penilaian Akhir Semester
setelah mempelajari materi dalam satu semester.
BAB VI
BAB I PENGENDALIAN MUTU
ESTIMASI HASIL PRODUKSI HASIL PANEN IKAN
BAB II
BAB VII
PERSIAPAN ALAT, WADAH,
PENGEMASAN/PACKING
DAN BAHAN PEMANENAN
IKAN
BAB VIII
TEKNIK PENGANGKUTAN/
BAB III
TRANSPORTASI IKAN
SORTASI DAN GRADING
BAB IX
BAB IV ANALISIS UNTUNG DAN
MENGHITUNG HASIL RUGI KEGIATAN BUDI
PRODUKSI IKAN DAYA PERIKANAN
BAB V
TEKNIK PEMANENAN IKAN
APERSEPSI APERSEPSI
BAB
ESTIMASI HASIL PRODUKSI
I
BAB I ESTIMASI HASIL PRODUKSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran pada bab ini adalah siswa diharapkan dapat memahami
hubungan antara total biaya dengan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi
perubahan biaya (cost driver). Menghitung estimasi hasil produksi, sehingga
dapat digunakan untuk memprediksi biaya dalam rangka perencanaan kegiatan
dan penyusunan anggaran.
PETA KONSEP
Pengertian Teknik
Estimasi Hasil Menghitung Hasil
Produksi Produksi
1. Perhitungan
Pertumbuhan Ikan
2. Menghitung Nilai
Kelangsungan Hidup
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Budi daya perikanan memiliki peran penting sebagai salah satu sektor pemenuhan
kebutuhan pangan nasional, hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun. Di sisi lain budi daya perikanan memiliki tantangan
besar ke depan karena permasalahan yang terkait dengan perubahan iklim maupun
lingkungan global, serta kondisi perekonomian global dan pertumbuhan penduduk
yang semakin pesat. Oleh karenanya, untuk menjawab tantangan tersebut peran
generasi muda khususnya lulusan perikanan sangat dibutuhkan dalam memberikan
solusinya.
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan aktivitas ekonomi,
sehingga menyebabkan peningkatan pada produksi barang dan jasa dalam masyarakat
serta mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dalam skala nasional
pertumbuhan ekonomi menjadi bentuk kenaikan pendapatan nasional karena adanya
peningkatan produksi di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi juga menjadi salah
satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat juga
merupakan peningkatan hasil dari output masyarakat karena adanya peningkatan
dalam hal jumlah faktor produksi selama digunakan dalam proses produksi masyarakat
(Sukirno 2000). Todaro (2000) menambahkan pertumbuhan ekonomi secara umum
diartikan sebagai peningkatan PDRB suatu negara.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
pulau sebanyak 17.508 buah dan luas wilayah sebesar 1.904.569 km2. Indonesia
menjadi bagian dari Asia Tenggara yang terletak di garis khatulistiwa dengan diapit
oleh dua benua, yaitu benua Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu Pasifik dan
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
daya tambak menghasilkan 333.795 ton dan budi daya di jaring apung menghasilkan
199.617 ton. Selain itu, budi daya sawah menghasilkan 33.454 ton, keramba sebanyak
2.930 ton dan budi daya laut sebanyak 1.518 ton. Pada tahun 2016, terdapat sejumlah
rumah tangga yang membudidaya ikan, yaitu sebanyak 378.056 rumah tanga. Dengan
rinciannya, yaitu tiga rumah tangga yang kegiatan budi daya perikanannya di kolam
sebanyak 254.386, di tambak sebanyak 41.198, dan di sawah 46.858. Sedangkan
yang melalukan penangkapan di perairan umum dan laut masing-masing 25.775 dan
11.620 rumah tangga.
Untuk itu, maka estimasi hasil produksi perikanan budi daya menjadi sangatlah
penting dipelajari guna menentukan keberlangsungan jenis usaha tersebut dijalankan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:
LPH : Laju pertumbuhan harian
Bo : Bobot ikan rata-rata pada awal pemeliharaan
Bh : Bobot ikan rata-rata pada awal hari ke-h
H : Lama pemeliharaan
Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya perikanan
dan juga sangat potensial, baik wilayah perairan tawar, pantai, maupun pada
perairan laut. Sumber potensi di perairan tawar meliputi keanekaragaman
jenis atau plasma nutfah ikan dan lahan perikanan. Wilayah perairan Indonesia
memiliki luas yaitu 5,8 juta km2. Oleh karenanya, Indonesia memiliki potensi
MATERI PEMBELAJARAN
perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada umumnya dibagi menjadi
dua, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budi daya. Potensi sektor
perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahunnya
dengan tingkat pemanfaatan yaitu sebesar 4,4 juta ton per tahun atau sebesar
70%. Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budi daya sebesar
15,95 juta hektar (Fitrah, 2016).
Ikan adalah salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis,
yaitu memiliki ciri khas pada insang, tulang belakang, dan siripnya, serta
tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki
kemampuan bergerak dengan menggunakan siripnya untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya, sehingga ikan tidak akan tergantung dengan arus
atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata,
terdapat sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di
antara vertebrata lain. Hal tersebut karena ikan memiliki jenis atau spesies
yang terbesar yaitu sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57
ordo (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Dalam biologi perikanan, yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan
sumber daya perikanan adalah terkait hubungan panjang-berat ikan yang
merupakan salah satu informasi pelengkap, misalnya dalam penentuan
selektifitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran
layak tangkap. Pengukuran panjang-berat ikan memiliki tujuan untuk
mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau
kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan,
kesehatan, produktifitas, dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan
gonad. Analisa hubungan panjang-berat juga dapat digunakan untuk estimasi
faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan
salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan keadaan atau
kondisi kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu (Mulfizar dkk.,
2012).
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik panjang, volume
maupun bobot dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai
pertambahan jaringan karena adanya pembelahan sel secara mitosis, yang
terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Persiapan media air
merupakan hal yang sangat penting terutama dalam hal pemeliharaan ikan.
Hal ini dikarenakan air adalah tempat hidup ikan, sebaiknya dipersiapkan
sedemikian rupa agar dapat menjaga kualitas airnya (Emaliana, dkk., 2010).
Pada umumnya, jika pertumbuhan bersifat positif (misal adanya
penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu), di mana menunjukkan
keseimbangan energi positif dalam metabolisme. Metabolisme merupakan
penjumlahan antara anabolisme ditambah katabolisme. Pada saat
pertumbuhan, laju anabolisme akan melebihi laju katabolisme. Pada dasarnya,
faktor-faktor yang mengkontrol proses anabolik adalah sekresi hormon
pertumbuhan oleh pituitary dan hormon steroid dari gonad. Sedangkan laju
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
5) Amonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila ada
dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan.
Sebagai contoh, pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang
ditempatkan pada akuarium dengan kondisi penambahan kandungan
amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah amonia masih
belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion
(NH3) di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+)
pada konsentrasi yang sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di
perairan sangat tergantung pada pH air. Pemantauan pH air merupakan
bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar. Walaupun amonia
merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan
menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju
pertumbuhan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Amonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun
terhadap ikan daripada bentuk yang terionisasi (NH4+) pada konsentrasi
yang sama. Ketika konsentrasi amonia naik di dalam air, maka ekskresi
amonia oleh ikan menurun, sehingga konsentrasi amonia dalam darah
dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi amonia yang tinggi dalam air
juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan mereduksi
konsentrasi ion internal. Amonia juga meningkatkan konsumsi oksigen
oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah
membawa oksigen. Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa,
tiroid dan darah ikan yang terkena konsentrasi subletal amonia.
Kenaikan amonia meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan
mereduksi pertumbuhan ikan (Rahardjo, dkk., 2010).
6) Salinitas
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh
secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses
osmoregulasi. Dengan memberikan perlakuan salinitas diharapkan
mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses
osmoregulasi pada benih gurami (O. gouramy), sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang
dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi
cairan tubuh serta kebutuhan oksigen (Yurisma, dkk., 2013).
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan
eurihalin menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada
salinitas 35 ppt dari pada salinitas yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga mempengaruhi fenomena
pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang erat
antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod
musiman (Asma, dkk., 2016).
7) Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan
akan mati, sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
kata lain ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran
pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval.
Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena
mempunyai nilai praktis dari pada panjang (Mulfizar, dkk., 2012).
d. Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan
Menurut Agustin (2014), perhitungan pertumbuhan bobot dan panjang
tubuh ikan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Wt = Bobot ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan di awal pemeliharaan (g)
Keterangan:
Lt = Panjang ikan di akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang ikan di awal pemeliharaan (cm)
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Di mana:
SGR : Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
Wt : Bobot Biomassa pada akhir penelitian (gram)
Wo : Bobot Biomassa pada awal penelitian (gram)
t1 : Waktu akhir penelitian (hari)
t0 : Waktu awal penelitian (hari)
MATERI PEMBELAJARAN
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR : Kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan
No : Jumlah ikan diawal pemeliharaan
Jika benih ikan lele (Clarias sp.) untuk pembesaran ikan ukuran konsumsi
dengan jumlah ikan yang di masukkan ke dalam kolam berjumlah 25.000 ekor
benih ukuran 5-7 cm, yang di pelihara selama 100 hari dengan ukuran ikan
5-12 ekor ikan per kilogram. Pada saat pemanenan jumlah ikan yang diperoleh
berjumlah 20.000 ekor ikan, maka nilai sintasan dari pemeliharaan ikan lele
ini yaitu 80%.
Pentingnya menghitung tingkat kelulushidupan ikan saat panen ialah,
agar mempermudah dalam memprediksi berapa persen keberhasilan dalam
budi daya ikan yang dilakukan. Selain itu, proses menghitung jumlah sintasan/
kelulushidupan ikan ini juga berkaitan dengan proses sortir yang dilakukan,
karena setelah melakukan kegiatan sortir maka akan diperoleh jumlah ikan
hidup dan jumlah ikan yang mati dalam pemeliharaan ikan.
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
1. Observasi
a. Lakukan observasi kegiatan budi daya perikanan disekitarmu!
b. Amatilah pembudidaya ikan terdekat yang sedang melakukan proses
panen ikan!
c. Buatlah laporan estimasi hasil kegiatan tersebut!
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Jenis usaha apa yang digeluti (pembenihan, pendederan, pembesaran)?
b. Sudah berapa lama kegitan usaha tersebut dijalankan?
c. Mengapa memilih jenis usaha tersebut?
d. Bagaimana pangsa pasarnya?
e. Bagaimana kelebihan dan kekurangan usaha tersebut?
f. Berapa luas kolam?
g. Berapa padat tebarnya?
h. Berapa total produksiya dalam sekali panen?
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu dipersiapkan untuk usaha
tersebut?
b. Berapa modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha tersebut?
c. Pakan apa saja yang digunakan?
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba analisis estimasi hasil produksi kegiatan usaha tesebut selama
satu kali siklus produksi!
b. Coba sebutkan biaya variabel yang di keluarkan!
c. Coba sebutkan biaya tetap yang di keluarkan!
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan hasil estimasi kegiatan usaha perikanan tersebut
beserta power pointnya, kemudian persentasikan di depan kelas
bersama tim satu kelompok!
b. Coba bandingkan beberapa analisis estimasi usaha ikan budi daya
dengan jenis yang berbeda!
CONTOH SOAL
Soal Latihan
Berikut ini, pilihlah dengan cara memberikan tanda (x) pada uraian yang menurut
saudara paling tepat!
1. Orang yang melakukan kegiatan budi daya ikan disebut dengan…
a. tengkulak
b. pedagang
c. nelayan
d. petani
e. pembudidaya
CONTOH SOAL
2. Perubahan ukuran baik panjang, bobot, maupun volume dalam kurun waktu
tertentu disebut…
a. Pertumbuhan
b. Perubahan
c. pergolakan
d. perkumpulan
e. persatuan
4. Tingkat kehidupan dalam proses budi daya ikan mulai awal tebar ikan/
komoditi air tawar hingga diakhir pemeliharaan disebut…
a. panen
b. mortalitas
c. motilitas
d. fekunditas
e. sintasan hidup/kelulushidupan
Kunci Jawaban:
1. E
2. A
3. E
4. E
5. E
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Sumber daya perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting
bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi sebagai penggerak utama
ekonomi nasional.
2. Laju pertumbuhan harian pertumbuhan (LPH) atau Specifik Growth rate (SGR)
diartikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume
seiring dengan perubahan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
3. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, berat)
ikan pada waktu tertentu atau perubahanan kalori yang tersimpan menjadi
jaringan somatik dan reproduksi.
4. Pembudiaya ikan adalah orang yang melakukan kegiatan usaha budi daya
perikanan baik dari faktor pra produksi, produksi, Pascapanen hingga
pemasaran produk hasil perikanan.
5. Pengertian estimasi adalah keseluruhan proses yang membutuhkan serta
menggunakan estimator untuk menghasilkan sebuah estimate dari suatu
parameter.
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
BAB
PERSIAPAN ALAT, WADAH, DAN BAHAN PEMANENAN IKAN
II
BAB II PERSIAPAN ALAT, WADAH, DAN BAHAN PEMANENAN IKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
Alat Panen, Bahan Panen, Larva, Ikan Konsumsi, Media Budi Daya
PENDAHULUAN
Usaha budi daya ikan air tawar semakin hari semakin menjanjikan. Menurut
laporan Badan Pangan PBB, pada tahun 2021 konsumsi ikan per kapita penduduk
dunia akan meningkat mencapai 19,6 kg per tahun. Meski saat ini konsumsi ikan lebih
banyak dipasok oleh ikan laut, namun pada tahun 2018 produksi ikan air tawar akan
mengungguli produksi perikanan tangkap.
Mengapa demikian, karena produksi perikanan tangkap akan mengalami
penurunan akibat overfishing atau kelebihan tangkap. Ikan di laut semakin sulit
didapatkan. Bahkan bila tidak ada perubahan model produksi, para peneliti
meramalkan pada tahun 2048 tak akan ada lagi ikan untuk ditangkap.
Dengan kata lain, tidak ada lagi menu seafood di piring kita. Oleh karena itu,
diperlukan peningkatan produksi budi daya ikan air tawar sebagai subtitusi ikan laut.
Sehingga, kita bisa memberikan ruang kepada biota laut untuk berkembang biak. Hal
ini tentunya memberikan peluang kepada pelaku usaha budi daya perairan air tawar
untuk mengambil kesempatan dalam pengembangan biota air tawar untuk memenuhi
produksi pangan.
Tingkat Konsumsi Ikan
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan
pasar yang potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan
konsumsi ikan perkapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan
konsumsi penduduk negara berkembang lainnya.
Menilik laporan KKP pada tahun 2011, konsumsi ikan masyarakat Indonesia
hanya berada diangka 31,5 kg per tahun. Coba bandingkan dengan Malaysia yang
mencapai 55,4 kg per tahun. Kabar baiknya, pertumbuhan rata-rata konsumsi ikan di
Indonesia cukup tinggi 5,04 persen per tahun. Jauh di atas Malaysia yang hanya 1,26
persen per tahun. Dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia, kesadaran masyarakat
akan konsumsi ikan semakin tinggi. Ditambah lagi dengan adanya program Gemar
PENDAHULUAN
Makan Ikan yang dikampanyekan KKP, angka konsumsi akan terus bergerak naik atau
meningkat.
Budi Daya Ikan Air Tawar
Dari sisi produksi, pada tahun 2011 produksi perikanan nasional mencapai 12,39
juta ton. Dari jumlah itu, produksi perikanan tangkap sebanyak 5,41 juta ton dan
produksi perikanan budi daya 6,98 juta ton. Dari total produksi perikanan budi daya,
jumlah budi daya ikan dalam kolam air tawar menyumbangkan angka hingga 1,1 juta
ton. Sisanya adalah budi daya tambak air payau, budi daya di laut, budi daya dalam
keramba dan budi daya jaring apung.
Kenaikan produksi budi daya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat, yaitu
berkisar 11 persen setiap tahun. Hal ini menujukkan ada gairah besar di masyarakat
untuk mengembangkan usaha budi daya ikan air tawar. Tentunya pertumbuhan
produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus meningkat. Lebih dari 70
persen produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Pulau Jawa menjadi
penyerap terbesar mengingat jumlah penduduknya yang padat. Apabila dilihat
dari potensinya, kebutuhan untuk pulau Jawa saja masih akan terus berkembang.
Mengingat konsumsi per kapita ikan di Jawa masih di bawah konsumsi per kapita di
luar Jawa.
Jenis Paling Populer
Produksi budi daya ikan air tawar dalam kolam didominasi oleh ikan mas, lele,
patin, nila dan gurami. Lima jenis ikan tersebut menyumbang lebih dari 80 persen
dari total produksi. Berikut ini beberapa jenis ikan air tawar yang paling banyak
dibudidayakan di Indonesia.
1. Ikan mas
Ikan mas (Cyprinus carpio) dipercaya datang ke Indonesia dari Eropa dan
Tiongkok. Ikan ini berkembang menjadi ikan budi daya paling penting. Pada tahun
1860-an masyarakat di Ciamis, Jawa Barat, telah mempraktikkan pemijahan ikan
mas dengan penggunakan kakaban/ijuk. Praktik seperti ini masih diadopsi para
peternak ikan hingga saat ini.
PENDAHULUAN
Lele (Clarias sp.) merupakan jenis ikan air tawar yang efesien untuk
dibudidayakan. Rasio pakan (Food Convertion Ratio) menjadi daging ikan lele bisa
mencapai 1:1. Artinya setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan menghasilkan
1 kg daging ikan lele.
3. Ikan Patin
Ikan patin yang ada di Indonesia terdapat 14 spesies, namun jenis yang umum
telah dibudidayakan ialah ikan patin yang berasal dari Thailand atau Pangasius
hypopthalamus. Kebutuhan ikan patin hasil budi daya saat ini terus meningkat,
bahkan Indonesia masih mengimpor ikan patin dari Vietnam sebagai ikan konsumsi
di dalam negeri.
PENDAHULUAN
Pembesaran ikan patin dengan padat tebar 20-30 ekor/m3. Tidak ada patokan
pasti untuk ikan patin yang siap dikonsumsi. Ukuran panen ikan patin tergantung
dari selera/permintaan pasar dari masing-masing daerah pembesaran ikan. Namun
umumnya ikan patin dipelihara selama ±6 bulan pemeliharan, terkhusus untuk
pasar ekspor maka ukuran ikan patin akan lebih dibesarkan.
4. Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang mudah
dipelihara dan tahan terhadap gangguan hama penyakit ikan. budi daya ikan nila
cukup mudah untuk dilakukan. Dari sepasang induk dapt menghasilkan 250-1000
butir telur ikan. Waktu persiapan dari telur hingga menjadi benih berukuran 5-8
cm, sehingga dibutuhkan waktu 60 hari untuk menghasilkan benih.
PENDAHULUAN
Nila merupakan jenis ikan air tawar yang pertumbuhannya sangat cepat. Nila
jenis unggul dapat tumbuh mencapai 4,1 gram per hari. Waktu yang dibutuhkan
4-6 bulan dalam pembesaran ikan nila atau hingga mencapai ukuran konsumsi.
Teknologi budi daya ikan nila juga sudah banyak dikembangkan, yaitu teknik
maskulinisasi ikan nila, teknologi tersebut bertujuan agar ikan nila yang dibesarkan
dapat lebih maksimal.
5. Ikan Gurami
Ikan gurami (Osphronemus goramy) biasanya dipelihara dalam akuarium
sebagai ikan hias di berbagai negara selain Indonesia. Namun di Asia Tenggara dan
Asia Tengah, ikan ini merupakan ikan konsumsi yang disukai, karena dagingnya
sangat manis dan rasanya yang gurih.
MATERI PEMBELAJARAN
Adapun Alat dan Bahan yang digunakan untuk panen larva beserta fungsinya,
dapat dilihat dalam uraian beriku ini.
a. Alat
1) Jaring happa: memudahkan dalam mengumpulkan larva.
2) Baskom: untuk wadah penampung.
3) Selang sifon: mengurangi volume air.
4) Aerator: membantu difusi oksigen ke wadah panen.
5) Serokan/tangguk: memudahkan dalam pengambilan ikan.
MATERI PEMBELAJARAN
b. Bahan
1) Oksigen: berfungsi untuk mensuplai oksigen ke dalam air.
2) Anti stres: mengurangi tingkat stres pada ikan yang akan dipanen.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Larva ikan yang baru memijah tidak perlu diberi makan secara langsung,
sebab larva tersebut masih memiliki kuning telur (yolk sac) yang melekat pada
bagian abdominal tubuhnya. Larva dapat diberi pakan hingga yolk sacnya sudah
habis, kemudian pemberian pakan larva yang tidak sesuai dengan kebutuhan
larva ikan juga dapat membahayakan kehidupan ikan. Merawat larva ikan tidak
boleh asal-asalan sebab larva membutuhkan perawatan khusus atau cukup
intensif, dimulai dari larva memperoleh pakan tambahan dari luar tubuh saat
kuning telur (yolk sac) dari larva tersebut mulai habis. Masa ini merupakan
masa kritis bagi larva, jika terlambat dalam pemberian pakan larva, maka akan
menyebabkan kematian pada larva ikan tersebut. Adapun persyaratan pakan
untuk larva adalah sebagai berikut.
a. Pakan ikan harus berukuran kecil, di mana pakan harus lebih kecil dari
bukaan mulut larva.
b. Pakan harus bergerak, sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva.
c. Mudah dicerna oleh larva dan mengandung gizi yang tinggi.
d. Kandungan protein pakan berkisar 60-70%.
e. Usia dua hingga tiga minggu mulai diberikan pakan dalam bentuk tepung
sebesar 3-5 persen dari Biomassa.
Beberapa jenis pakan hidup untuk larva ikan, yaitu sebagai berikut.
a. Kutu air (Daphnia sp.).
b. Artemia sp.
c. Cacing tubifex/cacing sutra/cacing rambut.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. Memilih Alat, Bahan, dan Wadah yang Tepat dalam Pemanenan Ikan
Memilih alat, bahan, dan wadah yang tepat pada saat memanen ikan sangat
penting dilakukan guna menghasilkan panen yang berkualitas dan memperkecil
resiko cacat ikan pada saat dipanen. Berikut ini akan diuraikan berdasarkan waktu
dan media budi daya yang digunakan dalam panen ikan.
