KELAS X
Tahun pelajaran 2021/2022
Profil Pelajar Pancasila Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq, kebhinekaan global, gotong royong, bernalar
kritis, kreatif, mandiri.
Sarana Prasarana • RPS Lab Basah Perikanan
• Pelindung tangan (sarung tangan kain, karet)
• Pakaian kerja (wearpack/jas laboratorium/baju lapang) •
• Topi pelindung/helm kerja
• Pelindung pernafasan (masker/respirator)
• Alas kaki (sepatu boots)
• Papan tulis
• Spidol
• Komputer/Laptop
• Jaringan Internet
• LCD Proyektor
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (6 x 45 menit)
Kegiatan Awal (20 Menit)
1. Peserta didik dan Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran
4. Peserta didik melakukan pretest melalui pertanyaan diagnostik
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik :
a. Apa yang saudara pahami tentang agribisnis, agribisnis perikanan dan
manajemen agribisnis perikanan?
b. Apa hubungan antara usaha perikanan dan manajemen agribisnis perikanan ?
Pertemuan 2 (6 x 45 menit)
Kegiatan Awal (20 Menit)
1. Peserta didik dan Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan
yang akan diterapkan dalam pembelajaran
4. Peserta didik melakukan pretest melalui pertanyaan diagnostik
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik :
a. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja ?
b. Mengapa kesehatan dan keselamatan kerja penting ?
c. Bagaimana penerapannya di bidang perikanan budidaya ?
Pertemuan 3 (6 x 45 menit)
Kegiatan Awal (20 Menit)
1. Peserta didik dan Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran
4. Peserta didik melakukan pretest melalui pertanyaan diagnostik
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik :
a. Menurut saudara apakah usaha perikanan memberikan limbah industry ?
b. Jika ada, bahagimana penanganan limbah tersebut ?
c. Apakah kalian paham pengelolaan limbah dengan prinsip 8 R (Rethink, Refuse,
Refurbish, Repair, Repurpose, Recycle)?
Pertemuan 4 (6 x 45 menit)
Kegiatan Awal (20 Menit)
1. Peserta didik dan Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran
4. Peserta didik melakukan pretest melalui pertanyaan diagnostik
5. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik :
a. Apakah yang dimaksud dengan kearifan lokal?
b. Kenapa diperlukan pelestarian kearifan lokal pada budidaya perikanan ?
c. Menurut anda bagaimanakah keselamatan, Kesehatan kerja dan Lingkungan
Hidup (K3LH) pada bidang perikanan ?
Yeyen, S.Pi
Hamali Hd, S.Pd Nip. 19790411 200604 2 011
NIP. 19730523 200604 1 015
Dampak dari adanya peningkatan hasil potensi perikanan dan kelautan yang
dikelola dengan baik, bertanggung jawab dan berkelanjutan akan mendukung
terciptanya industrialisasi perikanan di Indonesia. Ada beberapa faktor yang harus
dikuasai oelh para pelaku bisnis di bidang agribisnis perikanan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari bisnis perikanannya, yaitu perencanaan produk, mata
rantai pasok (suplay chain), logistic perikanan dan proses produksi.
a. Perencanaan Produk
Perencanaan produk adalah kegiatan dalam merumuskan barang atau produk yang
akan dijadikan sebagai komoditas usaha yang akan dilaksanakan. Definisi
perencanaan produk itu sendiri adalah perencanaan tentang apa dan berapa
produksi yang akan dibuat oleh perusahaan dalam periode tertentu di waktu yang
akan datang.
Perencanaan produk atau jasa meliputi berbagai aktifitas seperti uji pemasaran;
pemosisian produk dan merek; pemanfaatan garansi; pengemasan; penentuan
pilihan produk; fitur produk, gaya produk, dan kualitas produk; penghapusan produk
lama; dan penyediaan layanan konsumen. Di bidang agribisnis perikanan, kegiatan
perencanaan produk adalah seperti merencanakan bibit ikan tertentu pada suatu
periode produksi, perencanaan membuat produk hasil olahan perikanan,
perencanaan produksi udang Windu, atau perencanaan untuk memproduksi ikan
hasil pembesaran dan lainnya.
