SMK/MAK
jilid 1
Teknik Las
SMAW
Haji Adriani
Tulus Batubara
TEKNIK LAS SMAW
REDAKSIONAL
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Haji Adriani
Tulus Batubara
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor:
Dwi Andriani
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Novia Ely Anggraini
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pada tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
PRAKATA PRAKATA
Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan buku Pengolahan dan Penyajian
Makanan untuk kelas XI. Buku ini disusun untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dalam Bidang Keahlian Pariwisata, Program Keahlian Kuliner, Kompetensi Keahlian
Tata Boga.
Buku Pengolahan dan Penyajian Makanan kelas XI ini disusun berdasarkan
Kurikulum 2013, Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Menengah Kejuruan,
Bidang Keahlian Pariwisatan, Program Keahlian Kuliner, Kompetensi Keahlian Tata
Boga. Materi dalam buku ini disajikan dengan singkat, padat, dan bahasa yang
sederhana sehingga memudahkan siswa dalam belajar.
Buku ini dilengkapi dengan dengan tugas-tugas dan kegiatan praktik siswa agar
dapat menerapkan keahliannya. Buku ini juga menyajikan soal-soal latihan penilaian
tengah semester dan penilaian akhir semester dengan tujuan untuk mengukur
kemampuan siswa-siswi dalam ketuntasan belajarnya.
Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar siswa-
siswi SMK dalam mencapai standar kompetensi yang diharapkan pada dunia kerja.
Selain itu, diharapkan siswa-siswi juga dapat mengaplikaiskan materi yang telah
dipelajari dengan mempraktikannya ke kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang sempurna. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapan dengan
senang hati demi perbaikan buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat menjadi manfaat
dan berguna untuk siswa-siswi khususnya Sekolah Menengah Kejuruan Tata Boga.
Haji Adriani
Tulus Batubara
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... iv
PRAKATA........................................................................................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................ xi
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU............................................................................................ xii
PETA KONSEP BUKU................................................................................................................. xiii
APERSEPSI................................................................................................................................. xiv
DAFTAR ISI
BAB X TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA DENGAN PROSES LAS SMAW PADA POSISI 1G
DAN 2G..................................................................................................................................... 166
A. Persiapan Proses Pengelasan SMAW pada Posisi 1G dan 2G......................... 167
B. Prosedur dan Teknik Pengelasan SMAW pada Posisi 1G ................................. 168
C. Prosedur dan Teknik Pengelasan SMAW pada Posisi 2G ................................ 169
BAB XI TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA DENGAN PROSES LAS SMAW PADA POSISI 1F
DAN 2F...................................................................................................................................... 183
A. Persiapan proses Pengelasan SMAW pada Posisi 1F dan 2F........................... 184
B. Prosesdur dan Teknik Pengelasan SMAW pada Posisi 1F dan 2F................... 185
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Teknik Las SMAW ini diharapkan dapat menjadi panduan,
memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi
peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam
buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami
kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan
teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:
BAB II BAB IX
PERLAKUAN PANAS PADA SIMBOL-SIMBOL TAMBAHAN
LOGAM DASAR PENGELASAN DAN DIMENSI LAS
BAB X
BAB III TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA
MESIN LAS SMAW DENGAN PROSES LAS SMAW
PADA POSISI 1G DAN 2G
BAB XI
BAB IV TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA
ELEKTRODA LAS SMAW DENGAN PROSES LAS SMAW
PADA POSISI 1F DAN 2F
BAB V
DISTORSI PADA PROSES
PENGELASAN
BAB VI
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
PADA PENGELASAN SMAW
BAB VII
SIMBOL DASAR PENGELASAN
APERSEPSI APERSEPSI
Teknik Las SMAW XI merupakan salah satu mata pelajaran yang diruntukan kelas
XI SMK. Dalam buku ini akan memuat 11 bab yang di dalamnya terdapat penilaian
ganjil dan genap.
Pada semester ganjil, siswa akan mempelajari bab 1 sampai dengan bab 7 yang
terdiri dari Karakteristik Logam Dasar Pengelasan, Perlakuan Panas pada Logam Dasar
Pengelasan, Mesin Las SMAW, Elektroda Llas SMAW, Distorsi pada Proses Pengelasan,
K3 Pengelasan SMAW, dan Simbol Dasar Pengelasan. Sementara itu, di semester genap
siswa akan mempelajari bab 7 sampai dengan bab 11 yang terdiri dari Bentuk dan
Simbol Sambungan Las, Simbol-Simbol Tambahan dan Dimensi Las, Teknik Mengelas
Pelat Baja dengan Proses Las SMAW pada Posisi 1G dan 2G, dan Teknik Mengelas Pelat
Baja dengan Proses Las SMAW pada Posisi 1F dan 2F.
Buku ini diharapkan dapat menjadi penunjang pagi peserta didik untuk belajar
mengenai kompetensi keahliannya sehingga peserta didik dapat mengambil manfaat
untuk diterapkan di dunia usaha maupun dunia industri.
BAB
KARAKTERISTIK LOGAM DASAR PENGELASAN
I
BAB I KARAKTERISTIK LOGAM DASAR PENGELASAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
A. Pengertian
B. Sifat-sifat
Karakteristik Logam Logam
Dasar Pengelasan
C. Klasifikasi
Logam
D. Unsur-unsur
Logam
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Karakteristik logam dasar adalah sifat-sifat yang dimiliki logam dasar.
Memahami sifat/karakteristik dan macam-macam logam dalam proses pengelasan
merupakan salah satu faktor dalam menentukan jenis bahan/material yang
akan digunakan dalam proses pengelasan yang bertujuan untuk mendapatkan
hasil lasan yang diinginkan atau sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Material yang dipakai untuk proses pengelasan sebaiknya memenuhi tujuan dari
pada proses lasan tersebut, misalnya kekuatan logam setelah pengelasan dan
kemampuan logam terhadap proses pengelasan. standar operasianal prosedur
dalam pengelasan menekankan bahwa pemahaman karakteristik dan jenis lagam
dasar merupakan hal yang harus dikuasai oleh seseorang yang bekerja pada
bidang Pengelasan. Dengan memahami karakteristik dan jenis logam akan sangat
membatu dalam proses dan hasil lasan yang yang diinginkan.
B. Sifat-sifat Bahan
Sifat-sifat bahan merupakan hal yang paling mendasar dan berkaitan erat
dengan struktur logam yang dimiliki oleh bahan itu sendiri, di mana struktur di
dalam logam tersebut meliputi struktur atom dan susunan kristalnya serta molekul
atau struktur mikro. Sifat bahan bahan dapat berubah apabila struktur di dalam
logam terjadi deformasi yang diakibatkan oleh perubahan panas ketika proses
pengelasan.
Beberapa sifat-sifat bahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan untuk proses
pengelasan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sifat Mekanik
Adalah perilaku atau kemampuan suatu logam ketika dikenakan jenis
tertentu suatu beban kepadanya, baik pembebanan statis (pembebanan yang
besar dan arahnya tetap) maupun pembebanan dinamis (pembebanan yang
besar dan arahnya berubah-ubah).
Sifat-sifat mekanik yang terdapat pada bahan yang penting adalah sebagia
berikut:
a. Kekuatan (strenght) adalah kemampuan bahan untuk menahan beban atau
tegangan tanpa memyebabkan bahan tersebut mengalami kepatahanan.
Kekuatan bahan adalah memiliki sifat tahan terhadap beban eksternal
atau tekanan sementara tidak menyebabkan kerusakan. Logam yang
paling kuat diantaranya adalah tungsten-molibdenum; titanium dan
nikel. Besi murni jauh lebih lemah, tetapi ketika dipadu dengan karbon
untuk membuat baja, hal itu dapat menjadi lebih kuat daripada yang
logam murni kecuali tungsten. Jenis kekuatan ini terdiri dari baberapa
macam kekuatan, tergantung beban yang bekerja pada bahan tersebut,
yaitu kekuatan tarik, kekuatan punter, kekuatan tekan, kekuatan geser, dan
kekuatan bengkok.
b. Kekerasan (hardness) dapat diartikan sebagai kemampuan material untuk
dapat tahan terhadap penetrasi, pengikisian (abrasi) dan goresan. Juga
dapat dikatakan kemampuan material untuk menolak penetrasi dan
keausan oleh bahan lain. Sifat ini sangat berkaitan dengan sifat keausan
MATERI PEMBELAJARAN
2. Sifat Kimia
Adalah kemampuan suatu logam untuk menahan adanya zat kimia yang
dikenakan kepada logam tersebut, yaitu pengaruh larutan kimia yang lain,
misalnya larutan basa, larutan garam dan larutan pengoksidasi terhadapa
bahan tersebut. Pengaruh kimia yang paling penting diperhatikan yang
MATERI PEMBELAJARAN
berhubungan dengan reaksi kimia adalah korosi. Korosi adalah reaksi kimia
yang terjadi karena adanya proses oksidasi dari bahan logam dengan oksigen
dan gas di sekitarnya.
3. Sifat Teknologi
Adalah kemampuan atau kemudahan suatu bahan untuk dapat dikerjakan
(diolah) dengan cara proses produksi tertentu. Berikut ini adalah Sifat-sifat
teknologi, antara lain:
a. Sifat mampu bentuk.
b. Sifat mampu las (Weldability).
c. Sifat mampu cor (Castability).
d. Sifat mampu dikeraskan (Hardenability).
e. Sifat mampu dikerjakan dengan mesin (Machineability).
4. Sifat Fisika
Adalah perilaku atau kecenderungan untuk berubah suatu bahan karena
adanya pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik. Yang
termasuk golongan sifat fisika ini adalah:
a. Sifat Panas
Adalah sifat bahan yang timbul karena pengaruh panas. Pengaruh
panas dapat menyebabkan perubahan struktur bahan apabila pada waktu
yang besamaan perlakuan panas dan dan proses pendinginan dilakukan
pada kecepatan waktu tertentu. Perlakuan ini akan banyak mempengaruhi
atau bahkan dapat merubah sifat mekanis dari bahan. Proses ini disebut
dengan istilah perlakuan panas (heat-treatment)
b. Sifat Listrik
Adalah sifat-sifat ketahanan dari suatu bahan terhadap aliran arus
listrik dan kemampuan bahan untuk dapat sebagai penghantar arus listrik.
Setiap bahan memiliki tingkat daya hantar listrik yang berbeda-beda,
tergantung dari jenis bahan tersebut. Ada dua macam klasifikasi bahan
yang dapat dibedakan dalam sifat listrik ini, yaitu:
1) Bahan Isolator
Adalah bahan yang daya hantar arus listriknya buruk atau tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Biasanya bahan ini adalah bukan logam, seperti
kaca, keramik, dan plastik dan bahan bukan logam lainnya.
2) Bahan Konduktor
Adalah bahan yang daya hantar listriknya baik atau dapat mengalirkan
arus listrik dengan baik. Hampir semua bahan logam dapat menghantarkan
arus listrik, akan tetapi yang paling baik sebagia penghantar arus listrik
adalah bahan yang terbuat dari alumunium dan tembaga.
MATERI PEMBELAJARAN
C. Klasifikasi Bahan
MATERI PEMBELAJARAN
a. Logam Ferro
Adalah suatu bahan yang mengandung unsur kebesi-besian, antara lain
besi tuang, besi tempa, baja lunak, dan baja karbon.
b. Logam Nonferro
Adalah suatu bahan yang tidak mengandung unsur besi. Logam nonferro
terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Logam nonferro berat, seperti tembaga dan timah
2) Logam nonferro ringan, seperti aluminium dan magnesium
2. Nonlogam (Non-Metal)
Adalah unsur kimia yang mempunyai sifat, yaitu:
a. Elastis, contohnya karet;
b. Cair, contohnya bahan pelumas;
c. Tidak dapat menghantar arus listrik, contohnya bahan isolasi
d. Peka terhadap api, contohnya bahan bakar;
e. Tidak dapat terbakar, contohnya asbes;
f. Mudah pecah, contohnya keramik.
3. Metaloid
Adalah suatu bahan yang menyerupai logam.
Contohnya karbon, fosfor, silicon, dan sulfur
Sumber: Solih Rohyana, 1999
D. Unsur-unsur Bahan
1. Baja
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat baja adalah logam besi.
Besi dihasilkan dari bijih besi, yang terjadi terutama di alam sebagai oksida,
dua oksida yang paling penting adalah hematit dan magnetite.
Baja diproduksi dalam berbagai peleburan tanur, misalnya openhearth,
Bessemer konverter, Crucible electricarc, dan induksi. Kebanyakan baja karbon
dibuat dalam tungku openhearth. Baja, sering dianggap sebagai Master Metal
Kandungan karbon yang terdapat pada baja tidak lebih dari 2,06%
dengan tambahan beberapa komposisi paduan lainnya seperti Silisium,
Mangan, Posfor, Sulfur. Baja paduan adalah baja yang jika dipadu dengan unsur
logam lainnya dalam jumlah tertentu.
a. Besi (Fe)
Unsur besi merupakan unsur pokok pada baja di mana unsur ini
memiliki kandungan persentase sangat tinggi, bahkan bisa sampai 100%
(baja inilah yang disebut baja nonpaduan/besi murni). Besi murni memiliki
titik lebur 1.5400C dan memiliki massa jenis 7,86 kg/dm3.
b. Karbon (C)
Karbon adalah elemen utama setelah besi, yang secara langsung
mempengaruhi kekuatan, plastisitas, ketangguhan, dan sifat baja. Ketika
kandungan karbon dalam baja di bawah 0,8%, kekuatan dan kekerasan
baja meningkat dengan penambahan kandungan karbon, sedangkan
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pengelompokan Baja
10
10 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
1) Baja Karbon
a) Baja karbon Rendah
Baja ini memiliki sifat lembut dan elastis, dapat digulung,
dapat bekerja ketika panas atau dingin. Baja ini mudah dikerjakan
dengan proses mesin dan mudah dilas dengan semua metode.
Baja karbon rendah (Low carbon steel) mempunyai kandungan
karbon yang sedikit lebih rendah dibanding dengan rata-rata
kandungan pada baja karbon pada umumnya. Oleh sebab itu baja
ini ini memiliki sifat yang kuat, tetapi kemampuan regangannya
kurang. Baja jenis ini digunakan sebagi bahan untuk membuat
baja balok, neraca timbangan, pelat untuk bangunan Gedung,
konstruksi kapal dan konstruksi jembatan. Komposisi baja karbon
rendah pada umumnya adalah: Karbon (C) 0.03 %; Sulfur (S) 0,05
MATERI PEMBELAJARAN
% maks; Mangan (Mn) 0,7 %; Fosfor (P) 0,05 % maks; Silisium (Si)
0,2 %. Sifat-sifat mekanisnya adalah:
(1) Kekuatan tarik maks. 6,93 x 102 N/mm2
(2) Nilai Izod impact 88 joule
b) Baja Karbon Sedang
Baja ini dapat dipanaskan setelah fabrikasi dan digunakan
untuk mesin umum dan penempaan bagian yang memerlukan
kekerasan permukaan dan kekuatan.
Baja karbon ini mempunyai kandungan Karbon (C) 0,35 % ÷
0,5 %. Sifat baja ini tergolong dalam kelompok baja yang dapat
dibentuk dengan proses pemesinan dan dapat ditempa dengan
mudah, tetapi memiliki kekurangan pada proses pengelasan
karena tidak bisa dilas dengan mudah seperti baja konstruksi.
Penambahan kandungan karbon akan meningkatkan kekuatan
tarik tetapi akan mengakibatkan kurangnya kemampuan regang.
Baja karbon ini banyak dipakai dengan pertimbangan
gabungan antara kekuatan dan kemampuan regang. Baja ini cocok
digunakan untuk pembuatan shaft dan spindle (poros), crankshaft,
gear dan bagian-bagian mesin yang ditempa untuk keperluan
komponen-komponen lokomotif. Unsur paduan pada baja ini secara
umum mempunyai komposisi: Karbon (C) = 0,43 ÷ 0,5 %; Posfor
(P) = 0,05 % maks.; Mangan (Mn) = 0,06 ÷ 0,09 %; Sulfur (S) = 0,05
% maks.; Silikon (Si) = 0,15 ÷ 0,3 %. Setelah dinormalkan pada
temperatur 8500 C, sifat-sifat yang dimiliki dari baja ini adalah:
(1) Kekuatan tarik sebesar 6,93 X 102 N/mm2
(2) Titik patah berada pada 3,85 X 102 N/mm2
(3) Regangan sebesar 25%
(4) Nilai izod impact 74 Joule
c) Baja Karbon Tinggi
Mempunyai kandungan unsur karbon (C) antara 0,5 % ÷ 0,8
%. Kekuatan tarik, kekerasan, dan ketahanan terhadap korosi
yang dimiliki oleh baja karbon ini lebih tinggi, tetapi kemampuan
regangannya kurang, sulit untuk dilas, dan lebih sulit dibentuk
dengan proses mesin dibandingkan dengan kelompok baja yang
sebelumnya.
Baja karbon tinggi umumnya digunakan untuk pembuatan
mata bor, keran air, dan untuk alat-alat mesin dan handtools. Baja
jenis ini biasanya dikerjakan pada kondisi tempaan dan perlakuan
pendinginan. Baja yang termasuk dalam kelompok ini digunakan
untuk pembuatan per daun dan spring koil besar (kandungan unsur
karbon pada baja yang digunakan untuk pembutan spring koil bisa
mencapai 1,0%), rel kereta api, roda kereta api, dan kawat baja.
Kawat baja yang dipakai untuk kabel baja didinginkan sampai
memiliki kekuatan tariknya mencapai 11 hingga 20 x 102 N/mm2.
12
12 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
b. Baja Perkakas
Baja ini mempunyai kandungan unsur karbon (C) 0,7 % hingga 1,4
%. Pembuatan baja perkakas ini dikerjakan dengan pengawasan yang
cukup ketat dan dengan baik yang bertujuan untuk menghasilkan mutu
yang dikehendaki. Unsur kandungan mangan pada baja ini dikontrol pada
persentase yang kecil untuk mencegah terjadinya keretakan selama proses
pendinginan.
Komposisi unsur paduan yang digunakan pada baja jenis ini secara
umum adalah: karbon (C) 1,0 %; Mangan (Mn) 0,3%; Posfor (P) 0,04 %;
Silisium (Si) 0,25 %; Sulfur (S) 0,04 %.
