Anda di halaman 1dari 8

3.

14 Menerapkan inovasi dan persiapan wadah pendederan komoditas perikanan


4.14 Melakukan inovasi dan persiapan wadah pendederan komoditas perikanan

Teknik Pendederan Komoditas Perikanan/ Pertemuan 11

PROSEDUR TEKNIK PENDEDERAN KOMODITAS PERIKANAN DI KOLAM

a. Pengertian teknik pendederan komoditas perikanan di kolam

Pendederan merupakan fase peralihan antara kegiatan pembenihan dan kegiatan


pendederan dalam kegiatan budidaya perikanan. Kegiaatan ini bisa dilakukan di
kolam. Kegiatan pendederan merupakan tahapan penting dalam kegiatan
budidaya komoditas air tawar. Pada fase ini dilakukan penyiapan bibit ikan untuk
proses pendederan. Bila tahap pendederan ini kurang baik maka bibit yang
dihasilkan akan berkualitas rendah dengan pertumbuhan yang lambat yang
kemudian juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya di masa pendederan.
Kegiatan pendederan dapat dilakukan dengan sistem pengelolaan yang bersifat
tradisional (ekstensif), madya (semi intensif), dan maju (intensif). Perbedaan
ketiga sistem tersebut dapat dilihat dari aspek padat tebar, jenis pakan yang
diberikan, dan pengelolaan air. Komoditas akuakultur air tawar yang banyak
diproduksi dan diperdagangkan adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila
(Oreochromis niloticus), ikan lele (Clarias sp.), ikan gurame (Osphronemus
guramy), ikan patin (Pangasius sp.).

Gambar 1. Kolam Tanah Gambar 2. Kolam Semi Intensif Gambar 3. Kolam intensif

b. Prinsip-prinsip Teknik Pendederan di Kolam


Prinsip pendederan benih ikan adalah upaya membuat benih ikan hidup
nyaman sehingga memiliki pertumbuhan lebih optimal. Agar benih ikan hidup
nyaman, maka lingkungan kolam harus dibuat sesuai dengan kebutuhan benih
ikan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital bagi usaha budidaya.
Lingkungan benih ikan terdiri dari benih yang berkualitas, kualitas air yang baik,
pakan benih berkualitas, bebas dari hama penyakit. Adapun prinsip Teknik
Pendederan Komoditas Perikanan Di Kolam adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Induk dan Benih
Riwayat benih ikan harus jelas dan berkualitas. Apabila benih didapat
asal-asalan, menyebabkan penurunan produktivitas karena pertumbuhan lambat
dan rentan penyakit. Benih yang baik harus sehat, lengkap anggota tubuh dan
tidak sedang terserang penyakit. Ciri umumnya benih aktif berenang, pergerakan
dan nafsu makan normal serta seimbang antara panjang dan berat.

2. Kualitas air
Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital bagi usaha pendederan.
Faktor lingkungan yang umumnya sangat berpengaruh pada organisme target
adalah kualitas air. Kelangsungan hidup benih ikan sangat dipengaruhi oleh
kualitas suatu perairan, untuk mendapatkan benih ikan yang sehat dan tumbuh
dengan cepat. Apabila kualitas air kurang baik, dapat menyebabkan ikan lemah,
nafsu makan berkurang, dan rentan terserang penyakit.. Berikut ini merupakan
kualitas air yang baik bagi usaha pendederan yaitu :

3. Kualitas pakan
Pakan dibagi menjadi dua, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan
alami merupakan mikroorganisme yang digunakan sebagai pakan pertama larva
organisme budidaya sebelum mampu mengonsumsi pakan buatan. Pakan
buatan merupakan pakan yang telah diformulasikan dari bahan alami yang
diproses sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan organisme target.
Pakan alami dapat berupa fitoplankton, zooplankton, ataupun bentos. Pakan
fitoplankton berupa Chlorella sp., Spirulina sp., Chaetoceros sp.,
Nannochloropsis sp, dan lain-lain. Zooplankton yang dapat digunakan dalam
pakan alami, yaitu rotifera (Brachionus sp.), naupli Artemia salina, Daphnia sp.,
Moina sp., copepoda, jentik nyamuk, dan lain-lain. Bentos yang dapat digunakan
sebagai pakan alami, yaitu cacing darah, jentik nyamuk, dan Tubifex sp. C
a. Pakan buatan b. Pakan alami

Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan
mulut benih ikan seperti cacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya.

4. Kesehatan
Kesehatan ikan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu organisme budidaya,
lingkungan, dan patogen. Berikut ini merupakan model hubungan antara ketiga
faktor tersebut.