4) Mengelola konflik
Pada semua kegiatan bisnis atau usaha, termasuk bisnis di bidang sgribisnis
perikanan, kegiatan Supply chain atau Rantai Pasokan ini perlu dijalankan dengan
efektif dan efisien sehingga memberikan makna dalam peningkatan keuntungan
bisnisnya. Untuk mendapatkan hasil maksimal dari kegiatan rantai pasok ini
biasanya diperlukan manajemen yang profesional dalam pelaksanaannya.
Manajemen tersebut biasanya disebut dengan Manajemen Rantai Pasokan atau
Supply Chain Management (SCM).
Definisi singkat Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasokan
adalah serangkaian kegiatan yang meliputi Koordinasi, penjadwalan dan
pengendalian terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk
ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang mencakup administasi harian,
operasi, logistik dan pengolahan informasi mulai dari pelanggan hingga ke pemasok.
Sedangkan untuk definisi lainnya yang lebih sederhana, Supply Chain Management
atau Manajemen Rantai Pasokan adalah mekanisme yang menghubungkan semua
pihak yang bersangkutan dan kegiatan yang terlibat dalam mengkonversikan bahan
mentah menjadi barang jadi.
c. Logistik Perikanan
Kegiatan logistik perikanan merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan mata rantai
pasok atau Supply Chain Manajement (SCM). Urutan kegiatan logistik perikanan
dimulai dari produksi perikanan atau produk perikanan, bahan baku dan alat
produksi sampai pada pengolahan informasi tentang pengadaan, penyimpanan
dan distribusi produk perikanan ke konsumen. Pemerintah melalui peraturan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 5/Permen-Kp/2014
mendefinisikan Sistem Logistik Ikan Nasional, yang selanjutnya disingkat SLIN
sebagai berikut :
SLIN adalah sistem manajemen rantai pasokan ikan dan produk perikanan, bahan
dan alat produksi, serta informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, sampai
dengan distribusi, sebagai suatu kesatuan dari kebijakan untuk meningkatkan
kapasitas dan stabilisasi sistem produksi perikanan hulu‐hilir, pengendalian disparitas
harga, serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri
Dari definisi Sistim Logistik Ikan Nasioal diatas, dapat dipetakan beberapa
kegiatan logistik yang harus dikuasai oleh para manajemen pelaku usaha yang
bergerak di agribisnis perikanan, yaitu :
1) Penguasaan sistem manajemen rantai pasokan ikan
2) Penyediaan produk perikanan
3) Penyediaan bahan dan alat produksi
4) Kemampuan mengumpulkan informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan,
sampai dengan distribusi
5) Pembuatan kebijakan bisnis untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi
sistem produksi perikanan
6) Pengendalian disparitas harga, serta
7) Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
d. Proses Produksi
Kegiatan terpenting dari sebuah kegiatan bisnis adalah produk itu sendiri. Produk
merupakan barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan yang merupakan hasil
dari kegiatan produksi. Sedangkan kegiatan dalam upaya menghasilkan produk
dikenal dengan kegiatan produksi. Sedangkan kegiatan dalam upaya
menghasilkan produk dikenal dengan kegiatan produksi.
1) Proses produksi terus menerus Proses produksi terus menerus adalah proses
produksi yang tidak pernah berganti macam atau jenis barang yang
dikerjakan.
2) Proses produksi putus-putus Dikatakan proses produksi terputus-putus
karena perubahan proses produksi setiap saat terputus apabila terjadi
perubahan macam barang yang dikerjakan.
3) Proses produksi intermediated Dalam kegiatan produksi yang yang
sesungguhnya, proses produksi terus menerus dan terputus-putus tidak
sepenuhnya berlaku. Biasanya merupakan campuran atau kombinasi dari
kedua proses produksi. Hal ini disebabkan karena macam atau jenis prodak
yang berbeda tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah barang setiap
macamnya agak banyak.