Baja perkakas dibuat dalam berbagai jenis kelas untuk bermacam-
macam keperluan, contohnya adalah seperti pembuatan alat potong yang
memiliki bagian yang tajam atau tidak tajam, pada stempel, atau alat yang
harus menerima beban pada kondisi pekerjaan seperti yang terjadi pada
hand tools misalnya pembuatan pahat, perkakas penggali batu, kampak,
pisau geser, pemotong, keran besar, alat woodturning, alat pandai besi,
pisau cukur, dan bagian serupa lainnya yang kekerasan diperlukan untuk
mempertahankan ketajaman. Baja ini relatif sulit dilas karena kandungan
karbon yang tinggi. Baja yang memiliki kandungan karbon yang lebih
tinggi digunakan untuk keperluan seperti stempel dan alat-alat pemotong
logam.
Pemanasan yang diberikan untuk baja perkakas adalah dengan
temperatur dari 7600 ÷ 8200C dengan pendinginan air dan dilanjutkan
dengan penemperan dari 1500 ÷ 3200C bergantung pada kekerasan dan
kekuatan yang diperlukan. Kekerasan yang diperlukan setelah penemperan
berkisar antara 58 ÷ 64 H Rc.
MATERI PEMBELAJARAN
d. Baja Paduan
Unsur-unsur paduan yang ditambahkan pada proses pembuatan baja
akan memengaruhi kemampuan pengerasan, daya tahan terhadap korosi
dan panas, stabilitas dalam kerja, dan kemampuan regang. Unsur-unsur
paduan juga akan mempengaruhi proses cepat lambatnya transformasi
pada batas kritis selama pemberian panas. Oleh sebab itu, baja paduan
dapat didinginkan dengan cara lebih lambat dibandingkan dengan baja
karbon biasa.
Proses pendinginan pada baja paduan bisa menggunakan oli atau
semprotan udara pada beberapa jenis baja. Pada baja paduan meningkatkan
kemampuan regangan adalah yang hal paling penting dilakukan. Meskipun
baja karbon yang kekuatannya sama dapat dibuat sama dengan baja
paduan, akan tetapi baja karbon tidak akan memiliki kemampuan regangan
yang sama dengan baja paduan. Pengaruh unsur-unsur paduan terhadap
kemampuan baja, yaitu:
1) Mangan (Mn)
Unsur Mangan dapat dijadikan bahan paduan pada semua jenis
baja. Apabila komposisi paduan berkisar di antara 1 hingga 1,6%, akan
dapat meningkatkan kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dan
dapat memambah sifat mekanik dari baja tersebut. Bila unsur mangan
berada dalam persentase yang cukup besar hal ini akan menghasilkan
baja yang keras pada bagian struktur luar/kulit dari baja tersebut.
2) Chrom (Cr)
Chrom adalah elemen paduan utama dalam stainless steel, baja
tahan asam, dan baja tahan panas. Cr dapat meningkatkan kekerasan
baja dan memiliki efek pengerasan sekunder, dan dapat meningkatkan
kekerasan dan ketahanan aus baja karbon tanpa membuatnya rapuh.
Cr juga dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan baja karbon di
bawah penggulungan, mengurangi perpanjangan dan penyusutan
penampang.
Ketika kandungan Cr lebih dari 12%, akan membuat baja memiliki
ketahanan oksidasi suhu tinggi yang baik dan ketahanan oksidasi
korosi, juga meningkatkan kekuatan panasnya. Ketika kandungan Cr
melebihi 15%, kekuatan dan kekerasan akan berkurang, perpanjangan
dan penyusutan penampang akan meningkat secara bersamaan.
14
14 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
6) Molybdenum (Mo)
Molybdenum digunakan untuk meningkatkan kemampuan
pengerasan dan akan menambah sifat-sifat mekanis dari baja tersebut.
Mo banyak dipakai dalam pembuatan berbagai macam alat, contohnya
pahat bubut, khususnya untuk baja yang dipakai untuk membuat
mata gergaji dan mata bor. Perpaduan antara Mo, Nikel, dan Khrom
akan menghasilkan baja paduan yang berkekuatan tinggi dengan nilai
tegangan tarik yang melebihi 12 X 102 N/mm2. Mo dapat meningkatkan
kekerasan dan intensitas panas baja, mencegah kerapuhan,
meningkatkan daya magnet, koersivitas dan menahan korosi dalam
beberapa media.
Dalam baja tempa, Mo juga dapat mempertahankan kekerasan
baja yang stabil dan meningkatkan ketahanannya terhadap deformasi,
retak, dan abrasi. Dalam baja tahan asam stainless, Mo dapat lebih
meningkatkan ketahanan korosi baja terhadap asam organik seperti
asam format, asam asetat, asam oksalat. Dan hidrogen peroksida, asam
sulfat, asam sulfur, sulfat, pewarna asam dan bubuk pemutih atau
cairan
7) Kobalt (Co) dan Silikon (Si)
Kobalt dan Silikon merupakan unsur paduan yang tidak kalah
penting dibandingkan dengan unsur paduan yang lainnya. Kobalt
ditambahkan pada baja perkakas untuk meningkatkan daya tahan
terhadap keausan pada saat suhu kerja yang tinggi. Silikon digunakan
pada pembuatan baja yang bertujuan untuk mendapatkan kekuatan
yang tinggi seperti pada per, alat potong, mata bor dan peralatan tangan
serta pada baja stempel yang tahan terhadap benturan/pukulan.
16
16 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
18
18 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
f. Besi Tuang
Besi tuang adalah besi yang diperoleh dari campuran besi murni
dan karbon (4,3% C), dengan titik leburnya pada suhu 1147 yang
sebelumnya titik lebur besi murni sebesar 1534 . Dengan kandungan
karbon yang tinggi akan mempengaruhi sifat mampu las pada besi tuang
ini. Besi tuang, terutama jenis yang mempunyai kandungan karbon
tinggi akan menyebabkan penurunan pada sifat kelenturan, kekerasan
dan kekuatannya dan secara keseluruhan dapat disebut bahan yang
sangat rapuh. Untuk meningkatkan kemampuannya dan mengembalikan
kemampuannya, maka perlu ditambah unsur paduan yang akan sangat
mempengaruhi sifat ketahanan terhadap panas karat dan keausan. Berikut
ini merupakan jenis-jenis dari besi tuang antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Besi tuang abu-abu
Merupakan besi tuang yang didapatkan dari proses pendinginan
yang sangat lambat dari temperatur kritisnya pada pasir atau tungku
api dan memiliki mikrostruktur yang terdiri dari serpihan grapit yang
tersebar dalam matrik ferrite, pearlite, atau keduanya. Kekautan yang
dimiliki grapit bisa disebut tidak ada sehingga sering terjadi retakan-
retakan. Karena grapit berwarna abu-abu, maka permukaan yang
pecah akan tampak berwarna abu-abu sehingga nama abu-abu diambil
berdasarkan warna retakannya. Besi tuang kelabu mengandung
unsur karbon sebesar 4,5% dan mengandung unsur Si lebih dari
3%. Beberapa jenis besi tuang mengandung sejumlah besar unsur
belerang/sulfur dan posfor yang menyebabkan besi tuang ini sulit
untuk dilas. Pada proses pengecoran modern, untuk memudahkan
pengelasan pada besi ini perlu ditambahkan kandungan alloy. Pada
akhir proses pengelasan umumnya semua hasil lasan besi tuang
dipanaskan kembali (post-heating) dan didinginkan secara perlaha-
lahan untuk memperoleh besi tuang kelabu.
2) Besi tuang putih
Merupakan besi tuang yang pendinginannya dilakukan secara
cepat setelah dituangkan pada laju pendinginan yang cepat akan
terbentuk karbida Fe3C yang metastabil dan karbon tidak memiliki
waktu untuk membentuk grafit. putih mengandung karbon antara
MATERI PEMBELAJARAN
1,8 sampai 3,6% kandungan mangan antara 0,25 sampai 0,80%, dan
fosfor serta sulfur masing-masing sebesar 0,06 sampai 0,2%. Disebut
dengan besi tuang putih karena retakannya yang berwarna putih dan
besi tuang ini memiliki sifat sangat keras dan sangat tahan terhadap
keausan. Besi tuang putih ini sering dipakai untuk berbagai macam
peralatan yang memerlukan ketahanan aus yang tinggi. Mikrostruktur
dari besi tuang putih terdiri dari karbida yang terdistribusi dalam
matriks martensitic ataupun pearlitik. Sifat karbida yang sangat keras
dan rapuh inilah yang menyebabkan permukaan nya menjadi berwarna
putih.
3) Besi tuang temper
Merupakan sebutan untuk besi tuang mampu tempa. Yaitu besi
tuang putih yang diberi pemanasan. Tuangannya dipanaskan hingga
14000F (7600C) selama 24 jam untuk setiap ketebalan satu inci dan
kemudian didinginkan secara pelan-pelan. Pemberian panas ini
membuat karbon membentuk bintik-bintik atau bola-bola karbon kecil
pada matrix besi karbon rendah.
4) Besi tuang nodular
Besi tuang nodular diperoleh dengan cara menambahkah sedikit
magnesium pada besi tuang dan akan membuat grafit, kemudian
menjadi nodule atau bola-bola kecil yang dengan seragam dan tersebar
diseluruh struktur logam. Besi tuang Nodular memiliki kandungan
karbon antara 3,0 - 4,0, kandungan silicon antara 1,8 - 2,8% dan
mangan antara 0,1 - 1,0%. Logam ini memiliki sifat ductility (mudah
untuk dibentuk) yang lebih besar dari bentuk-bentuk besi tuang
lainnya. Perlakuan panas yang diberikan pada besi tuang nodular
akan menghasilkan besi tuang ferrite, perlite, atau martensit temper.
Dengan sifat yang dimilikinya, besi tuang jenis ini banyak digunakan
untuk aplikasi poros engkol, pipa dan suku cadang khusus. Perlakuan
panas annealing akan mengembalikan kemampuan mekanik dan besi
tuang nodular bisa ditempa, dan juga semua jenis besi tuang nodular
bisa dilas.
CAKRAWALA
Mengetahui titik lebur dari berbagai macam logam penting untuk tukang
las. Logam meleleh secara bertahap, karena logam menyerap panas. Sebelum
sepotong logam mencapai titik leleh sempurna, logam akan mulai melunak dan
melengkung. Untuk menjaga hal-hal tersebut, kita baiknya mengklasifikasikan
titik leleh logam sebagai titik di mana itu telah menjadi sepenuhnya cair disebut
liquidus.
20
20 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
CAKRAWALA
Saat menggabungkan logam dengan titik leleh yang jauh berbeda, seperti
tembaga dan baja, mematri mungkin merupakan pilihan yang lebih baik daripada
mengelas. Dalam mematri, obor oksi-asetilen digunakan untuk memanaskan
logam pengisi, biasanya paduan kuningan, yang memiliki titik leleh yang lebih
rendah daripada dua bagian logam. Saat filler meleleh, ia ditarik ke dalam
sambungan, dan kemudian mengeras saat didinginkan. Apabila dua bagian yang
disatukan tidak pernah mencapai titik lelehnya, yang berarti sambungan itu
tidak permanen.
Pengelasan adalah proses menggabungkan dua bagian logam dengan
memanaskan kedua bagian ke titik lelehnya, menciptakan kolam leleh cair di
mana molekul-molekulnya bercampur sempurna. Pengisi logam ketiga sering
ditambahkan ke kolam meleleh. Ketika logam cair mendingin dan membeku,
kedua bagian tersebut menyatu sepenuhnya dengan ikatan yang tidak bisa
dipecahkan.
Dengan mengetahui logam mana yang dapat dilas, dan memilih logam
terbaik untuk pengelasan, yang bergantung pada titik leburnya. Jika perbedaan
titik leburnya jauh berbeda dengan yang logam yang lainnya, salah satu bagian
akan meleleh lebih cepat daripada yang lain. Ini bisa menyebabkan ledakan atau
kelemahan mekanis lainnya.
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Penggunaan baja sebagai bahan teknik seiring perkembangan zaman
semakin meningkat pesat daik dari segi teknis dan faktor ekonomis. Hal
ini disebabkan baja mempunyai berbagai kelebihan dalam sifat-sifatnya
dibanding dengan bahan lain, pemakaiannya juga sangat bervariasi dan
hampir mencakup semua aspek teknik seperti:
a. industri otomotif;
b. industri pemesinan;
RANGKUMAN
c. industri perkapalan;
d. konstruksi bangunan gedung dan jembatan;
e. industri pertanian;
f. kebutuhan rumah tangga.
2. Untuk mempermudah dalam memilih dan menggunakan bahan baja, perlu
dilakukan pengelompokan/penggolongan baja yang memiliki standar.
Biasanya konsumen bahan dari baja sebagai bahan baku produknya akan
mempertimbangkan jenis dan golongan dari baja tersebut.
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab pertama ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang
bahan-bahan di sekitar kita yang diklasifikasikan sebagai sifat-sifat, klasifikasi,
dan unsur dari logam. Dari semua materi yang dijelaskan pada bab pertama ini,
mana menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan
teman maupun guru Anda, karena dengan memahami BAB pertama ini kalian
sangat terbantu dalam memahami materi-materi selanjutnya.
BAB
PERLAKUAN PANAS PADA LOGAM DASAR PENGELASAN
II
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui studi literasi tentang perlakuan panas pada logam peserta didik dapat
menjelaskan pengaruh perlakuan panas pada logam dasar pengelasan. dengan
mengembangkan nilai rasa ingin tahu/mandiri.
PETA KONSEP
C. Pengaruh Per-
B. Perlakuan Panas
A. Pengertian lakuan Panas Pada
Pada Logam Dasar
Pengelasan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Diagram Fe-C merupakan hal penting yang perlu dipahami di bidang pengelasan
karena sangat bermanfaat di dalam menjelaskan perubahan-perubahan fasa baja
(paduan logam Fe-C). Diagram Fe-C merupakan diagram kesetimbangan antara
komposisi Fe-C dengan temperatur. Paduan ini mempunyai sifat mampu bentuk
(formability) yang baik dan sifat-sifat mekaniknya dapat diperbaiki dengan jalan
perlakuan panas atau perlakuan mekanik.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Perlakuan panas pada logam adalah proses perpaduan antara pemanasan,
penahanan temperatur, dan pendinginan pada logam. Untuk memulihkan sifat-
sifat asal dari logam dan untuk memperoleh sifat mekanik dan sifat fisik yang
diinginkan, maka diperlukan proses heat treatment (perlakuan panas) yaitu dengan
cara membebaskan logam dari tekanan dan tegangan intern yang ditimbulkan
selama proses pengelasan. Biasanya pengelasan pada baja struktural sekedar
memakai pengetahuan tentang bagaimana cara untuk mengerjakan annealing dan
stress relieving terhadap logam.
Ada tiga macam proses pemanasan terhadap logam, yaitu pemanasan awal,
pemanasan pada waktu pemotongan, dan perlakuan panas pasca pengelasan.
Pada waktu proses pengerjaan pengelasan, terjadi pemanasan di sekeliling dan di
dalam daerah pengelasan logam yang dipanaskan dengan suhu yang bervariasi. Ini
MATERI PEMBELAJARAN
diukur dari seberapa jarak dari daerah pengelasan terjadi. Prose heating yang tidak
merata di daerah pengelasan bisa terjadi karena perbedaan panas dengan daerah
yang dipengaruhi oleh panas (HAZ=heat affected zone) memyebabkan sifat-sifat
logam seperti kekuatan, elastisitas, besar butiran dan sebagainya tidak sama atau
berubah.
Daerah lasan terdiri dari tiga bagian yaitu daerah logam las, daerah pengaruh
panas, atau heat affected zone disingkat menjadi HAZ dan logam induk yang tak
terpengaruhi panas.
1. Daerah logam las. Daerah logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu
pengelasan mencair dan kemudian membeku. Komposisi logam las terdiri dari
komponen logam induk dan bahan tambah dari elektroda.
2. Daerah pengaruh panas atau Heat Affected Zone (HAZ). Daerah pengaruh
panas atau Heat Affected Zone (HAZ) adalah logam dasar yang bersebelahan
dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal
pemanasan dan pendinginan cepat sehingga daerah ini yang paling kritis dari
sambungan las.
3. Daerah logam induk. Logam induk adalah bagian logam dasar di mana panas
dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahanperubahan
struktur dan sifat.
Pemanasan awal (preheating) didefinisikan sebagai pemanasan yang
dilakukan di sekitar lasan dan logam dasar untuk mendapatkan suhu yang telah
ditentukan sebelum dimulainya pengelasan. Tujuan utama untuk memanaskan baja
karbon dan baja paduan rendah adalah untuk mengurangi kecenderungan retak
tertunda yang disebabkan oleh hidrogen. Ini dilakukan dengan memperlambat
laju pendinginan, yang membantu mencegah pembentukan martensit pada las dan
logam dasar HAZ. Alasan dilakukannya pemanasan awal (preheating) pada logam
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan temperatur logam yang sesuai dengan prosedur
pengelasan (tergantung dari jenis logam).
2. Mengurangi tegangan susut (shrinkage stresses) pada lasan.
3. Memperlambat proses pendinginan untuk mencegah terjadinya pengerasan
dan pengurangan elastisitas pada lasan dan logam dasar HAZ.
4. Mempertahankan suhu interpass pada saat pengelasan.
5. Menghilangkan kelembaban di sekitar daerah lasan.
6. Memenuhi persyaratan kode fabrikasi yang berlaku, seperti ASME Boiler dan
Pressure Vessel Code, tergantung pada unsur kimia dan ketebalan paduan yang
akan dilas.
Pemanasan awal (preheating) dapat diterapkan dengan menggunakan
beberapa teknik berbeda, tetapi teknik yang paling umum digunakan dalam
pembuatan sambungan pipa dan tangki adalah kumparan hambatan listrik, oxy-
acetylene dan obor gas alam. Pelaksanaan pemanasan awal yang baik adalah
memanaskan secara merata area di kedua sisi sambungan las untuk jarak tiga kali
lebar las. Pemanasan awal harus diterapkan dan luas daerah lasan setidaknya 2
in. (50,8 mm) di kedua sisi lasan untuk mencakup lasan dan daerah zona yang
berpotensi terkena panas.
MATERI PEMBELAJARAN
26
26 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
28
28 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
carbide dari karbon dibebaskan dari martensite; bahan yang sisa adalah suatu
microstructure martensite yang ditemper.