1. Alat, Bahan, Wadah Berdasarkan Waktu Panen
Waktu panen yang dimaksud dalam pembahasan ini ialah umur atau saat
panen ikan, seperti yang telah diuraikan pada subbab di atas, bahwa waktu
panen dibagi menjadi 3 bagian besar, yakni pada ukuran larva, benih, dan ikan
yang sudah memasuki ukuran konsumsi. Wadah yang digunakan juga tidak
berbeda dengan yang di atas, hanya saja, jika waktu panen ini ialah untuk
MATERI PEMBELAJARAN
panen total maka secara keseluruhan ikan dapat dipanen, tapi jika ikan yang
dipanen hanya sebagian maka sekaligus dilakukan penyortiran.
Waktu panen dilakukan dengan 2 opsi, panen pada pagi hari dan panen
pada sore hari. Jika panen pada pagi hari kemungkinan lokasi pemasaran ikan
berdekatan dengan lokasi budi daya, sehingga tidak membutuhkan alat, bahan,
dan wadah yang terlalu komplit. Sedangkan jika panen sore hari, berarti lokasi
pasar yang dituju cukup jauh, sehingga membutuhkan alat, bahan, dan wadah
yang lebih komplit lagi.
2. Alat, Bahan, Wadah Berdasarkan Media yang Digunakan
a. Media Budi Daya di Kolam
Budi daya ikan di kolam, baik kolam terpal, kolam tanah maupun kolam
beton memiliki kebutuhan alat, bahan, dan wadah yang lebih kurang sama,
hanya saja jika media yang dipakai adalah berupa kolam beton, biasanya
telah dilengkapi dengan saluran pengeluaran (outlet). Sehingga tidak
terlalu membutuhkan selang ataupun mesin untuk mengurangi volume
airnya. Sedangkan jika menggunakan kolam tanah dan kolam terpal, sering
kita jumpai proses pengeluaran airnya membutuhkan alat bantu seperti
selang dan mesin pompa untuk mengurangi volume airnya. Berikut alat,
bahan, dan wadah yang kerap digunakan dalam proses pemanenan ikan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
jaring bagian bawah di pelihara ikan nila, bisa juga ikan patin/jambal dan
bahkan bisa gabungan keduanya nila dan patin.
Pemilihan ikan nila sebagai produk sekunder adalah karena tidak
memerlukan pakan khusus. Ikan nila bisa mencapai pertumbuhan cukup
baik dengan hanya memakan sisa-sisa pakan yang tidak termanfaatkan/
tidak terkonsumsi dari ikan-ikan mas yang ada di atasnya. Selain itu, ikan
nila dapat memakan lumut-lumut yang ada di jaring. Dua keuntungan
sekaligus, yaitu membersihkan jaring dan meningkatkan hasil.
Umumnya ikan mas ditanam pada jaring ukuran 7 x 7 m dengan padat
tebar 8.000-10.000 ekor, diberi pakan pelet 4-5 kali perhari. Biasanya untuk
mencapai ukuran konsumsi masa tanam sekitar 2,5-3 bulan tergantung
ukuran ikan yang di kehendaki.
Berbeda dengan ikan nila yang di tanam di jaring kolor dengan ukuran
14 x 14 m dengan masa tanam 6-7 bulan. Ikan nila tidak di beri perlakuan
pakan khusus, hanya saja terkadang suka di beri tambahan pakan yang
berasal dari bahan bahan/limbah pertanian lokal seperti singkong, mie,
ataupun roti.
Selain ikan nila, jaring bagian dalam juga dapat di gunakan untuk ikan
patin. Sama seperti nila, patin juga tidak memerlukan perlakuan pakan
khusus, kecuali jika ingin mempercepat masa panen. Sebab patin termasuk
lambat pertumbuhannya jika tidak di beri pakan khusus, satu masa tanam
bisa mencapai 12 bulan.
Ada teknik khusus untuk mensiati hal itu sebenarnya, yaitu dengan
menggabungkan ikan nila dan patin dalam satu jaring bagian bawah. Jadi
dalam satu tahun bisa panen tiga kali ikan mas, dua kali ikan nila dan satu
kali ikan patin, tanpa ada penambahan biaya yang terlalu signifikan.
Teknik panen dengan keramba jaring apung yakni, pertama jaring
di angkat dengan menggunakan gombong (bambu panjang yang besar
dan kuat), gombong di masukkan/di letakkan di bawah jaring yang akan
di panen lalu di tarik kepermukaan setelah itu didorong/digeser ke sisi di
mana ikan kelak akan ditimbang dan dipacking.
Setelah digorok (istilah untuk prosesi tadi) dilakukan penyortiran ikan.
Penyortiran ini di perlukan untuk memisahkan ikan berdasarkan ukuran,
sehingga akan memudahkan pada saat packing nantinya. Selain itu juga,
untuk membersihkan dari ikan ikan penggagu bila ada.
Pemilihan ikan, penggorokan jaring dan penyortiran semuanya
dilakukan pada pagi hari sebelum matahari tinggi dan sebelum ikan
dikasih makan, hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi kematian pada
saat pengangkutan ikan dari kolam ke konsumen. Penimbangan dan
pengepakan ikan ke dalam kantong-kantong plastik beroksigen, dilakukan
pada saat sore atau malam hari, ketika cuaca sudah teduh sehingga ikan
tidak mengalami tekanan panas dalam perjalanan.
Adapun alat, bahan, dan wadah dalam proses panen pada penggunaan
Keramba Jaring Apung (KJA):
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara mempersiapkan alat.
b. Beda alat dan bahan yang digunakan untuk berbagai area.
3. Mengasosiasi/Menatar
a. Bagaimana pengaruh tiap perairan yang berarus kencang dan sedang
pada lokasi keramba jaring apung?
b. Apa yang dilakukan petani ikan untuk menyiasati arus tersebut?
4. Mengkomunikasikan
a. Buatlah gambar alat dan bahan yang digunakan petani ikan yang
membudidayakan ikan di keramba jaring apung!
b. Kemudian, persentasikan hasil dari observasi sebagaimana saudara
menjadi seorang penyuluh perikanan (dengan membawa bahan berupa
poster)!
CONTOH SOAL
Soal Latihan
1. Benda yang di gunakan untuk mengerjakan sesuatu yang fungsinya adalah
untuk mempermudah pekerjaan, merupakan definisi dari...
a. Alat
b. Bahan
c. Alat dan bahan
CONTOH SOAL
d. Wadah
e. Media
2. Zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang
yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu....
a. Alat
b. Bahan
c. Alat dan bahan
d. Wadah
e. Media
KUNCI JAWABAN:
1. A
2. B
3. C
4. B
5. A
CAKRAWALA
Source by : makassar.terkini.id
JELAJAH INTERNET
Panen ikan dengan menggunakan alat, bahan, dan wadah modern saat ini
telah banyak digencarkan oleh penggiat usaha budi daya perikanan, khususnya
di luar negeri. Berikut ini teknologi budi daya yang telah menerapkan cara panen
yang sudah modern. Untuk lebih jelasnya, silahkan scan barcode di bawah ini.
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Buatlah sebuah artikel yang berkaitan dengan alat, bahan, dan wadah yang
digunakan untuk panen belut, lalu terbitkan pada majalah atau koran!
REFLEKSI
Pembahasan alat, bahan, dan wadah ini sangat berkaitan dengan Bab
III menganai sortasi dan grading, begitu juga dengan Bab V, mengenai teknik
pemanenan ikan, karna teknik panen akan saling berhubungan dengan alat
bahan dan wadah yang digunakan dalam usaha budi daya ikan terutama saat
penanganan pascapanennya.
BAB
SORTASI DAN GRADING
III
BAB III SORTASI DAN GRADING
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
d. Bila ada beberapa benih ikan lele yang mengalami penyakit, maka selain
proses pemindahan benih ikan dan sortir akan mempercepat proses
penenularan penyakit tapi juga kondisi benih ikan lele yang sedang tidak
fit (sehat), akan membuat penyakit jadi wabah yang sangat merugikan
petani ikan.
Tips dan Trik Yang Baik Saat Melakukan Sortir:
a. Sebaiknya hindari proses sortir dan menggabungkan ikan dari satu kolam
ke kolam yang lain;
b. Sediakan satu atau dua kolam kecil untuk penyortiran. Bisa untuk tempat
sementara benih ikan Lele yang mau dijual, atau tempat penanganan benih
ikan Lele yang sedang mengalami penyakit.
c. Penanganan kolam benih ikan Lele yang sedang sakit alias bermasalah
harus terpisah, agar kita menghindari kontamiasi ke kolam yang lain.
d. Kalaupun mau melakukan sortir benih ikan Lele sebaiknya dilakukan pada
sore atau malam hari. Hal ini hanya untuk mengurangi stres pada benih
ikan Lele.
e. Dapat juga mencampurkan endrop (cairan stres pada ayam) pada pakan
benih ikan Lele. Berikan pakan campuran tersebut enam jam sebelum
benih ikan Lele di sortir. Juga berikan pakan campuran yang sama pada
pagi esok harinya.
Sortir Ikan Ukuran Konsumsi Hasil Panen
Pada umumnya sortasi dilakukan terhadap ikan yang akan diekspor.
Pada saat ikan akan diproses, ikan di keluarkan dari tempat penyimpanan dan
diletakkan berjajar di atas meja prosesing.
a. Pemisahan ikan-ikan yang di bawah ukuran standar
Sebagai contoh ikan tuna, umumnya ikan yang diperkirakan beratnya
kurang dari 15 Kg tidak diekspor, namun batas ini dapat berubah sesuai
dengan keadaan pasar di negara tujuan ekspor. Jika persediaannya kurang,
maka ikan yang berukuran lebih kecil dapat juga diekspor, tetapi jika
melimpah batas minimum itu dinaikkan.
b. Pemeriksaan mutu secara organoleptik
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh petugas khusus atau
langsung oleh pembeli.Ikan diperiksa satu per satu. Sasaran yang diperiksa
meliputi hal berikut.
1) Penampilan ikan secara keseluruhan: ikan harus utuh dan mulus, bebas
dari cacat akibat gigitan binatang lain, memar, sisik banyak terkelupas,
tidak bernoda.
2) Sayatan daging pada batang ekor.
Sorting terbagi atas: Sorting Warna, Sorting Ukuran, dan Sorting Final
a. Sorting Warna
Contoh pada udang. Udang mengalami proses pemisahan menurut
warnanya. Pemisahan warna dilakukan berdasarkan warna bahan baku dan
diklasifikasikan sesuai dengan warna yang telah ditentukan.
MATERI PEMBELAJARAN
b. Sorting Ukuran
Sorting ukuran adalah suatu cara penyortiran ikan/hasil ikan
berdasarkan ukurannya. Biasanya dikelompokkan sesuai dengan jumlah
tertentu untuk setiap kg.
c. Sorting Final
Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum
seragam baik mengenai mutu, ukuran, maupun warna. Dalam proses ini
diperlukan ketelitian dan keterampilan yang lebih tinggi dan cermat bila
dibandingkan dengan sortasi sebelumnya. Dengan demikian, diperlukan
petugas sortir yang memiliki kemampuan khusus dalam kegiatan tersebut.
Setiap tahapan sortasi dilakukan dalam system rantai dingin (cold chain
system).
Sedangkan pada Ikan Tuna, sortasi mutu dilakukan berdasarkan
pengamatan. Sortasi mutu dilakukan untuk mengecek kualitas daging tuna
menggunakan checker (alat berbentuk besi panjang yang dapat mengambil
irisan daging tuna) pada bagian belakang sirip pectoral dan pangkal ekor,
bagian ini merupakan daerah yang tidak diperlukan di restoran.
Kriteria penentuan kualitas daging tuna umumnya meliputi komponen
di bawah ini.
1) Tekstur daging, tuna yang baik memiliki daging yang berserat dan tidak
lembek saat dipegang.
2) Warna, tuna yang baik memiliki daging berwarna merah dan mata yang
bening.
3) Kandungan minyak, tuna yang baik memiliki kandungan minyak.
2. Grading
Grading berasal dari kata grade yang berarti tingkat/kelas. Grading dalam
istilah perikanan merupakan suatu upaya pengelompokan ikan/hasil ikan
menjadi beberapa tingkat/kelas (grade) sehingga masing-masing kelas
memiliki kualitas mutu yang seragam. Umumnya pengkelasan ini dilakukan
pada produk ikan/hasil ikan yang akan diekspor.
MATERI PEMBELAJARAN
Untuk itu diperlukan standar mutu baku yang dapat digunakan pada saat
pembelian bahan baku. Masing-masing Negara pengimpor memiliki standar
mutu baku tertentu. Sebagai contoh untuk ekspor udang black tiger shrimp
ke Jepang, maka ditetapkan spesifikasi standar bahan baku udang black tiger
shrimp (japan grade).
Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas pertama adalah
sebagai berikut.
a. Tubuh antarruas kokoh.
b. Warna cemerlang sesuai aslinya.
c. Bau spesifik udang segar.
d. Tidak ada blackspot pada ekor, daging dan kulit.
e. Tidak ada rongga udara antara daging dan kulit.
f. Tekstur daging keras.
g. Anggota badan lengkap.
h. Tidak ada cacat badan.
Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas kedua adalah sebagai
berikut.
a. Tubuh antarruas lembek dan mulai kerut.
b. Lingkaran antar ruas sudah longgar.
c. Warna tubuh buram dan tidak cerah.
d. Ada bercak hitam di bagian kulit.
e. Anggota badan tidak lengkap.
f. Bau sudah tidak segar.
g. Ekor pripis.
h. Tekstur daging lembek.
Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas ketiga adalah sebagai
berikut.
a. Tekstur badan lembek.
b. Kulit udang banyak yang mengelupas dan mudah dibuka.
c. Bau sudah tidak segar lagi, tetapi belum berbau sulfida atau amonia yang
kuat.
d. Warna belum merah akibat kemunduran mutu.
e. Anggota badan tidak lengkap, banyak yang rusak dan cacat.
Sedangkan Grade pada tuna diinisialkan dari yang kualitasnya bagus
hingga yang buruk berturut-turut, yaitu, AAF, AA, AF, F, A, dan B+ untuk tujuan
ekspor dan B untuk pasar lokal. Selain penggunaan inisial tersebut, adapula
yang menginisialkan kelas atau grade pada ikan tuna dengan inisial Grade A, B,
C, dan D. Penetapan inisial dalam penentuan grade ikan tuna memang berbeda-
beda untuk setiap perusahaan. Namun demikian, umumnya tuna dikelaskan
berdasarkan tingkat kesegaran, warna daging, kadar lemak, kondisi dan ukuran
fisik.
Grading pada ikan tuna umumnya dilakukan oleh checker (seorang ahli),
namun terkadang dilakukan juga secara langsung oleh pembeli dengan
memeriksa ikan untuk melihat kualitas mutunya sehingga dapat menetapkan
harga lelang.
MATERI PEMBELAJARAN
Insang tertutup oleh lendir berwarna Lendir insang keruh dan berbau asam
terang dan berbau segar seperti bau ikan menusuk hidung
5. Daging
Daging kenyal, menandakan rigor mortis Daging lunak, menandakan rigor mortis telah
masih berlangsung selesai
Daging dan bagian tubuh lain berbau segar Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau
busuk
Bila daging ditekan dengan jari tidak Bila ditekan dengan jari tampak bekas
tampak bekas lekukan lekukan
Daging melekat kuat pada tulang Daging mudah lepas dari tulang
Daging perut utuh dan kenyal Daging lembek dan isi perut sering keluar
MATERI PEMBELAJARAN
SASARAN
KEADAAN IKAN NILAI HASIL PENILAIAN
PENGAMATAN
Sangat segar, biji mata cembung hitam,
5
kornea jernih
Agak tenggelam, biji mata kelabu,
3
warna kornea agak keruh
MATA
Tenggelam, biji mata putih, kornea
2
keruh
Biji mata tenggelam total 0
Warna merah cerah, tidak berlendir,
5
akibat bakteri
Warna sedikit memucat, sedikit lender 3
INSANG
Warna banyak berubah, lender banyak 2
MATERI PEMBELAJARAN
SASARAN
KEADAAN IKAN NILAI HASIL PENILAIAN
PENGAMATAN
Perut utuh, tidak ada perubahan warna
5
pada dinding perut
Dinding perut sedikit berubah warna
3
dan menjadi agak lunak
DINDING PERUT
Dinding perut banyak berubah warna
2
dan menjadi lunak
Dinding perut berubah warna secara
0
total dan sangat lembek
Kenyal, elastis terhadap tekanan jari 5
Sedikit lunak 3
DAGING Lebih lunak, sisik mudah lepas 2
Sangat lembek, jika ditekan dengan
0
jari bekasnya tidak hilang
Segar, rasa manis yang khas dari
5
spesies yang bersangkutan
Rasa netral, rasa khas hilang 4
BAU DAN RASA Rasa hambar 3
Rasa tidak enak, asam, tengik, berbau
2
amonia
Berbau busuk 0
Sumber: penyuluhan.com
MATERI PEMBELAJARAN
B. Teknik Sampling
Earl Babbie (1986) dalam bukunya The Practice of Social Research, mengatakan
“Sampling is the process of selecting observations” (Sampling adalah proses seleksi
dalam kegiatan observasi). Proses seleksi yang dimaksud di sini adalah proses
untuk mendapatkan sampel. Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/
contoh untuk menduga keadaan suatu populasi. Contoh serangga diambil dari suatu
area untuk diduga berbagai karakteristik populasinya seperti kepadatan populasi,
sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan fluktuasi
jumlah serangga menurut waktu. Penarikan contoh diperlukan karena tidak
mungkin pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan. (Sudjana,2005)
Menurut Sugiyono (2011), teknik sampling pada dasarnya dikelompokkan
menjadi dua, yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jenis-
jenis Probability sampling adalah sebagai berikut.
1. Simple random sampling ialah cara pengambilan sampel dari anggota populasi
secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap
homogen (sejenis). Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan
dengan cara undian, memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak.
2. Proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Dilakukan ini
apabila ada anggota populasi yang tidak sejenis (heterogen).
3. Disproportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari
anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi ada sebagian data yang
kurang proporsional pembagiannya. Dilakukan ini apabila anggota populasi
heterogen.
MATERI PEMBELAJARAN
4. Area sampling ialah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap wilayah atau daerah geografis yang ada.
5. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Jenis-jenis nonprobability sampling:
6. Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
7. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
8. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
9. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang
tidak melakukan generalisasi.
10. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
11. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding
yang lama-lama menjadi besar.
Menurut prijana (2005), untuk mendapatkan sampel yang baik maka
diperlukam metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik.
Adapun syarat-syarat pengambilan sampel yang baik adalah sebagai berikut.
1. Prosedurnya sederhana dan mudah dilaksakan.
2. Dapat memilih sampel yang representatif.
3. Efisien dalam penggunaan sumber daya.
4. Dapat memeberikan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai sampel.
Menurut Hartanto (2003), manfaat menggunakan metode sampling adalah sebagai
berikut:
1. Dapat menghindari kerugian, jika dalam pengumpulan data objek penelitian
harus “dirusak”.
2. Kesimpulan umum (tentang populasi) diperoleh dengan relatif murah, cepat
dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Tingkat kesalahan pada kesimpulan umum dapat diperhitungkan, yaitu melalui
penghitungan sampling eror.
4. Validitas informasi atau validitas pengukuran dapat ditingkatkan, karena dapat
dilakukan kontrol terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga hasilnya lebih
teliti.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
6. Size udang. Size udang dapat diartikan sebagai ukuran udang berdasarkan
jumlah udang yang terdapat dalam 1 kg berat udang, atau dapat diformulasikan
sebagai: Size udang = 1000 gr/ABW (gr). Sebagai contoh, ABW udang = 25 gr,
maka size = 1000/25 = 40.
7. Kondisi dasar tambak. Dalam kegiatan sampling terutama yang dilakukan
dengan menggunakan jala, salah satu aspek yang dapat diamati selain yang
terkait dengan kualitas udang adalah aspek kondisi dasar tambak. Badan jala
pada saat digunakan/dilempar ke dalam tambak akan segera turun ke dasar
tambak sehingga pada saat ditarik kembali selain udang jala tersebut juga
akan membawa benda-benda termasuk kotoran yang berada di dasar perairan.
Pengamatan yang perlu di cermati adalah adanya lumpur hitam dan bangkai
udang dalam kondisi di luar batas kewajaran.
8. Keberadaan dan tingkat populasi predator/kompetitor di dalam tambak. Pada
saat sampling dengan menggunakan jala dapat diperkirakan jenis dan tingkat
kepadatan predator/kompetitor yang hidup berdampingan dengan udang di
dalam satu petakan tambak.
Sebagai catatan: item nomor (2) dan nomor (4) di atas masih nilai estimasi
yang bersifat kasar karena bagaimanapun juga kegiatan budi daya dengan udang
sebagai objeknya relatif memiliki karakteristik yang tidak dapat dianggap sebagai
objek yang statis dan menyebar rata di dasar tambak.
Mengacu pada beberapa tujuan sampling udang tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa hasil dari kegiatan sampling diharapkan dapat dijadikan sebagai
dasar pertimbangan dalam hal berikut ini.
1. Pengambilan keputusan terkait dengan teknis budi daya sesuai dengan kondisi/
kualitas udang serta kondisi dasar tambak pada saat itu.
2. Estimasi/penyesuaian kebutuhan pakan udang sesuai tingkat kebutuhan udang
pada saat itu.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa kegiatan sampling udang sebaiknya
dilakukan secara berkala dari udang usia benur sampai udang usia dewasa dan
saat menjelang panen. Jangka waktu antar kegiatan sampling dalam satu periode
budi daya udang dalam penerapannya di lapangan dapat dikatakan bervariasi
tergantung dari kebiasaan, misalnya 10 harian, 20 harian atau satu bulan sekali
yang terutama adalah sifatnya yang berkala dan teratur.
Selain sampling berkala dan teratur, dalam kondisi tertentu dapat dilakukan
sampling yang bersifat insidental yang disebabkan adanya udang terindikasi
terkena suatu masalah. Sehingga perlu pengamatan secara langsung terhadap
kualitas udang di dalam tambak tersebut sebagai upaya mengestimasi tingkat
keberlanjutan satu siklus budi daya pada tambak tersebut. Khusus untuk indikasi
masalah yang ditandai dengan adanya kematian massal udang di dasar tambak,
maka dengan melakukan sampling jala dapat diperkirakan tingkat keparahan
masalah tersebut. Jika kematian udang sudah menyebar di dasar tambak, maka
dapat diindikasikan permasalahan tersebut sudah pada tingkat sangat parah dan
pengambilan keputusannya sebaiknya mengarah pada pemanenan.