Dalam agribisnis perikanan, kegiatan atau proses produksi bisnis perikanan bisa
dikategorikan pada 3 jenis produksi, yaitu :
Proses produksi ini biasanya menghasilkan produk yang berupa bibit ikan, ikan siap
dijadikan indukan dan ikan segar untuk konsumsi. Kegiatan produksi saat proses
produksi adalah pemijahan yang akan menghasilkan produk larva ikan, pendederan
yang akan menghasilkan produk bibit ikan dan pembesaran yang akan menghasilkan
produk ikan siap konsumsi dan calon indukan ikan.
Proses produksi pada pengolahan hasil perikanan memiliki jenis yang sangat
beragam. Mulai dari pembuatan makanan kaleng dengan bahan utama ikan, produk
ikan yang di asap, fermentasi ikan, penggaraman ikan dan lain-lain.
Penanganan produksi ikan yang diolah memiliki tingkat kerumitan tersendiri, mulai
dari penyediaan bahan baku ikan yang berkualitas, proses produksi yang harus
bersih (higienis) serta pemasaran yang lebih gencar. Pelaku bisnis pengolahan hasil
perikanan memiliki peran penting dalam mensuplai asupan gizi konsumennya.
Konsumen yang tidak menyukai ikan secara utuh, bisa mendapatkan gizi dari ikan
seperti protein dan asam amino esensial melalui produk olahan yang berasal dari
ikan itu sendiri.
Pemahaman tentang hal ini membutuhkan apresiasi terhadap perubahan kondisi dan
antisipasi dampak kejadian masa datang baik pada supply kemampuan dengan kebutuhan
akan kemampuan terhadap rencana bisnis.
Analisis kebutuhan sumber daya manusia berusaha menentukan sumber daya manusia
bagaimana yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mempertahankan pertumbuhannya serta
memanfaatkan peluang di waktu mendatang. Analisis kebutuhan sumber daya manusia
tidaklah harus menghasilkan estimasi yang akurat akan kebutuhan sumber daya manusia di
masa depan, agar dapat disebut bermanfaat. Proses analisis kebutuhan itu sendiri terlepas dari
jumlah yang dihasilkan memudahkan proses perencanaan.
Analisis kebutuhan akan kebutuhan sumber daya manusia seringkali dibagi lagi ke
dalam peramalan jangka panjang dan jangka pendek. Jenis terakhir ini hampir tidak
terhindarkan pada sebagian besar perusahaan, tetapi suatu penelitian atas 589 anggota
American Society of Personal Administration mengungkapkan bahwa hanya 32%
melaporkan adanya perencanaan jangka panjang atau kebutuhan sumber daya manusia
dalam organisasi mereka (Priyono, 2010).
Priyono, 2010 juga menjelaskan bahwa proses analisis kebutuhan paling tidak
memperhatikan enam hal yaitu:
1) Memahami lingkungan dan kondisi organisasi, meliputi: suplai tenaga kerja eksternal,
paksaan hukum, ekonomi, desain tugas dan struktur organisasi. Perubahan teknologi,
pola produktivitas, dan kecenderungan yang ada, filosofi dan kebijakan manajemen,
tujuan dan perencanaan. Pola perputaran dan mobilitas tenaga kerja.
2) Analisis SDM saat ini (tenaga kerja yang tersedia), data demografi, data penilaian,
interes tenaga kerja, pengalaman dan pendidikan.
3) Persediaan tenaga kerja (SDM) yang diproyeksikan di masa depan, pengurangan,
mobilitas, penggunaan skill, perubahan produktivitas.
4) Analisis keperluan SDM saat ini, posisi otorisasi, struktur organisasi, perpaduan
pekerjaan, kriteria perencanaan.
5) Keperluan SDM untuk masa yang akan datang, perubahan organisasi, anggaran,
perubahan perencanaan dalam aktivitas/operasional.
6) Forcasting diperlukan/ditampilkan, kebutuhan rekrutmen, kebutuhan latihan dan
pengembangan, perencanaan suksesi dan mobilitas, perubahan kebijakan, perubahan
jabatan dan organisasional
Bila pengadaan karyawan mendasarkan pada ”siapa” lebih dulu, baru kemudian ”apa”,
akan menyebabkan terjadinya mismanajemen dalam penempatan, karena kemungkinan
akan terjadi kesalahan dalam penempatan. Pengadaan (procurement) adalah proses
penarikan, seleksi, penempatan karyawan yang efektif dan efisien dalam membantu
tercapainya tujuan (perusahaan /organisasi).