Tempering memerlukan keterampilan dan pengalaman, karena komposisi
baja tergantung pada waktu dan temperatur yang dikehendaki untuk
memproduksi struktur yang memuaskan. Temperatur pemanasan kembali
harus di antara 3000F (1490C) dan temperatur kritis. Namun demikian,
temperatur pemanasan kembali tergantung asal mulanya baja dan reduksi
kekerasan yang diperbolehkan.
Baja dengan kandungan karbon yang sama, tetapi berbeda presentasi
unsur paduan, menghendaki prosedur tempering yang berbeda. Ketegapan/
kekerasan biasanya lebih tinggi dalam baja dimana panas tempering lebih
tinggi telah memungkinkan. Keinginan tukang las dalam tempering, karena
itu, mengatasi dari fakta bahwa tempering membuat baja kuat, sifat penting
untuk memberikan baja kemampuan bertahan pada suatu beban tanpa patah.
3. Annealing (pelunakan)
Pemanasan dan pendinginan bahan dengan perlahan-lahan untuk
menghilangkan stress seperti dalam postheating dinamakan annealing.
Perlakuan ini akan membuat keras, logam-logam ferro lunak dan oleh karena
itu merubah sifat fisik seperti keuletan dan ketegapan. Tipe bahan dan
alasan untuk annealing akan menentukan temperatur dan nilai pendinginan.
Pendinginan lebih lambat, akan menjadikan bahan lebih lunak bila didinginkan.
Suatu petunjuk untuk temperature pemanasan adalah suatu titik tepat diatas
titik kritis. Apabila bahan dipanaskan ditempatkan dalam abu panas, asbestos
atau kapur, pendinginannya diperlambat. Bahan non-ferrous seperti tembaga
tidak perlu dikacaukan dengan ferrous-annealing, karena hal tersebut
dilunakkan, menjadi pemanasan dan pencelupan dalam air pendingin.
MATERI PEMBELAJARAN
30
30 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
dari 0,45%. Proses pengelasan pada baja ini amat sukar dilaksanakan
karena besar sekali kemungkinan benda menjadi retak atau mengalami
keretakan. Dalam pengelasan baja karbon sedang maupun baja karbon
tinggi disarankan untuk menggunakan kawat las atau elektroda dengan
jenis hidrogen rendah. Baja ini di samping melakukan pemanasan awal
juga harus melakukan pemanasan akhir atau tempering. Kadang-kadang
pengelasan baja ini dilakukan dengan memakai kawat las atau elektroda
austenit stainless steel untuk mendapatkan hasil yang yang memiliki
sifat ulet atau liat pada sambungan las. Akan tetapi, pada daerah yang
terpengaruh panas akan tetap menjadi keras dan getas, oleh karena adanya
pengaruh panas dan pengaruh pendinginan. untuk mengetahui sulit atau
tidaknya pengelasan pada baja karbon tinggi dapat dilihat dari persamaan
karbonnya dan bentuk ketebalan benda kerja juga perlu diperhatikan. Hal
ini dikarenakan adanya kaitan dengan panas yang harus diberikan dan
kecepatan pendinginan setelah pengelasan.
Baja ini secara drastis akan mengeras dengan kecepatan pendinginan
yang lebih rendah daripada baja karbon sedang. Hal ini membuat baja
karbon tinggi lebih sulit untuk dilas, contohnya martensite akan terbentuk
walaupun dengan kecepatan pendinginan yang rendah.
Permasalahan yang berkaitan terhadap pengelasan baja karbon tinggi ini
adalah:
1) Pengerasan pada logam induk yang berlebihan
Adanya panas yang lebih besar dan kecepatan pendinginan
keseluruhan yang lebih kecil bisa diakibatkan kecepatan pengelasan
yang rendah. Pada umumnya, pemanasan akhir biasanya diperlukan
untuk menghilangkan bagian-bagian yang keras dan mudah pecah
pada daerah yang terkena dampak pengaruh las. Pemanasan awal dan
pengelasan yang lambat dapat memperkecil pembentukan martensit
pada daerah yang terkena dampak pengaruh panas pada logam dasar.
2) Keretakan pada logam dasar
Keretakan ini umumnya terdiri dari 2 macam, yaitu:
a) Keretakan di bawah gumpalan las
Seperti pada baja karbon sedang hidrogen dikeluarkan
dari larutan pengelasan selama proses pendinginan yang
mengakibatkan hidrogen terperangkap di dalam daerah yang
terkena pengaruh panas. Jika logam dasar mudah dibentuk,
maka logam akan memuai mengikuti tekanan yang diberikan oleh
gelembung-gelembung hidrogen yang terperangkap di dalam
daerah yang terkena pengaruh panas tersebut, dan tidak ada
risiko keretakan. Keretakan ini berkaitan dengan perpaduan efek
hidrogen dan martensit.
Namun, dengan pembentukan martensit keretakan di bawah
gumpalan memiliki sifat mudah pecah pada logam induk yang
berada di daerah terpengaruh panas. Hal ini akan mencegah
pemuaian mengikuti tekanan yang diberikan oleh gelembung
MATERI PEMBELAJARAN
32
32 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
CAKRAWALA
Selanjutnya bidang ini dilestarikan oleh para blacksmith dan para pembuat
senjata logam lewat ilmu metalurgi tradisional yang masih hanya terfokus pada
pemaduan logam dan mekanisme perlakuan panas sederhana. Hingga pada
1760–1840 (saat revolusi industri), banyak sekali ditemukan inovasi-inovasi di
bidang logam (metalurgi) yang memiliki manfaat lebih besar untuk kemanusiaan.
Setelah momen tersebut, ilmu dan bidang keteknikan metalurgi di berbagai
perguruan tinggi internasional mulai dikenal secara masif. Padahal, ketika kita
merujuk pada definisi utuh bidang teknik material modern, metalurgi adalah
cabang ilmu sempit yang hanya terfokus pada logam.
Adapun pembagian material sendiri ada yang berupa logam dan non logam,
yang lebih spesifik lagi ada juga cabang sub-ilmu yang mempelajari material
nonlogam padat (nonmetal element solids/NMESs) dan non-padat (gas/cairan),
serta gabungan paduan logam dan non logam (komposit, beton, dan lain-lain),
juga bahan unik yang baru beberapa dekade ke belakang dikembangkan secara
masif: polimer.
Ironisnya meski telah banyak program studi yang menawarkan fokusan di
bidang teknik material (dan metalurgi), ternyata tak membuat Indonesia menjadi
salah satu pioneer di bidang tersebut. Bahkan masih saja ada yang belum
mengenal apa itu teknik material secara spesifik. Padahal jika kita menengok
sejenak dan keluar dari zona nyaman negeri Zamrud Khatulistiwa, perkembangan
bidang material sangat amat pesat. Bahkan di Asia saja pengembangan lanjutan
dari bidang Materials Science and Engineering telah sampai pada tahap advance
nano-materials. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Realitanya, para mahasiswa
dan peneliti di bidang ini masih mengalami banyak kesulitan untuk menjangkau
area nano, terutama jika sudah masuk ke ranah pengujian dan karakterisasi.
“Di kantor saya saja masih susah jika penelitian pengembangan
materialnya harus melibatkan alat pengujian modern dan skala nano. Alhasil,
ya mentok paling pakai SEM (Scanning Electron Microscope) yang jangkauannya
di skala mikro. Mau TEM (Transmission Electron Microscopy) saja susah karena
preparasinya mahal dan enggak semua lembaga punya alatnya,” ujar salah satu
peneliti muda di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang penulis temui
beberapa waktu lalu.
Tentunya fakta ini harus menjadi lecutan dan tamparan keras bagi para
pemangku kebijakan serta peneliti praktis dan akademis Indonesia. Karena,
mau tak mau, kemajuan pembangunan infrastruktur masa depan memerlukan
pengembangan ilmu bahan (material) yang signifikan. Bukan hanya ilmu sipil
dan arsitektur yang menjadi pijakan pembangunan infrastruktur karena metode
pembangunan dan desain bangunan pun memerlukan bahan yang berkualitas
untuk bisa menghasilkan infrastruktur yang tahan lama. Apalagi ketika kita
tengok ke para raksasa teknologi Asia, seperti Jepang, India, Korea, China,
Taiwan, di mana pengembangan material telah sampai pada electronic device
advancement yang secara otomatis juga mengobok-obok bidang ilmu elektronik
dan robotika.
Terakhir untuk para materials/metallurgical engineer, sudahkah kalian siap
menopang beban berat memajukan industri material dan metalurgi Indonesia
CAKRAWALA
jika jalannya telah terbuka lebar nanti? Ini adalah tantangan yang harus kita
pikirkan dan lalui bersama demi masa depan Indonesia yang benar-benar
berdikari teknologi.
Rahmandhika Firdauzha Hary Hernandha
Mahasiswa S2 di Materials Science and Engineering, National Central University
(NCU) Taiwan. Sekretaris Jenderal PPI Taiwan (ppidunia.org)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Material, Ilmu Futuristik
yang Terlupakan di Indonesia”,
https://bit.ly/2y6Nl9N
Editor : Laksono Hari Wiwoho
22:22 WITA, Senin 9 Desember 2019
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
Untuk memulihkan sifat-sifat asal dari logam dan untuk memperoleh sifat
mekanik dan sifat fisik yang diinginkan, maka diperlukan proses heat treatment
(perlakuan panas). Yaitu dengan cara membebaskan logam dari tekanan dan
tegangan intern yang ditimbulkan selama proses pengelasan. Disamping itu juga
dapat memperbaiki sifat-sifat logam pada bagian-bagian dari hasil pengelasan
dan yang terkena panas.
Baja karbon rendah umumnya memiliki sifat mudah dikerjakan dengan
berbagai cara proses pengelasan dan tidak perlu dilakukan pemanasan awal
(preheating) dan pemanasan akhir (postheating). Proses pemanasan awal dapat
menghindari retak las yang terjadi pada hasil pengelasan pada bagian-bagian
yang tebal. Pendinginan las yang cepat akan berakibat hilangnya sifat mudah
dibentuk dan meningkatkan tekanan akibat penyusutan.
TUGAS MANDIRI
Tugas para siswa adalah mendeskripsikan tentang perlakuan panas pada logam
dasar pengelasan. Tugas dikerjakan dalam bentuk laporan dengan format yang
telah disepakati dengan guru pengampu.
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang proses
dan tujuan perlakukan panas pada bahan logam di sekitar kita terutama logam
untuk proses pengelasan. Dari semua materi yang dijelaskan pada bab ini, mana
menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman
maupun guru Anda, karena dengan memahami bab pertama ini kalian sangat
terbantu dalam memahami materi-materi selanjutnya.
BAB
MESIN LAS SMAW
III
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
A. Pengertian
B. Karakteristik
Mesin Las SMAW
Mesin Las SMAW
C. Perangkat
Mesin Las SMAW
D. Perawatan
Mesin Las SMAW
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Mesin las listrik merupakan mesin yang digunakan untuk menyambung atau
memotong suatu benda kerja. Mesin las listrik secara prinsip terdiri dari beberapa
komponen meliputi transformator, pendingin, pemegang elektroda, kabel las listrik
kutub positif, dan kabel listrik kutub negatif. Perkembangan teknologi mesin las
SMAW pada saat ini memungkinkan bentuk dan teknologi mesin las yang cukup
sederhana namun tetap berfungsi dengan baik. Salah satu hasil perkembangan
teknologi mesin las adalah mesin las portable, merupakan mesin las yang
penggunaanya dapat dipindahkan dengan mudah.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Las SMAW adalah sebuah proses penyambungan logam yang menggunakan
energi panas untuk mencairkan benda kerja dan elektroda (bahan pengisi).
Energi panas pada proses pengelasan SMAW dihasilkan karena adanya lompatan
ion (katoda dan anoda) listrik yang terjadi pada ujung elektroda dan permukaan
material. Pada proses pengelasan SMAW jenis pelindung yang digunakan adalah
selaput flux yang terdapat pada elektroda. Flux pada elektroda SMAW berfungsi
untuk melindungi logam las yang mencair saat proses pengelasan berlangsung.
Flux ini akan menjadi slag ketika sudah padat.
Sumber: https://bit.ly/3chQNwK
MATERI PEMBELAJARAN
Kaidah Ohm:
MATERI PEMBELAJARAN
5. Jenis-jenis Arus
40
40 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Mesin las DC digerakan oleh generator atau perubahan dari arus AC ke DC.
Dua tipe mesin las DC yaitu (1) Direct Current, Straight Polarity / DCSP ketika
base metal dihubungkan dengan kutub positif mesin dan holder elektroda
dihubungkan dengan sisi negatif mesin. 2/3 panas disalurkan ke base metal
dan 1/3 panas ke elektroda, digunakan untuk pengelasan penetrasi dalam,
temperature tinggi benda kerja. (2). Direct current, Reverse Polarity /DCRP
ketika base metal dihubungkan dengan kutub negative mesin dan holder
elektroda dihubungkan dengan kutub positif mesin. 2/3 panas disalurkan ke
elektroda dan 1/3 panas ke benda kerja.
Pada mesin las bolak-balik AC, busur nyala diperoleh dari transformator,
di mana dalam pesawat arus listrik searah dirubah menjadi arus bolak-
balik oleh transformator yang sesuai dengan arus yang digunakan dalam
pengelasan. Pada mesin ini pemasangan kabel las dapat ditukarkan dan tidak
mempengaruhi perubahan temperatur pada busur nyala. Pada mesin ini
distribui panas adalah 50% panas disalurkan ke elektroda dan 50% panas
disalurkan ke loagam dasar.
42
42 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Komponen pengarah pada mesin las merubah arus listrik hanya dalam
satu arah. Komponen pengarah tersebut adalah kompenen elektronika yang
disebut dengan Dioda atau biasa juga disebut dengan katup pengaman balik.
Fungsi komponen pengarah ini adalah untuk menyearahkan arus AC menjadi
arus DC.
9. Prinsip Arus DC dan Arus AC
MATERI PEMBELAJARAN
44
44 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:
1. sumber arus listrik
2. sumber arus las atau mesin las
3. kabel arus las atau elektroda
4. kabel arus las kabel massa
5. pemegang elektroda
6. elektroda
7. klem massa pada benda kerja
8. benda kerja
9. busur las
10. inti elektroda
11. salutan atau selubung elektroda
12. tetesan cairan elektroda
13. gas gas pelindung dari salutan elektroda
14. terak cair
15. terak padat
16. kawat las/ cairan last
17. hasil las
Sumber arus lasnya disambungkan pada jaringan arus listrik yang ada dan
semua sambungan listriknya memakai kontak stekker yang dilengkapi dengan
uliran sebagai pengaman. Dari sumber arus las tersebut selalu dilengkapi dua
kabel yang terpisah satu sama lain ke tempat kerja. Melalui dua kabel ini akan
tersusun lingkaran arus lewat pemegang/penjepit elektroda dan benda kerja.
Pada waktu mengelas, benda kerja berada dalam sirkuit arus las.
MATERI PEMBELAJARAN
proses pengelasan. Bila dari jenis arus output maka pesawat las dapat di
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pesawat las arus bolak-balik AC
Pesawat jenis ini mempunyai perangkat berupa transformator las,
pembangkit listrik motor diesel, atau motor bensin. Akan tetapi, yang paling
banyak digunakan adalah transformator las yang mempunyai kapasitas 200
sampai dengan 500 ampere. Pesawat jenis ini sangat banyak digunakan karena
biaya operasinya yang rendah dan juga harganya yang relatif murah dengan
voltase yang keluar dari pesawat transformator ini antara 36 sampai 70 volt.
46
46 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
PENEMUAN MESIN LAS
Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah alat tersebut digunakan dalam
praktek oleh Benardes dalam tahun 1985. Dalam penggunaan yang pertama
ini benardes memakai elektroda yang dibuat dari batang karbon atau grafit.
Karena panas yang timbul, maka logam pengisi yang terbuat dari logam yang
sama dengan logam induk mencair dan mengisi tempat sambungan. Pada tahun
CAKRAWALA
1889 Zerner mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan dengan
menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh dua batang karbon. Slavianoff
pada tahun 1892 adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam
elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik
yang terjadi. Selanjutnya, Kjellberg menemukan bahwa kualitas sambungan las
menjadi lebih baik bila bila kawat elektroda logam yang digunakan dibungkus
dengan terak
Di samping penemuan-penemuan oleh Slavianoff dan Kjellberg dalam
las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan di atas, dalam
tahun 1886 Thomas menciptakan proses las resistansi listrik. Goldschmitt
menemukan las termit pada tahun 1895 dan pada tahun 1901 las oksi-asitelin
mulai digunakan oleh Fouche dan Piccard. Baru pada tahun 1926 ditemukanlah
las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam dengan pelindung gas mulia
oleh Hobart dan Dener, dan las busur rendam oleh Kennedy pada tahun 1935.
Pada tahun 1936 Wasserman menyusul dengan menemukan cara pembrasingan
yang mempunyai kekuatan tinggi.
Dari tahun 1950 sampai sekarang telah ditemukan cara-cara las baru antara
lain las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO2, las
gesek, las ultrasonik, mesin las sinar elektron, las busur plasma, las laser, dan
masih banyak lagi lainnya.
Sumber: http://hima-tl.ppns.ac.id/penemuan-mesin-las/
JELAJAH INTERNET
Teknologi perkembangan mesin las SMAW saat ini
merupakan hasil dari beberapa penelitian oleh pakar
professional yang bergerak pada bidangnya. Untuk
menambah wawasan terksait perkembangan teknologi
mesin las SMAW, Anda dapat melihat beberapa jurnal
dan hasil penelitian dari internet. Sumber yang dapat
dijadikan referensi dalam mempelajari mesin las SMAW
adalah situs berikut: https://bit.ly/2xpHKLf
RANGKUMAN
1. Ada tiga jenis sumber arus las dan menghasilkan dua jenis arus las seperti
yang tertera di bawah ini:
a. Generator las yang menghasilkan arus searah/ DC
b. Penyearah arus las menghasilkan arus searah/ DC
c. Transformator las menghasilkan arus bolak-balik/ AC
RANGKUMAN
2. Sumber arus untuk mesin las harus memenuhi beberapa persyaratan seperti
yang tertera di bawah ini:
a. Dalam penggunaannya besar arus las harus dapat di setel.
b. Besar arus las berada ada di antara 15 sampai dengan 400 ampere.
c. Tegangan minimum untuk mesin las antara 15 sampai dengan 100 volt.
d. Kerugian selama pengelasan haruslah sekecil mungkin.
e. Terjadinya hubungan pendek pada sirkit arus las harus dapat dijamin.