Sampling yang bersifat insidental juga biasa dilakukan pada saat menjelang
panen normal terutama untuk memberikan data/informasi kepada para calon
MATERI PEMBELAJARAN
pembeli tentang size dan kualitas udang yang dihasilkan, sehingga dapat dilakukan
kesepakatan tentang harga/nilai jual udang tersebut. Ada beberapa dasar pemikiran
yang perlu diperhatikan sebelum melakukan sampling, antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan pada saat sinar matahari tidak terlalu
terik atau dengan kata lain dalam suasana teduh (pagi/sore hari, atau tempat
yang terlindung dari sinar matahari yang terik. Kondisi tersebut bertujuan
menghindari penurunan kualitas udang karena terkena sinar matahari pada
saat sampling, meskipun udang yang diambil sebagai sampel jumlahnya tidak
terlalu besar.
2. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan pada saat kondisi udang secara
umum normal dan tidak dalam kondisi moulting (ganti kulit), karena udang
dalam keadaan moulting relatif lemah dan rentan terhadap “guncangan” di
lingkungannya.
3. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan sekitar 2-3 jam setelah pemberian
pakan sehingga pengambilan sampel udang akan lebih efektif karena udang
masih menyebar di sekitar daerah pakan sehingga masih dalam jangkauan jala
sampling. Sedangkan untuk sampling anco, kisaran waktu tersebut merupakan
saat-saat udang mulai “menyerbu” anco untuk mengkonsumsi pakan yang ada
di anco.
4. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan tidak dalam kondisi sirkulasi air dan
dianjurkan pengoperasian kincir seminimal mungkin, sehingga bukaan jala
tidak terganggu oleh arus air yang ditimbulkannya.
Khusus untuk sampling yang bersifat insidental, terutama pada tambak
dengan udang-udang terindikasi terkena masalah/penyakit maka dapat dilakukan
sesegera mungkin tanpa perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, hal
ini bertujuan untuk dapat mendeteksi dan mengambil keputusan terkait dengan
treatment budi daya maupun ke arah pemanenan.
Jenis-Jenis Sampling
Berdasarkan alat yang digunakan maka kegiatan udang dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sebagai berikut.
MATERI PEMBELAJARAN
1. Sampling Benur. Kegiatan sampling ini biasanya dilakukan pada saat pengadaan
bentur di lokasi pembenihan/hatchery dan pada saat akan memulai tebar benur.
Tujuan dari sampling benur ini lebih mengarah pada estimasi jumlah/populasi
benur, serta kondisi/kualitas benur yang akan ditebar. Kegiatan sampling ini
dilakukan secara penghitungan manual dan pengamatan visual yang cermat,
sehingga pada saat dilakukan tebar dapat diketahui berapa tingkat kepadatan
(populasi) dan kondisi/kualitas benur dalam satu petakan tambak.
MATERI PEMBELAJARAN
3. Sampling Jala. Kegiatan sampling ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu
jala sebagai alat pengambilan contoh udang. Sampling jala biasanya dilakukan
untuk udang-udang berukuran relatif besar (>2,5 gr) sehingga dapat terjerat
dalam mata jala yang digunakan. Jala yang biasa digunakan berukuran diameter
6 m, panjang 3-4 m dengan ukuran mata jala yang bervariasi tergantung lokasi
dan pembuatnya (mata jala disesuaikan dengan ukuran udang yang menjadi
target sampling). Meskipun alat yang digunakan berbeda tetapi tujuan yang
hendak dicapai relatif hampir sama, yaitu mengetahui kondisi/kualitas udang
dan perairan seperti telah diuraikan dalam penjelasan tersebut di atas.
1. Sampling Benur
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa tujuan dari
sampling benur ini lebih mengarah pada estimasi jumlah/populasi benur, serta
kondisi/kualitas benur yang akan ditebar.
Bahan/Peralatan
a. Wadah air/tempat sampling (semacam baskom/ember) yang terdiri dari
dua macam, yaitu satu untuk wadah benur yang akan disampling dan satu
untuk meletakkan benur yang telah disampling. Wadah yang digunakan
sebaiknya berwarna terang, sehingga pada saat benur ditempatkan di
wadah tersebut akan terlihat kontras dan tidak mengganggu pengamatan
kondisi maupun penghitungan populasi benur.
b. Alat bantu hitung yang berupa kalkulator dan alat bantu lainnya. Kalkulator
diperlukan untuk menghitung jumlah total benur yang telah dihitung,
sedangkan alat bantu hitung lainnya berfungsi sebagai untuk menandai
kelipatan penghitungan. Sebagai catatan: sehubungan penghitungan
jumlah benur dilakukan secara manual dan satu persatu, maka untuk
memudahkan dalam mengingat jumlah yang telah dihitung biasanya
setiap kelipatan angka tertentu akan ditandai dengan menggunakan alat
bantu hitung lainnya (yang biasa digunakan adalah lidi/batang korek api
atau tergantung kebiasaan yang digunakan).
c. Alat tulis yang digunakan untuk mendokumentasikan hasil penghitungan
jumlah benur dan pengamatan kondisi benur.
Tahapan Kegiatan Sampling Benur
Sampling benur dapat dilakukan pada saat pengadaan benur di lokasi
pembenihan/hatchery dan pada saat akan memulai tebar benur tapi secara
prinsip tahapan yang perlu dilakukan pada saat sampling benur, antara lain
sebagai berikut.
a. Lakukan pengamatan kondisi/kualitas benur secara general dengan
menggunakan pengamatan visual. Jika benur ditempatkan pada kantong-
kantong plastik, maka pengamatan dapat dilakukan dengan cara
mengangkat dan menerawang kantong plastik tersebut ke arah sumber
cahaya, sehingga kondisi/kualitas benur dapat diamati secara lebih jelas.
b. Ambil beberapa sampel kantong plastik wadah benur yang akan digunakan
dalam kegiatan sampling.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
f. Pisahkan dengan biota air lainnya yang ikut terbawa pada jala tersebut.
Biota perairan ini dapat menjadi indikator tingkat kepadatan dan jenis
kompetitor/predator udang di dalam tambak.
g. Setelah proses pelepasan udang dari mata jala selesai maka Letakkan
wadah kecil yang telah berisi sampel udang pada timbangan duduk/
timbangan gantung (pastikan timbangan tersebut dalam kondisi normal/
bagus).
h. Ukur dan catat berat total sampel udang di dalam wadah berdasarkan
penunjuk yang ada di dalam timbangan duduk/gantung.
i. Ukur berat wadah tempat sampel udang dalam keadaan berisi air untuk
mengetahui berat total sampel udang yang sebenarnya dengan cara berat
hasil item (h) di atas dikurangi berat item (i). Contoh: jika item (h) beratnya
= 3,5 kg, dan item (i) beratnya = 1,5 kg, maka berat total sampel udang
sebenarnya = 3,5 kg-1,5 kg = 2,0 kg.
j. Hitung jumlah total udang di dalam wadah tersebut sambil dilakukan
pengamatan kondisi/kualitas udang. Jika ditemui udang yang terindikasi
suatu masalah maka catat masalah tersebut sebagai bahan pengambilan
keputusan terkait dengan teknis budi daya atau aspek lainnya. Udang-
udang yang telah dihitung dan diamati agar secepatnya dikembalikan ke
dalam perairan tambak untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas
udang sampel.
k. Hitung berat rata-rata udang (Average Body Weight/ABW) hasil sampling
dengan rumus: berat total udang dibagi jumlah total udang. Contoh: jika
berat total udang = 2000 gr (2,0 kg), jumlah total udang 200 ekor maka
ABW = 2000 gr: 200 ekor = 10 gr/ekor.
l. Ulangi proses tersebut di atas untuk beberapa titik lokasi dalam satu
petakan tambak.
m. Catat hasil penghitungan dan pengamatan sebagai bahan acuan dalam
proses pengambilan keputusan.
Catatan:
a. Proses penebaran jala ke dalam perairan tambak sebaiknya dilakukan oleh
orang yang sudah terampil/mahir dalam melakukannya, sehingga kegiatan
sampling dapat berjalan efektif dan efisien.
b. Proses kegiatan sampling jala sebaiknya dilakukan sekitar 2,5-3 jam setelah
pemberian pakan sehingga pengambilan sampel udang akan lebih efektif
karena udang masih menyebar di sekitar daerah pakan sehingga masih
dalam jangkauan jala sampling.
c. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan tidak dalam kondisi sirkulasi air
dan dianjurkan pengoperasian kincir seminimal mungkin, sehingga bukaan
jala tidak terganggu oleh arus air yang ditimbulkannya.
d. Kegiatan sampling jala sebaiknya dilakukan secara cepat guna menghindari
penurunan kualitas udang sampel.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
Praktikum Sorting dan Grading
Jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar Kelas XI
Nama Lengkap :
Jurusan/Kelas :
Hari/Tanggal :
1. Observasi
a. Lakukan observasi kegiatan Sorting dan Grading budi daya perikanan
disekitarmu!
b. Amatilah pembudidaya ikan terdekat yang sedang melakukan proses
Sorting dan Grading ikan!
c. Buatlah laporan Sorting dan grading dari kegiatan tersebut!
No. Kegiatan Observasi Keterangan
Data personal pembudidaya (umur,
1. tempat tanggal lahir, alamat dan lain-lain
Alasan memilih kegiatan usaha budi daya
2. tersebut
3. Jenis ikan apa saja yang dibudidayakan
Kendala yang dihadapi selama melakukan
4. kegiatan budi daya
Ketuntugan yang diperolah selama satu
5. kali siklus produksi
6. Biaya tetap apa saja yang di keluarkan
7. Biaya variabel apa saya yang di keluarkan
8. ......
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Jenis usaha apa yang digeluti (pembenihan, pendederan, pembesaran)?
b. Sudah berapa lama kegitan usaha tersebut dijalankan?
c. Mengapa memilih jenis usaha tersebut?
d. Bagaimana pangsa pasarnya?
e. Kelebihan dan kekurangan usaha tersebut?
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu dipersiapkan untuk usaha
tersebut?
b. Berapa modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha tersebut?
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba analisis fungsi alat dan bahan yang digunakan!
b. Coba sebutkan alat yang digunakan!
c. Coba sebutkan bahan yang digunakan!
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan Sorting dan grading kegiatan usaha perikanan
tersebut beserta power pointnya, kemudian persentasikan di depan
kelas bersama tim satu kelompok!
b. Coba bandingkan beberapa analisis Sorting dan grading budi daya
dengan jenis ikan yang berbeda!
CONTOH SOAL
Soal Latihan
Berikut ini, pilihlah dengan cara memberikan tanda (x) pada uraian yang menurut
saudara paling tepat!
1. Orang yang melakukan kegiatan budi daya ikan disebut dengan…
a. Tengkulak
b. Pedagang
c. Nelayan
d. Petani
e. Pembudidaya
2. Produk perikanan termasuk produk yang memiliki sifat sangat mudah rusak/
busuk yang disebut dengan…
a. Perishable Food
b. Fish nutrition
c. pakan
d. pelet
e. gizi
3. Upaya untuk menghasilkan sesuatu disebut dengan...
a. pasar
b. konsumen
c. kreatif
d. produksi
e. panen
4. Pemisahan ikan/hasil ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegaran.
disebut....
a. Up grade
b. NBC ratio
c. Produksi
d. Sortasi
e. Biaya tetap
5. Jenis usaha yang tujuan utamanya untuk menghasilkan benih ukuran
tertentu sehingga layak untuk ditebar di kolam pembesaran disebut...
a. Pemberokan
b. Perdagangan
c. Pendederan
d. Pembenihan
e. Pembesaran
Kunci Jawaban:
1. E
2. A
3. D
4. D
5. C
CAKRAWALA
MESIN GRADING
Lima mahasiswa UGM mengembangkan alat grading atau sortir ikan secara
otomatis. Alat ini dibuat untuk membantu petani dalam proses memisahkan ikan
berdasarkan ukuran, bobot, serta kualitas dengan lebih cepat dan menghemat
tenaga.
Pengembangan alat grading ini berawal dari keinginan mereka untuk
mengatasi persoalan grading yang masih banyak dialami oleh petani ikan. Selama
ini, kebanyakan petani ini masih menggunaan cara tradisional untuk grading,
yaitu langsung memakai tangan dan menggunakan alat takaran berupa kaleng,
gelas, dan lainnya. Sementara untuk melakukan penyeragaman ikan, para petani
ikan biasa menggunakan alat berupa baskom yang sebelumnya telah dilubangi.
Source by: https://ugm.ac.id/id/berita/14201-mahasiswa-ugm-kembangkan-
mesin-grading-ikan-otomatis
JELAJAH INTERNET
Ikan nila merupakan salah satu ikan yang sangat sering menjadi komoditi
budi daya ikan air tawar di Indonesia, sehingga perlu diketahui cara yang tepat
untuk sampling ikan nila. Untuk melihat teknik sampling ikan nila silahkan klik
Link berikut https://www.youtube.com/watch?v=fHpKBD19GJw atau untuk
lebih jelas dan mudah, dapat dilakukan scan barcode di bawah ini!
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
BAB
MENGHITUNG HASIL PRODUKSI IKAN
IV
BAB IV MENGHITUNG HASIL PRODUKSI IKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Konservasi
Pakan Ikan
Menghitung jumlah pakan yang
Menghitung Hasil
Mortalitas Ikan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Pakan merupakan sumber energi bagi organisme untuk dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang. Pada kondisi lingkungan yang optimal pertumbuhan ikan ditentukan
oleh jumlah dan mutu pakan yang dikonsumsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penyempurnaan teknologi dan metode budi daya ikan agar dapat meningkatkan
produksi budi daya. Probiotik adalah salah satu alternatif untuk penambahan
(suplemen) ke dalam pakan ikan budi daya. Ada dua macam cara aplikasi probiotik
pada ikan, yaitu melalui lingkungan (air) dan melalui oral (dicampurkan ke dalam
pakan).
Manajemen pemberian pakan adalah suatu usaha untuk memaksimalkan
pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan. Pakan merupakan salah satu komponen
dalam budi daya ikan yang sangat besar peranannya, baik itu berfungsi sebagai
penentu pertumbuhan ikan dan juga sebagian besar biaya produksi pada ikan adalah
biaya pakan. Pemberian pakan yang diberikan dalam Dosis yang optimum akan
diperoleh efisiensi pakan yang optimal dan menekan penurunan kualitas lingkungan
budi daya. budi daya ikan dengan pemberian makanan dalam jumlah yang cukup
dan berkualitas serta tidak berlebihan merupakan faktor yang sangat menentukan,
keadaan ini berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan
pada ikan, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan
yang optimal (Sunarto dan Sabariah, 2009).
Agar percepatan pertumbuhan yang cepat dan tinggi, maka perlu pakan dalam
dengan kualitas dan kuantitas yang memadai serta lingkungan yang baik. Pakan yang
dikonsumsi ikan tersebut dimanfaatkan untuk merawat tubuh dan memperbaiki
organ organ tubuh yang rusak, seperti menggerakkan jantung dan usus, berenang,
penyembuhan organ yang luka. Setelah itu baru kelebihan makanan yang tersisa
digunakan untuk pertumbuhan.
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:
FCR : Rasio Konversi Pakan
F : Jumlah total pakan yang diberikan (g)
Wt : Bobot total ikan pada akhir penelitian (g)
Wo : Bobot total ikan pada awal penelitian (g)
D : Bobot ikan yang mati selama penelitian (g)
Jika sudah memahami konsep konversi pakan, petani akan tidak mudah
tergiur dengan harga murah. Petani ikan akan memilih jenis pakan yang dapat
dicerna dengan baik oleh ikan, dan memperhatikan berapa jumlah kilo daging
yang akan dihasilkan dari pakan yang diberikan kepada ikan.
2. Efisiensi Pakan
Efisiensi pemberian pakan dapat menekan biaya produksi, namun tetap
memiliki nilai nutrisi yang dibutuhkan ikan merupakan alternatif yang perlu
diupayakan. Penghitungan Efisiensi pakan dengan rumus Zonneveld et al.1991
dalam Effendi et al. 2006 sebagai berikut.
Keterangan:
FE = Efisiensi pakan (%)
Wt = Bobot ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan pada awal pemeliharaan (g)
D = Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F = Jumlah total pakan yang diberikan (g)
Meningkatkan nilai konversi dan efisiensi pakan ikan dapat dengan alokasi
waktu yang disebut sebagai frekuensi pemberian pakan (Galano et al., 2003).
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pengulangan pemberian pakan
dalam satu hari. Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu
makan ikan dengan frekuensi 4-5 kali sehari, waktu pemberian pakan bisa pagi,
siang, sore, dan malam hari (Dardiani dan Sary, 2010).
Pemberian pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
usaha budi daya ikan. Pemberian yang sesuai dengan kebutuhan dapat
menjamin kehidupan ikan serta mempercepat pertumbuhannya. Pakan
yang dikonsumsi oleh ikan hanya 10% yang digunakan untuk pertumbuhan,
selebihnya digunakan untuk pemeliharaan tubuh, 12 menggantikan sel yang
rusak, penyembuhan luka, dan sebagai sumber energi untuk pergerakan ikan.
Jumlah pakan adalah banyaknya pakan yang dibutuhkan dan harus diberikan
pada ikan, biasanya dihitung dalam persen (%) per bobot Biomassa ikan.
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ikan agar
tidak terjadi penurunan kualitas air dan jumlah yang akan diberikan tergantung
kepada frekuensi pemberian pakan. Jika frekuensi pemberian pakan dilakukan
empat kali, maka jumlah pakan yang diberikan pada setiap waktunya adalah ¼
dari dosis yang ditentukan setiap kali pemberian pakan.
MATERI PEMBELAJARAN
B. Mortalitas Ikan
Mortalitas didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau mati
selama satu interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas dibedakan
menjadi dua mortalitas penangkapan (F) dan kelompok yaitu mortalitas alami
(M). Mortalitas alami adalah mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain dari
penangkapan seperti kanibalisme, suhu yang tidak stabil, predasi, stres pada waktu
pemijahan, kada amonia yang tinggi, kelaparan, dan umur yang tua. Spesies yang
sama biasanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan tergantung pada
predator dan kompetitor yang mempengaruhinya.
Mortalitas alami yang tinggi didapatkan pada suatu organisme yang memiliki
nilai koefisien Iaju pertumbuhan yang besar atau sebaliknya. Mortalitas alami
yang rendah akan didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai koefesien
Iaju pertumbuhan yang kecil. Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah
kemungkinan ikan yang mati karena penangkapan selama periode waktu tertentu.
Semua faktor penyebab kematian ini berpengaruh terhadap populasi. Mortalitas
dinyatakan dengan satuan persen (%). Mortalitas penangkapan disebabkan
oleh kecepatan eksploitasi suatu stok karena kegiatan manusia yang melakukan
penangkapan selama periode waktu tertentu, di mana semua faktor penyebab
kematian tersebut berpengaruh terhadap populasi.
Kematian alami merupakan parameter yang sama sekali tidak dapat
dikontrol dan diamati secara langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua
besaran yang berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Ikan yang
memiliki mortalitas tinggi adalah ikan yang memiliki siklus hidup yang pendek.
Pada populasi tersebut hanya terdapat sedikit sekali variasi umur dan pergantian
stok yang berjalan relatif cepat dan serta mempunyai daya produksi yang lebih
tinggi. Ada 2 pendekatan yang umum untuk menduga mortalitas. Salah satu
di antaranya adalah mempertimbangkan jumlah populasi yang akan dipanen
sebagai pengukuran jumlah eksploitasi, dan cara lain yang paling tepat adalah
dengan mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan yang tertentu dan
proporsional dengan kekuatan fishing mortality.
MATERI PEMBELAJARAN
Hal yang mempengaruhi tingkat mortalitas larva yaitu, faktor luar meliputi
kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, tingginya jumlah populasi dalam ruang
gerak yang sama, dan kurangnya makanan yang tersedia akibat adanya penanganan
yang kurang baik. Sedangkan faktor dalam dipengaruhi oleh umur dan daya
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Menurut Subagja et al., (1998), kematian
larva yang dipelihara di indoor hatchery disebabkan karena timbulnya penyakit
bakterial dan kanibalisme.
Menurut Stickney (1979), bahwa kematian ikan dalam suatu kegiatan budi
daya diduga karena faktor makanan yang tersedia dan faktor lingkungan yang
sesuai. Telur ikan patin menetas menjadi larva. Fase larva merupakan fase kritis
dalam daur hidup ikan, sehingga tingkat mortalitas pada fase ini sangat tinggi.
Banyak faktor yang menyebabkan tingkat mortalitas pada fase larva menjadi
tinggi. Faktor penyebab tersebut dapat digolongkan dalam faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal antara lain meliputi penyakit, hama, kualitas air, cuaca,
dan pakan. Sedangkan faktor internal berasal dari proses perkembangan biologi
larva sendiri (Gufran, 2004).
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Laju pertumbuhan adalah selisih berat awal ikan dengan berat ikan setelah
mesa pemeliharaan tertentu dibagi lamanya pemeliharaan tersebut. Misalnya
berat awal ikan 100 gram setelah mengalami masa pemeliharaan 2 minggu
beratnya menjadi 142 gram. Maka laju pertumbuhannya adalah (142-100) gram,
14 hari atau 3 gram per hari. Karena ikan tumbuh, maka kebutuhan akan pakan pun
meningkat. Penyesuaian kebutuhan pakan dengan berat ikan mas dilakukan setiap
2 minggu. Artinya setiap 2 minggu kita harus bisa menaksir berapa berat ikan
yang ada di KJA. Penaksiran bobot ikan dalam satu wadah pemeliharaan dilakukan
melalui pengambilan contoh. Contoh ikan A adalah sejumlah ikan yang diambil
secara acak. Makin beragam ukuran ikan makin banyak contoh ikan yang diambil.
Jika tidak terlalu beragam sekitar 30 ekor ikan cukup.
MATERI PEMBELAJARAN
Menaksir bobot ikan dalam satu wadah, yaitu dengan cara yang pertama
kita harus mengambil ikan contoh atau sampel. Kemudian ikan contoh ditimbang
beratnya dan dihitung jumlahnya. Berdasarkan hasil penimbangan ini berat-rata
ikan dihitung yaitu dengan membagi hasil penimbangan di atas dengan jumlah
ikan. Akhirnya berat total ikan bisa dihitung dengan mengalikan jumlah ikan
dengan berat rata-rata ikan. Jumlah ikan dihitung dengan mengurangi jumlah ikan
saat awal (tebar) dengan jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan. Misalnya
jumlah contoh ikan 30 ekor dan berat total contoh 4260 gram, maka berat rata-
ratanya adalah 142 gram. Jika jumlah ikan yang ada dalam petakan jaring 2000
ekor, berat total ikan yang ada di KJA itu adalah 284 kg.
Untuk mengetahui pertumbuhan ikan tersebut bisa dilakukan sampling laju
pertumbuhan spesifik (LPS) dilakukan dengan menghitung laju pertumbuhan
ikan harian setiap individu. Laju pertumbuhan spesifik ikan dihitung dengan
menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991), yaitu sebagai berikut.