Pengadaan karyawan harus mendapatkan perhatian yang serius, serta didasarkan pada
beberapa hal, antara lain :
1) Analisis pekerjaan (job analysis), Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai
pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai.
Manfaat diadakannya analisis pekerjaan ini adalah akan memberikan informasi tentang
aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia,
perilaku manusia serta alat yang digunakan.
2) Uraian pekerjaan (job description), Uraian pekerjaan ini menjadi dasar untuk
menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi pejabat yang menjabat
jabatan itu. Uraian kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya pada jabatan
tersebut. Hal ini mengakibatkan pekerjaan tidak beres, bahkan pejabat bersangkutan
menjadi overacting. Di sinilah letak pentingnya peranan uraian pekerjaan dalam setiap
organisasi. Uraian pekerjan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan
tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan dan aspek-aspek pekerjaan
pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi.
3) Spesifikasi pekerjaan (job specification), Spesifikasi pekerjaan adalah uraian persyaratan
kualitas minimum orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan dengan
baik dan kompeten.
Pada umumnya spesifikasi pekerjaan memuat ringkasan pekerjaan yang jelas dan
kualitas definitif yang dibutuhkan dan pemangku jabatan itu. Spesifikasi pekerjaan
memberikan uraian informasi mengenai :
a) Tingkat pendidikan pekerja;
b) Jenis kelamin pekerja;
c) Keadaan fisik pekerja;
d) Pengetahuan dan kecakapan pekerja;
e) Batas umur pekerja;
f) Status perkawinan;
g) Minat pekerja;
h) Emosi dan temperamen pekerja;
i) Pengalaman pekerja
4) Evaluasi pekerjaan (job evaluation).
Evaluasi pekerjaan (job evaluation) adalah menilai berat atau ringannya, mudah atau
sukar, besar atau kecil risiko pekerjaan dan memberikan nama, ranking, serta harga dari
suatu jabatan
Proses seleksi pegawai merupakan salah satu bagian yang teramat penting dalam
keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia. Dikatakan demikian karena
dalam organisasi sekelompok pegawai dapat memenuhi tuntutan perusahaan atau tidak
itu tergantung pada tepat tidaknya proses seleksi yang dilakukan.
Seleksi adalah kegiatan pemilihan dan penentuan calon karyawan (pelamar) untuk
diterima atau ditolak menjadi karyawan yang didasarkan pada spesifikasi jabatan yang
dibutuhkan.
Sistem dan prosedur seleksi harus berasaskan efisien (uang, waktu, tenaga) dan
bertujuan untuk memperoleh karyawan yang terbaik dengan penempatannya yang tepat.
Keraf (2010) dalam Mayadi (2016) menyatakan bahwa kearifan lokal adalah kearifan tradisional
di sini adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat
kebisaan atau etika yang menuntut perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis dimana sangat berhubunga erat dengan sifat-sifat kedaerahan (regional).
Wales dalam Rosidi (2011) dalam Mayadi (2016), menyatakan bahwa local genius adalah
kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada
waktu kedua kebudayaan itu berhubungan. Kearifan lokal adalah nilai-nilai yang akan melekat
sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang
panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Pengembangan sumber daya manusia berbasis kearifan lokal pedoman nilai-nilai kearifan lokal
merupakan kriteria yang menentukan kualitas tindakan. Sebagai sebuah kriteria yang
menentukan, nilai-nilai kearifan lokal bisa menjadi sebuah pijakan untuk pengembangan
sebuah pembelajaran kepada manusia yang lebih berkarakter. Kearifan lokal dapat dinyatakan
sebagai ilmu pengetahuan ataupun juga teknologi yang berlangsung sebagai upaya manusia
menghadapi tantangan hidup. Raka Dalem, dkk (2007) dalam Mayadi (2016).