3. Dalam pengelasan busur listrik manual banyak berbagai jenis mesin ataupun
pesawat las yang dipergunakan, bergantung dengan keperluan dalam proses
pengelasan. Bila dari jenis arus output dan maka pesawat las dapat di
dikelompokkan sebagai berikut:
a. pesawat las arus bolak-balik AC
b. Pesawat las arus searah DC
c. Pesawat lasa AC-DC
4. Arus listrik yang digunakan pada pengelasan busur manual
a. Arus listrik bolak-balik AC
b. Arus listrik searah DC
TUGAS MANDIRI
Tugas mandiri kali ini adalah melakukan pengamatan pada mesin mesin las yang
digunakan di bengkel sekolah ataupun industry. Catat dan analisa mesin las
tersebut termasuk ke dalam jenis mesin las apa, ciri-ciri dan data spesifikasinya
bagaimana? Selanjutnya diskusikan dengan teman-temanmu kemudian
presentasikan dengan guru bidang studi!
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang
karakteristik dan penggunaan mesin las SMAW. Silakan diskusikan dengan teman
mana menurut Anda yang paling sulit dipahami? Selanjutnya bersama sama
tanyakan pada guru, karena dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu
dalam memahami materi-materi selanjutnya
BAB
ELEKTRODA LAS SMAW
IV
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
A. Pengertian
B. Klasifikasi
Elektroda Las SMAW
Elektroda Las SMAW
C. Kodefikasi
Elektroda Las SMAW
D. Penggunaan
Elektroda Las SMAW
KATA KUNCI
Elektroda, selaput (fluks), suhu, DC, AC, lapisan pelindung, gas pelindung.
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Elektroda adalah bahan penghantar arus listrik yang bersifat konduktor
yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari satu bagian ke bagian lainnya.
Pengertian elektroda pada proses pengelasan terutama pada las busur listrik
manual adalah bahan yang digunakan untuk menghantarkan arus listrik dari
mesin las ke benda kerja. Pada las busur listrik manual, elektrode yang dipakai
adalah elektroda yang memiliki selaput (flux). Elektroda terdiri dari batang inti dan
selaputnya. Batang elektroda dan selaputnya akan mencair di dalam busur listrik
selama proses pengelasan dan akan membentuk rigi-rigi las atau kampuh las.
Batang kawat atau inti elektroda berfungsi sebagai penghantar arus listrik dan juga
sebagai bahan tambah (filler) ketika proses pengelasan. Selaput atau salutan pada
elektroda berfungsi untuk menghasilkan gas pelindung cairan las dari pengaruh
udara (proses oksidasi) ketika pengelasan.
MATERI PEMBELAJARAN
Jenis bahan yang akan dilas merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam pemilihan dan penggunaan elektroda, karena tidak semua
bahan/logam akan cocok dilas mengunakan sajtu jenis elektroda. Penggunaan
elektroda yang tidak sesuai dengan bahan yang dilas akan menyebabkan hasil
pengelasan yang tidak baik. Berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan
oleh AWS, jenis elektroda dengan spesifikasi A5.1 digunakan untuk bahan yang
tergolong pada mild steel dan A5.5 digunakan untuk bahan low-alloy steel.
Jenis arus yang dihasilkan oleh mesin las yang dipakai adalah arus AC, DC +,
atau DC -. Hal ini juga akan berpengaruh dalam pemilihan elektroda. Penggunaan
elektroda yang sesuai dengan arus las yang digunakan akan memperoleh hasil
lasan yang baik dan ideal dan sebaliknya. Apabila ukuran dan jenis elektroda tidak
sesuai dengan arus las yang digunakan akan menyebabkan hasil las yang tidak baik
atau akan menyebabkan kinerja dari elektroda tidak maksimal.
Suhu penyimpanan, jenis, dan ukuran elektroda akan memengaruhi kekerasan
hasil pengelasan. Suhu penyimpanan yang tidak sesuai menyebabkan kandungan
hidrogen dalam elektroda tersebut berubah. Elektroda perlu dan harus disimpan
ditempat yang kering agar selaput elektroda tidak lembab akibat adanya pengaruh
kelembaban udara. Elektroda harus disimpan di tempat atau ruangan yang
mempunyai sirkulasi udara dan temperatur ruangan yang dapat dikontrol. Besarnya
suhu ruangan tempat penyimpanan elektroda tergantung dari jenis elektrodanya.
Contoh, elektroda low hydrogen disimpan dengan suhu 100OC dan elektroda rutile
disimpan dengan suhu 40OC.
Masalah-masalah yang akan terjadi apabila salutan elektroda mengalami
kelembaban adalah:
1. Retak pada logam las atau area terdampak panas (HAZ)
2. Terjadi porosity pada logam hasil pengelasan
3. Percikan busur listrik terlalu berlebihan
4. Nyala busur listrik tidak stabil
5. Sulit membersihkan terak/slag
6. Selaput elektroda menjadi merah terbakar
Kelembaban pada elektroda dapat dihilangkan dengan cara mengeringkan
elektroda menggunakan pemanas (oven) atau dengan cara di jemur di bawah sinar
matahari. Tetapi harus diingat bahwa elektroda juga jangan terlalu kering, karena
akan merusak elektroda itu sendiri ataupun akan mengurangi karakter, kualitas,
dan fungsi atau kinerjanya.
Penanganan, penyimpanan, dan perawatan elektroda dengan benar
merupakan hal yang penting dilakukan sebelum dan sesudah mengelas. Hal ini
dilakukan agar elektroda tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipakai kembali.
Penanganan yang baik juga akan berdapampak pada faktor ekonomis di dalam
peroses pengelasan. Dapat dikatakan bahwa langkah ini merupakan penghematan,
karena pemakaian elektroda yang efesien.
Pengetahuan atau wawasan dalam menentukan dan memilih serta
menggunakan elektroda merupakan suatu persyaratan mutlak yang harus dimiliki
oleh setiap orang yang bekerja pada bidang las. Ini adalah hal yang sangat
dianjurkan bagi juru las yang baik dan berkualifikasi
52
52 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Penggunaan elektroda terdiri dari dua cara yaitu secara langsung dan tidak
langsung. Penggunaan elektroda secara langsung adalah elektroda berfungsi
sebagai penghantar arus listrik, pengisi, dan penghasil gas pelindung, misalnya
pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda habis terpakai saat proses
pengelasan, sedangkan maksud secara tidak langsung adalah elektroda hanya
berfungsi sebagai penghantar arus listrik dan penghasil nyala busur listrik yang
nantinya akan meleburkan logam induk dan logam tambah atau bahan pengisi
(welding rod). Gas pelindung oksidasi pada penggunaan elektroda secara tidak
langsung berasal dari tabung/ sumber gas. Contoh penggunaan elektroda secara
tidak langsung adalah proses pengelasan pada las Gas tungsten arc welding (GTAW),
gas yang digunkan adalah gas Argon (Ar) dan Carbondioksida (CO2).
Proses yang terjadi ketika pengelasan menggunakan las busur listrik manual
(SMAW) adalah arus listrik yang mengalir pada inti elektroda menuju ke bahan
induk. Proses ini menghasilkan suhu yang sangat tinggi dan menyebabkan lapisan
pelindung oksidasi terbakar menjadi cair sekaligus menghasilkan gas yang cukup
banyak yang dapat melindungi cairan las dari oksigen selama proses pengolahan
berlangsung. Selanjutnya cairan zat lapisan pelindung tersebut ikut mencair dan
mengalir ke dalam cairan logam las. Hal ini dikarenakan massa jenis cairan zat
lapisan pelindung lebih kecil daripada cairan logam las, sehingga menyebabkan
cairan zat lapisan pelindung tersebut mengapung di atas permukaan cairan logam
las. Selanjutnya akan menutupi atau melindungi rigi-rigi las yang terjadi setelah
cairan logam las mengeras.
Lapisan dari cairan zat pelindung yang ikut mengeras karena pendinginan ini
disebut dengan terak/slag. Sifat terak ini mudah pecah apabila proses pegelasannya
menggunakan elektroda dengan selapu/salutan yang kelembabannya tepat,
sehingga akan mempermudah etika membersihkan hasil pengelasan.
Pada elektroda terdapat serbuk/butir pelindung oksidasi yang terbuat dari
bahan kimia yang sama dengan lapisan pelindung (coating). Serbuk ini akan
mencair dan mengapung di atas cairan logam las dan membeku/mengeras secara
bersam-sama serta akan melapisi rigi-rigi las. Dalam pemakaiannya, apabila butir-
butir/ serbuk pelindung oksidasi elektroda hilang karena sesuatu hal ketika cairan
logam las belum membeku/mengeras akan menyebabkan tidak terjadinya proses
oksidasi pada cairan logam las tersebut sehingga akan mempengaruhi kualitas
hasil pengelasan.
MATERI PEMBELAJARAN
54
54 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
2. Kandungan air
Besarnya kandungan air maksimum untuk lapisan pelindung elektroda
jenis hidrogen rendah (E7018, E7016, E7028, dan E7048) yang merupakan
produk asli dari pabrik pembuat atau setelah kondisi fisiknya diperbaiki
kembali tidak melebihi 0,6% dari berat awal.
MATERI PEMBELAJARAN
5. Pengujian elektroda
Pengujian yang dilakukan pada semua jenis elektroda betujuan untuk
mendapatkan nilai atau kualitas dari elektroda tersebut dan utuk menyatakan
apakah elektroda tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada
maing-masing elektroda. Berikut ini adalah langkah-langkah/ cara pengujian
elektroda yaitu:
a. Uji mekanis, pengujian yang meliputi uji tarik bahan yang sudah dilas
secara transversal, uji tumbukan, dan uji lengkung pada bahan yang dilas
secara longitudinal terarah.
b. Uji las fillet, di mana setelah bahan dilas secara fillet hasil lasannya diuji dari
sifat wujudnya (visual chek) untuk menentukan apakah lasan fillet terbebas
dari retakan (crack), jalur lasan (overlap), terak yang terperangkap (slag
inclusion), porosity pada permukaan lahan, dan pemakanan pengelasan
pada jalur las (undercut).
c. Uji analisis kimiawi, di mana baja karbon tidak boleh melebihi batas-batas
yang tertera pada tabel limit komposisi logam las.
d. Uji kecembungan (convex) dan panjang kaki lasan harus sesuai dengan
data pada tabel yang tertera di bawah ini:
Ukuran kecembungan maksimum dan beda maksimum panjang kaki-kaki las
fillet untuk pengujian elektroda:
56
56 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Ukuran
standar E6010, E6011, E6012,
kawat inti E6020, E6027, E7024,
E6013, E6022, E7014,
E7027, E7028, E7048
E7015, E7016, E7018
MATERI PEMBELAJARAN
350 atau
3/16 4,8 14 350 14 atau 18
450
450 atau
7/32 5,6 14 atau 18 350 atau 450 18 atau 28
700
450 atau
1/4 6,4 18 450 18 atau 28
700
450 atau
5/16 8,0 18 450 18 atau 28
700
Sumber: Dokumen penulis
C. Kodefikasi Elektroda
Dalam memilih dan menggunakan elektroda, mengerti, dan memahami kode/
tanda elektroda merupakan suatu keharusan. Huruf dan angka yang terdapat pada
elektroda adalah kode yang memiliki arti tersendiri pada tiap-tiap jenis elektroda.
Kode ini dibuat berdasarkan standar yang telah diakui oleh lembaga-lembaga yang
bergerak di bidang pengelasan. Tujuan dari kodefikasi elektroda adalah sebagai
acuan yang sah dan memudahkah komunikasi antara produsen dan konsumen serta
mempermudah pemilihan dan penggunaannya. Contoh: Normalisasi elektroda
menurut D I N 1913.
58
58 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Semakin meningkatnya tebal selaput elektroda, maka sifat mekanis dari hasil
pengelasan dan bahan lasnya akan semakin tinggi. Di samping dari ketebalan
selaput/salutan, jenis/tipe dari salutannya juga dapat memengaruhi kualitas
kampuh/hasil lasan. Tanda singkatan untuk tipe salutan tersebut terdiri dari empat
huruf. Dalam garis besarnya huruf ini berarti:
A = Kadar besi (Fe) tinggi.
B = Kadar mangan (Mn) sifat basanya tinggi.
C = Kadar selulose tinggi.
R = Kadar mineral rutil tinggi.
MATERI PEMBELAJARAN
60
60 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
62
62 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
64
64 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan adalah
elektroda terbungkus, di mana terdiri dari batang kawat (inti) dan salutannya
(flux).
2. Salutan (flux) dari elektroda berfungsi sebagai pelindung, yang mana dapat
melindungi cairan las dari pengaruh udara luar.
3. Penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda sangat penting artinya
karena dapat menjaga agar salutan dari elektroda tetap dalam kondisi yang
baik.
4. Elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja paduan, dan
elektroda bukan besi (non ferrous).
5. Bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat dari
logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok dan sesuai dengan
logam dasar yang akan disambung.
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Pada las busur listrik manual, bahan tambah yang digunakan sering disebut
dengan elektroda. Mari cari tahu tentang elektroda SMAW sebanyak-banyaknya!
Silakan cari melalui internet atau media lain, jenis elektroda apa yang sering
digunakan dalam industri perkapalan! Apakah yang kamu ketahui tentang
elektroda tersebut dan mengapa sering digunakan? Tuliskan pendapatmu dan
presentasikan dengan teman dan guru pengampu mata pelajaran!
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang pemilihan
dan penggunaan elektroda. Silakan diskusikan dengan teman mana menurut
anda yang paling sulit dipahami! Selanjutnya bersama sama tanyakan pada guru,
karena dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu dalam memahami
materi-materi selanjutnya.
BAB
DISTORSI PADA PROSES PENGELASAN
V
BAB V DISTORSI PADA PROSES PENGELASAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
A. Pengertian
B. Distorsi Pada
Pengelasan
Distorsi Pada Proses
Pengelasan
C. Penyebab Distorsi
D. Penyebab Distorsi
Pada Pengelasan
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Pengelasan fillet tipe-T dan Butt joint banyak digunakan dalam dunia industri
perkapalan, struktur jembatan, dan industri-industri yang lain. Permasalahan utama
proses pengelasan adalah terjadinya tegangan sisa dan distorsi.
Tegangan sisa dan distorsi merupakan fenomena yang terjadi pada material.
Apabila diabaikan dapat mengakibatkan material hasil proses pengelasan tersebut
mengalami kegagalan pada saat beroperasi. Hal ini tentunya tidak diinginkan oleh
siapapun. Oleh sebab itu, bab ini menjelaskan apa yang dimaksud dengan distorsi,
dampak, dan cara penanganannya.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Semua logam akan mengembang/memuai apabila mendapat panas dan
menyusut bila mengalami pendinginan. Kejadian tersebut merupakan sifat dari
logam itu sendiri. Seorang operator las harus memiliki kemampuan bagaimana
suatu proses pengelasan dapat menghasilkan bentuk sambungan sesuai rencana
yang dikehendaki dengan melakukan pengendalian terhadap pemuaian dan
penyusutan yang berlebihan. Distorsi ialah perubahan bentuk atau penyimpangan
bentuk yang diakibatkan oleh panas, yang di antaranya adalah akibat proses
pengelasan. Pemuaian dan penyusutan benda kerja akan berakibat melengkungnya
atau tertariknya bagian-bagian benda kerja sekitar pengelasan, misalnya pada saat
proses las busur manual.
MATERI PEMBELAJARAN
70
70 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
C. Penyebab Distorsi
Tiga penyebab utama terjadinya distorsi (perubahan bentuk) pada konstruksi
logam dan industri bidang konstruksi (pengelasan) adalah:
1. Tegangan Sisa
Seluruh bahan logam yang digunakan dalam industri misalnya batangan,
lembaran, atau bentuk profil lainnya diproduksi atau dibentuk dengan proses-
proses ini meninggalkan atau menahan tegangan di dalam bahan yang
disebut tegangan sisa. Batang tidak selalu tegangan sisa ini menimbulkan
permasalahan, tapi apabila bahan menerima panas akibat pengelasan atau
pemotongan dengan panas (api), tegangan sisa akan hilang secara tidak
merata, maka akan terjadi perubahan bentuk (distorsi). Sebagai contoh profil I
berikut yang dipotong dengan api.
2. Pengelasan/Pemotongan dengan Panas
Sewaktu mengelas atau memotong dengan menggunakan api (panas),
sumber panas dihasilkan dari nyala busur atau nyala api ini akan mengakibatkan
pertambahan panjang dan penyusutan secara tidak merata. Akibatnya terjadi
perubahan bentuk (distorsi).
MATERI PEMBELAJARAN
b. Pengelasan Catat
Las catat adalah pengelasan dengan jumlah sedikit merupakan titik-
titik saja yang akan berfungsi seperti klem. Jumlah dan ukuran dari titik-
titik pengelasan yang diperlukan untuk mempertahankan kelurusan sangat
tergantung pada jenis dan tebal bahan. Teknik pengelasan catat yang benar
akan mempertahankan bahan sewaktu pengelasan. Langkah pengelasan
catat dapat diperhatikan pada gambar berikut, yakni berselang-seling.
72
72 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
b. Pengelasan seimbang
Pengelasan seimbang ini adalah suatu proses pengelasan untuk
menyeimbangkan panas ke bidang pengelasan. Metode ini sering
digunakan untuk memperbaiki kebulatan atau kelurusan poros dan
setiap jalur pengelasan dilakukan berseberangan. Ini bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan kontraksi dan mengurangi perubahan
bentuk.
MATERI PEMBELAJARAN
74
74 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Mata Pelajaran :
Kelas/ semester :
Hari tanggal :
Alokasi Waktu :
Nama Kelompok :
Anggota kelompok
1...............................
2...............................
3...............................
4...............................
LEMBAR PRAKTIKUM
JUDUL:
PENGARUH PRE-SETTING TEKUKAN 30 PADA PENGELASAN SAMBUNGAN TUMPUL
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotongroyong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-
jawab, responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan
serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kajian Teknik Pengelasan pada tingkat
teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan
potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah
sederhana sesuai dengan lingkup kajian teknik pengelasan. Menampilkan
kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitasyang terukur
sesuai dengan standar. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerak mahir, menjadikan
gerak alami, dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan langsung.
B. KOMPETENSI DASAR
1.1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan
dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menganugrahkannya ilmu dan teknologi
di bidang pengelasan.