LPS =
Keterangan:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%/hari)
Wt = Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g)
W0 = Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g)
t = Lamanya percobaan (hari)
Laju pertumbuhan yang tinggi erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan
pakan yang tinggi juga. Efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan
pakan yang efisien, sehingga hanya sedikit zat makanan yang dirombak untuk
memenuhi kebutuhan energi dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
untuk pertumbuhannya tidak akan sama, oleh karena itu dalam kultur ikan
agar tercapai tujuan suhu optimum dari perairan tadi maka harus ada kolam
yang diberi tanaman untuk memberi bayangan pada perairan namun ada
pula yang tidak (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
b. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan karena memiliki fungsi, yaitu sebagai pemasok energi
untuk meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan
hidup. Ketersediaan pakan menjadi salah satu persyaratan yang mutlak
terutama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budi daya ikan. Pakan
merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral
yang penting bagi ikan. Oleh karenanya, salah satu faktor yang sangat
menentukan tingkat keberhasilan dalam usaha budi daya ikan di antaranya
pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi
serta tidak berlebihan (Asma, dkk., 2016).
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran
pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang
dapat membantu proses penyerapan nutrisi. Dalam hal pemberian probiotik,
hal tersebut dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme
dalam sistem pencernaan, berakibat meningkatnya daya cerna bahan
pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar penelitian sebelumnya pada ikan
patin dan pada ikan bandeng menunjukkan bahwa penambahan probiotik
berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ikan tersebut (Ardita, dkk., 2015).
c. Penyakit dan Parasit
Infeksi parasit merupakan salah satu penyebab penyakit pada ikan.
Infeksi parasit tersebut merupakan salah satu faktor predisposisi bagi infeksi
organisme patogen yang lebih berbahaya, yaitu dapat mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat, kerusakan organ luar, penurunan nilai jual,
dan peningkatan sensitivitas terhadap stresor. Tanpa adanya gejala yang
ditunjukkan, tingkat infeksi parasit yang cukup tinggi dapat mengakibatkan
mortalitas (Marlan dan Agustina, 2014).
Parasit dan penyakit dapat mempengaruhi pertumbuhan terutama jika
yang diserang merupakan alat pencernaan makanan atau organ lain yang
vital, sehingga efisiensi dapat berkurang karena kekurangan makanan,
sedangkan makanan berguna untuk pertumbuhan. Namun sebaliknya,
apabila terjadi pada ikan yang diserang oleh parasit dan tidak begitu parah
maka dapat menyebabkan pertumbuhan ikan yang justru lebih baik dari
pada ikan normal atau tidak diserang parasit tadi. Hal ini dikarenakan
ikan tersebut mengambil makanan lebih banyak dari biasanya sehingga
terdapat kelebihan makanan untuk pertumbuhan (Ardita, dkk., 2015).
d. Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen terlarut. Salah satu contoh pengukuran reduksi
laju pertumbuhan juvenil Micropterus salmoides pada kandungan oksigen
terlarut 5 mg/L dengan suhu 26°C. Kondisi tersebut diasumsikan sebagai
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
Praktikum produksi benih ikan
Jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar Kelas XI
Nama Lengkap :
Jurusan/Kelas :
Hari/Tanggal :
1. Observasi
a. Lakukan observasi benih ikan baik ikan nila, patin, lele, mas!
b. Amatilah petani ikan terdekat yang sedang melakukan produksi benih
ikan tersebut!
c. Catat kegiatan yang dilakukan ketika melakukan proses produksi benih!
Bahan yang digunakan produksi benih saat leh petani ikan di.........
No. Nama Bahan Fungsi dan Jumlah
1.
2.
....
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara produksi benih.
b. Sistem produksi benih.
c. Proses produksi benih.
LEMBAR PRAKTIKUM
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Coba saudara lakukan proses produksi benih!
b. Coba saudara jelaskan produksi benih!
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba hubungkan waktu produksi benih dengan jumlah konversi pakan!
b. Bagaimana hubungankonversi pakan dengan laju pertumbuhan harian?
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan produksi benih beserta power pointnya, kemudian
persentasikan di depan kelas bersama tim satu kelompok!
Pratikum individu
a.
b.
c.
d.
Lembar kerja
No Prosedur pratikum Keterangan
1 Lakukan pemeliharaan ikan di wadah
pemeliharaan selama 3 minggu
2 Setiap hari catat jumlah pakan yang
habis dan ikan yang mati
3 Lakukan penaksiran bobot total ikan di
dalam wadah pemeliharaan melalui
pengambilan contoh
4 Hitung kebutuhan pakan harian dan
kebutuhan setiap kali pemberian
pakan
5 Hitung nilai efisiensi pakan.
6 Hitunglah mortalitas ikan
7 Hitunglah laju pertumbuha spesifik
CONTOH SOAL
b. FE =
c. LPS=
d. HR =
e. SR =
a. FCR =
b. FE =
c. LPS=
d. HR =
e. SR =
CONTOH SOAL
c. FE =
d. LPS=
e. HR =
f. SR =
KUNCI JAWABAN
1. D
2. C
3. A
4. C
5. B
CAKRAWALA
Industri Ikan Patin Indonesia yang Mendunia
CAKRAWALA
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Produksi ikan air tawar di dalam negeri umumnya sudah sering kita lihat
dan kita perhatikan di lingkungan sekitar. Namun untuk budi daya ikan di luar
negeri jarang kita temui secara langsung, mengingat besar pula budget untuk
melakukan fieldtrip ke luar negeri, maka sekilas untuk membawa kita agar dapat
melihat perbandingan usaha budi daya dalam dan luar negeri maka silahkan
klik link berikut ini https://youtu.be/GWfFVjty054 atau dapat dilakukan scan
barcode di bawah ini!
RANGKUMAN
1. Pakan adalah sumber energi utama bagi organisme untuk dapat hidup,
tumbuh dan berkembang. Pada keadaan lingkungan yang optimal
pertumbuhan ikan akan sagat ditentukan oleh mutu dan jumlah pakan yang
dikonsumsi. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan penyempurnaan metode
dan teknologi budi daya ikan agar dapat meningkatkan produksi budi daya.
Probiotik merupakan salah satu alternatif penambahan suplemen ke dalam
RANGKUMAN
pakan ikan budi daya. Terdapat dua cara aplikasi probiotik pada ikan yaitu
dicampur dalam air atau melalui oral (dicampurkan ke dalam pakan).
2. Manajemen pemberian pakan merupakan usaha untuk dapat memaksimalkan
pemanfaatan pakan untuk meningkatkan pertumbuhan.
3. FCR (Food Convertion Ratio) diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara
berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budi daya ikan
dengan berat total (Biomassa) yang dihasilkan pada saat dilakukan sampling.
Pada suatu usaha budi daya ikan pada umumnya, nilai FCR menjadi salah satu
tolak ukur dalam keberhasilan baik secara teknis budi daya maupun secara
finansial. Satuan FCR dinyatakan dalam persen (%). Apabila ditinjau dari
segi teknis budi daya ikan, nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan
pengelolaan program pakan ikan yang secara langsung maupun secara tidak
langsung juga terkait dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi/kualitas
ikan. Sedangkan jika secara finansial, nilai FCR berpengaruh terhadap tingkat
keuntungan yang diperoleh pada satu periode budi daya karena pakan ikan
menjadi penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budi daya ikan.
4. Mortalitas didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau mati
selama satu interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas
dibedakan menjadi dua yaitu mortalitas penangkapan (F) dan kelompok
yaitu mortalitas alami (M). Mortalitas alami merupakan mortalitas yang
disebabkan oleh faktor selain dari penangkapan seperti kanibalisme, suhu
yang tidak stabil, predasi, stres pada waktu pemijahan, kada amonia yang
tinggi, kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang sama biasanya memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, tergantung pada predator, dan kompetitor
yang mempengaruhinya.
5. Laju pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang
diberikan. Pakan yang berkualitas baik akan menghasilkan pertumbuhan
ikan dan efisiensi pakan yang tinggi. Secara ekonomis efisiensi pakan yang
tinggi akan mempengaruhi biaya pakan, sehingga berpengaruh pada biaya
produksi. Setelah mengalami masa pemeliharaan tertentu, ukuran ikan
bertambah berat atau biasa disebut tumbuh. Ikan tumbuh karena jumlah
pakan yang diberikan melebihi kebutuhan untuk perawatan tubuhnya,
seperti untuk menggerakkan organ-organ tubuh atau berenang. Dalam
budi daya ikan pertumbuhan ikan selalu dikaitkan dengan waktu, sehingga
dikenal istilah laju pertumbuhan.
TUGAS MANDIRI
1. Amatilah kegiatan produksi benih ikan yang ada disekitar saudara, jelaskan
pembagiannya berdasarkan umur benih ikan yang akan dijual!
2. Buatlah laporan individu berupa tulis tangan dengan menggunakan kertas
A4!
REFLEKSI
BAB
TEKNIK PEMANENAN IKAN
V
BAB V TEKNIK PEMANENAN IKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Prinsip-Prinsip Pemanenan
1. Panen Berdasarkan
Ukuran Ikan
Penentuan Waktu Panen
Teknik Pemanenan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Gambar 5.1 Proses Panen Ikan Secara Sederhana dalam Skala Kecil
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019
Panen merupakan proses akhir dari budi daya perikanan. Kegiatan panen
diharapkan mampu memunculkan cahaya di wajah petani ikan. Proses panen juga
menentukan kesuksesan sebelum melakukan pengangkutan dan pemasaran ikan. oleh
sebab itu, panen harus memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi aspek penting
dalam budi daya perikanan.
Proses panen harus diimbangi dengan kedisiplinan, terutama dalam ketepatan
waktu. Panen harus mempertimbangkan lokasi pengangkutan dan jarak angkut dari
ikan budi daya. Panen dalam dunia perikanan merupakan sebuah rentetan kegiatan
pengambilan hasil budi daya perikanan berdasarkan umur, waktu, dan cara sesuai
dengan sifat atau karakter jenis organisme perikanan yang diproduksi.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Prinsip-prinsip Pemanenan
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman
dalam bertindak atau mengambil keputusan. Prinsip pemanenan merupakan suatu
pernyataan keabsahan umum atau individual yang dijadikan oleh petani ikan
sebagai petunjuk dalam bertindak untuk melakukan panen ikan hasil budi daya.
Prinsip juga dikatakan azas, dasar, kaidah yang merupakan menjadi petunjuk dalam
melakukan kegiatan panen ikan.
Dalam hal pemanenan ini, panen harus memperhatikan beberapa hal yang
sangat fundamental atau mendasar ada tiga, yaitu, tepat waktu, tepat cara, tepat
pasar.
MATERI PEMBELAJARAN
1. Tepat Waktu
Tepat waktu dalam prinsip panen, yaitu harus menjaga kedisiplinan dalam
melakukan panen, terutama waktu yang digunakan. Waktu yang digunakan
harus mempertimbangkan berapa jumlah ikan yang akan dipanen. Jumlah ikan
yang banyak dan jika ingin melakukan panen secara total maka memerlukan
waktu yang lebih lama untuk sebuah proses panen. Jadi waktu dalam memanen
ikan juga sangat menentukan hasil panen diterima, misalnya untuk pemasaran
ikan segar dan ikan hidup. Hal ini juga akan berdampak kepada daya jual kepada
masyarakat.
2. Tepat Cara
Cara yang digunakan dalam panen juga harus memperhatikan umur yang
akan dipanen. Ikan yang berumur dua hari tentu tidak memiliki cara panen
yang sama dengan ikan yang telah berumur dua bulan. Ini berkaitan dengan
usaha pemeliharaan seperti apa yang dilakukan oleh petani ikan, apakah target
akhirnya larva, benih, atau ikan ukuran konsumsi.
3. Tepat Pasar
Tepat pasar dalam hal ini juga berbicara tentang ukuran, misalnya kemana
tujuan ikan yang dipelihara tersebut akan dipasarkan. Maka untuk hal ini, harus
dilakukan survai terlebih dahulu sebelum melakukan pemanenan ikan. Jangan
sampai ikan telah dipanen namun tempat pemasarannya belum diketahui
kemana hasil panen tersebut akan dipasarkan.
MATERI PEMBELAJARAN
Ukuran ikan yang cukup besar dan jika pertumbuhannya gesit, maka
biasanya akan dijadikan calon induk/induk. Panen untuk jenis ikan untuk
induk, misalnya pada ikan lele (Clarias sp.) maka membutuhkan seser yang
cukup besar, bahkan harus menggunakan jaring agar memudahkan eksekusi
saat panen. Panen berdasarkan jenih ikan juga harus mengeringkan air terlebih
dahulu, agar ikan lebih mudah ditangkap dan mengurangi stres akibat wadah
budi daya yang dibuat tidak nyaman saat melakukan panen.
2. Panen Berdasarkan Umur Ikan
Panen berdasarkan umur ikan dapat dilakukan dalam beberapa tahapan.
Termasuk ke dalam jenis apa ikan yang akan di panen tersebut. Umur ikan dapat
juga dikelompokkan dengan umur larva, benih dan ikan konsumsi.
Gambar 5.2 Panen Berdasarkan Umur Ikan dan Target Pemasaran Ikan
Berdasarkan Umur Ikan
Sumber: Pemetaan Pribadi
a. Panen Larva
Larva merupakan anak ikan yang baru saja menetas. Larva ikan
biasanya memiliki bentuk yang tidak definitif dan organ pencernaannya
masih berbentuk tabung lurus. Larva sangat rentan dan memiliki survival
rate yang cukup rendah. Namun saat ini larva sudah menjadi ladang bagi
petani ikan, larva ikan patin berumur satu hari dihargai dengan Rp 10,-per
ekor larva ikan.
Tingginya harga induk dan modal yang digunakan untuk proses
pemijahan buatan pada ikan, mendorong pengusaha ikan untuk melakukan
usaha pendederan dengan cara membeli larva ikan. Selain itu, teknik
pemijahan buatan tidaklah mudah untuk dikuasai, sehingga kemungkinan
MATERI PEMBELAJARAN
gagalnya juga cukup tinggi. Hal tersebut merupakan lahan basah bagi
pembudidaya ikan, terutama ikan konsumsi. Penangan larva dipasaran
tentunya juga memiliki resiko, terutama saat proses panen yang tidak
memperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan mortalitas larva semakin
tinggi.
Larva ikan di panen dengan berbagai metode, dibagi berdasarkan
teknik pemijahan ikan yang diterapkan. Akan tetapi, untuk memenuhi
kebutuhan bisnis pemasaran larva ikan, biasanya jenis pemijahan yang
digunakan ialah pemijahan buatan. Pemijahan alami dan semi buatan tidak
mampu memenuhi permintaan pasar, karena jumlah dengan pemijahan
alami dan semi buatan jumlah telur dan daya tetasnya menjadi lebih
terbatas. Sedangkan larva yang dihasilkan dari pemijahan buatan mampu
diprediksi berapa perkiraan jumlah larva yang akan dipanen dan berapa
keuntungan yang akan diperoleh.
Larva ikan yang akan dipasarkan, telah dipesan sebelum penggiat di
Hatchery melakukan penyuntikan induk ikan. Misalnya, produksi larva ikan
patin (Pangasius sp.), maka induk ikan patin yang akan dipijahkan. Jika telur
yang dihasilnya menetas, maka akan langsung dibeli oleh petani ikan yang
melakukan usaha pendederan. Telur ikan patin biasanya akan menetas
pada umur < 24 jam, dengan demikian penjualan larva ini juga memiliki
putaran benefit yang cukup cepat.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Mulai Panen
Panen benih ikan mulai pagi hari antara jam 04.00-05.00,
sebaiknya selesai tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terik matahari yang dapat mengganggu kesehatan
benih ikan.
3) Tahap Panen Ikan Mas
Pertama dengan mengurangi air kolam pendederan jam04.00
atau 05.00 pagi dilakukan perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat
tekanan air berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai
ditangkap dengan seser halus atau jaring lalu tampung dalam ember
atau keramba. Sebelumnya dasar kolam pendederan sudah dirancang
MATERI PEMBELAJARAN
miring dan ada saluran di tengah kolam. Selain itu, pada dasar kolam
tersedia area lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga
ketika air menyurut, benih ikan akan mengumpul di bagian kolam dalam.
Benih ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan
selanjutnya benih ikan mas disimpan dalam bak penampungan.
4) Cara Hitung Hasil Panen Benih Ikan Mas
Cara mengetahui jumlah hasil panen benih ikan mas dalam bak
penyimpanan sebebelum dipasarkan, yaitu dengan memakai takaran
dapat menggunakan sendok atau kebul untuk larva dan menggunakan
cawan untuk menghitung putihan. Untuk ukuran glondongan di hitung
per ekor.
Tabel 5.1 Jenis-jenis Ikan Konsumsi Air Tawar dan Umur Panen
Berat Awal Berat Akhir Umur Panen
No. Jenis Ikan
(gram) (Gram) (Bulan)
1. Gurami (O. gouramy) 100 300-700 6-18
Lele Dumbo (C.
2. 10 100-200 5-8
gariepinus)
3. Patin (Pangasius sp.) 10 700-800 4-6
Belut (Monopterus
4. 10-20 40-100 4
albus)
Mujair (O.
5. 20 200-250 4
mossambicus)
Bawal Air Tawar
6. 10 200-300 3-4
(Colossoma sp.)
7. Nila (O. niloticus) 10 150-800 4-12
Lobster Air Tawar
8. 10 100-150 6-8
(Cheranx sp.)
Sumber: Saparinto, 2012
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Langkah pertama harus kita lakukan dalam memanen ikan lele adalah
dengan menguras air yang ada di dalam kolam ikan. Jika kolam Anda memiliki
lubang pembuangan maka Anda dapat langsung membukanya, sehingga air
dapat langsung keluar dari kolam, dan kita hanya tinggal menunggu sampai air
di dalam kolam habis.
MATERI PEMBELAJARAN
Tetapi, jika kolam Anda tidak memiliki lubang pembuangan, maka Anda
dapat menguras air yang ada di dalam kolam dengan cara menggunakan
selang air. Caranya adalah dengan memanfaatkan tenaga gravitasi bumi untuk
menggerakkan air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah.
Cara untuk menggunakan selang, yaitu pertama Anda isi selang air tersebut
dengan air sampai penuh lalu masukkan ujung yang satu ke dalam kolam, lalu
letakkan ujung yang lain ke lokasi pembuangan. Selama ujung selang yang
berada di luar kolam posisinya lebih rendah dari permukaan air, maka air yang
ada di dalam kolam akan keluar dengan sendirinya sampai posisi air yang ada
di dalam kolam dengan muka air yang ada di luar kolam sama tinggi.
Jika air yang ada di dalam kolam sudah selesai di keluarkan, maka
sekarang waktunya untuk mengambil ikan yang ada di dalam kolam dengan
menggunakan jaring. Lalu kita dapat mulai memilah ikan mana yang ukurannya
sudah cukup untuuk kita ambil dan ikan mana yang masih perlu dikembalikan
lagi ke dalam kolam. Cara ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk
melakukan penyortiran, ada cara yang lebih cepat yaitu dengan menggunakan
baskom yang sudah diberi lubang. Lubang dari baskom tersebut memiliki
ukuran tertentu, tergantung kita akan memanen ikan yang ukurannya berapa,
ikan yang ukurannya lebih kecil dari lubang akan keluar melalui lubang
tersebut, tetapi yang ukurannya lebih besar akan tertahan. Sehingga jika kita
ingin memanen ikan ditambah dengan menyortirnya berdasarkan ukuran, maka
jika kita menggunakan baskom seperti ini akan lebih cepat selesai. Jika ikan
lelenya sudah selesai kita panen, maka kolam yang sudah kita kuras tersebut
dapat kita isi kembali, dan ikan yang ukurannya belum bisa di panen tersebut,
dapat kita masukkan kembali ke dalam kolam.
Teknik Panen Ikan Bawal
Untuk proses pemanenan ikan bawal sendiri dilakukan setelah ikan
mencapai ukuran konsumsi atau sesuai dengan permintaan pasar. Untuk
ukuran konsumsi yang banyak diminati pasar biasaya ikan bawal dengan bobot
minimal 500 gram/ekor. Sedangkan waktu pemanenan ikan bawal sendiri
sangat berfariatif antara kolam satu dengan kolam yang lain, hal ini terkait erat
dengan ukuran benih ikan yang ditebar, kualitas pakan yang diberikan, tingkat
kesuburan kolam, dan yang tidak kalah penting adalah kepadatan ikan di dalam
kolam (karena, semakin padat jumlah ikan di dalam kolam, maka pertumbuhan
ikan akan semakin lambat).
Ada dua cara dalam melakukan pemanenan ikan bawal, cara pertama kita
akan menjaring ikan dengan menggunakan waring, setelah itu kolam akan kita
keringkan dan kita akan menangkap ikan yang tersisa. Cara ini adalah cara yang
baik, karena sebelum kolam kering ikan sudah tertangkap, hanya saja cara ini
agak sulit dan menghabiskan tenaga yang banyak.
MATERI PEMBELAJARAN
Cara yang kedua, yang dapat kita lakukan dalam memanen ikan bawal
adalah dengan cara mengeringkan air di dalam kolam, lalu kita akan manangkap
ikan yang terperangkap di dalam kamalir dengan menggunakan alat tangkap.
Cara ini lebih mudah dilakukan, hanya saja cara ini tidak terlalu bagus untuk
ikan. Karena bisa saja selama proses penangkapan ikan menjadi terluka atau
cacat, karena berdesak-desakan satu dengan yang lain.
Setelah proses pemanenan ini selesai, maka langkah selanjutnya kita akan
meletakkan ikan yang sudah kita panen tersebut di dalam bak penampungan,
sebaiknya bak penampungan tersebut kita letakkan pada air yang mengalir,
tujuannya adalah untuk membuang kotoran yang melekat pada ikan selama
proses pemanenan berlangsung. Hal ini juga bertujuan untuk membuat kondisi
ikan tetap segar.
Selanjutnya kita sudah mulai dapat melakukan penyortiran ikan, ikan
akan kita pisahkan menurut ukurannya, sehingga akan kita dapatkan ikan
dengan ukuran seragam. Setelah proses penyortiran ini selesai maka langkah
selanjutnya adalah kita tinggal menunggu pembeli datang mengambil hasil
panen kita, atau kita bisa langsung menjualnya ke pasar.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR : Kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan
No : Jumlah ikan diawal pemeliharaan
Jika benih ikan lele (Clarias sp.) untuk pembesaran ikan ukuran konsumsi
dengan jumlah ikan yang di masukkan ke dalam kolam berjumlah 25.000 ekor benih
ukuran 5-7 cm, yang di pelihara selama 100 hari dengan ukuran ikan 5-12 ekor ikan
per kilogram. Pada saat pemanenan jumlah ikan yang diperoleh berjumlah 20.000
ekor ikan, maka nilai sintasan dari pemeliharaan ikan lele ini yaitu 80%.