Dalam agribisnis perikanan, kearifan lokal yang terkait dengan sumberdaya manusia adalah
penempatan sumber daya manusia di suatu daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah
itu sendiri. Maknanya adalah, bahwa perusahaan atau pelau usaha agribisnis perikanan akan
mencari sumber daya manusia untuk dipekerjakan sesuai dengan kebiasaan dan keunggulan
yang adi daerah industri atau tempat usahanya. Hal ini sangat penting dilaksanakan karena
dengan adanya penempatan karyawan sesuai dengan wilayah dan kearifannya akan mampu
meningkatkan integritas karyawan dan tentu saja akan meningkatkan produktivitas yang
berdampak positif pada income perusahaan.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah
yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) (UNEP, 1999).
Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih
(KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle). Hal
ini bisa diterapkan pada industri perikanan, yakni :
1. Elimination (kurangi pemakaian)
merupakan upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari
bahan baku, proses produksi sampai produk (Purwanto, 2005). Industri perikanan dalam
proses produksinya mengkonsumsi air dalam jumlah besar, yang digunakan dalam proses
penanganan, pengolahan dan pencucian. Proses – proses ini menyebabkan limbah cair industri
perikanan yang dihasilkan cukup besar mencapai 20m3 per ton produk yang dihasilkan (River
et al, 1998 dalam Ibrahim, el al 2010). Teknologi pengolahan limbah cair yang sering digunakan
dalam industri perikanan adalah kolam aerasi secara biologis dengan lumpur aktif (Fauzie et al,
2003 dalam Ibrahim et a,l 2010). Proses ini dinamakan nitrifikasi yang menghasilkan nitrat.
adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi,
dengan implikasi (Purwanto, 2005). Pada proses berpikir ulang ini, maka pengusaha bisa
melihat apakah proses produksinya dan konsumsi sudah berlaku dengan baik, perlu dipikirkan
dan dikaji ulang mengenai analisis daur hidup produk. Adanya dukungan dari semua pihak
misal pemerintah, masyarakat, pekerja produksi dan pelaku usaha mengenai perubahan
dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku sangat diperlukan dalam keberhasilan produksi bersih
ini. Sebagai contoh pada industri pengolahan terasi yang dibuat dari produk awetan ikan-ikan
kecil atau rebon yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, penggilingan
atau penumbukan, dan penjemuran yang berlangsung selama ± 20 hari kemudian produk
tersebut ditambahkan garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Terasi udang warnanya
coklat kemerahan sedangkan terasi ikan warnanya kehitaman. Kandungan gizi dalam 100 g
terasi menurut Daftar Analisis Bahan Makanan Fakultas Kedokteran UI, 1992 dalam Suprapti
(2002), kandungan protein sebesar 30 g, kandungan lemak sebesar 3.5 g, kandungan
karbohidrat sebesar 3.5 g, kandungan mineral sebesar 23.0 g, dan mengandung kalsium,
fosfor, juga besi. Proses produksi terasi pada dasarnya tidak banyak menghasilkan limbah.
Namun dalam proses pengolahannya masih bisa ditingkatkan efisiensi dan higienitasnya.
Upaya yang bisa dilakukan adalah membuat SOP (standar operasi kerja) pengolahan terasi,
menyediakan tempat penyimpanan bahan baku dan mengatur tata letak peralatan yang
digunakan. Sedangkan dari sisi pemasaran berupaya mengikuti event/ pameran industri
makanan, menganalisa kandungan nilai gizi serta memberikan lebel berupa sertifikasi halal,
tanggal kadaluarsa dan komposisi bahan gizi (Ma’ruf et al., 2013).