2.1. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif,
dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur
manual. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis,
LEMBAR PRAKTIKUM
dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual. Menunjukkan sikap
responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual.
2.2. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam
menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam melaksanakan
pekerjaan di bidang las busur manual.
2.3. Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual.
3.5.Menganalisis penyebab dan prosedur pencegahan distorsi dalam
pengelasan las busur manual (SMAW).
4.5.Melakukan prosedur pencegahan distorsi dalam pengelasan las busur
manual (SMAW).
LEMBAR PRAKTIKUM
E. LANGKAH KEGIATAN
1. Siapkan empat buah pelat ukuran 100 x 200 x 10 mm.
2. Buat kampuh miring sebesar 30°-35° pada salah satu sisi yang berukuran
200 mm.
3. Pertemukan dua buah pelat yang bersisi miring sehingga membentuk
kampuh V.
4. Ikat dengan tack weld pada bagian belakang pelat.
5. Perlakukan dengan sama pada dua buah pelat yang lain.
6. Setelah dua buah pasang pelat selesai di-tack weld, maka salah satu
pasang pelat ditekuk ke bawah sebesar ± 3°. Penekukan dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemukulan dengan menggunakan palu, atau
sepasang pelat tersebut dipukulkan pada landasan paron.
7. Selanjutnya, lakukan pengelasan pada kedua kampuh V tersebut!
8. Amati dan tuliskan perbedaan bentuk pelat setelah pengelasan antara
pengelasan kampuh V yang pelatnya ditekuk sebesar ± 3° dengan kampuh
V yang pelatnya tanpa ditekuk!
9. Berdasarkan pengamatan tersebut, buatlah kesimpulan mengenai
pengaruh pemberiantekuka ± 3° pada benda kerja terhadap distorsi yang
terjadi.
F. PENGAMATAN
Buatlah data hasil pengamatan dengan mengisi tabel berikut:
No. Bentuk Kampuh Sudut distorsi pelat setelah pengelasan
1. Kampuh V dengan
tekukan ± 3°
2. Kampuh V tanpa tekukan
G. ANALISIS
Berdasarkan data tabel pengamatan, buatlah analisis pengaruh pemberian
sudut ± 3° tekukan terhadap distorsi yang terjadi pada pengellasan busur
manual!
H. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan tersebut, buatlah kesimpulan mengenai pengaruh
pemberiantekukan ± 3° pada benda kerja terhadap distorsi yang terjadi!
I. DAFTAR PUSTAKA
Sukaini. 2013. Teknik Las SMAW Kelas XI Semester 1. Malang: PPPPTK BOE.
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang
distorsi pada proses pengelasan dan bagaimana cara penanganan dan
pencegahan distorsi pada proses pengelasan. Pada semua materi yang
dijelaskan pada bab ini, mana menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba
Anda diskusikan dengan teman maupun guru Anda, karena dengan memahami
bab ini kalian sangat terbantu dalam memahami dan melaksanakan kegiatan/
materi-materi selanjutnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
A. Pengertian
B. Prosedur K3
Pengelasan SMAW
K3 Pengelasan SMAW
C. Bahaya Pengelasan
SMAW dan
Pencegahannya
D. APD Pada
Pengelasan SMAW
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Kesehatan Kerja
Istilah kesehatan dan keselamatan kerja mengacu pada kondisi psikologis fisik dan
psikologis pekerja yang merupakan hasil dari lingkungan yang diberikan oleh
perusahaan. Jika suatu perusahaan melakukan pengukuran keamanan dan kesehatan
yang efektif, semakin sedikit pegawai yang mengalami dampak penyakit jangka
pendek atau jangka panjang akibat bekerja di perusahaan tersebut.
Keselamatan Kerja
Pengertian program kesehatan kerja adalah keselamatan kerja menunjukkan pada
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat
kerja. Definisi lain keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Penggunaan alat kerja harus
benar-benar di perhatikan oleh setiap perusahaan. Alat keselamatan kerja juga harus
memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja nasional seperti penggunaan
helm safety, jacket safety, dan juga sepatu safety.
Sumber: https://bit.ly/3a3g6m2
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang yang berhubungan
dengan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada
sebuah institusi ataupun lokasi proyek.
Secara khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pengertian K3 secara keilmuan; K3 merupakan ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
2. Pengertian K3 secara filosofis; suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan
keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya,
dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju
masyarkat adil dan makmur.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan
kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Hal ini tertuang dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja,
sedangkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya seperti
UU Nomor 12 Tahun 1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan secara eksplisit konsep
K3 yang dikelompokkan sebagai norma kerja. Setiap tempat kerja atau perusahaan
harus melaksanakan program K3.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal penting yang
wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87.
Sumber: https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html
84
84 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Cahaya tampak
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las busur listrik
manual mengeluarkan cahaya tampak. Semua cahaya tampak yang masuk
ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila
cahaya ini terlalu kuat maka mata akan segera menjadi lelah dan kalau
terlalu lama mungkin menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit pada mata
sifatnya hanya sementara. Cahaya nampak yang terang dapat mengganggu
mekanisasi pupil mata sehingga membutakan mata atau mengurangi daya
lihat mata.
c. Cahaya ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap,
tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia
yang terjadi didalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa
melebihi jumlah tertentu, maka pada mata terasa seakan-akan ada benda
asing di dalamnya dalam waktu antara 6 sampai 12 jam, kemudian mata
akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini
akan hilang setelah 48 jam.
Bersifat bagaikan kilatan petir, dapat mengakibatkan pembengkakan
pada selaput mata dan kelopak mata, mata merah, dan pedih. Di samping
itu dapat membakar kulit yang tak terlindungi, mirip seperti kena sinar
matahari. Terhadap bahaya tersebut, yang paling utama harus kita lindungi
86
86 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
adalah mata, yaitu dengan kaca filter yang sesuai atau menurut normalisasi
yang ditentukan.
Syarat-syarat kaca filter/pelindung:
1) Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.
2) Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.
3) Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.
4) Harus tahan lama dan mempunyai sifat tidak mudah berubah.
5) Harus memberikan rasa aman terhadap pemakai.
MATERI PEMBELAJARAN
penghalang).
2. Bahaya Asap/Gas dan Pencegahannya
Ukuran debu dan asap yang dihasilkan dalam proses pengelasan berkisar
antara 0,2 µm sampai dengan 3 µm, dan jenis debu adalah eternity dan
hydrogen rendah. Butir debu dan asap dengan ukuran 0,5 µm dapat terhisap,
tetapi sebagian dari debu akan tersaring oleh bulu hidung dan bulu pada
pipa sistem pernapasan, sedangkan yang ukurannya lebih kecil akan masuk
terhisap masuk ke dalam dan akan keluar kembali saat bernapas. Debu atas
asap yang melekat dan tertinggal pada paru-paru dapat memyebabkan
timbulnya penyakit, seperti sesak napas dan penyakit lainnya. Oleh karena itu,
pada saat mengelas, adanya debu dan asap menjadi hal yang perlu mendapat
perhatian yang khusus.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit/
kecelakaan yang disebabkan oleh debu dan asap las diataranya adalah sebagai
berikut:
a. Membuat atau mengatur system peredaran udara atau ventilasi yang baik.
Kamar las harus dilengkapi dengan pipa salauran penghisap debu dan asap
las yang penempatannya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Ruangan las juga jarus memiliki saluran pembuangan udara (blower).
b. Memakai helm/kedok las dengan benar, yakni ketika melakukan pengelasan
helm/keldok las terpakai menutupi seluruh wajah, sehingga mengurangi
debu dan asap las masuk melewati wajah.
c. Memakai masker pelindung pernapasan yang sesuai dengan standar
berikut:
1) Mempunyai daya saring yang tinggi
2) Tidak menggangu system pernapasan.
3) Sesuai dengan bentuk wajah
4) Tidak mengganggu pekerjaan.
5) Kuat, ringan serta mudah untuk dirawat
d. Memakai pakaian las (apron) yang terbuat dari bahan kulit atas asbes.
88
88 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
ARC-EYE
Arc-eye, juga dikenal sebagai flash tukang las, adalah peradangan kornea dan
merupakan hasil dari radiasi ultraviolet (UV) yang dilepaskan oleh busur
pengelasan. Penyebab lain arc-eye secara langsung melihat:
1. Matahari.
2. Sunlamp sinar, lampu halogen, atau lampu flash fotografer.
3. Refleksi matahari dari salju atau air.
Seringkali, gejala arc-eye tidak segera muncul. Sebagai gantinya, mereka akan
berkembang selama beberapa jam. Karena itu, Anda mungkin tidak menyadari
bahwa Anda menderita mata busur selama beberapa jam setelah paparan.
Sebagai sumber paling umum dari flash mata okular, penting Anda mengambil
tindakan pencegahan yang memadai untuk melindungi diri Anda jika Anda
bekerja dengan, atau di sekitar, tukang las.
“Saya secara tidak sengaja memandang busur pengelasan.”
Jika Anda telah melihat busur pengelasan tanpa mengenakan Alat Pelindung
Diri (APD) yang tepat, Anda mungkin akan menderita beberapa, atau semua, dari
gejala berikut:
1. Tekanan ringan atau nyeri hebat di mata.
2. Sensitivitas abnormal terhadap cahaya atau tidak dapat melihat sumber
cahaya.
3. Penyiraman mata yang tidak normal.
4. Kemerahan mata dan selaput di sekitarnya.
5. Robeknya mata dan selaput di sekitarnya.
6. Merasa seolah ada ‘pasir atau pasir’ di mata Anda.
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keparahan cedera luka bakar,
termasuk jarak, durasi, dan sudut di mana radiasi menembus mata. Selain itu,
paparan jangka panjang kadang-kadang dapat menyebabkan katarak, yang
menyebabkan hilangnya penglihatan.
CAKRAWALA
Anda harus mencari saran medis jika Anda mengalami gejala. Ini penting karena
mungkin ada benda asing di mata yang berkontribusi terhadap ketidaknyamanan
Anda dan karenanya Anda mungkin memerlukan perawatan antibiotik untuk
mencegah infeksi. Jika Anda menderita mata busur, dokter Anda kemungkinan
akan memberi Anda perawatan mata, seperti tetes mata yang dilebarkan dan
pembalut empuk, untuk memungkinkan mata Anda beristirahat dan pulih. Dua
puluh empat hingga empat puluh delapan jam setelah perawatan dimulai, Anda
perlu diperiksa oleh dokter untuk memastikan mata Anda pulih dan tidak ada
infeksi yang muncul. Jika ada masalah dengan perawatan Anda, Anda akan
dirujuk ke spesialis.
Kornea Anda akan membaik dalam satu hingga dua hari. Namun, jika Anda
tidak mendapatkan perawatan mata-busur, Anda membiarkan diri Anda rentan
terhadap infeksi. Dalam kasus yang serius, ini dapat menyebabkan berbagai
tingkat kehilangan penglihatan.
JELAJAH INTERNET
https://bit.ly/2yoU4vA
RANGKUMAN
RANGKUMAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang K3
dalam pengelasan SMAW. Dari semua materi yang dijelaskan pada bab ini, mana
menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman
maupun guru Anda, karena dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu
dalam memahami materi-materi selanjutnya.
BAB
SIMBOL DASAR PENGELASAN
VII
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Simbol pengelasan adalah gambar/simbol grafis yang berisi petunjuk atau informasi
dalam melakukan pengelasan. Dalam simbol pengelasan terdapat informasi berupa:
1. Area/daerah yang akan dilas
2. Ukuran dari hasil pengelasan (jarak, lebar, tinggi, panjang, dan lain-lain)
3. Teknik pengelasan
4. Proses pengelasan
5. Jenis sambungan las
6. Jenis pengerjaan akhir pengelasan
Oleh sebab itu, penting bagi siswa (welder) untuk mempelajari simbol-simbol
pengelasan. Dengan mengetahui atau memahami arti simbol-simbol pengelasan
maka siswa akan sangat dimudahkan dalam proses membacaan gambar, penentuan
teknik dan daerah las, serta proses pengelasan yang dituntut untuk dikerjakan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Fillet weld
Spot weld
Seam weld
Surfacing
Edge weld
Sumber: https://bit.ly/3bBSeFj
98
98 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Location
Arrow side Other side Both side
significance
Fillet
Spot or
Not Used
projection
Back or
Not Used
backing
Edge
Sumber: https://bit.ly/3cH1FEG
MATERI PEMBELAJARAN
100
100 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
102
102 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Garis horizontal disebut juga garis referensi adalah dasar yang mengikat
semua simbol pengelasan lainnya. Petunjuk untuk membuat pengelasan
digantung di sepanjang garis referensi. Panah menghubungkan garis referensi
ke sambungan yang akan dilas. Pada contoh di atas, panah ditampilkan keluar
dari ujung kanan garis referensi dan menuju ke bawah dan ke kanan, tetapi
banyak kombinasi lainnya diperbolehkan.
Seringkali, ada dua sisi pada sambungan yang menjadi tempat titik panah,
dikarenakan kedua tempat tersebut berpotensi untuk pengelasan. Misalnya,
ketika dua pelat baja disatukan menjadi bentuk T, pengelasan dapat dilakukan
di kedua sisi batang T.
Gambar 7.10 Dua Sisi yang Menjadi Tempat Titik Panah Untuk Pengelasan
Sumber: https://bit.ly/3czZuTv
MATERI PEMBELAJARAN
104
104 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
1. Fillet Weld
Pengelasan fillet (dilafalkan "fill-it") digunakan untuk membuat lap joint,
sambungan sudut dan sambungan T. Seperti yang diperlihatkan simbolnya,
pengelasan fillet kira-kira berbentuk segitiga dalam penampang, meskipun
bentuknya tidak selalu berupa segitiga siku-siku atau segitiga sama kaki.
Logam dilas di sudut yang dibentuk oleh rangkaian dari dua logam dasar untuk
membentuk sambungan.
MATERI PEMBELAJARAN
106
106 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
2. Groove welds
MATERI PEMBELAJARAN
b. V-groove welds
Tepi kedua potongan dibuat kampuh (di-Champer), baik secara
tunggal atau ganda untuk membuat alur. Huruf V diberikan pada simbol
pengelasan, serta ukuran jarak akar.
108
108 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
d. U-groove welds
Tepi kedua potongan benda kerja dibuat cekung. Kedalaman
tepi, rongga efektif (effective throat) dan jarak akar dijelaskan dengan
menggunakan metode yang sama dengan bagian alur V-groove.
e. J-groove welds
Tepi salah satu benda kerja dipotong membentuk cekungan dan
benda kerja yang lainnya dibiarkan persegi. Pengelasan kampuh/alur U
hampir sama halnya dengan pengelasan kampuh/alur V. Seperti halnya
pengelasan alur bevel, garis tegak lurus selalu digambar di sisi kiri dan
panah (jika perlu dilakukan pemotongan) menunjuk ke bagian tepi benda
kerja yang dikampuh. Kedalaman tepi, rongga efektif dan pemisahan pada
akar dijelaskan dengan menggunakan metode yang dibahas dalam bagian
V-groove.
MATERI PEMBELAJARAN
110
110 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
112
112 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
CAKRAWALA
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
2 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
3 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
4 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
TUGAS MANDIRI
5 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
6 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
7 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
8 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
9 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
10 …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang simbol
dasar pengelasan. Dari semua materi yang dijelaskan pada bab ini, mana
menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman
maupun guru Anda, karena dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu
dalam memahami materi-materi selanjutnya terutama dalam membaca gambar
teknik dalam proses pengelasan.
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah jawaban di bawah ini dengan tepat !
1. Kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis (yang
permanen) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah merupakan
sifat logam…
A. Kekerasan (hardness)
B. Kekuatan (strength)
C. Keuletan/kekenyalan (ductility)
D. Ketangguhan (toughness)
E. Kekakuan (shiftness)
2. Baja yang memiliki kandungan karbon 0,35% sampai 0,5% adalah baja
dengan tipe…
A. Mild Steel (Baja Lunak)
B. Baja Karbon Rendah
C. Baja Karbon Medium
D. Baja Karbon Tinggi
E. Baja Perkakas
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
8. Daerah benda kerja yang terpengaruh oleh panas pada saat proses pengelasan
disebut…
A. Jalur las
B. Daerah pengelasan
C. Kampuh las
D. Rigi-rigi las
E. HAZ (Heat Affective Zone)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
12. Salah satu jenis mesin/pesawat las AC adalah transformator las, yang pada
prinsipnya berfungsi untuk…
A. Menaikkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
B. Menurunkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
C. Menaikkan dan menurunkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
D. Menurunkan tegangan dan menaikkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
E. Menaikkan tegangan dan menurunkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
Pada mesin las AC, jika elektroda las dihubungkan pada kutub negatif mesin
dan bahan induk dihubungkan pada kutub positif las, maka distribusi panasnya
adalah…
A. 30% elektroda dan 70% bahan induk
B. 45% elektroda dan 55% bahan induk
C. 50% elektroda dan 50% bahan induk
D. 55% elektroda dan 45% bahan induk
E. 70% elektroda dan 30% bahan induk
14. Pada pengkutuban arus listrik searah, untuk mengelas benda-benda yang
tebal lebih tepat menggunakan pengkutuban…
A. DCEP (Direct Current Elecrode Positive)
B. DCRP (Direct Current Reserve Polarity)
C. DC (Direct Current)
D. AC (Alternating Current)
E. DCSP (Direct Current Straight Polarity)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
15. Kabel yang menghubungkan antara pesawat las dengan saklar utama sumber
listrik disebut kabel…
A. Elektroda
B. Sekunder
C. Tenaga
D. Massa
E. Las
17. Alat bantu las yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa terak yang masih
ada setelah dibersihkan dengan palu terak dan membersihkan benda kerja
yang akan dilas, yaitu…
A. Sikat kawat
B. Pahat baja
C. Semitang
D. Amplas
E. Kikir
Lebar root gap (jarak akar las) harus di-setting sebelum melakukan pengelasan
agar penembusan bisa baik adalah…
A. 2,8 mm
B. 3 mm
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
C. 2,6 mm
D. 3,2 mm
E. 3,4 mm
19. Berikut ini merupakan fungsi dari elektroda las busur manual, kecuali…
A. Mencegah terjadinya reaksi kimia antara cairan logam dengan oksigen dan
nitrogen
B. Memudahkan penyalaan busur
C. Memperoleh rigi-rigi las yang baik
D. Memperoleh busur yang lebih stabil
E. Untuk mengontrol penetrasi pada sambungan las
20. Adanya udara luar yang masuk dan terperangkap dalam logam hasil pengelasan
apabila dalam proses pengelasan jarak elektroda dengan bahan induk terlalu
jauh. Cacat las yang sangat mungkin terjadi adalah…
A. Overlap
B. Porosity
C. Undercut
D. Re-inforcement
E. Penembusan yang kurang sempurna
24. Dalam pengelasan las busur manual, akibat dari pengaturan arus listrik yang
terlalu rendah adalah…
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
25. Hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam penyetelan arus
listrik untuk pengelasan, kecuali…
A. Tipe sambungan yang akan dilas
B. Tipe elektroda yang digunakan
C. Tebal bahan yang akan dilas
D. Jenis bahan yang akan dilas
E. Diameter elektroda
Cara menyalakan busur yang ditunjukkan pada gambar di atas adalah dengan
cara diketuk (tapping method). Cara ini sering atau biasa digunakan dalam
pengelasan untuk jenis las…
A. DCEN
B. DCEP
C. AC-DC
D. DC
E. AC
27. Apabila hasil lasan yang baru lalu dilakukan pendinginan langsung dengan
air maka akan mengakibatkan…
A. Distorsi
B. Rigi berlebih
C. Track
D. Speter
E. Rusak
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
29. Teknik penyalaan busur las seperti pada gambar di bawah ini disebut dengan
teknik…
A. Tapping methode
B. Whipping methode
C. Dragging methode
D. Weaving methode
E. Scratching methode
B. ESSAY
Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Tuliskan dan jelaskan 4 sifat logam dengan singkat!