Pentingnya menghitung tingkat kelulushidupan ikan saat panen ialah, agar
mempermudah dalam memprediksi berapa persen keberhasilan dalam budi daya
ikan yang dilakukan. Selain itu, proses menghitung jumlah sintasan/kelulushidup-
an ikan ini juga berkaitan dengan proses sortir yang dilakukan. Hal itu karena
setelah melakukan kegiatan sortir, maka akan diperoleh jumlah ikan hidup dan
jumlah ikan yang mati dalam pemeliharaan ikan.
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
1. Observasi
a. Lakukan observasi panen pada kolam tanah/kolam beton!
b. Amatilah petani ikan terdekat yang sedang melakukan proses panen
ikan!
c. Catat kegiatan yang dilakukan ketika melakukan proses panen!
No. Kegiatan Observasi Keterangan
1. Menutup saluran pemasukan air (in let)
Membuka saluran pembuangan air (Out
2.
let)
3. Mengumpulkan ikan pada monnik
Alat dan bahan memudahkan
4.
pemanenan ikan ikan
5. Waktu panen
6. Alat penampungan ikan
Jarak lokasi panen dan tempat
7.
penampungan ikan
8. ......
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara pengeringan.
b. Cara menangkap ikan.
c. Proses penampungan.
LEMBAR PRAKTIKUM
CONTOH SOAL
Soal Latihan
Lembar Tes Formatif
Berikut ini, pilihlah dengan cara memberikan tanda (x) pada uraian yang menurut
saudara paling tepat!
1. Panen merupakan proses yang berkaitan dengan...
a. Merupakan akhir dari kegiatan pembesaran ikan jika ikan tersebut
berukuran konsumsi, larva, benih, dan merupakan awal dari kegiatan
pascapanen.
b. Proses mendapatkan uang.
c. Proses awal dari usaha budi daya ikan dan pascapanen ikan.
d. Merupakan awal dari kegiatan pembesaran ikan jika ikan tersebut
berukuran konsumsi, larva, benih, dan merupakan akhir dari kegiatan
pascapanen.
e. Kegiatan yang sangat memerlukan banyak waktu dan mepersulit petani
ikan.
2. Berikut ini yang menjadi prinsip dalam panen, kecuali.....
a. Tepat waktu
b. Tepat cara
c. Tepat pasar
d. a,b,c benar semua
e. a,b,c salah semua
3. Panen yang dilakukan sebagian atau hanya sesuai dengan permintaan pasar,
disebut juga dengan...
CONTOH SOAL
a. Panen total
b. Panen keseluruhan
c. Panen larva
d. Panen benih
e. Panen parsial
4. Suhu sangat berpengaruh saat panen ikan dalam proses....
a. Pengangkutan
b. Pemanenan
c. Metabolisme
d. Pengemasan
e. Transportasi
5. Ikan yang dipelihara pada kolam beton, memiliki kemudahan dalam
proses panen, yang dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan aliran
penampungan ikan, aliran penampung ikan diistilahkan dengan...
a. Out let
b. In let
c. On line
d. Monnik
e. E-monnik
Kunci Jawaban:
1. A
2. E
3. E
4. C
5. E
CAKRAWALA
CAKRAWALA
3. Adopsi digital pada perikanan budi daya, bisa menaikkan nilai jual komoditas
budi daya, kepastian pasar, sarana, dan prasarana usaha menjadi lebih
efisien, serta kemudahan akses teknologi produksi.
4. Sejak diperkenalkan pada 2013, aplikasi eFishery sudah digunakan ratusan
pembudidaya untuk mengontrol penggunaan pakan dan sukses panen
hingga empat kali dalam setahun.
(Fajar, 2019 via www.mongabai.co.id)
JELAJAH INTERNET
Teknologi budi daya ikan belut tanpa lumpur saat ini sudah menjadi tren
masa kini, terlebih petani modern enggan untuk ‘mengotori’ tangannya dalam
usaha budi daya belut yang kerap dilakukan dengan menggunakan media lumpur.
Untuk lebih jelas silahkan klik link berikut ini https://youtu.be/c4Yrd0TvnBo atau
scan barcode di bawah ini untuk menyaksikan video budi daya belut di air bersih!
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan cara menyilang ( X ) pada salah satu
huruf jawaban A, B, C, D, atau E!
3. Kegiatan budi daya ikan di SMKN 1 Perhentian Raja dibagi atas kelas X dan XI,
terdapat masing-masing kelas sebanyak 2 kelas. Kelas X APAT 1 memperoleh
R/C = 1,02, Kelas X APAT 2 memperoleh R/C = 1,50, Kelas XI APAT 1 memperoleh
R/C = 0,89, Kelas XI APAT 2 memperoleh R/C = 1,92.
Dari pernyataan di atas, manakah kalimat yang paling tepat untuk
menggambarkan kondisi kegiatan budi daya di atas adalah …..
a. Usaha budi daya Kelas X dan XI ditinjau dari R/C mengalami kerugian
b. Usaha budi daya kelas X APAT 1&2 ditinjau dari R/C dianggap layak karena
>1
c. Usaha budi daya kelas X APAT 1&2 ditinjau dari R/C dianggap tidak layak
karena >1
d. Usaha budi daya Kelas X dan XI ditinjau dari R/C dianggap tidak layak
e. Usaha budi daya kelas X APAT 1&2 ditinjau dari R/C dianggap layak karena
<1
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
7. Panen yang dilakukan sebagian atau hanya sesuai dengan permintaan pasar,
disebut juga dengan...
a. Panen total
b. Panen keseluruhan
c. Panen larva
d. Panen benih
e. Panen parsial
8. Panen yang dilakukan sebagian atau hanya sesuai dengan permintaan pasar,
disebut juga dengan...
a. Panen total
b. Panen semua
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
c. Panen larva
d. Panen benih
e. Panen parsial
10. Ikan yang dipelihara pada kolam beton, memiliki kemudahan dalam
proses panen, yang dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan aliran
penampungan ikan, aliran penampung ikan diistilahkan dengan...
a. Out let
b. In let
c. On line
d. Monnik
e. E-monnik
12. Suatu upaya pengelompokkan suatu jenis Komoditas yang beragam menjadi
beberapa tingkat/kelas sehingga masing-masing kelas seragam mutunya,
disebut juga dengan....
a. Grading
b. Sortasi
c. Up welling
d. Sortir
e. Estimasi
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
14. Alat di bawah ini merupakan baskom yang digunakan untuk proses...
a. Sortir
b. Grading
c. Pengangkutan
d. Panen
e. Pascapanen
16. Jika rentabilitas usaha lebih besar dari jumlah bunga bank, maka usaha
tersebut..
a. Layak untuk diteruskan
b. Tidak Layak untuk diteruskan
c. Mencapai titik impas
d. Tidak mencapai titik impas
e. Tidak mencapai BEP
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
17. Penggunaan minyak goreng pada proses pemanenan ikan ialah untuk...
a. Memudahkan proses memasak
b. Mengurangi gesekan
c. Memudahkan proses pemanenan
d. Memudahkan proses pengangkutan
e. Mengurangi gesekan pada proses pengangkutan
20. Satu ember besar penampung air, beberapa ember grading, serok atau jaring
halus, beberapa ember tampungan sementara ikan, mangkok kecil atau piring
dan sendok. Ember grading dengan berbagai ukuran dapat dibeli ditoko-toko
ikan atau poultry terdekat. Peralatan tersebut merupakan yang diperlukan
untuk...
a. Grading
b. Sortasi
c. Pengangkutan
d. Panen
e. Pemberokan
21. Secara sederhana proses produksi yang paling tepat digambarkan pada alur...
a. Masukan (input) proses hasil (output)
b. Output input proses
c. Proses input output
d. Keluaran masukan proses
e. Masukan hasil proses
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
23. Titip impas atau balik modal, dikenal juga dengan titik impas produksi dan titik
impas harga, titik impas harga dapat dihitung dengan...
a. Titip impas harga = total biaya: total produksi
b. Titik impas harga = total produksi: total biaya
c. Titik impas harga = total biaya x total produksi
d. Titik impas harga = total produksi x total biaya
e. Titip impas harga = total produksi x total biaya: jumlah produksi
24. Pak Joni melakukan usaha budi daya ikan dengan padat tebar 1500 ekor,
dengan bobot 1 ekor ikan 50 gram. Jumlah pakan yang diberikan selama
pemeliharaan ialah 5 % dari bobot tubuh. Saat ikan dipanen jumlah ikan yang
diperoleh 1200 ekor. Nilai survival rate pada usaha budi daya ikan Pak Joni
tersebut adalah ……
a. 82 %
b. 85 %
c. 15 %
d. 12 %
e. 80 %
25. Jika:
1) Total biaya untuk budi daya ikan Rp 2.000.000,-
2) Total biaya produksi ialah Rp 200,-
3) Total Produksi 12.000 ekor
Maka nilai BEP produksi ialah….
a. Rp 166,66
b. Rp 16.600
c. 11.000 ekor
d. 12.000 ekor
e. 10.000 ekor
26. Jika:
1) Total biaya untuk budi daya ikan Rp 2.000.000,-
2) Total biaya produksi ialah Rp 200,-
3) Total Produksi 12.000 ekor
Maka nilai BEP harga ialah….
a. Rp 166,66
b. Rp 16.600
c. 11.000 ekor
d. 12.000 ekor
e. 10.000 ekor
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
27. Bobot ikan Pak Hafidin 1 ekor ketika awal ditebar ialah 10 gram. Jumlah ikan
yang ditebar 10.000 ekor, dengan lama pemeliharaan 3 bulan atau 120 hari.
Dalam satu hari ikan diberi pakan sebanyak 10 % dari total bobot tubuh ikan,
jumlah pakan yang diberikan Pak Hafidin dalam sehari adalah ……
a. 100 gram
b. 1000 gram
c. 1 kilogram
d. 10 kilogram
e. 100kilogram
28. (Lihat no.27) Jika Pak Hafidin melakukan pemeliharaan ikan selama 3 bulan,
maka jumlah pakan yang dihabiskan ialah....
a. 120 gram
b. 1200 gram
c. 120 kologram
d. 1200 kilogram
e. 12000 kilogram
B. Esai!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat pada
lembar jawab yang tersedia!
Diketahui,
a. Jumlah Pendapatan = 16.000 x Rp 200
b. Jumlah pendapatan = Rp 3.200.000,-
c. Jumlah pengeluaran/biaya operasional/total biaya = Rp 2.000.000,-
d. Suku bunga bank = 10 %
e. Laba = Rp 1.000.000
f. Harga penjualan benih = Rp 200,-
g. Total Produksi = 16.000 ekor
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
BAB
PENGENDALIAN MUTU HASIL PANEN IKAN
VI
BAB VI PENGENDALIAN MUTU HASIL PANEN IKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran pengendalian mutu hasil panen ikan ialah agar siswa
mampu memperdalam ilmu tentang kualitas hasil ikan yang telah di panen,
sehingga mutu ikan dapat dipertahankan dan menambah nilai jual dipasaran.
PETA KONSEP
Penanganan Higienis
KATA KUNCI
Mutu, Hasil Panen, Uji Organoleptik, Sortasi, Bentuk, Warna, Ukuran, Rantai
Dingin, Glazing.
PENDAHULUAN
Produk perikanan dan ikan merupakan salah satu sumber pangan yang dibutuhkan
oleh seluruh masyarakan di berbagai negara. Diperkirakan konsumsi ikan secara global
di masa yang akan datang akan makin meningkat karena beberapa faktor, di antaranya
meningkatnya jumlah penduduk serta pendapatan masyarakat dunia. Meningkatnya
apresiasi terhadap makanan sehat atau healthy food (di antarannya ditandai dengan
rendahnnya kandungan kolesterol dan tingginya asam lemak tak jenuh ganda omega-3
serta komposisi asam amino yang lebih lengkap), sehingga mendorong perubahan
pola konsumsi daging dari red meat ke white meat.
Adanya globalisasi yang menuntut makanan yang bersifat universal, semisal
ikan (Tampubolon, 2009). Sebelum ikan menjadi produk makanan yang bersifat
universal, maka produk perikanan harus melalui persyaratan jaminan mutu yang
ketat dan bersifat universal atau berlaku di seluruh dunia. Sebagai produk pangan,
ikan tetap dapat menyebabkan permasalahan kesehatan. Ikan dan produk perikanan
dapat terkontaminasi sejak proses penangkapan/pembudidayaan sampai dengan
sesaat sebelum dimakan. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada ikan dan produk
perikanan telah mendorong setiap negara untuk melindungi konsumen dengan
mengeluarkan kebijakan berupa peraturan-peraturan dan standar mutu, di mana
setiap produk perikanan yang diekspor harus bisa memenuhi persyaratan peraturan-
peraturan dan standar mutu di negara tujuan ekspor. Demikian pula sebaliknya, produk
perikanan asing yang masuk ke Indonesia harus juga bisa memenuhi peraturan-
peraturan dan standar mutu produk di Indonesia. Hasil perikanan tangkap sebagian
besar tetap statis selama dua dekade terakhir, produksi perikanan budi daya telah
berkembang pesat dalam periode yang sama. Dari tahun 1970-2008, produksi ikan
konsumsi dari budi daya meningkat rata-rata 8,3 persen.
Cina sejauh ini merupakan produsen utama produk perikanan budi daya dunia,
pada tahun 2008, produksinya sekitar 33 juta ton produk perikanan budi daya (tidak
termasuk tumbuhan). Produksi perikanan budi daya Cina diperkirakan 10 kali lebih
besar dari hasil produksi produsen kedua, India dengan 3,4 juta ton pada tahun 2008.
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pencucian
Dalam proses pencucian air memegang peranan yang paling penting.
Air yang digunakan untuk kegiatan pencucian hasil pertanian dan perikanan
hendaknya memiliki persyaratan tertentu, khususnya untuk pencucian produk
perikanan air yang digunakan harus memenuhi standar industri pengolahan
ikan. Air selain digunakan untuk mencuci bahan juga digunakan sebagai pencuci
peralatan dan sanitasi ruangan. Secara fisik, air harus jernih, tidak berwarna, dan
tidak berbau. Secara kimiawi, air yang digunakan hendaknya tidak mengandung
bahan-bahan kimia berbahaya, seperti logam berat, senyawa beracun, dan
lain-lain. Dilihat dari segi mikrobiologis, air yang digunakan untuk mencuci
harus bebas dari mikroorganisme pathogen atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit.
Tabel 6.1 Standar Mutu Air Untuk Pengolahan Hasil Perikanan
No. Kriteria Syarat yang Direkomendasikan
1. Warna Jernih
2. Rasa dan Bau Normal
3. Nitrit 0,0 mg/l
4. Nitrat Maks 20 mg/l
5. Klorida Maks 250 mg/l
6. Sulfat Maks 250 mg/l
7. Besi Maks 0,2 mg/l
8. Mangan Maks 0,1 mg/l
9. Timbal Maks 0,5 mg/l
10. Tembaga Maks 3 mg/l
11. pH 6.5-9
12. Kesadahan 5.100 D
13. Bakteri E. Coli 0/100 ml
Sumber: Masyamsir (2001)
MATERI PEMBELAJARAN
Metode Pencucian
Secara garis besar metode pencucian dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yakni metode perendaman dan penyemprotan.
a. Metode Perendaman
Bahan yang akan dicuci direndam ke dalam air dengan waktu tertentu
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada bahan.
b. Penyemprotan
Hasil pencucian dengan penyemprotan akan lebih baik karena
kotoran lebih mudah lepas. Keunggulan dengan metode ini adalah: waktu
lebih singkat, tenaga kerja sedikit, terhindar dari kontaminasi bekas air
cucian, dan kapasitasnya bisa lebih besar. Sedangkan kelemahannya
adalah banyak menggunakan air sehingga biaya operasional menjadi lebih
mahal.
3. Pemotongan
Pembersihan merupakan proses yang bisa dikatakan sederhana tetapi
mampu memberikan dampak dan manfaat yang sangat besar. Perbersihan
bertujuan untuk menghilangkan kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki
yang menempel atau terbawa pada hasil perikanan setelah bahan tersebut
dipanen.
Kebersihan komoditas perikanan sangat berpengaruh terhadap mutu,
terutama kenampakan bahan. Selain itu kotoran atau benda asing lain dapat
menjadi sumber cemaran yang akan mengakibatkan kerusakan bahan, terutama
jika cemaran itu berupa mikroorganisme. Oleh karena itu sebelum dipasarkan,
hasil perikanan harus dibersihkan dari kotoran dan bagian-bagian yang tidak
diperlukan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
dengan bahan hasil perikanan. Kotoran ini juga dapat membawa bibit
penyakit seperti kolera, tipus, desentri, dan lain-lain.
d. Kotoran berupa sisa bahan kimia
Kotoran jenis ini merupakan bahan kimia yang berasal dari obat-
obatan pestisida, pupuk, asap kendaraan, dan industri yang mencemari
udara serta limbah-limbah buangan pabrik yang mencemari sungai dan
laut. Kotoran ini dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada
konsentrasi tertentu, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara
langsung. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah, dan bila terus menerus
dikonsumsi akan tertimbun di dalam tubuh dan dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan. Memisahkan kotoran yang ada dalam bahan hasil
perikanan dapat dilakukan proses sortasi secara manual, menggunakan
alat sederhana dan menggunakan alat yang kompleks serta proses
pencucian. Pemilihan metode pembersihan tergantung dari tujuan, jenis
dan karakteristik bahan yang dicuci serta jenis dan karakteristik kotoran
yang akan dipisahkan.
4. Sortasi
Sortasi adalah pemisahan ikan/hasil ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan
tingkat kesegaran. Berdasarkan jenisnya, ikan terbagi menjadi dua kelompok,
yakni ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis merupakan ikan yang
hidup di permukaan sedangkan ikan demersal merupakan ikan yang hidup
didasar perairan. Berdasarkan ukuran terdiri atas ikan kecil, sedang, dan besar.
Berdasarkan tingkat kesegarannya, ikan terbagi menjadi ikan segar dan ikan
yang telah mengalami kemunduran mutu/terkontaminasi mikroba.
Pada umumnya sortasi dilakukan terhadap ikan yang akan diekspor.
Pada saat ikan akan diproses, ikan di keluarkan dari tempat penyimpanan dan
diletakkan berjajar di atas meja prosesing.
a. Pemisahan ikan-ikan yang di bawah ukuran standar
Umumnya ikan yang diperkirakan beratnya kurang dari 15 Kg tidak
diekspor, namun batas ini dapat berubah sesuai dengan keadaan pasar di
Negara tujuan ekspor. Jika persediaannya kurang maka ikan yang berukuran
lebih kecil dapat juga diekspor, tetapi jika melimpah batas minimum itu
dinaikkan.
b. Pemeriksaan mutu secara organoleptik
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh petugas khusus atau
langsung oleh pembeli. Ikan diperiksa satu per satu. Sasaran yang diperiksa
meliputi hal-hal berikut ini.
1) Penampilan ikan secara keseluruhan: ikan harus utuh dan mulus, bebas
dari cacat akibat gigitan binatang lain, memar, sisik banyak terkelupas,
tidak bernoda.
2) Sayatan daging pada batang ekor. Sorting terbagi atas: Sorting Warna,
Sorting Ukuran, dan Sorting Final.
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 6.6 Prosedur Pengolahana Rantai Dingin dari Lokasi Budi Daya Hingga ke
Konsumen
Sumber: smanticsscholar.org
Pendinginan rantai dingin adalah bagian dari rantai pasok (supply chain)
yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses
pengumpulan, pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan konsumen,
sedangkan manajemen rantai dingin adalah seluruh aktivitas rantai pendingin
yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan
secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.
1. Pembekuan
Menyiapkan ikan dengan menggunakan metode penyimpanan dalam
suhu rendah disebut dengan istilah pembekuan. Seperti pendinginan,
pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan.
Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah memiliki denotasi jauh di
bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air
pada ikan menjadi es. Akan tetapi, pada waktu ikan beku dilelehkan kembali
MATERI PEMBELAJARAN
untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Ikan-
ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan
terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan
tidak dapat dibedakan dari ikan segar.
Pendinginan rantai dingin adalah bagian dari rantai pasok (supply
chain) yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama
proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan
konsumen. Sedangkan manajemen rantai dingin adalah seluruh aktivitas rantai
pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi
agar berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.
Logistik rantai dingin sendiri merupakan gabungan antara kegiatan logistik dan
pengendalian suhu. Dalam logistik rantai dingin tersebut, cold storage sebagai
alat pembeku dan tempat penyimpanan ikan sangat penting. Cold storage ini
harus dirancang dan digunakan secara tepat agar bisa berfungsi secara optimal.
Desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold storage dapat
meminimalisasikan kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang
masa simpan produk. Faktor design yang paling penting adalah sebagai berikut.
a. Suhu rendah.
b. Keseragaman suhu dalam seluruh ruangan cold storage.
c. Kestabilan suhu dengan fluktuasi yang minimal.
d. Distribusi udara yang baik untuk mempertahankan keseragaman suhu.
e. Sirkulasi udara minimum untuk mencegah dehidrasi.
f. Minimum ingress udara untuk meminimalkan fluktuas.
Penyimpanan komoditas ikan pada suatu suhu tertentu tersebut akan
mempengaruhi kondisi komoditas itu, sehingga pengendalian atau pengaturan
suhu tersebut dapat memperpanjang umur komoditasnya (extended shelf life),
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.2 Extended Shelf Life Komoditas Perikanan
Jenis Produk
-10 0C -18 0C -20 0C -23 0C -25 0C -29 0C
Perikanan
White fish
1 bulan 4 bulan 8 bulan
(Gutted)
Smoked white
1 bulan 3 bulan 7 bulan
fish
Herring (gutted) 1 bulan 3 bulan 6 bulan
Whole cooked
6 bulan
lobster
Cooked lobster
3 bulan
meat
Whole cooked
3 bulan 8 bulan
crab
Cooked crab meat 3 bulan 6 bulan
Mussel meats 3 bulan 8 bulan
MATERI PEMBELAJARAN
Jenis Produk
-10 0C -18 0C -20 0C -23 0C -25 0C -29 0C
Perikanan
3-5 6-8 8-10
Cod, haddock
bulan bulan bulan
4-6 7-10
Flat Fish
bulan bulan
2-3 3-5
Fatty fish 6 bulan
bulan bulan
Lobster and crab 2 bulan
Shrimp 6 bulan
2-4
Oysters
bulan
3-4
Scallops
bulan
3-4
Clams
bulan
Sumber: Capt. Pawanexh Kohli, CrossTreetechno-visors
Untuk mendapatkan sebuah sistem rantai dingin yang tepat, ada empat
tahap kritis yang harus dicermati dalam sistem rantai pendingin produk beku,
yaitu sebagai berikut.
a. Penanganan saat diproses awal.
b. Penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat.
c. Penanganan saat transportasi ke lokasi tujuan.
d. Penanganan saat bongkar muat dan sistem distribusi ke konsumen.