3. Reduce (pengurangan)
adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya
(Purwanto, 2009). Reduce pada industri perikanan dapat dilakukan dengan meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan bahan baku, sehingga akan mengurangi biaya bahan baku,
meminimalkan buangan limbah, sehingga akan mengurangi biaya penanganan dan
pembuangan limbah, mengurang atau mengeliminasi kebutuhan akan penanganan dengan
konsep EOP (end of pipe). Namun penanganan end of pipe ini lebih mahal dibandingkan
dengan pencegahan dari awal. Bisa juga dilakukan dengan optimalisasi alat dengan
menggunakan steam dan autoklaf, penggunaan siklon dapat dilakukan sebagai cara untuk
pemisahan minyak ikan dari air limbah. Fokus pada konsumsi air dan emisi air limbah serta
sumberdaya dan efisiensi energi (Thrane et al., 2009).
6. Recovery
adalah upaya mengambil bahan - bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu
limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika,
kimia dan biologi (Purwanto, 2009). Recovery yang bisa dilakukan dalam industri minyak ikan
adalah memanfaatkan soapstock dari proses pemurnian ikan untuk sabun colek atau biodiesel,
cairan residu ikan (limbah cair) untuk pupuk cair, dan memanfaatkan minyak ikan yang
kualitasnya terlalu rendah untuk aditif pembakaran boiler (Suprihatin dan Romli, 2009).
Secara umum, keselamatan kerja merupakan ilmu dan penerapannya yang berkaitan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan pegawai
dan aset agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Sedangkan kesehatan kerja
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pegawai melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit akibat kerja yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan
pemberian makan serta minum yang bergizi.
Dalam lingkungan kerja, beberapa istilah yang sering ditemui antara lain:
Sebelum membahas pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja (k3), disampaikan
konsep atau pandangan K3:
a. Konsep lama
1) Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus diterima.
5) Peran pimpinan sangat penting & menentukan Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan
kerja diartikan sebagai sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan: tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani),
hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dansejahtera. Sedangkan ditinjau
dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit, dan sebagainya (https://prodiaohi.co.id/kesehatan-dan-keselamatan-
kerja)
a. Keselamatan (safety)
Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja;
menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi;
menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam keselamatan (safety).
2) Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko yang tidak bisa diterima
(the ability to identify and eliminate unacceptable risks)
b. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well being of the individual). Secara umum, pengertian dari
kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja,
mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Beberapa tahapan prosedur kerja yang perlu dilakukan ditempat kerja antara lain :
Pengaruh lingkungan kerja terhadap kesehatan merujuk pada kondisi lingkungan kerja,
terutama aspek:
a. Gaya hidup seperti minuman keras, rokok, narkoba, dan makanan berlemak;
Penyakit yang diderita pegawai dalam hubungan dengan kerja, baik karena faktor resiko,
kondisi tempat kerja, peralatan kerja material yang dipakai, proses produksi, limbah, dan hasil
produksi.
a. Penyakit akibat kerja
Penyakit tersebut terjadi hanya diantara populasi pekerja, karena adanya paparan di tempat
kerja merupakan hal utama dan penyebabnya spesifik.
b. Penyakit terkait kerja
Penyakit ini terjadi juga pada populasi penduduk di luar lingkungan kerja. Pemaparan di
tempat kerja hanya merupakan salah satu faktor dan penyebabnya multifaktor.
Kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha dan dunia industri harus diperhatikan
dengan seksama pada semua para tenaga kerja yang berada didalam lingkup tersebut.
Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dengan menerapkan K3 akan
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan
merupakan salah satu sector dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi
target produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tempat kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumbersumber bahaya.
Pada dunia usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di dalam ruangan atau diluar
ruangan bergantung pada tingkat usahanya. Usaha budidaya ikan dapat dilakukan secara
ekstensif, semi intensif ataupun intensif sangat menentukan penerapan kesehatan dan
keselamatan kerjanya. Pada usaha budidaya ikan secara ektensif atau tradisional dimana pada
usaha ini tidak banyak menggunakan peralatan-peralatan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi para pekerjanya. Hirarki pengendalian resiko merupakan suatu urutan-urutan dalam
pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan
secara berurutan.
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen dan harus dicoba
untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan
obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat
diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang
Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik dilakukan adalah dengan
eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan.
b. Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahan- bahan dan peralatan yang
lebih berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih
aman.
Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah
seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan
pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan
cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin
yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.
d. Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari obyek kerja, seperti
menjalankan mesinmesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote
control.