2. Tuliskan macam-macam teknik perlakuan panas pada logam dan fungsinya
atau tujuannya!
3. Tuliskan apa yang dimkasud dengan daerah terpengaruh panas (HAZ)!
4. Tuliskanlah keuntungan menggunakan peswat mesin las AC dan DC!
5. Apakah ada pengaruhnya apabila pada waktu proses pengelasan menggunakan
elektroda yang sangat lembab?
BAB
BENTUK DAN SIMBOL SAMBUNGAN LAS
VIII
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui gambar tentang bentuk dan simbol sambungan las peserta didik
dapat: menjelaskan macam-macam bentuk dan simbol sambungan las sudut
(Fillet Joint) dengan mengembangkan nilai bertanggungjawab/integritas dan
kerja keras/ mandiri. Disediakan bentuk dan simbol sambungan las peserta
didik dapat menerapkan macam-macam bentuk dan simbol sambungan las
sudut (Fillet Joint) dengan mengembangkan nilai rasa ingin tahu/mandiri, serta
mendemonstrasikan macam-macam bentuk dan simbol sambungan las sudut
(Fillet Joint) dengan mengembangkan nilai kejujuran dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Las tumpul (butt weld) adalah sambungan las tumpul keliling melingkar, dan
jenis sambungan yang paling umum digunakan dalam pembuatan sistem pengelasan
pipa. Sambungan tumpul adalah metode sambungan pipa, fitting, flensa, katup, dan
peralatan lainnya. Teknik pengelasan ini diterapkan secara luas di mana kualitas hasil
pengelasan menjadi prioritas.
Ketika material yang akan dilas melebihi ketebalan 3/16 inchi, ujung pipa, fitting,
dan flensa harus di-champer (kampuh/bevel) dengan besaran sudut sekitar (30-35)°,
Bevel yang paling sering digunakan adalah "plain bevel" dari ketebalan dinding (t) 4
hingga 22,5 mm, dan "compound bevel" untuk ketebalan dinding di atas 22 mm.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Bentuk dan Simbol Sambungan Las Sudut (Fillet Joint) dan Sambungan Las
Tumpul (Butt Joint)
Pada umumnya, sambungan las terdiri dari dua jenis, yaitu sambungan
tumpul (butt joint) dan sambungan sudut (fillet joint). Berikut ini adalah jenis-jenis
sambungan las:
1. Sambungan sumbat (plug joint)
2. Sambungan sudut dalam (T-joint atau L-joint)
3. Sambungan sudut luar (corner joint)
4. Sambungan tumpul (butt joint)
5. Sambungan celah (slot joint)
6. Sambungan tumpeng (lap joint)
Kampuh las yang sering digunakan pada pekerjaan pengelasan adalah sebagai
berikut:
1. Kampuh V (single v butt)
2. Kampuh I (open square butt)
3. Kampuh X (double vee butt)
4. Kampuh U (single u butt)
5. Kampuh K (sambungan T dengan penguatan pada kedua sisi/ reinforcement on
T-butt weld)
6. Kampuh J (sambungan T denlgan pengautan satu sisi/ single J-butt weld)
MATERI PEMBELAJARAN
B. Penerapan Bentuk dan Simbol Sambungan Las Sudut (Fillet Joint) dan
sambungan Las Tumpul (Butt Joint)
Simbol pengelasan yang terdapat pada gambar kerja memiliki peranan yang
sangat penting bagi operator las dalam menentukan jenis pekerjaan las, konstruksi
sambungan las, dan ukuran-ukuran pengelasan. Memahami dan menguasai simbol-
simbol pengelasan merupakan hal yang mutlak bagi sesorang yang bekerja pada
bidang pengelasan.
Berikut ini adalah macam-macam simbol las dasar secara umum yang
digunakan dalam berbagai macam pengelasan:
Tabel 8.1 Macam-macam Simbol Las
No. Name Ilustrasi Simbol
128
128 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Fillet weld
Spot weld
Seam weld
Sumber: https://bit.ly/2X0EI8Y
Contoh penerapan bentuk dan simbol sambungan las sudut (Fillet Joint)
Bentuk T dilas
1. kontinyu pada satu
sisi
Bentuk T dilas
2. kontinyu pada dua
sisi
MATERI PEMBELAJARAN
4. Sumbat
Contoh penerapan bentuk dan simbol sambungan las tumpul (Butt Joint)
Tabel 8.2 Contoh Penerapan Bentuk dan Simbol Sambungan Las
No. Bentuk Sambungan Gambar Simbol
1. Kampuh I tertutup
2. Kampuh I terbuka
3. Kampuh V
4. Kampuh X
LEMBAR PRAKTIKUM
Mata Pelajaran :
Kelas/ semester :
Hari tanggal :
Alokasi Waktu :
130
130 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
LEMBAR PRAKTIKUM
Nama Kelompok :
Anggota Kelompok
1……………
2…………….
3…………….
4……………..
JUDUL:
PENGELASAN SAMBUNGAN LAS SUDUT (FILLET JOINT)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotongroyong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-
jawab, responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian, secara berkesinambungan
serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam sertadalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual,konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kajian Teknik Pengelasan pada
tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia
kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah
sederhana sesuai dengan lingkup kajian Teknik Pengelasan. Menampilkan
kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitasyang terukur
sesuai dengan standar. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerak mahir, menjadikan
gerak alami, dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan langsung.
B. KOMPETENSI DASAR
1.1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
LEMBAR PRAKTIKUM
menciptakannya.
1.2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menganugrahkannya ilmu dan
teknologi di bidang pengelasan.
2.1.Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif,
dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur
manual. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis,
dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual. Menunjukkan sikap
responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial lsebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual.
2.2.Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam
menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam melaksanakan
pekerjaan di bidang las busur manual.
2.3.Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan social lsebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las
busur manual.
3.8.Memahami macam-macam bentuk dan symbol sambungan las sudut
(fillet joint).
4.8.Menyajikan macam-macam bentuk dan symbol sambungan las sudut
(fillet joint).
D. GAMBAR KERJA
LEMBAR PRAKTIKUM
G. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapkan bahan dengan jenis dan ukuran sesuai dengan yang diminta,
kemudian permukaan bahan harus kering dan bersih, bebas karat, cat
dan oli! Untuk membersihkan dapat dilakukan dengan sikat kawat baja.
2. Atur besarnya arus sesuai dengan kebutuhan dan jenis serta diameter
elektroda yang akan digunakan!
3. Atur benda kerja dengan posisi yang benar-benar tegak lurus (900) dan
rata di atas meja kemudian lakukan pengelasan ikat pada kedua ujung-
ujungnya!
4. Bersihkan terak dan percikan-percikan logam pada semua las ikat!
5. Lakukan pengelasan sambungan las sudut (fillet joint) dengan gerakan
elektroda lurus dan sudut elektroda yang tepat!
LEMBAR PRAKTIKUM
H. PENGAMATAN
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
a. Helm/topeng
las, Pakaian
Penggunaan alat kerja,
1
perlindungan diri b. Safety shoes,
c. Apron,
d. Sarung tangan,
2 Proses Pengelasan SMAW
3 Jenis elektroda AWS E6013
4 Diameter elektroda Ø 3,2 mm
5 Besar arus 80 - 120 A
6 Sudut elektroda 45o / 70o - 80o
Lurus dan
7 Gerakan elektroda
Diayun
Alat pembersih hasil Palu terak dan
8
lasan sikat baja
I. PEMERIKSAAN HASIL
Skor Skor
Aspek yang
No. Kriteria Min.
Diperiksa 4 3 2 1
Lulus
1 Lebar deposit las 9±1 2
LEMBAR PRAKTIKUM
Maksimal 2
6 Jumlah cacat las 2
buah
Kedalaman
0 +0,25
7 Undercut 2
Panjang
0+5%
8 Perubahan bentuk Rata 0+2,5 2
Bebas terak
9 Kebersihan Bebas 2
Splatter
J. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan hasil, maka…………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….......
K. DAFTAR PUSTAKA
Sukaini. 2013. Teknik Las SMAW Kelas XI Semester 1. Malang: PPPPTK BOE.
Bachtiar. 2012. Modul 1 Pengelasan SMAW, Program Studi Teknik Bangunan
Kapal, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
Mata Pelajaran :
Kelas/ semester :
Hari tanggal :
Alokasi Waktu :
Nama Kelompok :
Anggota Kelompok
1……………
2…………….
3…………….
4……………..
JUDUL:
PENGELASAN SAMBUNGAN LAS TUMPUL (BUTT JOINT)
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotongroyong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat,
LEMBAR PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM
D. GAMBAR KERJA
LEMBAR PRAKTIKUM
G. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapkan bahan dengan jenis dan ukuran sesuai dengan yang diminta,
kemudian permukaan bahan harus kering dan bersih, bebas karat, cat,
dan oli. Untuk membersihkan dapat dilakukan dengan sikat kawat baja.
2. Atur besarnya arus sesuai dengan kebutuhan dan jenis serta diameter
elektroda yang akan digunakan.
3. Atur benda kerja di atas meja dengan posisi yang benar-benar rata
dengan celah atau gap 1,5 s.d. 2 mm. Selanjutnya lakukan pengelasan
ikat pada kedua ujungnya. Bersihkan terak dan percikan-percikan logam
pada semua las ikat.
4. Lakukan pengelasan sambungan las tumpul (butt joint) dengan gerakan
elektroda lurus dan memperhatikan pada tinggi elektroda terhadap
material dan kecepatan penarikan.
5. Konsentrasikan perhatian pada sudut elektroda, jarak elektroda terhadap
material dan kecepatan penarikan.
6. Bersihkan terak dan percikan logam dari seluruh permukaan benda
kerja, kemudian benda kerja dibalik dan bersihkan terak yang ada dalam
celah /gap. Bila kedalaman celah tidak rata hendaknya diratakan dengan
gerinda tangan yang menggunakan cutting disc.
7. Usahakan celah atau gap mempunyai lebar dan kedalaman yang merata,
selanjutnya dilakukan pengelasan.
8. Setelah selesai bersihkan benda kerja dari terak dan percikan-percikan
logam. Siap untuk dievaluasi oleh pengajar.
H. PENGAMATAN
Cek list
No. Aspek yang diamati Kriteria
Benar Salah
a. Helm/topeng las,
Pakaian kerja,
Penggunaan alat
1. b. Safety shoes,
perlindungan diri
c. Apron,
d. Sarung tangan,
2. Proses pengelasan SMAW
LEMBAR PRAKTIKUM
I. PEMERIKSAAN HASIL
Skor Skor
Aspek yang
No. Kriteria Min.
Diperiksa 4 3 2 1
Lulus
1. Lebar deposit las 8±1 2
2. Tinggi deposit las 1,5±0,5 2
3. Sambungan las Rata ±0,5 2
Beda permukaan
4. 0 ±0,5 2
las
Perubahan
5. Rata 0+2,5 2
bentuk
Bebas terak
6. Kebersihan Bebas 2
Splatter
J. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan hasil, maka…………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….......
K. DAFTAR PUSTAKA
Sukaini. 2013. Teknik Las SMAW Kelas XI Semester 1. Malang: PPPPTK BOE.
Bachtiar. 2012. Modul 1 Pengelasan SMAW, Program Studi Teknik Bangunan
Kapal, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
CAKRAWALA
CAKRAWALA
2. Tegangan yang timbul dianggap juga merata pada penampang kampuh, yang
paling bahaya yakni pada penampang yang terkecil.
3. Pada umumnya las listrik yang dipergunakan untuk menerima/ memindahkan
beban, juga untuk sambungan yang harus kuat dan rapat air. Sambungan
las otogin kurang meyakinkan sebab suhu yang sukar dikontrol hingga
penetrasipada logam induk kurang merata dan juga struktur kampuh lasnya
kurang homogen.
4. Selalu diusahakan agar bahan untuk logam pengisi mempunyai kekuatan
yang seimbang/sama dengan kekuatan logam induknya/bendanya.
5. Dihindarkan berkumpulnya rigi-rigilas.
6. Dihindarkan adanya perubahan mendadak dari potongan.
7. Pengelasan dalam kedudukan yang sulit agar dihindarkan.
8. Mengambil ukuran dari bagian-bagian yang hendak disambungkan sebesar
mungkin, agar pengelasan menjadi sekecil mungkin.
Las Tumpul
Kuat las tumpul penetrasi penuh ditetapkan sebagai berikut:
1. Bila sambungan dibebani dengan gaya tarik atau gaya tekan aksial
terhadap luas efektif, maka:
φ.Rnw = 0,90.te .fy (bahan dasar)
φ.Rnw = 0,90.te .fyw (las)
2. Bila sambungan dibebani dengan gaya geser terhadap luas efektif, maka:
φ.Rnw = 0,90.te .(0,6.fy ) (bahan dasar)
CAKRAWALA
CAKRAWALA
Las Sudut
Kuat rencana per satuan panjang las sudut, ditentukan sebagai berikut.
φ.Rnw = 0,75.te .(0,6.fuw) ( las )
φ.Rnw = 0,75.te .(0,6.fu ) ( bahan dasar )
dengan
a. Aw adalah luas geser efektif las
b. fuw adalah kuat tarik putus logam las
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Pada umumnya, sambungan las terdiri dari dua jenis, yaitu sambungan
tumpul (butt joint) dan sambungan sudut (fillet joint).
2. Jenis-jenis sambungan las:
a. Sambungan sumbat (plug joint)
b. Sambungan sudut dalam (T-joint atau L-joint)
c. Sambungan sudut luar (corner joint)
d. Sambungan tumpul (butt joint)
e. Sambungan celah (slot joint)
f. Sambungan tumpeng (lap joint)
3. Kampuh las yang sering digunakan pada pekerjaan pengelasan adalah
RANGKUMAN
sebagai berikut:
a. Kampuh V (single v butt)
b. Kampuh I (open square butt)
c. Kampuh X (double vee butt)
d. Kampuh U (single u butt)
e. Kampuh K (sambungan T dengan penguatan pada kedua sisi/
reinforcement on T-butt weld)
f. Kampuh J (sambungan T denlgan pengautan satu sisi/ single J-butt weld)
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang
bentuk dan simbol sambungan las sudut dan sambungan las tumpul serta
dalam penerapannya. Dari semua materi yang dijelaskan pada bab ini, mana
menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman
maupun guru Anda, karena dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu
dalam memahami materi-materi selanjutnya terutama dalam mengenali dan
penerapkan bentuk dan simbol sambungan las sudut dan sambungan las
tumpul.
BAB
SIMBOL-SIMBOL TAMBAHAN DAN DIMENSI LAS
IX
BAB IX SIMBOL-SIMBOL TAMBAHAN DAN DIMENSI LAS
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui studi literasi tentang simbol dimensi las peserta didik dapat menjelaskan
simbol dimensi las dengan mengembangkan nilai bertanggungjawab/integritas
dan kerja keras/mandiri. Disediakan simbol dimensi las peserta didik dapat
menyesuiakan simbol dimensi las dengan menghayati dan mengamalkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai), serta menerapkan simbol dimensi las dengan mengembangkan
nilai bertanggungjawab/integritas dan kerja keras/ mandiri.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Gambar 9.1 Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar EN ISO 2553:2014
Sumber: https://bit.ly/3bzGweo
Contour
Flush or flat convex concave
Selain simbol dasar pengelasan yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,
terdapat juga simbol tambahan dan dimensi las yang harus kuasai oleh orang
yang bekerja pada bidang pengelasan. Simbol tambahan las adalah simbol yang
memberikan informasi tentang bentuk lasan atau bagaimana sambungan las harus
dibuat dan dimesnsi las adalah simbol (dimensi) yang memberikan informasi tentang
ukuran pengelasan.
MATERI PEMBELAJARAN
Flush Finish
Convex
Concave
Backing Weld
Gambar 9.3 Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar EN ISO 2553:2014
Sumber: https://bit.ly/3cLkFlO
a. Flush Finish
Simbol ini menandakan bahwa pengelasan harus dikerjakan dengan
mesin gerinda atau ratakan kembali seperti permukaan pelat. Simbolnya
adalah garis lurus yang menunjukkan seperti apa permukaan akhir benda
kerja.
b. Cembung
Simbol ini menunjukkan bahwa hasil pengelasan berbentuk cembung.
Bentuk ini merupakan pengerjaan akhir (finishing) yang sering digunakan
pada pengelasan groove.
c. Cekung
Simbol ini menunjukkan bahwa hasil pengelasan berbentuk cembung. Bentuk
ini merupakan pengerjaan akhir (finishing) yang sering digunakan pada
pengelasan fillet.
d. Lasan penopang (backing)
Lasan Penopang (backing) adalah lasan kecil (tack weld) pada bagian
bawah sambungan benda yang dilas berbentuk seperti huruf V atau
U sebelum benda sepenuhnya dilas. Lasan penopang bertujuan untuk
memberikan topangan pada benda kerja yang tipis agar tiupan/semburan
146
146 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
panas yang terjadi pada saat pengelasan tidak sampai keluar dari benda
kerja. Simbolnya berupa garis lengkung ditempatkan di bawah atau di atas
simbol dasar, tergantung pada sisi mana dari garis referensi simbol dasar
itu berada.