Permasalahan dan rekomendasi implementasi rantai dingin dalam
implementasi rantai dingin, terdapat beberapa permasalahan pada setiap
tingkatan atau tahapan kegiatan dalam rantai pasok. Pada tahap produksi
(pengadaan), yang menjadi permasalahan adalah ketersediaan modal serta
kurangnya pemahaman terhadap cold chain. Kemudian permasalahan pada
tahap pengumpulan dan penyimpanan adalah ketersediaan sarana (cold
storage) serta ketersediaan infrastruktur dasar seperti, listrik, air bersih, dan
lainnya. Ketersediaan sarana (unplug reefer) menjadi permasalahan tersendiri
pada tahap pengangkutan/transportasi. Pada tahap penjualan (pengecer),
permasalahan, antara lain, berupa kurangnya pemahaman terhadap cold chain,
serta ketersediaan sarana dan permodalan. Pada tahap akhir, yaitu tahap
konsumsi, yang masih menjadi permasalahan adalah kurangnya pemahaman
terhadap kualitas produk sehingga berdampak pada pemilihan komoditas yang
tentunya berpengaruh pada risiko kesehatan masyarakat.
Rekomendasi pada tahap produksi (pengadaan) adalah penyiapan sistem
cold chain, pengembangan infrastruktur di sentra produksi, misalnya pabrik es,
serta ketersediaan energi (listrik). Untuk tahap pengumpulan dan penyimpanan
pun rekomendasinya serupa pada tahap produksi, hanya saja pengembangan
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
untuk keperluan ini, bejana harus terus-menerus diisi dan dipasangi saluran
pelimpahan (overflow).
Glazing dengan penyemprotan dinilai baik, tetapi di sini juga sulit untuk
mendapatkan keseragaman. Diperlukan tenaga yang banyak untuk raem-balik
ikan agar semua permukaan terlapisi. Dip-spray glazer mempunyai beberapa
kelebihan untuk dapat menghasilkan selimut es yang seragam dan merata,
yakni sebagai berikut.
a. Ban berjalan berkecepatan konstan menjamin keseragaman waktu Glazing.
b. Ketinggian air di dalam parit dapat disetel untuk memastikan agar bagian
bawah ikan terlapisi, tetapi ikan tidak terapung.
c. Semprotan dari atas menyediakan suplai air yang konstan untuk melapisi
bagian atas ikan dan untuk menambah air.
d. Penghalang yang dapat diatur dipakai untuk menata ikan beku yang
menumpuk di atas ban sehingga setiap ikan pasti terlapisi.
e. Menggunakan hanya ½ dari jumlah air yang dibutuhkan pada automatic
glazer yang menyemprot ikan dari atas dan dari bawah.
Glazing yang dilakukan pada ikan yang bersuhu-30°C atau lebih rendah
menghasilkan selimut es yang retak-retak akibat tekanan termal selama
pembentukan es, dan mudah lepas dalam penanganan berikutnya. Jika ikan
terlalu lama dicelupkan di dalam air, selimut es itu tebal tetapi lunak dan juga
mudah lepas.
Glazing yang baik dapat sangat bermanfaat terutama jika aspek yang
lain dalam penyimpanan dan pengangkutan kurang ideal. Tetapi glazing yang
buruk, yang mengakibatkan pelelehan sebagian dan pembekuan kembali
secara perlahan di dalam cold storage, menghasilkan kerugian yang lebih besar
daripada manfaatnya.
Pada proses ini pengendalian mutu dilakukan dan diamati dengan
mengecek hasil pengusapan ikan secara visual oleh pengawas produksi dan
hasil pengamatan di review oleh quality control. Apabila air keruh atau kotor
ikan dipindahkan atau air diganti dan apabila suhu air >20C, tambahkan es
dalam bak yang berisi air dingin.
E. Penanganan Higienis
Sanitasi dan higienis merupakan faktor yang perlu diperhatikan pada
operasional di bangsal yang mencakup tempat, pekerja, alat dan bahan, serta
mesin-mesin. Prosedur operasional sanitasi dan higienis adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pembersihan bangsal pascapanen secara berkala menggunakan
alat pembersih, air, dan disinfektan bila diperlukan.
2. Menyiapkan sarana cuci tangan dan peturasan (toilet) bagi pekerja.
3. Menyiapkan disinfektan bagi pekerja.
4. Menyiapkan perlengkapan kerja (masker, sarung tangan, tutup kepala, sepatu,
lap tangan, baju kerja, dan lain-lain).
5. Menyiapkan tempat penyimpanan alat dan bahan yang terlindung dan aman.
6. Membersihkan alat dan mesin secara berkala sesuai kebutuhan.
7. Menyiapkan petugas pengawas yang berkompeten.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
e. Mata
Ikan yang sudah bermata buram jangan dipilih. Ikan dengan mata
yang menonjol, masih hitam dan terlihat jernih menunjukkan ikan dalam
keadaan segar. Ikan tidak segar berwarna pudar, berkerut dan cekung,
sedangkan ikan segar biasanya lebih terlihat cerah, menonjol dan bening.
MATERI PEMBELAJARAN
2. Warna
Warna pada produk perikanan sangat berpengaruh, karena ikan atau
pun produk perikanan yang sejhat pasti memeiliki warna yang mencolok dan
menarik, Contoh pada udang. Udang mengalami proses pemisahan menurut
warnanya. Pemisahan warna dilakukan berdasarkan warna bahan baku dan
diklasifikasikan sesuai dengan warna yang telah ditentukan.
MATERI PEMBELAJARAN
3. Ukuran
Sorting ukuran adalah suatu cara penyortiran ikan/hasil ikan berdasarkan
ukurannya. Biasanya dikelompokkan sesuai dengan jumlah tertentu untuk
setiap kg. Contoh jumlah standar ukuran udang HL (Head Less) sebagaimana
berikut.
Tabel 6.3 Jumlah Standar Ukuran Udang HL (Head less)
Sumber: https://www.tneutron.net/pangan/wpcontent/uploads/sites/6/2015/09/image31.png
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 5-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara pengolahan ikan.
b. Penilaian mutu ikan.
c. Bentuk ikan yang diolah.
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Coba saudara lakukan proses pengendalian mutu ikan di lahan
percobaan!
b. Coba saudara jelaskan kendala yang dihadapi dalam mengendalikan
mutu hasil ikan!
LEMBAR PRAKTIKUM
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba hubungkan waktu panen dengan mutu hasil panen ikan!
b. Bagaimana proses uji organoleptik, pencucian, pemotongan dan sortasi
ikan yang saudara lakukan?
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan mutu hasil panen ikan beserta power pointnya,
kemudian persentasikan di depan kelas bersama tim satu kelompok!
b. Coba bandingkan beberapa proses pengendalian mutu hasil ikan di
lokasi berbeda!
CONTOH SOAL
Soal Latihan
1. Rendahnnya kandungan kolesterol dan tingginya asam lemak tak jenuh
ganda omega-3 serta komposisi asam amino yang lebih lengkap, dikenal
juga dengan istilah...
a. Healthy food
b. Junk food
c. Fast food
d. Good food
e. Go food
CONTOH SOAL
4. Pendinginan rantai dingin adalah bagian dari rantai pasok (supply chain)
yang bertujuan untuk....
a. Menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan,
pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan konsumen.
b. Seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol,
didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan
efisien baik secara teknis dan ekonomis.
c. Memudahkan dalam mentransportasikan ikan.
d. Mengawetkan ikan agar tahan lama dan mutu dapat dikendalikan.
e. Menjaga mutu hasil panen ikan dan hasil olahan ikan yang akan
dipasarkan.
Kunci Jawaban
1. A
2. E
3. B
4. A
5. B
CAKRAWALA
1. Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar
yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang
tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat
dari reaksi khas suatu organisme. Lendir tersebut terdiri dari gluko protein
dan merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
2. Rigor mortis
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase
ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati. Kekejangan ini
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
1. Carilah kriteria penilaian mutu kualitas ikan dan pembuatan skor pada ikan
hasil panen/produk hasil perikanan!
2. Siswa melakukan tugas mandiri berupa eksperimen individu di rumah dengan
topik pengendalian mutu hasil panen ikan. Kegiatan tersebut direkam dan
diupload ke sosial media (misal: akun youtube)!
REFLEKSI
BAB
PENGEMASAN/PACKING
VII
BAB VII PENGEMASAN/PACKING
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Alami
Jenis Bahan Pembius Ikan
Bahan Bius
Teknik Packing/Pengemasan Buatan
Ikan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan transportasi ikan hidup tanpa menggunakan media air ada
beberapa faktor yang diperhatikan seperti, jemis media untuk pengemasan,
penanganan ikan seblum di kemas, suhu dalam media pada proses pengangkutan, serta
penambahan penggunaan bahan anastesi untuk ikan. Pada kegiatan transportasi ikan
hidup dengan sistem kering ada yang perlu diperhatikan proses penanganan dan perlu
dilakukan pembiusan atau pemingsanan pada ikan terlebih dahulu. Ikan dalam kondisi
tenang atau diam akan mengurangi tingkat stres pada ikan, serta juga mengurangi
proses metabolisme dalam tubuh ikan dan konsumsi oksigen ikan tersebut. Kondisi ini
akan mengurangi tingkat kematian (mortalitas) dalam proses transportasi, sehingga
persentase kematiannya rendah dan memungkinkan untuk pengangkutan yang jauh
dan kapasitas pengangkutan yang lebih banyak sehingga bisa meningkatkan kegiatan
transportasinya. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan zat
anestesi atau dapat juga menggunakan penurunan suhu.
Bentuk bahan anastesi yang biasa digunakan untuk proses pemingsanan ikan,
yaitu, berupa bahan kimia seperti MS-222 (tricaine methane sulphonate), CO, dan
quinaldine, serta bahan alami seperti eksrak biji karet dan ekstrak cengkeh. Penggunaan
bahan kimia seperti MS-222 cukup popular digunakan, tetapi harganya mahal. Perlu
diperhatikan bahwa ikan yang akan dipingsankan nantinya akan dikonsumsi, sehingga
pemilihan metode pemingsanan harus memperhatikan dua aspek kesehatan.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Definisi Packing/Pengemasan
Setiap proses pemasaran produk maupun penjualan pasti melakukan
pengemasan/packing. Sehinga hasil yang di dapatkan dari produk tersebut
menambah nilai estetika maupun kerapiannya. Dalam budi daya ikan air tawar
proses pengemsan/pcking sangat penting dilakukan agar produk perikanan
tersebut bisa sampai ke para konsumen-konsumen dengan keadaan ikan yang baik
ataupun segar.
Pengertian pengemasan/packing merupakan suatu cara atau tindakan
pengamanan terhadap suatu produk baik itu makanan atau bahan makanan, agar
produk tersebut baik yang diolah maupun belum diolah dapat sampai ke para
konsumen dengan baik kualitas maupun kuantitas. Jadi proses pengemasan/
packing dalam perikanan yaitu proses pengangkutan produk perikanan baik itu
dalam kondisi hidup, segar, maupun dalam bentuk olahan.
Pengemasan/packing ikan hidup harus disesuaikan dengan jarak
pengangkutan/transportasi ikan. Alat pengemasan/packing ikan hidup dapat
menggunakan ember, drum, fiberglass, bak, kantong plastik, dan sebagainya.
Alat pengemasan/packing ikan hidup, seperti, ember, drum, fiberglass, dan baku
umumnya digunakan pada pengangkutan ikan secara terbuka. Sedangkan kantong
plastik digunakan untuk pengangkutan secara tertutup. Pengemasan/packing ikan
segar harus disesuaikan dengan jarak pengangkutan/transportasi ikan.
Kondisi ikan yang segar harus bisa dipertahankan samapai ke konsumen
dengan cara penurunan suhu produk dengan wadah pengemasan/packing seperti
cool box dan refregenerator. Penurunan suhu pada proses pengangkutan bisa
mengurangi perombakan ikan oleh bakteri, sehingga proses ikan menjadi busuk/
pembusukan bisa dihambat. Dalam hal ini faktor suhu sangat memegang peran
penting, adapun suhu optimal untuk pengawetan ikan dalam keadaan segar-
50C. Pengemasan/packing ikan dalam bentuk olahan dapat kitalakukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dijual. Adapun hasil yang diperoleh dari
pengolahan tersebut brupa ikan asap (pengasapan), pengeringan, pengasinan,
fileting atau deboning dan pengalengan. Proses pengemasan/packing ikan olahan
ini dapat berupa dalam kemasan plastik dan kalengan.
Fungsi, syarat, dan jenis kemasan pada proses pengemasan menurut Balai
Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan dan Direktorat Jenderal Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan antarnya, jenis wadah produk yang
berfungsi sebagai penahan produk dalam transportasi, memudahkan proses
pengangkutan, dan terlihat rapi. Pelindung produk fungsinya melindungi produk
suapaya awet dari uap, oksidasi, serangga, dan rodentia.
Adapun syarat syarat-syarat bahan pengemas, di antaranya, tidak bersifat
meracuni produk, dapat melindungi produk dari tumpahan, penguapan, kotoran,
serangga dan mikroba, persyaratan fisik pengemas harus tahan retak, kikisan,
gesekan, perubahan suhu, cuaca, dan kelembaban.
Jenis kemasan di antaranya berdasarkan frekuensi pemakaian, kemasan sekali
pakai, misalnya, plastik, karton, daun, kaleng hermetis. Kemasan yang dapat dipakai
berulang kali, misalnya botol minuman, kecap. Kemasan yang tidak dibuang dan
tidak dikembalikan, misalnya, botol plastik, kaleng susu dan lain-lain.
MATERI PEMBELAJARAN
Sumber: penyuluhperikanan.com
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. Ikan Segar
Dalam produk pengemsan ikan segar ada beberapa jenis produk di
antaranya, ikan utuh (boks insulasi/ styrofoam, metode bulk/disusun dengan
pelapisan es dengan suhu < 10 oC, filet/mince segar). Untuk ke UPI( plastik
PE dan boks insulasi/styrofoam dengan pelapisan es di sekeliling kantong,
suhu <10oC). Untuk filet ke supermarket (tray foam polystyrene/polystyrene
transparan dengan bagian atas ditutup dengan plastik semi moisture proof
cellophane).
3. Produk Beku
Metode pengemasan sistem vakum dan nonvakum.
Syarat bahan pengemas
a. Bersifat tahan air dan penyerapan oksigen rendah.
b. Kuat, elastis, tidak pecah atau robek pada proses pembekuan atau
penyimpanan dalam gudang beku.
c. Tidak menyerap bau khas ikan atau bau dari luar.
d. Mudah ditutup erat (sealable).
e. Mengkilap dan transparan. Contoh, Cellophane, Polyethylene, Aluminium
foil, Cryuvac, atau Vinylodene Chloride.
4. Produk Pasta Ikan (Fish Jelly Products)
a. Sosis: Produk dimasukkan ke dalam film PVDC atau cellophane untuk
direbus, pengemasan menggunakan plastik HDPE dalam kondisi vakuum
dan LDPE untuk nonvakum untuk disimpan dalam gudang beku.
b. Bakso/otak-otak/kaki naga/surimi: Dikemas dengan PE secara vakum
kemudian dibekukan atau PE tanpa vakum langsung dibekukan.
c. Pengemasan untuk dipasarkan ke supermarket: Pengemasan vakum,
Overwrap, Pengemasan dalam wadah dalam kondisi beku
MATERI PEMBELAJARAN
5. Produk Kering
Produk kering (asin, abon, dan lain-lain) dapat dikemas dalam kantung plastik
a. PP (polypropilene) untuk kadar air rendah (kerupuk).
b. PE (polyethilene) untuk keripik matang, abon, jambal.
c. Almunium foil untuk cumi/ikan kering.
d. Mika 0,70-0,80 untuk produk ikan kering.
e. Metode pengemasan umumnya sealer (nonvakum).
6. Produk Sterilisasi
Produk sterilisasi dengan retort diperlukan kemasan yang tahan terhadap
tekanan seperti kaleng, dan plastik yang tahan panas (retort pouches) seperti-
PET, almunium foil P (polypropilene), Polyolefin dan Ethylene high vinyl alcohol
copolymer.
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 4-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
Praktikum Teknik Pengemasan
Jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar Kelas XI
Nama Lengkap :
Jurusan/Kelas :
Hari/Tanggal :
1. Observasi
a. Lakukan observasi pengemsan/packing ikan hidup, segar, maupun
olahan!
b. Amatilah petani ikan terdekat yang sedang melakukan proses
pengemsan/ packing!
c. Catat kegiatan yang dilakukan ketika melakukan proses pengemsan/
packing!
No. Kegiatan Observasi Keterangan
1. Jenis pemackingan
2. Sistem packing
3. Cara-cara sebelum packing
4. Alat dan bahan memudahkan
pengemsan/packing
5. Waktu pemackingan
6. Alat pemackingan
7. Jarak lokasi penjualan
8. ......
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara pemackingan!
b. Sistem pemackingan!
c. Proses pemackingan!
d. Cuaca dan suhu pada pemackingan!
e. Waktu atau jarak tempuh pemackingan!
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Coba saudara lakukan proses pemackingan!
b. Coba saudara jelaskan tingkah ikan segar yang di Packing!
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba lakukan proses packing dengan beberapa metode!
b. Bandingkan proses packing mana yang paling efektif untuk masing-
masing umur ikan!
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan teknik pengemasan beserta power pointnya,
kemudian persentasikan di depan kelas bersama tim satu kelompok!
b. Coba bandingkan beberapa proses pengemasan pada lokasi/wadah
pemeliharaan yang berbeda saat pemanenan ikan!
LEMBAR PRAKTIKUM
CONTOH SOAL
1. Suatu cara pengamanan terhadap suatu produk baik itu makanan atau bahan
makanan, agar produk tersebut baik yang diolah maupun belum diolah
dapat sampai ke tangan konsumen dengan selamat baik kualitas maupun
kuantitas, merupakan salah satu andil dari teknik......
a. Pengemasan
b. Daur ulang
c. Pengolahan
d. Pembaharuan
e. Perbaikan
2. Dalam melakukan kegiatan pengemasan atau packing ikan hidup baik itu
benih maupun ikan siap konsumsi, biasanya ikan diberi obat bius yang
terdiri dari 2 bahan di antaranya adalah....
a. Alami dan buatan
b. Alami dan sintesis
c. Larutan dan pembekuan
d. Es dan cold box
e. Garam dan es kotak
CONTOH SOAL
CAKRAWALA
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
BAB
TEKNIK PENGANGKUTAN/TRANSPORTASI IKAN
VIII
BAB VIII TEKNIK PENGANGKUTAN/TRANSPORTASI IKAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Prinsip pengangkutan/
Teknik Pengangkutan/
transportasi ikan
Transportasi Ikan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Ikan yang sudah tidak segar lagi, kurang disenangi konsumen dan akibatnya harga
menjadi lebih murah. Ikan diangkut dalam keadaan mati segar. Agar kesegaran ikan
terjaga cukup lama, maka perlu penanganan yang baik sejak ikan itu ditangkap hingga
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. Sistem Pengangkutan/Transportasi
1. Pengangkutan Ikan Hidup
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup adalah salah satu mata rantai
dalam usaha perikanan. Nilai jual harga ikan, selain ditentukan oleh ukuran
atau bobot, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan
dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian usaha budi daya. Pada
prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan.
Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus.
Akan tetapi, pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan
perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
2. Pengangkutan Ikan Segar
Pada ikan yang telah mati, terdapat lima fase perubahan biokimiawi dalam
tubuhnya, yaitu, fase prerigor, fase rigor mortis, fase post rigor, fase autolisis, dan
fase kerusakan. Lamanya jangka waktu penanganan, akan sangat berpengaruh
pada pencapaian fase prerigor. Sedangkan pencapaian fase rigor mortis akan
sangat dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya temperatur lingkungan selama
penangkapan dan penyimpanan ikan. Selama fase post rigor, fase autolisis, dan
fase kerusakan ikan, maka faktor aktivitas enzim endogen (terutama enzim-
enzim proteolitik) akan menjadi salah satu faktor utama penyebab kerusakan.
Proses penurunan mutu oleh enzim proteolitik ini akan makin cepat bila suhu
lingkungannya meningkat dan mencapai puncaknya pada suhu 37oC, bila
suhunya diturunkan maka kecepatan penguraiannya akan menurun. Tetapi
penurunan suhu hingga -40o C pun belum dapat menghentikan kegiatan enzim
seluruhnya.
Pada saat ikan mati, dagingnya berada dalam keadaan steril dan tidak
mengandung mikroba. Pusat tempat mikroba pada tubuh ikan terdapat di
bagian, kulit, insang, dan organ-organ pencernaan ikan. Ikan akan tetap berada
dalam keadaan segar, selama tidak terjadi perpindahan kontaminasi mikroba.
Penggunaan es selama fase post mortem akan memperpanjang masa kesegaran
ikan, dengan mutu tertinggi yaitu pada fase prerigor dan fase rigor mortis ikan.
Selama ikan masih berada dalam fase-fase prerigor dan rigor mortis, maka
daging ikan tersebut dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah sebagaimana
MATERI PEMBELAJARAN
halnya kebiasaan makan ikan di Jepang (dalam bentuk “sushi” dan “sashimi”).
Apabila ikan sudah berada dalam fase-fase post rigor, autolisis, dan kerusakan,
maka diperlukan adanya parameter-parameter tertentu untuk menguji mutu
kesegaran ikan. Parameter-parameter tersebut, antara lain, penilaian indrawi,
penilaian fisik, analisis mikrobiologis, dan analisis kimiawi.