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya yang tergantung dari perilaku
pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang
akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi
kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja,
training keahlian dan training K3.
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi
bahaya yang diterima oleh tubuh.
a. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu kondisi yang tidak aman dari peralatan/media
elektronik, bahan, lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan cara kerja
b. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat
terjadi antara lain karena Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana, Cacat tubuh
yang tidak kentara (bodily defect), Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh, Sikap dan
perilaku kerja yang tidak baik, biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Beberapa hal penting yang berhubungan dengan tingginya angka kecelakaan kerja serta
penyakit akibat kerja dalam suatu perusahaan meliputi:
a. Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 dan penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat
dalam perusahaan.
d. Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3.
Kegiatan produksi dalam budidaya ikan dibagi dalam beberapa kegiatan antara lain adalah
pembenihan, pendederan dan pembesaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan
produksi tersebut harus dilakukan agar target produksi yang diharapkan tercapai dan tidak
terdapat kecelakaan kerja. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan
produksi ini berkaitan dengan metode produksi yang digunakan.
Metode produksi dalam budidaya ikan ada tiga yaitu : metode secara ekstensif, semi intensif,
intensif, dan super intensif Kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap metode budidaya
ikan ini sangat berbeda karena sangat berbeda tentang target produksi dan peralatan-peralatan
yang digunakan untuk mencapai produksi. Pemilihan metode produksi ini sangat ditentukan
dari ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki. Peralatan produksi yang dapat digunakan
dalam membudidayakan ikan ada beberapa macam.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya ikan, peralatan yang harus disediakan
antara lain adalah :
6. Peralatan panen
7. Peralatan listrik.
Kesehatan tempat bekerja pada dunia usaha budidaya ikan pada umumnya diruang terbuka
sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja diluar ruangan tercukupi dan kondisi
lingkungan budidaya ikan yang berair mengakibatkan kondisi kelembaban ruang budidaya
sangat lembab.
Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya ikan para pekerja harus selalu
menggunakan pakaian kerja sesuai dengan peraturan perusahaan dan jangan menggunakan
pakaian kerja yang basah.
Pemakaian baju kerja yang basah dapat mengganggu kesehatan para pekerja oleh karena itu
pada para pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan air yang akan membasahi
pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang terlindung dari air. Atau dapat juga
pada saat bekerja yang berhubungan dengan air menggunakan pakaian kerja yang khusus dan
jika sudah selesai dengan pekerjaan bias menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan
para pekerja tetap terjaminPenggunaan pakaian kerja yang basah dapat mengakibatkan
kesehatan para pekerja terganggu.
Oleh karena itu harus dipikirkan pakaian kerja yang tepat bagi para pekerja yang bermain
dengan air sebagai media hidup ikan yang dipeliharanya. Keselamatan kerja dalam kegiatan
budidaya ikan yang menggunakan peralatan listrik harus diperhatikan beberapa hal yang
biasanya menyebabkan kecelakaan diantaranya adalah :
a. Beban listrik terlalu besar untuk satu stop kontak sehingga dapat menimbulkan pemanasan
yang dapat membakar kulit kabel.
b. Sistem kabling yang tidak memenuhi persyaratan standar
c. Kesalahan menyambungkan peralatan pada sumber listrik yang jauh lebih tinggi dari voltase
yang seharusnya
d. Adanya tikus-tikus yang mengerat kabel sehingga dapat menimbulkan hubungan pendek
atau kebakaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha budidaya ikan yang
mempunyai gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan tentangproses penyimpanannya.
Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang diakibatkan
oleh kecerobohan manusia. Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia harus diperhatikan
beberapa faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama penyimpanan digudang antara
lain adalah :
a. Temperatur, terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan akan memicu terjadinya
reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Kondisi ini dapat mengubah
karakteristik bahan kimia. Resiko berbahayapun dapat terjadi sebagai akibat kenaikan suhu
di dalam ruang penyimpanan. Oleh karena itu didalam ruangan penyimpanan bahan kimia
harus terdapat alat ukur suhu ruang yaitu termometer. Ada beberapa termometer yang
dapat mengukur temperatur ruangan. Termometer yang biasa digunakan untuk mengukur
suhu ruangan yaitu temperature minimum dan maksimum.k
b. Kelembaban, kelembaban dapat diartikan sebagai perbandingan tekanan uap air diudara
terhadap uap air jenuh pada suhu dan tekanan udara tertentu. Kelembaban dapat diartikan
sebagai banyaknya uap air diudara. Faktor kelembaban sangat penting diperhatikan karena
berhubungan erat dengan pengaruhnya pada zat-zat higroskopis. Bahan kimia
higrokoskopis sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat terjadi reaksi hidrasi
eksotermis yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. Kontrol terhadap kelembaban
ruang penyimpanan penting dilakukan untuk mencegah kerugiankerugianyang tidak
diinginkan. Ada beberapa alat pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti
higrometer, termohigrometer atau thermometer bola basah dan bola kering.
c. Interaksi dengan wadah, bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan kemasan atau
wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya menyebabkan kebocoran.
Kebocoran bahan kimia terutama yang berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan seperti
ledakan, kebakaran dan melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan
besi/logam, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat korosif
karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan merusak wadah.
d. Interaksi antar bahan kimia, selama penyimpanan bahan kimia dapat berinteraksi dengan
bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat mengakibatkan perubahan karakteristik bahan kimia
tersebut, misalnya interaksi antara bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia
yang mudah terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga dalam
penyimpanannya harus terpisah. Penggunaan bahan-bahan kimia biasanya dilakukan pada
usaha budidaya ikan yang intensif dan melakukan kegiatan pengukuran kualitas air,
kesehatan ikan dengan bahan-bahan kimia. Oleh karena itu harus diperhatikan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja yang bertanggungjawab pada unit tersebut.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Nama kelompok :
Nama : 1
2
3
4
5
Kelas :
Lembar kerja peserta didik Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bidang Perikanan
Alat dan bahan diskusi : alat tulis, jaringan internet, lembar pengamatan, sumber bacaan
Jawaban :
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
2) Pada masing-masing gambar diatas adalah resiko kerja yang kemungkinan bisa terjadi
dari kegiatan-kegiatan tersebut ! Jelaskan !
3) Bagaimana pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan dari resiko kerja yang
dapat ditimbulkan dari gambar tersebut !
4) Dari ke-4 gambar tersebut manakah yang telah menerapakan upaya pencegahan dan
pengendalian resiko kerja di bidang pekerjaan ?
Jawab :
5) Jika ada gambar yang belum menerapakan upaya pencegahan resiko kerja ? Apakah
yang perlu dilakukan sehingga mereka terhindar dari resiko kerja ?
Jawab :
Assessment Diagnostik
Bahan/
Level
Bentuk No
Tujuan Kelas Konten/ Materi Kogniti Indikator Soal
Soal Soal
Semest f
er
Soal Uraian :
RUBRIK PENILAIAN
Tanggal Penilaian:
Soal Latihan
Kisi Kisi Soal Uraian
A. Remidial
1. Peserta didik yang nilainya kurang dari 65 agar memperdalam lagi Materi Modul
Manajemen Kegiatan Agribisnis Perikanan
2. Peserta didik yang nilainya lebih dari atau sama dengan 65 mempelajari Modul
Pengenalan Analisa Usaha Dan Pemasaran
A Sekolah : ……………………………………………..
B. Kelas/Semester : ……………………………………………..
dst
B. Pengayaan
Guru memberikan nasihat agar tetap rendah hati, karena telah mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Guru memberikan soal pengayaan sebagai berikut :
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Wardiningsih Sri. 2014. Prasarana dan Sarana Pembenihan Ikan. Teknik Pembenihan Ikan
(Edisi 2). Universitas Terbuka. Tangerang Selata
Yapanto L M. 2020. Rantai Pasok Perikanan dan Tantangan yang Dihadapi nelayan di
Indonesia. https://darilaut.id/kajian/rantai-pasokperikanan-dan-tantangan-yang-
dihadapi-nelayan-di-indonesia