Double Side
Bevel Butt
Double Side U
Gambar 9.4 Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar EN ISO 2553:2014
Sumber: https://bit.ly/3cLkFlO
Weld
Between
Points
Weld On
Side
MATERI PEMBELAJARAN
Staggered
Intermittent
Weld
Gambar 9.5 Simbol Tambahan dan dimensi las standar EN ISO 2553:2014
Sumber: https://bit.ly/3cLkFlO
148
148 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 9.6 Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar EN ISO 2553:2014
Sumber: https://bit.ly/3dUDsew
MATERI PEMBELAJARAN
b. Weld Lenght
Setiap lasan, kecuali lasan spot dan plug, memiliki komponen yang
panjang. Panjang lasan dapat berupa seluruh panjang sambungan atau
bagiannya. Ada beberapa metode berbeda untuk memberikan informasi
panjang lasan pada gambar. Ketika lasan harus menjadi seluruh panjang
sambungan, komponen panjang tidak diperlukan pada simbol pengelasan.
Simbol pengelasan menunjuk ke sambungan yang membutuhkan lasan.
Lasan dibuat sepanjang sambungan itu. Jika lasan diperlukan untuk
membuat perubahan arah, simbol pengelasan tambahan atau simbol
multi-panah harus digunakan.
Ketika panjang lasan tidak diperlukan untuk memperpanjang panjang
lengkap sambungan, itu dapat didefinisikan dengan menempatkan panjang
yang dibutuhkan di sebelah kanan simbol lasan. Simbol pengelasan
kemudian menunjuk ke area sambungan yang membutuhkan pengelasan.
Ini dapat menggantikan dimensi panjang standar.
150
150 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
c. Intermiten Welds
Lasan yang intermiten (selang seling), juga disebut lasan skip, terdiri
dari serangkaian lasan yang ditempatkan pada sambungan, dengan ruang
yang tidak dilas di antara masing-masing lasan. Segmen pengelasan
individual dalam pengelasan intermiten memiliki komponen panjang dan
pitch. Panjang las adalah jarak linear dari setiap segmen las. Panjangnya
ditunjukkan dalam simbol pengelasan di sebelah kanan simbol pengelasan.
Pitch adalah jarak pusat ke pusat dari masing-masing segmen pengelasan.
Itu ditunjukkan di sebelah kanan panjang pada simbol pengelasan, dengan
tanda hubung di antara keduanya. Ketika lasan intermiten ditempatkan
pada kedua sisi sambungan, lasan tersebut dapat saling berhadapan secara
langsung, yang dikenal sebagai lasan rantai terputus-putus, atau dapat
diimbangi, dikenal sebagai lasan intermiten terhuyung-huyung (berayun).
MATERI PEMBELAJARAN
e. Finish Symbol
Menempatkan simbol akhir yang berdekatan dengan simbol kontur
menentukan metode pembuatan kontur. Simbol akhir terbuat dari huruf.
Huruf-huruf dan metode yang sesuai tercantum di bawah ini.
U = tidak ditentukan Ini berarti bahwa metode yang tepat dapat
digunakan.
G = Grinding (menggiling)
M = Machining (permesinan)
C = Chipping
R = Rolling
H = Hammering
P = Planishing
152
152 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
f. Dimensi las
Simbol pengelasan untuk lasan meliputi simbol yang diperlukan dan
(sesuai kebutuhan) seperti ukuran, panjang, jarak (pitch), kontur, metode
pembuatan kontur, las keliling (weld all around), daerah pengelasan,
dan informasi tambahan lainnya yang tercantum dalam ekor simbol
pengelasan. Lihat Gambar! Ukuran lasan ditunjukkan di sebelah kiri simbol
lasan. Ini mewakili panjang kaki dari segitiga siku-siku terbesar yang dapat
masuk dalam lasan pada titik terkecil itu, dengan simpul segitiga terletak
di persimpangan dua anggota yang bergabung.
Tabel 9.1 Penerapan Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar EN ISO 2553:2014
MATERI PEMBELAJARAN
154
154 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
Sumber: https://bit.ly/3bBSeFZ
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 9.2 Penerapan Simbol Tambahan dan Dimensi Las Standar AWS
156
156 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Sumber: https://bit.ly/3cFhVGr
CAKRAWALA
Cacat las/ defect weld adalah suatu keadaan hasil pengelasan di mana terjadi
penurunan kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil lasan yang dimaksud adalah
berupa turunnya kekuatan dibandingkan dengan kekuatan bahan dasar base
metal, tidak baiknya performa/ tampilan dari suatu hasil las atau dapat juga berupa
158
158 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
CAKRAWALA
terlalu tingginya kekuatan hasil lasan sehingga tidak sesuai dengan tuntutan
kekuatan suatu konstruksi. Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak
hal yang tidak diinginkan dan mengarah pada turunnya tingkat keselamatan
kerja, baik keselamatan alat, pekerja, lingkungan dan perusahaan. Di samping
itu juga secara ekonomi akan mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan
akan mengakibatkan kerugian. Menurut American Socety Mechanical Engineers
(ASME), penyebab cacat lasan dapat dibagi menjadi beberapa faktor antara lain:
1. Kurang mendukungnya lokasi pengerjaan
2. Kesalahan operator
3. Kesalahan teknik pengelasan
4. Kesalahan material
Secara umum cacat las dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Rounded indication atau cacat bulat
Merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila dimensi/ ukuran
panjang kumpulan cacat masih berada pada cacat maksimum sesuai kriteria
penerimaan yang dipakai.
2. Linear indication atau cacat memanjang
CAKRAWALA
CAKRAWALA
b. Ultrasonic Test
Inspeksi ultrasonik merupakan suatu metode NDT yang sangat sensitif
untuk menginspeksi hasil pengelasan yang terbuat dari metal, nonmetal,
dan nonmagnetik. Dengan metoda ultrasonik ini, dapat diketahui estimasi
letak dan ukuran cacat yang kecil walaupun hanya satu sisi permukaan
hasil pengelasan yang dapat diakses serta mampu mendeteksi cacat
internal, cacat di permukaan, dan menentukan karaktersitik perekatan
(bond characteristic), juga untuk mengukur ketebalan dan lebar korosi.
Kesusksesan dari inspeksi ultrasonik sangat tergantung pada kondisi
permukaan subjek, ukuran butir dan arah butir, dan impedansi magnetik.
Prosedur pelaksanaan ultrasonic test:
1) Melakukan penggerindaan pada daerah yang akan diuji
2) Persiapan peralatan, melakukan pengaturan pada alat ultrasonic
3) Membasahi bagian las-lasan yang akan diamati dengan ultra gel.
4) Mengarahkan bagian prop dari alat ultasonic ke sasaran yang akan
diamati.
5) Mengamati tampilan pada layar apakah terdapat gelombang yang
terindikasi sebagai cacat las.
6) Menandai dengan steel marker apabila terdapat cacat las.
7) Radiographic Test
Inspeksi radiographic merupakan suatu metode NDT yang sangat
CAKRAWALA
sensitif untuk menginspeksi hasil pengelasan. Metoda radiographic ini
dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus
material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan
diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian
direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka
intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman
pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian material yang
mengalami cacat.
c. Vacuum Test
Vacuum test merupakan salah satu cara untuk menguji hasil pengelasan.
Dengan vacuum test ini dapat diketahui ada tidak tidaknya kebocoran
pada hasil pengelasan. Vacuum test dilakukan pada hasil pengelasan
yang hanya satu sisi pengelasan yang dapat dilihat dan umumnya
digunakan sebagai tempat yang berfungsi sebagai fluida strorage tank.
Berikut adalah prosedur vacuum test
1) Permukaan las dibersihkan dari segala macam kotoran dan debu.
2) Permukaan las dilumuri dengan air sabun.
CAKRAWALA
Tidak ada toleransi sekecil apa pun apabila terjadi kebocoran dan
solusinya adalah harus dilakukan pengelasan ulang hingga tidak ada lagi
kebocoran.
d. Leak Test
Leak test merupakan salah satu jenis pengujian las yang digunakan untuk
mengetahui ada tidak nya kebocoran pada hasil lasan. Pengujian jenis
ini hanya bisa dilakukan untuk bidang lasan yang kedua sisinya dapat
diamati.
Sumber: https://bit.ly/3dS4HGr
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai simbol-
simbol tambahan dan simbol dimensi las serta dalam
penerapannya, peserta didik dapat mempelajari secara
mandiri di internet. Melalui internet peserta didik
bisa mengakses lebih jauh materi tersebut. Berikut ini
link website yang bisa peserta didik kunjungi untuk
menambah wawasan tentang simbol-simbol tambahan
dan simbol dimensi las serta dalam penerapannya.
https://bit.ly/2LCEShD
RANGKUMAN
1. Simbol-simbol tambahan dan simbol dimensi las ada dua macam, yaitu:
a. Simbol tambahan dan dimensi las standar EN ISO 2553:2014
1) Flush Finish
2) Cembung
3) Cekung
4) Lasan penopang (backing)
5) Penambahan bahan sisipan (consumable insert)
6) Pengelasan Keliling (weld all around)
7) Las di antara titik
8) Pengelasan dilakukan di lokasi/lapangan (weld on site)
9) Pengelasan selang seling berayun
b. Simbol tambahan dan dimensi las standar AWS
1) Field Weld
2) Weld Length
3) Intermiten Welds
4) Weld Contour Symbols
5) Finish Symbol
2. Penerapan simbol tambahan dan simbol dimensi las ada dua macam, yaitu:
a. Penerapan simbol tambahan dan dimensi las standar EN ISO 2553:2014
b. Penerapan simbol tambahan dan dimensi las standar AWS
TUGAS MANDIRI
Carilah materi tentang simbol-simbol tambahan dan simbol dimensi las serta
dalam penerapannya diperpustakaan didaerahmu yang terdekat!
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang simbol-
simbol tambahan dan simbol dimensi las serta dalam penerapannya. Dari
semua materi yang dijelaskan pada bab ini, mana menurut Anda yang paling
sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman maupun guru Anda, karena
dengan memahami bab ini kalian sangat terbantu dalam memahami materi-
materi selanjutnya terutama dalam mengenali dan penerapkan simbol-simbol
tambahan dan simbol dimensi las.
BAB X TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA DENGAN PROSES LAS SMAW PADA POSISI 1G DAN 2G
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui studi literasi tentang teknik mengelas SMAW peserta didik dapat
menjelaskan teknik mengelas pelat baja dengan proses las smaw pada
posisi bawah tangan 1G dan 2G dengan mengembangkan nilai kerjasama,
musyawarah/ gotong-royong, dan dengan disediakannya peralatan dan bahan
las SMAW peserta didik dapat melaksanakan pengengelasan pelat baja dengan
proses las smaw pada posisi bawah tangan 1G dan 2G dengan mengembangkan
nilai kejujuran dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
4) Pelindung kepala
5) Sarung tangan las
6) Kacamata bening
7) Masker
8) Pelindung telinga
c. Lembaran kerja/gambar kerja
2. Bahan:
a. 4 buah Pelat baja karbon ukuran 200 x 150 x 10 mm
b. Elektroda E 6013, Ø 2,6 dan Ø 3,2 mm
c. Elektroda E 7016, Ø 2,6 dan Ø 3,2 mm
KESELAMATAN KERJA:
1. Periksa persambungan kabel-kabel las. Jaga agar tidak ada yang kurang kuat/
longgar.
2. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari lokasi pengelasan.
3. Gunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja yang layak dan sesuai dengan
fungsinya.
4. Jangan gunakan tang dan kabel las yang tidak terisolasi.
5. Bekerjalah pada ruang las dengan sirkulasi udara / ventilasi yang cukup.
6. Usahakan ruang las/ tempat pengelasan tidak terbuka, sehingga cahaya las
tidak mengganggu lingkungan/ orang lain yang berada di sekitar lokasi.
7. Bertanyalah pada Instruktor/ pembimbing jika ada hal-hal yang tidak
dimengerti dalam melaksanakan pekerjaan.
8. Bersihkan alat dan tempat kerja setelah selesai bekerja.
B. Prosedur dan Teknik Pengelasan SMAW pada Posisi 1G
1. Membaca gambar kerja dan prosedur pengelasan dengan baik dan teliti.
2. Memanaskan elektroda dengan menggunakan thermos elektroda.
Tujuan dari pemanasan elektroda adalah untuk mendapatkan suhu pemakaian
elektroda yang tepat sehingga proses pengelasan berjalan dengan dengan
lancar dan menghasilkan hasil las yang baik.
3. Membersihkan bahan dengan sikat baja dari kotoran debu, karat, dan cairan
yang dapat mempengaruhi hasil las.
4. Rapikan setiap tepi/sudut benda kerja dengan menggunakan kikir atau mesin
gerinda tangan agar dalam memudahkan dalam perakitan sambungan las.
5. Buatlah root face 1,8 s.d 2 mm dengan mesin gerinda.
6. Meletakkan benda kerja di atas meja las dengan posisi yang tepat untuk
pengelasan 1G.
7. Memasang kabel masa pada meja las.
8. Memasang elektroda pada holder las.
9. Mengatur arus listrik pada 80 s.d. 90 Ampere.
10. Ikatlah (tack weld) kedua bahan membentuk sambungan tumpul (butt joint)
pada kedua ujungnya. Lihat gambar!
168
168 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
11. Buatlah jalur 1 (root pass) tanpa ayun sepanjang benda kerja dengan work
angle 90º dan travel angle 85º.
a. Pada saat menyalakan elektroda, jangan dinyalakan pada permukaan
kampuh atau pada permukaan benda kerja, tetapi nyalakan pada ± 15 mm
dari tepi benda kerja. Apabila busur sudah menyala, gerakkan elektroda ke
arah awal/tepi kampuh.
b. Pada saat menghentikan proses pengelasan, cara yang tepat adalah
dengan jalan mengangkat atau menggerakkan kea rah berlawanan arah
pengelasan dengan gerakan yang cepat.
c. Terak las harus terlebih dahulu dihilangkan/dibersihkan dari bagian yang
akan disambung saat akan menyambung kembali kampuh las. Menyalakan
elektroda untuk menyambung pengelasan sama dengan Langkah
sebelummnya (bagian a)
d. Mengakhiri pengelasan dengan cara menggerakkan batang elektroda naik
turun dan dengan arah tegak luruh dengan benda kerja kemudian ditarik
ke atas dari kampuh yang telah selesai.
12. Bersihkan dan ratakan root pass dengan mesin gerinda tangan.
13. Buatlah jalur 2 (filler pass) di atas jalur 1 (root pass) sepanjang benda kerja
dengan ayunan.
14. Atur arus listrik pada 90 s.d. 100 Ampere.
15. Buatlah jalur 3 (cover pass/cap) dengan ayun (weaving) sepanjang benda kerja
dengan work angle 90º dan travel angle 85º.
16. Membersihkan terak dengan palu terak.
17. Gunakan topeng las atau kaca mata bening saat memukul terak untuk
menghindari percikan terak mengenai mata dan wajah.
18. Membersihkan spatter dengan pahat tangan.
19. Bersihkan kotoran lain dengan sikat baja.
20. Periksa hasil pengelasan.
MATERI PEMBELAJARAN
3. Membersihkan bahan dengan sikat baja dari kotoran debu, karat, dan
cairan yang dapat mempengaruhi hasil las.
4. Rapikan setiap tepi/sudut benda kerja dengan menggunakan kikir
atau mesin gerinda tangan agar dalam memudahkan dalam perakitan
sambungan las.
5. Buatlah root face 1,8 s.d 2 mm dengan mesin gerinda.
6. Meletakkan/memasang benda kerja di atas meja las dengan posisi yang
tepat untuk pengelasan 2G.
7. Memasang kabel masa pada meja las.
8. Memasang elektroda pada holder las.
9. Mengatur arus listrik pada 80 s.d. 90 Ampere.
10. Ikatlah (tack weld) kedua bahan membentuk sambungan tumpul (butt
joint) pada kedua ujungnya. Lihat gambar!
11. Buatlah jalur 1 (root pass) tanpa ayun sepanjang benda kerja dengan work
angle 90º dan travel angle 85º.
170
170 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
12. Bersihkan dan ratakan root pass dengan mesin gerinda tangan.
13. Buatlah jalur 2 (filler pass) di atas jalur 1 (root pass) sepanjang benda kerja
dengan ayunan.
14. Atur arus listrik pada 90 s.d. 100 Ampere.
15. Buatlah jalur 3 (cover pass/cap) dengan ayun (weaving) sepanjang benda
kerja dengan work angle 90º dan travel angle 85º.
16. Membersihkan terak dengan palu terak.
17. Gunakan topeng las atau kaca mata bening saat memukul terak untuk
menghindari percikan terak mengenai mata dan wajah.
18. Membersihkan spatter dengan pahat tangan.
19. Bersihkan kotoran lain dengan sikat baja.
20. Periksa hasil pengelasan.
LEMBAR PRAKTIKUM
Mata Pelajaran :
Kelas/ semester :
Hari tanggal :
Alokasi Waktu :
Nama Kelompok :
Anggota Kelompok
1……………
2…………….
3…………….
4……………..
JUDUL:
LEMBAR PRAKTIKUM
B. KOMPETENSI DASAR
1.1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadapa kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
1.2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menganugrahkannya ilmu dan
teknologi di bidang pengelasan.
2.1.Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif
dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur
manual. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis,
dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual. Menunjukkan sikap
responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual.
2.2.Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam
menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam melaksanakan
pekerjaan di bidang las busur manual.
2.3.Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las
busur manual.
5.1.2.Memahami teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi flat/bawah tangan 1G
LEMBAR PRAKTIKUM
5.1.3.Memahami teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi horizontal/mendatar 2G
5.1.4.Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada posisi
flat/bawah tangan 1G
5.1.5.Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada posisi
horizontal/mendatar 2G
LEMBAR PRAKTIKUM
E. GAMBAR KERJA
F. LANGKAH KEGIATAN
1. Membaca gambar kerja dan prosedur pengelasan dengan baik dan teliti.
2. Menyiapkan dan memakai peralatan kerja las dan alat pelindung diri yang
akan digunakan dengan benar dan aman sesuai tugas pekerjaan yang
dilakukan.
3. Menyiapkan material yang akan dilas sesuai dengan geometri sambungan
las sesuai dengan gambar kerja.