Penilaian indrawi dapat dilakukan dengan mengamati perubahan-
perubahan yang terjadi pada fisik ikan, misalnya perubahan pada mata, insang,
lendir di permukaan kulit, daging dan perut, tekstur dan bau ikan. Proses
penurunan mutu secara autolisis terjadi karena kegiatan enzim yang tidak
terkendalikan, yang kemudian menguraikan senyawa kimia pada jaringan
tubuh setelah ikan mati. Proses autolisis menyebabkan terurainya protein
menjadi polipeptida, asam amino dan amonia. Senyawa-senyawa hasil autolisis
yang terbentuk membantu pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Proses
penurunan mutu secara kimiawi yang mencolok kegiatannya adalah oksidasi
lemak yang mengakibatkan bau dan rasa tengik serta perubahan warna daging
menjadi agak cokelat. Ketengikan dapat dijumpai pada ikan yang dibekukan.
Bau tengik timbul karena terjadi oksidasi lemak dengan adanya oksigen dari
udara.
Penyebab utama kebusukan pada ikan adalah kegiatan bakteri. Sehingga
dalam penanganan, yang harus dilakukan adalah mencegah timbul dan
berkembangbiaknya bakteri. Bakteri yang terdapat pada ikan, berasal dari, air
tempat hidup ikan, kapal, dan pabrik pengolahan. Air dapat dipastikan selalu
mengandung bakteri. Pada ikan, bakteri banyak terdapat di bagian insang,
permukaan kulit, dan usus. Pada ikan yang hidup dengan kulit yang sempurna
(tanpa cacat), bakteri sulit tumbuh. Setelah ikan mati, kulit tidak berfungsi
lagi sebagai pelindung, sehingga bakteri dapat hidup dan menyerang serta
merusak daging menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana untuk
mempertahankan hidupnya. Tingkat kebusukan ikan tergantung dari jumlah
bakteri awal, suhu tubuh ikan, serta jangka waktu hidup ikan sejak saat
penangkapan hingga saat kematian tiba. Di dalam air, bakteri lebih banyak
terdapat di dasar perairan daripada di permukaan air.
Pada umumnya bila akan mengangkut ikan dalm kapasitas yang besar dari
daerah produksi ke daerah konsumen kadang-kadang tidak mungkin diangkut
dalam keadaan hidup, namun konsumen perlu mendapatkan ikan dalam
keadaan segar. Untuk itu diperlukan tehnik pengangkutan yang benar agar
produk tetap segar walaupun jarak tempuh cukup lama.
Langkah-langkah Penanganan
Pertama ikan segera dibersihkan dengan air bersih dengan cara
disemprotkan. Lapisi bagian bawah bak mobil truk/pikckup dengan plastik
dan dilapisi es ± 20 cm berdiameter 3-5 cm. Masukkan ikan dengan ketinggian
30 cm, dilapisi bagian atasnya dengan es ± 20 cm dengan diameter yang sama
demikian selanjutnya dan terakhir bagian atas dilapisi lagi dengan lapisan es
setinggi ± 30 cm. Perlakuan demikian dapat memperoleh kesegaran ikan sampai
ke daerah/tangan konsumen.
MATERI PEMBELAJARAN
C. Teknik Pengangkutan/Transportasi
1. Transportasi Ikan Hidup dan Segar Secara Tertutup
Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup, tetapi
secara terus menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen
selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu
pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem
ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran,
serta jenis spesies ikan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Tehnik Pengangkutan.
Untuk dapat terjaminnya keselamatan ikan yang akan diangkut ada
beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian lebih serius, yaitu persiapan
pengangkutan, jumlah, dan ukuran ikan dan cara pengepakannya.
Persiapan Pengangkutan.
Untuk mengurangi pengeluaran kotoran selama pengangkutan, terlebih
dahulu ikan yang akan diangkut diberok/dipuasakan selama 24-36 jam. Ikan
ditempatkan di dalam bak tanpa makan dan diberi aliran air yang cukup. Air
yang dipakai untuk pengangkutan sebaiknya air irigasi kolam yang sudah
diendapkan dalam bak penampungan selama 2-3 hari. Air leding kurang baik
untuk pengangkutan karena mengandung kaporit yang dapat membahayakan
keselamatan ikan. Sebaiknya air yang dipakai bukan berasal dari tempat/ kolam
pemeliharaan ikan.
Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu penanganan awal pada saat
panen, dijaga agar jangan sampai ikan-ikan tersebut rusak atau stres, bila ikan
dalam kondisi lecet atau luka akan menyebabkan ikan mati dalam perjalanan.
Pelaksanaan pemilihan, penghitungan, dan pengepakan sebaiknya dilakukan
pada suhu dingin pagi hari atau sore hari. Pengepakan sore hari sebaiknya
dilakukan apabila pengangkutan memakan waktu lebih dari 12 jam. Sebaliknya
bila waktu yang diperlukan kurang dari 12 jam pengepakan dapat dilakukan
pada pagi hari.
Jumlah dan Ukuran Ikan
Untuk menjaga keselamatan ikan yang diangkut selama dalam perjalanan,
maka kita harus memperhatikan jumlah ataupun ukuran ikan yang akan
diangkut.
Berikut ini hubungan antara jumlah ikan dan kapasitas/kantong dapat diikat
Tabel 8.1 di bawah ini.
Tabel 8.1 Hubungan Jumlah Ikan dan Kapasitas Plastik
Ukuran
No. Ukuran ikan/jumlah Jarak Tempuh
Plastik
1-3 3-5 5-8
1. 50 x 90 cm 1000 600 300 > 10 Jam
50 x 75 cm 750 500 250 > 10 Jam
2. 50 x 90 cm 1200 1000 400 6-8
50 x 75 cm 1000 800 300 6-8
3. 50 x 90 cm 1500 1200 500 > 4-6
50 x 75 cm 1200 1000 400 > 4-6
Sumber: http://muhammadyunus.com
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pengangkutan sistem terbuka ini lebih cocok pada jenis ikan seperti lele,
gurami, ataupun patin. Hal ini karena jenis ikan ini mampu mengambil oksigen
langsung dari udara dan juga pengangkutan sistem terbuka ini cocok juga
untuk mengangkut induk ikan atau ikan yang berukuran besar. Namun bila ikan
tersebut bukan ikan labirin, maka sebaiknya menggunakan fiber atau bak besar
dan ditambah dengan aerasi ataupun oksigen. Pengangkutan sistem terbuka
ini mungkin lebih cocok untuk pengangkutan ikan jarak dekat, tetapi apabila
menggunakan angkutan umum seperti bus, pesawat, dan lainnya tidak cocok.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Tentu saja itu terjadi pada suhu rendah karena pengangkutan ikan
harus dilakukan pada malam hari, sehingga bila terjadi kenaikan suhu selama
pengangkutan, kenaikan itu tidak terlalu tinggi. Bila ikan akan diangkut selama
12 jam, maka berangkatnya harus sore hari, sehingga tiba di tempat tujuan
pada malam atau pagi hari.
Perlakuan pada ikan yang akan diangkut juga turut menentukan
kesuksesan dalam menerapkan prinsip pengangkutan ikan, baik sebelum
maupun selama pengangkutan. Ini juga berkaitan erat dengan sifat ikan.
Justru inilah yang menjadi faktor terpenting dari yang lainnya, dan menjadi
kiat dalam pengangkutan. Kiat-kiat itu, di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, ikan yang akan diangkut harus diberok dahulu, yaitu
ditampung dalam bak dengan aliran air bersih dan tidak diberi pakan tambahan.
Tujuan pemberokan adalah untuk mengeluarkan kotoran dari tubuh ikan. Hal
itu dilakukan karena ikan yang baru dipanen banyak mengandung kotoran.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Buatlah kelompok terdiri dari 4-6 orang, kemudian lakukan kegiatan berikut ini!
Praktikum teknik pengangkutan/transportasi
Jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar Kelas XI
Nama Lengkap :
Jurusan/Kelas :
Hari/Tanggal :
1. Observasi
a. Lakukan observasi teknik pengangkutan/transportasi ikan hidup dan
segar!
b. Amatilah petani ikan terdekat yang sedang melakukan proses teknik
pengangkutan/transportasi ikan hidup dan segar!
c. Catat kegiatan yang dilakukan ketika melakukan proses teknik
pengangkutan/ transportasi ikan hidup dan segar!
No. Kegiatan Observasi Keterangan
1. Jenis transportasi
2. Sistemtransportasi
3. Cara-cara sebelum transportasi
4. Alat dan bahan memudahkan
transportasi
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Cara pemackingan.
b. Sistem pemackingan.
c. Proses pemackingan.
d. Cuaca dan suhu pada pemackingan.
e. Waktu atau jarak tempuh pemackingan.
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Coba saudara lakukan proses pemackingan!
b. Coba saudara jelaskan tingkah ikan segar yang di Packing!
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba lakukan proses transportasi dengan beberapa metode!
b. Bandingkan proses transportasi mana yang paling efektif untuk masing-
masing ikan!
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan teknik teknik pengangkutan/transportasi ikan hidup,
dan segar beserta power pointnya, kemudian persentasikan di depan kelas
bersama tim satu kelompok!
LEMBAR PRAKTIKUM
CONTOH SOAL
CONTOH SOAL
Kunci jawaban
1. E
2. B
3. A
4. B
5. A
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk mengetahui tutorial teknik pengangkutan ikan hidup, dapat dilihat lebih
jelas dengan cara scan barcode di bawah ini!
RANGKUMAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
BAB
ANALISIS UNTUNG DAN RUGI KEGIATAN BUDI DAYA PERIKANAN
IX
TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun manfaat yang bisa diambil dari materi setelah menjelaskan Bab
ini adalah siswa nantinya mampu untuk mengambarkan ruang lingkup studi
kelayakan usaha, mampu menjabarkan faktor-faktor biaya yang digunakan
untuk operasioal produksi, dan mampu menghitung pencapaian target tingkat
investasi yang telah direncanakan.
PETA KONSEP
1. Pemanenan Ikan
2. Menghitung Nilai
FCR
3. Menghitung Nilai
Kelangsungan
Hidup
4. Mortalistas Usaha
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Perikanan merupakan apa saja kegiatan yang berkaitan dengan upaya dalam
melakukan pemanfaatan dan pengelolaan, baik sumber daya perikanan maupun
sumber daya perairannya dalam segala aspek kehidupan mulai dari hilir hingga hulu
dalam suatu rantai penasaran. Produksi adalah suatu upaya untuk menghasilkan
sesuatu. Produktif adalah upaya dalam memanfaatkan sesuatu yang tidak berguna
menjadi memiliki nilai manfaat, sedangkan produktifitas adalah capaian atau hasil
target yang akan diperoleh dalam suatu produksi dan konsumen adalah orang yang
menggunakan hasil barang atau produk yang dihasilkan tersebut.
Praproduksi meliputi persiapan segala sarana dan prasarana sebelum kegiatan
tersebut dilaksanakan. Sedangkan ikan itu sendiri adalah suatu organisme yang
sebagian besar atau mayoritas masa hidupnya habis di dalam air, bernafas dengan
insang, bergerak dengan sirip, bertulang belakang (averteberata), dan berdarah
dingin (poikiloterm), artinya organisme tersebut mempuyai kemampuan untuk dapat
menyesuaikan diri antara suhu tubuhya dengan suhu lingkunganya.
Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional, antara lain,
meningkatkan produksi perikanan, meciptakan lapangan kerja baru, dan kebutuhan
kosumsi ikan untuk memenuhi gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan dapat
dilakukan melalui usaha penangkapan dan budi daya baik di perairan umum maupun
perairan kolam. Pembudiaya ikan adalah orang yang melakukan kegiatan usaha budi
daya perikanan, baik dari faktor praproduksi, produksi, pascapanen hingga pemasaran
produk hasil perikanan.
Setiap jenis usaha dijalankan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya, sedangkan jenis usaha perikanan
membutuhkan 60-70 persen modal produksi dari total keseluruhan biaya yang harus
di keluarkan baik biaya tetap maupun biaya variabelnya. Biaya tetap adalah biaya yang
hanya sekali di keluarkan selama satu kali siklus produksi dan sifatya tidak berubah
ubah, sedangkan biaya variabel adalah total biaya yang harus di keluarkan dalam satu
kali produksi namun nilaiya tidak dapat dipastikan dan berubah ubah sesuai dengan
perkembanganya.
PENDAHULUAN
Jenis-jenis usaha perikanan dalam bidang budi daya secara umum terbagi
menjadi beberapa segmen, yaitu, pembenihan, pendederan, dan pembesaran.
Jenis usaha pembenihan adalah jenis usaha budi daya perikanan yang ditujukan
untuk menghasilkan benih. jenis usaha pendederan ditujukan untuk menghasilkan
benih dengan ukuran tertentu, sehingga layak untuk ditebar di kolam pembesaran.
Sedangkan jenis usaha pembesaran ditujukan untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi, yaitu ikan yang umur dan ukurannya layak untuk dipasarkan (marketable
size). Untuk dapat menjalankan jenis-jenis segmen usaha budi daya perikanan
tersebut, maka kemampuan dalam menganalisis untung rugi suatu usaha menjadi
sangat penting adanya.
Panen merupakan proses akhir dari budi daya perikanan. Kegiatan panen
diharapkan mampu memunculkan cahaya di wajah petani ikan. Proses panen juga
menentukan kesuksesan sebelum melakukan pengangkutan dan pemasaran ikan.
Oleh sebab itu, panen harus memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi aspek
penting dalam budi daya perikanan.
Untuk itu maka analisis untung rugi kegiatan budi daya perikanan sangatlah
penting dipelajari guna menentukan layak tidaknya jenis usaha tersebut dijalankan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
demikian, diharapkan usaha budi daya ikan harus ada studi kelayakannya baik
itu pembenihan, pendederan maupun pembesaran.
Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan
untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan
suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu
gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan
dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat
dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini
diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.
Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisa
budi daya ikan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Aspek Umum dan Legalitas
Aspek umum dan aspek legalitas merupakan salah satu aspek dari
banyaknya aspek yang sangat diperlukan dalam memperhitungkan akan
bagaimana berdirinya sebuah unit perikanan budi daya. Pada aspek umum
dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang usaha itu dilakukan,
kemudian siapa pemrakarsa perusahaan, bagaimana status kepemilikan
perusahaan serta tentang susunan pengurus perusahaan tersebut. Struktur
permodalan merupakan modal dasar yang utama dan harus tercantum dalam
akta notaris. Sedangkan jika berbicara aspek legalitas, maka hal tersebut
menyangkut pendirian perusahaan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cash flow dapat dilihat pada bulan atau tahun berapa produksi
mencapai titik impas (break even point) dan pada bulan atau tahun berapa
keuntungan optimal bisa dicapai. Sedangkan proposal biasanya bermanfaat
untuk mendapatkan dana baik pinjaman dari perbankan, koperasi, maupun
investor yang mau menanamkan modalnya dalam kegiatan produksi
tersebut.
MATERI PEMBELAJARAN
a. Ikan yang dipilih sebaiknya ikan yang mudah dipelihara atau bila usaha
itu merupakan usaha pembenihan ikan, maka sebaiknya ikan yang
dipilih adalah ikan yang mudah dalam pemijahannya. Diharapkan dalam
pelaksanaannya cukup menggunakan peralatan yang tersedia, sehingga
kemungkinan besar biaya produksi akan lebih ringan.
b. Bahan baku yang disediakan harus yang berkualitas, karena untuk
memperoleh suatu hasil produksi yang baik dibutuhka bahan baku yang
baik pula, misalnya untuk memperoleh benih yang baik diperlukan induk
ikan yang baik pula.
c. Bahan baku yang disediakan hendaknya yang mudah diperoleh,
artinya bila sewaktu-waktu memerperlukan bahan baku tersebut
secara mendadak maka dapat dengan mudah diperoleh atau tidak
perlu menunggu lama, sehingga proses produksi tidak terhambat atau
terganggu.
d. Bahan baku yang tersedia hendaknya yang relatif murah. Dengan
demikian, diharapkan usaha yang dijalankan dapat mendatangkan
keuntungan yang lebih besar.
4. Penyediaan Peralatan
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan setelah proses produksi
ditentukan adalah memilih peralatan yang akan digunakan untuk proses
produksi. Pada pemilihan peralatan perlu dipertimbangkan faktor ekonomi
dan faktor teknis dari peralatan tersebut. Pertimbangan ekonomis, yaitu
pertimbangan yang berhubungan dengan biaya-biaya yang akan di keluarkan
untuk pengadaan, penggunaan dan perawatan tersebut. Sedangkan
pertimbangan teknis, merupakan pertimbangan yang berhubungan dengan
sifat teknis dari peralatan tersebut, di antaranya seperti: kapasitas peralatan,
keserbagunaan peralatan, ketersediaan suku cadang, kemudahan untuk
memperbaiki (konstruksi sederhana).
Berdasarkan proses produksi yang telah ditentukan, peralatan yang
dipakai, dan cara kerja yang ditentukan, maka dapat ditentukan pula tata
letak (lay out) peralatan. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
tata letak peralatan ada 7 (tujuh) prinsip dasar, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Prinsip integrasi, yaitu tata letak yang baik harus dapat diintegrasikan
dengan seluruh faktor produksi, seperti, tenaga kerja, bahan, mesin, dan
perlengkapan lainnya, sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang
harmonis.
b. Prinsip memperpendek gerak.
c. Prinsip memperlancar arus pekerjaan yang dapat menjamin kelancaran
arus bahan tanpa hambatan.
d. Prinsip penggunaan ruangan yang efektif dan efisien.
e. Prinsip keselamatan dan kepuasan pekerjaan.
f. Prinsip keluwesan, yaitu dapat disesuaikan dengan keadaan jika
diperlukan adanya perubahanperubahan.
g. Prinsip proses produksi berkesinambungan dan intermiten.
MATERI PEMBELAJARAN
Tata letak peralatan yang baik, yaitu apabila peralatan dan tempat
penyimpanan disusun urutannya sesuai dengan keterkaitannya. Tata letak
yang baik akan memungkinkan mobilitas orang-orang yang bekerja di ruang
tersebut tidak terganggu, sehingga tidak mengurangi efisiensi dan efektifitas
pekerjaan.
5. Penentuan Kebutuhan Tenaga Kerja
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah
kita membutuhkan tenaga kerja atau tidak, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Apakah seluruh kegiatan dalam pelaksanaan usaha tersebut dapat kita
lakukan sendiri?
b. Bila ”tidak” maka kita harus merekrut tenaga kerja sesuai dengan tingkat
kebutuhan?
c. Lalu apakah keuangan usaha kita mampu memberikan upah bagi tenaga
kerja tersebut, ataukah kita menggunakan anggota keluarga kita sendiri?
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
gairah kerja dengan jalan penentuan gaji/upah, serta kondisi kerja yang baik
dalam rangka perawatan tenaga kerja yang baik.
4. Pengendalian biaya
Kegiatan pengendalian biaya perlu dilakukan agar biaya untuk
membuat barang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seandainya ada penyimpangan biaya dari yang sudah direncanakan, maka
hal itu sudah harus diperhitungkan sebelumnya. Pengendalian biaya dapat
dilakukan melalui 4 (empat) langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Menetapkan standar untuk biaya biaya kegiatan produksi.
b. Membandingkan biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya.
c. Menetapkan bagian yang bertanggung jawab untuk menangani jika
terjadi penyimpangan.
d. Melaksanakan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri
penyimpangan.
Setiap tahapan produksi selalu ada biaya yang membuat biaya tersebut
lebih tinggi dari yang seharusnya, penyebab tingginya biaya tersebut,
antara lain, pemakaian bahan yang berlebihan, pemakaian jam tenaga kerja
yang berlebihan, dan pemakaian dana untuk investasi yang berlebihan.
Pemakaian yang berlebihan tersebut dinamakan pemborosan (waste). Untuk
mengatasi pemborosan tersebut dapat diatasi melalui beberapa langkah
sebagai berikut.
a. Pembelian yang baik. Pembelian bahan yang berkualitas baik dengan
harga yang lebih rendah berarti menekan biaya bahan. Harga yang murah
memungkinkan pembelian bahan dalam jumlah yang banyak, sehingga
dapat dihasilkan produk jadi lebih banyak pula.
b. Menekan pemborosan bahan. Usahakan agar bahan yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan, sehingga mengurangi bahan yang terbuang.
Misalnya, cara memberi pakan ikan diusahakan jangan sampai ada pakan
yang tidak termakan karena ikan sudah kenyang, tapi pakan tetap masih
diberikan.
c. Menekan hasil produksi yang tidak baik atau cacat. Dari sekian banyak
produksi mungkin ada yang tidak baik atau cacat akibat kesalahan
manusia. Oleh karena itu, hindari dengan cara menerapkan disiplin kerja
yang selalu mematuhi prosedur kerja yang sesuai dengan persyaratan
teknis.
d. Menekan biaya tenaga kerja. Menekan biaya tenaga kerja artinya
menekan jam kerja yang berlebihan karena jam kerja menentukan
upah yang harus dibayarkan. Jam kerja yang berlebihan bisa terjadi
karena tenaga kerja tersebut kurang efisien, misalnya mobilitas pekerja
terganggu akibat dari tataletak peralatan yang kurang baik.
e. Menekan biaya sediaan. Biaya sediaan sebaiknya ditekan serendah
mungkin, karena semakin besar biaya sediaan maka semakin besar
kemungkinan biaya lain yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Misalnya, bunga pinjaman, asuransi, sewa gudang, risiko kerusakan
MATERI PEMBELAJARAN
barang, dan opportunity cost yang sebetulnya bila di simpan di bank akan
menghasilkan bunga dengan risiko minimum. Meskipun demikian, bahan
sediaan harus tetap ada karena untuk menjamin kontinuitas produksi.
5. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan usaha mempertahankan dan
memperbaiki kualitas produk. Pengendalian kualitas bertujuan agar hasil
atau produk sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan (memuaskan
konsumen). Pengendalian kualitas dapat dilakukan dalam 4 (empat) langkah,
yaitu sebagai berikut.
a. Menentukan standar kualitas produk.
b. Menilai kesesuaian produk dengan standar.
c. Mengadakan tindakan koreksi.
d. Merencanakan perbaikan secara terus menerus untuk menilai setandar
yang telah ditetapkan.
Pengendalian kualitas pada dasarnya adalah suatu kegiatan terpadu antar
bagian perusahaan, yaitu sebagai berikut.
a. Bagian pemasaran, mengadakan penilaian-penilaian tingkat kualitas
yang dikehendaki oleh para konsumen.
b. Bagian perencanaan, merencanakan model produk sesuai dengan
spesifikasi yang disampaikan oleh bagian pemasaran.
c. Bagian pembelian bahan, memilih bahan sesuai dengan spesifikasi yang
diminta oleh bagian perencanaan,.
d. Bagian produksi, memilih peralatan yang akan digunakan dan melakukan
proses produksi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
Kegiatan budi daya Ikan saat ini merupakan salah satu usaha yang sangat
menjanjikan bagi masyarakat. Segmen usaha budi daya ikan berdasarkan
proses produksinya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu usaha pembenihan
ikan, usaha pendederan ikan dan usaha pembesaran ikan. Usaha pembenihan
ikan merupakan suatu usaha perikanan yang keluarannya (output) adalah
benih ikan. Usaha pembesaran ikan merupakan suatu usaha perikanan yang
keluarannya (output) adalah ikan yang berukuran konsumsi.