4. Menyetel mesin las dengan parameter pengelasan sesuai tugas pekerjaan.
5. Melaksanakan las ikat/tack weld sesuai geometri sambungan las yang
disyaratkan pada gambar kerja dan prosedur pengelasan.
6. Melaksanakan pengelasan dengan benar sesuai prosedur pengelasan dan
gambar kerja yang ditetapkan (perhatikan simbol pengelasan dan urutan
pendepositannya).
7. Membersihkan hasil lasan dari segala kotoran (terak, percikan las, debu,
dan sebagainya). Dilarang menggerinda alur las dan sekitarnya!
8. Mengumpulkan hasil pengelasan di tempat yang telah disediakan
9. Membersihkan dan mengembalikan semua peralatan kerja las dan alat
pelindung diri ke tempat yang telah disediakan.
10. Membersihkan dan merapikan tempat kerja dan mesin las beserta
asesorisnya.
G. PENGAMATAN
Buatlah data hasil pengamatan dengan mengisi tabel berikut:
LEMBAR PRAKTIKUM
Hasil
No. Aspek Penilaian Skor Keterangan
penilaian
LEMBAR PRAKTIKUM
H. ANALISIS
Berdasarkan data tabel pengamatan, buatlah analisis kemampuan/kompetensi
Anda dalam pengelasan posisi 2G SMAW!
I. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan tersebut, buatlah kesimpulan mengenai kemampuan/
kompetensi Anda dalam pengelasan posisi 2G SMAW!
J. DAFTAR PUSTAKA
Deskripsi Teknis LKS SMK Tingkat Nasional XXVII tahun 2019
CAKRAWALA
PENGELASAN BASAH DALAM AIR (UNDERWATER WELDING)
CAKRAWALA
CAKRAWALA
instruktur merupakan tenaga ahli dari ATMI dan INLASTEK. Untuk beberapa
bidang khusus, STP juga mendatangkan tenaga expert dari Jerman. Fasilitas
pelatihan yang pengadaannya didukung penuh oleh Dirjen Industri Unggulan
Berbasis Teknologi Tinggi terdiri dari mesin untuk las octogen, MIG/MAC/TIG,
electric (MMA) perlengkapan las bawah air (UW), mesin uji radiografi, tensile test,
impact, magnetic test, dye penetrant test dan X-ray test.
Disediakan pula kolam praktek bawah air berukuran 8×8 meter dengan
kedalaman 10 meter. Hingga kini, STP telah menghasilkan 80 tenaga ahli
pengelasan bawah air. Biaya pelatihan memang cukup tinggi yakni Rp15 juta.
Namun, biaya ini sepadan dengan pelatihan dan hasil yang didapatkan, karena
ahli pengelasan bawah air masih sangat dibutuhkan dan tergolong tenaga
mahal. Kebanyakan yang mengikuti pelatihan berasal dari berbagai perusahaan
shipyard di Semarang, Jakarta, dan Surabaya. Sebelum ada STP, biasanya mereka
mengikuti pelatihan seperti ini di Qatar atau Thailand.
Metode Pengelasan pada Pengelasan Bawah Air
Metode perbaikan akan dibutuhkan seperti pengelasan bawah air
(underwater welding). Dua kategori utama pada teknik pengelasan di dalam air
adalah pengelasan basah (wet underwater welding) dan pengelasan kering (dry
underwater welding).
CAKRAWALA
terbuka. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan suatu peralatan yang
bertekanan tinggi yang biasa disebut dengan Dry Hyperbaric Weld Chamber,
di mana alat ini secara otomatis didesain kedap air seperti layak desain kapal
selam. Aplikasi pengelasan sampai kedalaman 150 m ke bawah. Seorang
welder /diver sebelum menjalankan tugas ini tidak boleh langsung terjun
pada kedalaman yang dituju, tetapi harus menyesuaikan terlebih dahulu
step by step tekanan yang terjadi pada kedalaman tertentu sampai dapat
menyesuaikan tekanan yang terjadi pada kedalaman yang dituju, otomatis
untuk pengelasan 1 joint bisa memakan waktu yang cukup lama.
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang Posisi
1G dan 2G. Silahkan diskusikan dengan teman mana menurut Anda yang paling
sulit dipahami? Selanjutnya bersama sama tanyakan pada guru, karena dengan
memahami bab ini kalian sangat terbantu dalam memahami materi-materi
selanjutnya.
BAB XI TEKNIK MENGELAS PELAT BAJA DENGAN PROSES LAS SMAW PADA POSISI 1F DAN 2F
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui studi literasi tentang teknik mengelas SMAW peserta didik dapat
menjelaskan teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi flat/bawah tangan 1F dan 2F dengan mengembangkan nilai kerjasama,
musyawarah/ gotong-royong. Disediakan peralatan dan bahan las SMAW peserta
didik dapat melaksanakan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi flat/bawah tangan 1F dan 2F dengan mengembangkan nilai kejujuran
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
10. Buatlah jalur 1 (root pass) tanpa ayun sepanjang benda kerja dengan work
angle 45º dan travel angle 85º.
a. Pada saat menyalakan elektroda, jangan dinyalakan pada permukaan
kampuh atau pada permukaan benda kerja, tetapi nyalakan pada ± 15 mm
dari tepi benda kerja. Apabila busur sudah menyala, gerakkan elektroda ke
arah awal/tepi kampuh. Awali pengelasan tepat pada tempat yang semula
dipakai untuk menyalakan, cairkan kembali!
186
186 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK
TEKNIK LAS SMAW
LAS SWAM
MATERI PEMBELAJARAN
11. Buatlah jalur 2 (root pass) pada sisi sebaliknya dengan cara yang sama!
12. Atur arus listrik pada 90 s.d. 100 Ampere!
13. Buatlah jalur 3 (cover pass) tanpa ayun (weaving) sepanjang benda kerja
dengan work angle 45º dan travel angle 85º!
MATERI PEMBELAJARAN
19. Membersihkan terak dengan palu terak. Gunakan topeng las atau kaca mata
bening saat memukul terak untuk menghindari percikan terak mengenai mata
dan wajah.
20. Membersihkan kotoran lain dengan sikat baja.
21. Membersihkan spatter dengan pahat tangan.
22. Periksa hasil pengelasan!
188
188 TEKNIK PENGELASAN KAPAL
TEKNIK LAS SMAW
LEMBAR PRAKTIKUM
Mata Pelajaran :
Kelas/ semester :
Hari tanggal :
Alokasi Waktu :
Nama Kelompok :
Anggota Kelompok :
1................................
2................................
3................................
4................................
JUDUL:
PENGELASAN SAMBUNGAN SUDUT (T)
POSISI DI BAWAH TANGAN (2F)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggungjawab,
responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan
serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang
pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif
sesuai dengan bidang dan lingkup kajian teknik pengelasan pada
tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia
kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4. Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi,
dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan
masalah sederhana sesuai dengan lingkup kajian teknik pengelasan.
Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas
yang terukur sesuai dengan standar. Menunjukkan keterampilan
menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru,
LEMBAR PRAKTIKUM
B. Kompetensi Dasar
1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadapa kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
2. Menyadari kebesaran Tuhan yang menganugrahkannya ilmu dan
teknologi di bidang pengelasan.
3. Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif
dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur
manual. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis,
dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam
melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual. Menunjukkan sikap
responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las busur manual.
4. Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam
menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dalam melaksanakan
pekerjaan di bidang las busur manual.
5. Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan social lsebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam melaksanakan pekerjaan di bidang las
busur manual.
6. Memahami teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi flat/bawah tangan 1F.
7. Memahami teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi horizontal/mendatar 2F.
8. Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada posisi
flat/bawah tangan 1F.
9. Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada posisi
horizontal/mendatar 2F.
KD 3.15. Memahami teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW
pada posisi horizontal/mendatar 2F
Indikator: Menjelaskan teknik mengelas pelat baja dengan proses las SMAW
pada posisi horizontal/mendatar 2F
LEMBAR PRAKTIKUM
KD 4.14. Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi flat/bawah tangan 1F
Indikator: Melaksanakan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW
pada posisi flat/bawah tangan 1F
KD 4.15. Melakukan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW pada
posisi horizontal/mendatar 2F
Indikator: Melaksanakan pengelasan pelat baja dengan proses las SMAW
pada posisi horizontal/mendatar 2F
LEMBAR PRAKTIKUM
E. Langkah Kegiatan
1. Membaca gambar kerja dan prosedur pengelasan dengan baik dan teliti.
2. Menyiapkan dan memakai peralatan kerja las dan alat pelindung diri
yang akan digunakan dengan benar dan aman sesuai tugas pekerjaan
yang dilakukan.
3. Menyiapkan material yang akan dilas sesuai dengan geometri sambungan
las sesuai dengan gambar kerja.
4. Menyetel mesin las dengan parameter pengelasan sesuai tugas
pekerjaan.
5. Melaksanakan las ikat/tack weld sesuai geometri sambungan las yang
disyaratkan pada gambar kerja dan prosedur pengelasan.
6. Melaksanakan pengelasan dengan benar sesuai prosedur pengelasan
dan gambar kerja yang ditetapkan (perhatikan simbol pengelasan dan
urutan pendepositannya).
7. Membersihkan hasil lasan dari segala kotoran (terak, percikan las, debu,
dan sebagainya). Dilarang menggerinda alur las dan sekitarnya!
8. Mengumpulkan hasil pengelasan di tempat yang telah disediakan.
9. Membersihkan dan mengembalikan semua peralatan kerja las dan alat
pelindung diri ke tempat yang telah disediakan.
10. Membersihkan dan merapikan tempat kerja dan mesin las beserta
asesorisnya.
F. Pengamatan
Buatlah data hasil pengamatan dengan mengisi tabel berikut!
Hasil
No. Aspek Penilaian Skor Keterangan
penilaian
1. Apakah bebas dari Arc Strike? Ya/Tidak Skor
YA : 10
Apakah benda kerja bebas dari
TIDAK : 1
spatter/ bekas pahat/ slag
2. Ya/Tidak JUMLAH
dan smoke? (jarak 25mm dari
CACAT Tanpa
lasan)
cacat : 10
Apakah benda kerja bebas dari 1 cacat : 8
3 Ya/Tidak 2 cacat : 5
distorsi? (Toleransi ≤ 5°)
3 cacat : 1
Cap - Apakah lebar lasan (weld
4 bead) seragm? (Toleransi 2mm Ya/Tidak
dari terlebar dan tersempit)
LEMBAR PRAKTIKUM
LEMBAR PRAKTIKUM
G. Analisis
Berdasarkan data tabel pengamatan, buatlah analisis kemampuan/
kompetensi Anda dalam pengelasan sambungan 2F SMAW!
H. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan tersebut, buatlah kesimpulan mengenai
kemampuan/kompetensi Anda dalam pengelasan sambungan 2F SMAW!
I. Daftar pustaka
Deskripsi Teknis LKS SMK Tingkat Nasional XXVII tahun 2019
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi lebih paham tentang posisi
pengelasan 1F dan 2F dalam pengelasan SMAW. Dari semua materi yang
dijelaskan pada bab ini, mana menurut Anda yang paling sulit dipahami? Coba
Anda diskusikan dengan teman maupun guru Anda, karena dengan memahami
bab ini kalian sangat terbantu dalam memahami materi-materi selanjutnya.
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP SEMESTER GENAP
2. Baja yang memiliki kandungan karbon 0,35% sampai 0,5% adalah baja
dengan tipe…
A. Mild Steel (Baja Lunak)
B. Baja Karbon Rendah
C. Baja Karbon Medium
D. Baja Karbon Tinggi
E. Baja Perkakas
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
8. Daerah benda kerja yang terpengaruh oleh panas pada saat proses
pengelasan disebut…
A. Jalur las
B. Daerah pengelasan
C. Kampuh Las
D. Rigi-rigi las
E. HAZ (Heat Affective Zone)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
12. Salah satu jenis mesin/pesawat las AC adalah transformator las, yang pada
prinsipnya berfungsi untuk…
A. Menaikkan tegangan dan menurunkan arus listrik dari sumber utama
(PLN)
B. Menurunkan tegangan dan menaikkan arus listrik dari sumber utama
(PLN)
C. Menaikkan dan menurunkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
D. Menurunkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
E. Menaikkan arus listrik dari sumber utama (PLN)
Jika elektroda las dihubungkan pada kutub negatif mesin dan bahan induk
dihubungkan pada kutub positif las, maka distribusi panasnya pada mesin
las AC adalah:
A. 30% elektroda dan 70% bahan induk
B. 45% elektroda dan 55% bahan induk
C. 50% elektroda dan 50% bahan induk
D. 55% elektroda dan 45% bahan induk
E. 70% elektroda dan 30% bahan induk
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
15. Kabel yang menghubungkan antara saklar utama sumber listrik denagn
pesawat las disebut…
A. Kabel las
B. Kabel massa
C. Kabel tenaga
D. Kabel sekunder
E. Kabel elektroda
17. Membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisa-sisa terak yang masih
ada setelah dibersihkan dengan palu terak adalah fungsi dari alat bantu las…
A. Kikir
B. Amplas
C. Semetang
D. Pahat baja
E. Sikat kawat
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
Lebar root gap (jarak akar las) harus di-setting sebelum melakukan
pengelasan agar penembusan bisa baik adalah…
A. 2,8 mm
B. 3 mm
C. 2,6 mm
D. 3,2 mm
E. 3,4 mm
20. Cacat las yang sangat mungkin terjadi apabila dalam proses pengelasan jarak
elektroda dengan bahan induk terlalu jauh, yang mengakibatkan adanya
udara luar yang masuk dan terperangkap dalam logam lasan adalah…
A. Overlap
B. Porosity
C. Undercut
D. Re-inforcement
E. Penembusan yang kurang sempurna
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
23. Arti angka 70 dari kode E 7024 pada elektroda tersebut adalah…
A. Daya tembus elektroda lemah
B. Arus yang bisa digunakan adalah AC, DCRP, DCSP
C. Kekuatan Tarik
D. Hanya dapat dipakai di posisi down hand dan vertikal
E. Hanya dapat dipakai di posisi datar dan horisontal
24. Pengaturan arus listrik yang terlalu rendah dalam pengelasan las busur
manual adalah akibat dari…
A. Kepala las yang tinggi dan terjadi overlap
B. Jalur las datar, lebar dan terjadi undercutting
C. Logam las terlalu banyak tumpukan dan penembusan terlalu dalam
D. Penembusan yang kurang baik dan terlalu banyak tumpukan logam las
E. Jalur las terlalu kecil dan terjadi percikan las di logam induk (base
metal)
25. Dalam penyetelan arus listrik untuk pengelasan, hal yang harus diperhatikan
dan dipertimbangkan, kecuali…
A. Tipe sambungan yang akan dilas
B. Tipe elektroda yang digunakan
C. Tebal bahan yang akan dilas
D. Jenis bahan yang akan dilas
E. Diameter elektroda
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
27. Apabila hasil lasan yang baru lalu dilakukan pendinginan langsung dengan
air maka akan mengakibatkan…
A. Distorsi
B. Rigi berlebih
C. Track
D. Speter
E. Rusak
29. Gambar teknik penyalaan busur las di bawah ini disebut dengan teknik…
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
A. Tapping methode
B. Scratching methode
C. Dragging methode
D. Weaving methode
E. Whipping methode
30. Pengelasan plat dengan elektroda E 6013 Ø 3,2 menggunakan arus (ampere)
sebesar…
A. 120 - 150 A
B. 150 – 200 A
C. 90 – 135 A
D. 100 – 120 A
E. 50 – 60 A
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
36.
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
Salah satu jenis cacat las pada las busur manual adalah tampak seperti pada
gambar. Cacat las tersebut dinamakan dengan…
A. Undercut
B. Overlap
C. Porosity
D. Re-inforcement
E. Inklusi
37. Cara menghindari cacat las undercut yang paling tepat adalah…
A. Pertahankan sudut kemiringan elektroda las
B. Kurangi kecepatan pengelasan
C. Ganti elektroda yang sesuai
D. Besarkan arus
E. Kurangi arus
40. Berikut ini Faktor yang sangat mempengaruhi hasil pengelasan las listrik
adalah, kecuali…
A. Gerakan pengelasan
B. Mesin Las
C. Pemilihan Electroda
D. Arus (Ampere)
E. Persiapan pengelasan
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
B. ESSAY
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Tuliskan informasi apa saja yang terdapat pada simbol pengelasan!
2. Tuliskan prosedur/langkah yang dilakukan untuk persiapan sambungan dan
kampuh las!
3. Tuliskan fungsi sImbol tambahan dan dimensi las pada simbol pengelasan!
4. Tuliskan apa yang dimaksud dengan sudut kerja (work angle) dan sudut
jalan (travel angle)!
5. Tuliskanlah hal penting yang menjadi perhatian saat menerapkan posisi
pengelasam 1F dan 2F!
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar. 2012. Modul 1 Pengelasan SMAW, Program Studi Teknik Bangunan Kapal,
Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Rohyana Solih. 1999. Pengetahuan & Pengolahan Bahan. Bandung: Humaniora Utama
Pres.
Sucahyo Bagyo. 1999. Ilmu Logam. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sukaini. 2013. Teknik Las SMAW 1, PPPPTK BOE MALANG, 2013 / Pengelasan Kapal
Edisi Pertama 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik & Tenaga Kependidikan.
Sukaini, dkk. Teknik Las SMAW 2, PPPPTK BOE MALANG, 2013 / Teknik Las SMAW
(Teknik Pengelasan Kapal), Edisi Pertama. Jakarta: Kementerian Pendidikan
& Kebudayaan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik & Tenaga
Kependidikan.
GLOSARIUM GLOSARIUM
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
Biodata Penulis 1 :
Nama Lengkap : HAJI ADRIANI, S.Pd.T.
Telepon /HP/WA : 0821 4903 3887
Email : ha.adrian79@gmail.com
Alamat Kantor : SMKN 5 Banjarmasin
Jl. Sutoyo S. No.330 Banjarmasin
Kompetensi Keahlian : Teknik Pemesinan
BIODATA PENULIS
Biodata Penulis 2 :
Nama Lengkap : Tulus Batubara, S.Pd.
Telopon / WA : 085275395413
Email : tulus1985batubara@gmail.com
Alamat Kantor : SMK Negeri 5 Banjarmasin
Jl. Mayjend Soetoyo S.
No. 330 Banjarmasin
Kompetensi Keahlian : Teknik Pemesinan