Usaha pendederan ikan merupakan suatu usaha perikanan yang
keluarannya (output) adalah benih ikan tetapi ukurannya lebih besar dari
output pembenihan. Komoditas yang dipilih dalam usaha budi daya ikan
sangat bergantung pada permintaan pasar, lingkungan dan aspek teknis
lainnya. Berdasarkan komoditas usaha perikanan budi daya dikelompokkan
menjadi usaha budi daya ikan air tawar, usaha budi daya ikan air payau, dan
usaha budi daya ikan air laut.
Suatu usaha secara umum dikatakan baik apabila usaha tersebut
sehat, menguntungkan, dan mampu melakukan investasi-investasi secara
jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian, suatu usaha harus
layak ditinjau dari aspek finansial. Aspek finansial ini terutama menyangkut
perbandingan antara pengeluaran (biaya) dengan pendapatan (revenue
earning) dari aktivitas usaha, serta waktu didapatkannya hasil (returns).
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
suku bunga yang telah ditetapkan maka usaha tersebut diterima atau bisa
dilaksanakan. Namun bila IRR lebih kecil dari suku bunga maka maka usaha
tersebut ditolak atau tidak bisa dilaksanakan, sedangkan bila IRR sama
dengan suku bunga yang ditetapkan maka usaha tersebut dilaksanakan atau
tidak terserah pengambil keputusan.
4. Net B/C ratio (Net Benefic of Cost Ratio) dan B/C Ratio (Benefic Of Cost Ratio)
BC ratio (BCR) merupakan cara evaluasi usaha dengan membandingkan
nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh suatu usaha dengan nilai
sekarang seluruh biaya usaha. Seleksi formal BCR adalah bila BCR lebih besar
dari 0 (BCR >0), maka usaha tersebut menggambarkan keuntungan dan layak
dilaksanakan. Namun bila BCR sama dengan 0 (BCR=0), maka usaha tersebut
tidak untung dan tidak rugi (marjinal) sehingga usaha tersebut dilanjutkan
atau tidak terserah pengambil keputusan. Sedangkan bila BCR kurang dari
0 (BCR < 0), maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk
dilaksanakan.
Net BCR adalah perbandingan antara Present Value manfaat bersih
positif dengan Present Value biaya bersih negatif. Seleksi formal Net BCR
adalah bila Net BCR lebih besar dari 1 (Net BCR > 1), maka usaha tersebut
menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan. Namun bila Net
BCR sama dengan 1 (Net BCR = 1) maka usaha tersebut tidak untuk dan tidak
rugi (marjinal), sehingga dilaksanakan atau tidaknya usaha tersebut terserah
pengambil keputusan. Sedangkan bila Net BCR kurang dari 1 (Net BCR < 1)
maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan.
5. PBP (Pay Back Periode)
Pay back Period adalah periode atau jumlah tahun yang diperlukan
untuk mengembalikan nilai investasi yang telah di keluarkan. Pay Back Period
dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan Periode Pengembalian
Modal. Para investor atau pengusaha sering menggunakan Pay Back
Period (PP) atau Periode Pengembalian Modal ini sebagai penentu dalam
mengambil keputusan Investasi adalah keputusan yang menentukan apakah
akan menginvestasikan modalnya ke suatu proyek atau tidak. Suatu proyek
yang periode pengembaliannya sangat lama tentunya kurang menarik bagi
sebagian besar investor.
Menurut Dian Wijayanto (2012:247) Pay Back Period adalah periode
yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial
cash investment). Berdasarkan definisi dari Abdul Choliq dkk (2004),
Pay Back Period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah di
keluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) Pay Back
Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas neto
(net cash flows).
Pay Back Period = Nilai Investasi/Kas Masuk Bersih
Catatan: Rumus ini mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah
sama pada setiap periode atau sama pada setiap tahunnya.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
BEP Produksi =
BEP Harga =
MATERI PEMBELAJARAN
konsumsi. Semakin banyak tingkat hidup ikan, maka akan semakin tinggi
kelulushidupannya. Semakin tinggi tingkat mortalita, maka semakin rendah
tingkat kelulushidupannya.
Menurut Effendi (2000), tingkat kelulushidupan akan menentukan
produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang
dipeihara. Kelulushidupan/Survival rate (SR) dihitung dengan persentase
yang mana rumusnya sebagai berikut.
SR = (Nt/No) x 100 %
Keterangan:
SR : Kelulushidupan (%)
Nt : Jumlah ikan diakhir pemeliharaan
No : Jumlah ikan diawal pemeliharaan
Jika benih ikan lele (Clarias sp.) untuk pembesaran ikan ukuran
konsumsi dengan jumlah ikan yang di masukkan ke dalam kolam berjumlah
25.000 ekor benih ukuran 5-7 cm, yang di pelihara selama 100 hari dengan
ukuran ikan 5-12 ekor ikan per kilogram. Pada saat pemanenan jumlah
ikan yang diperoleh berjumlah 20.000 ekor ikan, maka nilai sintasan dari
pemeliharaan ikan lele ini, yaitu 80%.
Menghitung tingkat kelulusan hidup ikan saat panen ialah, agar
mempermudah dalam memprediksi berapa persen keberhasilan dalam budi
daya ikan yang dilakukan. Selain itu, proses menghitung jumlah sintasan/
kelulus-hidupan ikan ini juga berkaitan dengan proses sortir yang dilakukan,
karena setelah melakukan kegiatan sortir maka akan diperoleh jumlah ikan
hidup dan jumlah ikan yang mati dalam pemeliharaan ikan.
Cara yang digunakan dalam panen juga harus memperhatikan umur
yang akan dipanen. Ikan yang berumur dua hari tentu tidak memiliki cara
panen yang sama dengan ikan yang telah berumur dua bulan. Ini berkaitan
dengan usaha pemeliharaan seperti apa yang dilakukan oleh petani ikan,
apakah target akhirnya larva, benih atau ikan ukuran konsumsi. Dalam
pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal, di antaranya sebagai berikut.
1. Ukuran ikan yang dipanen.
2. Produktivitas minimal 10 kg/m2/musim tanam.
3. FCR (Food Convertion Ratio) = ≤ 1,1.
1. Pemanenan Ikan
Pemanenan dapat dilakukan pada sore, malam, ataupun pagi sebelum
matahari terbit. Pemanenan yang dilakukan pada siang hari sebaiknya
dihindari sebab dapat menyebabkan kondisi ikan tersebut menurun karena
kepanasan baik pada saat pengemasan maupun saat pengiriman. Turunnya
kondisi ikan dapat mengakibatkan ikan mati karena ikan stres. Penanganan
panen juga mempengaruhi hasil panen nantinya, karenanya diperlukan
teknik pemanenan yang dilakukan dengan hati-hati dan sebaik mugkin.
MATERI PEMBELAJARAN
FCR =
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Rentabilitas =
MATERI PEMBELAJARAN
1. Serat dagingnya kasat dan cita rasanya gurih dan khas, sehingga sangat
disukai masyarakat dan menyebabkan harga ikan ini relatif mahal.
2. Mudah dipelihara karena bersifat pemakan apa saja, terutama daun daunan
(herbivora).
3. Dapat hidup di air tergenang, sehingga dapat dipelihara diberbagai
lingkungan perairan dan wadah budi daya.
4. Mudah dibenihkan.
5. Dapat di produksi dan dipasarkan dari ukuran benih hingga ukuran konsumsi.
Pemasaran
Gurami tingkat benih dilakukan mulai dari telur (sarang), larva, biji oyong
(umur 1 bulan), daun kelor (umur 2 bulan), karcis (4 bulan), korek (5 bulan), dan
tampelan (6 bulan). Sementara untuk konsumsi, gurami dipasarkan mulai bobot
100 gram (kordi, 2007). Berikut ini dapat dilihat beberapa sasaran produksi lima
komoditas ikan konsumsi air tawar.
Tabel 9.1 Sasaran Produksi Lima komoditas Ikan Konsumsi Air Tawar
Tahun Tahun Kenaikan
No. Jenis Ikan (2008) (2009) (%/thn)
1. Mas (C. carpio) 375.000 446.800 20,06
2. Nila (O. niloticus) 233.000 337.000 44,68
3. Lele (C.gariepinus) 162.000 250.000 38,52
4. Gurami (O. gouramy) 52.000 78.000 41,67
5. Patin (Pangasius sp.) 51.000 75.000 61,46
Sumber: Ditjen Perikanan Budi Daya DKP
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pendapatan:
16.200 ekor X Rp 200,-= Rp 3.240.000,-
Keuntungan = Pendapatan-Pengeluaran
= Rp 3.240.000,--Rp 2.257.000,-= Rp 983.000,-
Rentabilitas = X 100%
MATERI PEMBELAJARAN
BEP Produksi =
BEP Produksi =
Rentabilitas = X 100%
MATERI PEMBELAJARAN
BEP Produksi =
BEP Harga =
Rentabilitas = X 100%
MATERI PEMBELAJARAN
BEP Produksi =
BEP Harga =
LEMBAR PRAKTIKUM
1. Observasi
a. Lakukan observasi kegiatan budi daya perikanan disekitarmu!
b. Amatilah pembudidaya ikan terdekat yang sedang melakukan proses
panen ikan!
c. Buatlah laporan analisis untung rugi kegiatan tersebut!
LEMBAR PRAKTIKUM
2. Menanya
Diskusikan dengan tim kelompok saudara!
a. Jenis usaha apa yang digeluti (pembenihan, pendederan, pembesaran)?
b. Sudah berapa lama kegitan usaha tersebut dijalankan?
c. Mengapa memilih jenis usaha tersebut?
d. Bagaimana pangsa pasarnya?
e. Apa kelebihan dan kekurangan usaha tersebut?
3. Mencoba/mengumpulkan Informasi
a. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu dipersiapkan untuk usaha
tersebut?
b. Berapa modal awal yang diperlukan untuk memulai usaha tersebut?
4. Mengasosiasi/Menatar
a. Coba analisis untung rugi kegiatan usaha tesebut selama satu kali siklus
produksi!
b. Coba sebutkan biaya variabel yang di keluarkan!
c. Coba sebutkan biaya tetap yang di keluarkan!
5. Mengkomunikasikan
a. Buatlah hasil laporan hasil analisis untung rugi kegiatan usaha
perikanan tersebut beserta power pointnya, kemudian persentasikan di
depan kelas bersama tim satu kelompok!
b. Coba bandingkan beberapa analisis usaha ikan budi daya dengan jenis
yang berbeda!
CONTOH SOAL
Berikut ini, pilihlah dengan cara memberikan tanda (x) pada uraian yang menurut
saudara paling tepat!
1. Orang yang melakukan kegiatan budi daya ikan disebut dengan…
a. Tengkulak
b. Pedagang
c. Nelayan
d. Petani
e. Pembudidaya
4. Suatu keadaan di mana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian disebut....
a. BEP
b. NPV
c. NBC ratio
d. IRR
e. Biaya tetap
Kunci Jawaban:
1. E
2. A
3. D
4. A
5. D
CAKRAWALA
Wow!! Ternyata Provinsi Riau pernah dikenal sebagai penghasil ikan terbesar
ke-2 di Dunia!! Pada masa itu, memposisikan Bagansiapiapi menjadi pelabuhan
dengan produksi ikan terbanyak dan teramai ke-2 setelah Norwegia.
Source: m.goriau.com
1. Usaha Perikanan Tangkap di Riau kalah saing dengan usaha komoditas
rempah-rempah, sehingga kurang menarik perhatian pemerintah kolonial
Belanda. Justru, usaha perikanan lebih diminati oleh para Tionghoa
atau dikenal dengan istilah Hoa Kiau, padahal baru tahun 1886 mereka
mendatangi Bagansiapiapi, Rokan Hilir-Riau.
2. Sistem perdagangan ikan di Rokan Hilir, Riau terbentuk hubungan Patroen
client antara pribumi dan Hoa Kiau. Dengan penggunaan teknologi terbaru
pada masa itu, yakni jenis alat tangkap gill net menyebabkan over-fishing
pada lokasi perairan tangkap Rokan Hilir, menyebabkan Riau bukan lagi
penghasil ikan terbesar ke-2 di Dunia.
Sumber: Siregar, 2014.
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Pendalaman materi pada Bab ini harus sering digunakan latihan dan sering
mengaplikasikan rumus pencaharian dalam menghitung untung rugi dalam usaha
budi daya. Bab ini berkaitan dengan Bab I, mengenai estimasi hasil produksi dan
lebih lengkap lagi dibahas dalam Bab IX ini. Seberapa penting menurut saudara
studi analisis usaha ini dilakukan dalam pembenihan ikan?
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan cara menyilang ( X ) pada salah satu
huruf jawaban A, B, C, D, atau E!
1. Rendahnnya kandungan kolesterol dan tingginya asam lemak tak jenuh ganda
omega-3 serta komposisi asam amino yang lebih lengkap, dikenal juga dengan
istilah...
a. Healthy food
b. Junk food
c. Fast food
d. Good food
e. Go food
2. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga
aman untuk dikonsumsi, termasuk ke dalam Undang-undang Republik
Indonesia....
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2013
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2012
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2013
d. Undang-undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2012
e. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012
4. Pendinginan rantai dingin adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang
bertujuan untuk....
a. Menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan,
pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan konsumen.
b. Seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol,
didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan efisien
baik secara teknis dan ekonomis.
c. Memudahkan dalam mentransportasikan ikan.
d. Mengawetkan ikan agar tahan lama dan mutu dapat dikendalikan.
e. Menjaga mutu hasil panen ikan dan hasil olahan ikan yang akan dipasarkan
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
6. Suatu cara pengamanan terhadap suatu produk baik itu makanan atau bahan
makanan, agar produk tersebut baik yang diolah maupun belum diolah dapat
sampai ke tangan konsumen dengan selamat baik kualitas maupun kuantitas,
merupakan salah satu andil dari teknik......
a. Pengemasan
b. Daur ulang
c. Pengolahan
d. Pembaharuan
e. Perbaikan
7. Dalam melakukan kegiatan pengemasan atau packing ikan hidup, baik itu
benih maupun ikan siap konsumsi, biasanya ikan diberi obat bius yang terdiri
dari 2 bahan di antaranya adalah....
a. Alami dan buatan
b. Alami dan sintesis
c. Larutan dan pembekuan
d. Es dan cold box
e. Garam dan es kotak
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
10. Pengangkutan ikan sistem terbuka biasa dilakukan pada produk perikanan
berupa.......
a. Ikan hidup
b. Ikan segar
c. Ikan kering
d. Ikan sterilisasi
e. Ikan abon
14. Ikan yang dikirim melalui transportasi udara harus melalui pengangkutan......
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Terbuka dan tertutup
d. Menggunakan plastik
e. Menggunakan angkutan
15. Pada pemanenan ikan patin siap konsumsi biasanya dilakukan sistem
pengangkutan.......
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Terbuka dan tertutup
d. Menggunakan plastik
e. Menggunakan angkutan
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
16. Orang yang melakukan kegiatan budi daya ikan disebut dengan…
a. Tengkulak
b. Pedagang
c. Nelayan
d. Petani
e. Pembudidaya
19. Suatu keadaan di mana usaha tidak memperoleh laba dan tidak menderita
kerugian disebut....
a. BEP
b. NPV
c. NBC ratio
d. IRR
e. Biaya tetap
20. Jenis usaha yang tujuan utamaya untuk menghasilkan benih disebut...
a. Pemberokan
b. Perdagangan
c. Pendederan
d. Pembenihan
e. Pembesaran
21. Orang yang melakukan kegiatan budi daya ikan disebut dengan…
a. Tengkulak
b. Pedagang
c. Nelayan
d. Petani
e. Pembudidaya
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
22. Perubahan ukuran baik panjang, bobot, maupun volume dalam kurun waktu
tertentu disebut…
a. Pertumbuhan
b. Perubahan
c. Pergolakan
d. Perkumpulan
e. Persatuan
24. Tingkat kehidupan dalam proses budi daya ikan mulai awal tebar ikan/
komoditi air tawar hingga diakhir pemeliharaan disebut…
a. Panen
b. Mortalitas
c. Motilitas
d. Fekunditas
e. Sintasan hidup/kelulushidupan
25. Jenis usaha yang tujuan utamaya untuk menghasilkan ikan konsumsi disebut...
a. Pemberokan
b. Perdagangan
c. Pendederan
d. Pembenihan
e. Pembesaran
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
a. FCR =
b. FE =
c. LPS =
d. HR =
e. SR =
a. FCR =
b. FE =
c. LPS =
d. HR =
e. SR =
a. FCR =
b. FE =
c. LPS =
d. HR =
e. SR =
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
B. Esai!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat pada
lembar jawab yang tersedia!
1. Jelaskan prosedur pengangkutan pada benih ikan!
2. Prosedur pengangkutan ikan sistem terbuka dan tertutup, apa perbedaanya?
3. Mengapa perlu dilakukan analisis usaha dalam kegiatan usaha budi daya
perikanan?
4. Apa perbedaan pengemasan ikan segar dengan ikan hidup?
5. Apa yang menjadi kunci suskses dalam pengangkutan ikan segar?
, 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam budi daya Perairan. Jakarta: PT. Rineka
cipta
, 2008. budi daya Perairan. Buku Kesatu. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Direktorat Pembenihan. 2010. Pelatihan Manajer Pengendalian Mutu Pembenihan:
Cara Pembenihan Ikan yang Baik. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Budi
Daya.
Ditjen Perikanan Budi Daya DKP 3. Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Indonesia Library. Negara Kepulauan Terbesar di Dunia. Artikel diakses
pada 10 desember 2017 dari http://indonesialibrary.com/negara-kepulauan-
terbesar-di-dunia/
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Ghufron. MH dan Kordi. 2010. Memelihara Ikan Gurami di Kolam Terpal. Yogyakarta:
Lily Publisher.
Gusrina. 2008. budi daya Ikan untuk Sekolah Baik Menengah Kejuruan Jilid 3. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
http://fatih16.blogspot.com/2013/05/penanganan-ikan-di-pantai.html
http://oceanbrilliant.blogspot.com/2013/04/pennganan-ikan-di-pelabuhan-
perikanan.html
http://rafel896.wordpress.com/2011/10/16/standard-sanitation-operating-
procedure-ssop.
http://teknologiPascapanen.blogspot.com/2012/02/transportasi-ikan-hidup.html
http://www.academia.edu/5197583/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN
http://www.ppnsi.org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-43/139-
strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan.
Kordi, 2007. Pakan Gurami: Nutrisi, Formulasi, Pembuatan, Pemberian. Semarang: CV.
Aneka Ilmu
Kottelat, M. A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar
Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Edisi Dwi Bahasa (Inggris-Indonesia)
Saanin. H. 1984. Taksonomi dan Kunci Idetifikasi Ikan Jilid 2. Bandung: Bina Cipta.
Sadono Sukirno, 2000. Makroekonomi Modern: Perkembangan Pemikiran Klasik Hingga
Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saparinto, C. 2012. budi daya Ikan di Perkarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Siregar, Makruf. 2014. 127 Tahun Jejak Perikanan Riau 1886-2013. Pekanbaru: Zanafa
Publisher.
Todaro, Michael P. 1999. Economics Development in the Third World. The Longman Inc
New York.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
DAFTAR
PUSTAKA
https://arenahewan.com/proses-penyortiran-ikan-lele-yang-benar
https://badungkab.go.id/assets/instansi/diskan/artikel/Cara-Membudidayakan-Ikan-
Bawal_282518.jpg
https://cdn2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/petugas-pengendali-mutu-perikanan-uji-
kelayakan_20161125_155958.jpg
https://cdn-image.bisnis.com/posts/2018/01/29/731845/lele-ikan-jibi.jpg
https://garuda.industry.co.id/uploads/berita/detail/8063.jpg
https://i0.wp.com/matierenoirestudio.com/wp-content/uploads/2019/10/3JPG.jpg
https://i2.wp.com/hewanpedia.com/wp-content/uploads/2018/02/Ikan-Gurami.jpg
https://i2.wp.com/www.kilasbali.com/wp-content/uploads/2020/01/lele-net.jpg
https://img.antaranews.com/cache/730x487/2018/03/gambarikanmas.jpg
https://kendaripos.co.id/2019/12/pemkab-konawe-panen-1-600-ikan-nila/
https://mitalom.com/wp-content/uploads/2016/09/Gambar-Benih-Bibit-Ikan-Mas.jpg
https://pbs.twimg.com/media/DTkFnfqV4AASmA2.jpg
https://photo.kontan.co.id/photo/2019/01/02/829247450p.jpg
https://www.mastercontrol.com/images/default-source/gxp-lifeline/2017/2017-bl-what-is-
quality-control-system-page-image
https://www.semuaikan.com/wp-content/uploads/2017/01/Ikan-Patin.jpg
https://www.slimmingcapsule.co.id/cara-budidaya-ikan-gabus/
https://www.superindo.co.id/artikel/info-sehat/ciri-ciri-ikan-segar/3
https://www.superindo.co.id/artikel/info-sehat/ciri-ciri-ikan-segar/3
https://www.tneutron.net/pangan/wpcontent/uploads/sites/6/2015/09/image31.png
www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2018/09/ikan-nila-satin.pati.dpb-kkp.jpg
www.pelajaran.co.id
GLOSARIUM
GLOSARIUM
GLOSARIUM
BIODATA PENULIS 1:
Riwayat Pendidikan
1. S2 Konsentrasi Budi Daya Peraian, Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (2018 s/d saat ini)
2. S1 Budi Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (Lulus
Tahun 2017)
3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Pertanian Terpadu Provinsi Riau
(Lulus Tahun 2013)
4. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Tambang, Kab. Kampar-Riau
(Lulus Tahun 2010)
5. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 024 Tarai Bangun, Kec. Tambang, Kab. Kampar-
Riau (Lulus Tahun 2007).
BIODATA
PENULIS
BIODATA PENULIS 2:
BIODATA
PENULIS
BIODATA PENULIS 3:
Riwayat Pendidikan
1. S1 Budi Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (Lulus
Tahun 2017)
2. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Pertanian Terpadu Provinsi Riau
(Lulus Tahun 2013)
3. Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Kec. Perhentian Raja, Kab. Kampar-Riau (Lulus
Tahun 2010)
4. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 001 Simalinyang, Kec. Kampar Kiri Tengah, Kab.
Kampar-Riau (Lulus Tahun 2007).