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam budidaya


organisme akuatik. Jika ikan terserang penyakit, kematian massal merupakan hal
yang tidak dapat dihindarkan lagi . Agar kesehatan ikan tetap terjaga, perlu
dilakukan pencegahan dengan menggunakan berbagai macam perlakuan.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan desinfeksi wadah, pemberian
vaksin, probiotik, imunostimulan, dan zat antimikroba alami. Ketika ikan telah
terkena serangan patogen, pengobatan merupakan tindakan yang harus
dilakukan untuk mengurangi dampak penyakit pada organisme budidaya.
Pengobatan dapat dilakukan dengan perlakuan suhu dan salinitas, penggunaan
fitofarmaka, dan penggunaan antibiotik.
Untuk pemberantasan hama dan penyakit ikan pada kegiatan pendederan
tidak secara khusus dilakukan, tetapi tetap dilakukan upaya penanggulangan baik
secara preventif dengan melakukan pengeringan kolam dan secara provilasis
dengan cara menjaga kualitas air jumlah pakan yang cukup dan terjaga
kualitasnya.
c. Teknik Pendederan Komoditas Perikanan di Kolam

Pendederan umumnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu pendederan I,


pendederan II, dan pendederan III. Namun demikian yang sering dilakukan para
pembibit hanyalah pendederan I dan II. Bahkan banyak pengusaha bibit yang
hanya melakukan pendederan I saja. Hal ini biasanya karena tingginya
permintaan bibit sehingga saat bibit baru berukuran 3 – 5 cm (akhir pendederan I)
sudah banyak konsumen yang memesan, bahkan banyak yang inden.
Pendederan I berlangsung selama 2 – 3 minggu hingga bibit yang semula
beukuran 1 – 3 cm bertambah besar menjadi 3 – 5 cm. Selanjutnya diteruskan
dengan pendederan II yang berlangsung selama 3 – 4 minggu hingga bibit
menjadi sepanjang 5 – 8 cm. Sedangkan pendederan terakhir berlangsung
selama 3 minggu hingga bibit menjadi sepanjang 8 – 12 cm. Bibit yang telah
melewati pendederan II (5 – 8 cm) sudah dapat langsung dibesarkan tanpa
melewati pendederan lagi.

Pendederan I

Pendederan I dimaksudkan untuk membesarkan bibit berukuran 1 – 3 cm menjadi


bibit berukuran 3 – 5 cm. Dengan perawatan intensif, terutama dalam hal
pemberian pakan, pengaturan air, serta pengendalian hama dan penyakit, masa
pendederan I hanya membutuhkan waktu 2 – 3 minggu.

a) Pelepasan bibit

Bibit yang dipelihara dalam pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stress,
dan cidera sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati – hati. Yang
penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit yaitu antara 500 – 750 ekor/m2.
Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 3000 – 4500 bibit.

Untuk menghindari stress dan cidera, pelepasan bibit dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

1. Bibit diambil dari kolam pemeliharaan larva dengan menggunakan waring


bertangkai dengan jarring yang rapat dan lembut.
2. Bibit ditempatkan pada ember atau baskom yang telah diisi air dari kolam
pemeliharaan larva.
3. Setelah ember atau baskom cukup penuh, segeralah menuju kolam
pendederan untuk melepaskannya. Benamkan ember atau baskom ke kolam
sehingga air koma masuk sedikit demi sedikit bercampur dengan air dalam ember.
Dengan cara itu maka bibit akan dapat beerrenang keluar ember atau baskom.
Angkat ember atau baskom dengan posisi miring ke bawah sehingga semua air
beserta bibitnya masuk ke dalam kolam.
4. Teruskan langkah tersebut hingga kolam pendederan terisi bibit dengan
kepadatan yang sesuai.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pemindahan dan pelepasan
bibit. Untuk menghindari stress yang berlebihan, bibt sebaiknya dipindahkan pada
saat suhu air belum terlalu tinggi atau terlalu rendah yaitu pada pagi atau sore
hari. Pada pagi hari, sebaiknya pemindahan dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00.
Sedangkan pada soe hari, pemindahan sebaikya dilakukan pada pukul 15.00 –
18.00.

b) Pengaturan air

Kualitas air yang digunakan untuk memlihara ikan pada masa pendederan I
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus
dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan ari menglir dengan
sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang
keluar langsuang diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi
pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2 – 3 hari sekali atau
sesuai kebutuhan.
Untungnya, pada kolam pendederan I kualitas air masih akan cukup baik dalam
waktu yang cukup lama karena ukuran ikan peliharaan masih sangaat kecil
dengan jumlah kotoran yang juga masih sedikit. Selain itu, pakan yang diberikan
pun pakan alami yang tidak menyebabkan penurunan kualitas air.

c) Pemberian pakan

Bibit berukuran 1 – 3 cm tentu saja belum dapat makan pellet butiran. Pakan yang
di berikan kepada bibit lele ini mengandung cukup banyak protein untuk
mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya di beri pakan
alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (tubifex sp.) . baru pada
minggu kedua bibit lele sangkuriang mulai diberi pelet 581. Pelet ini berbentuk
seeperti tepung.
Prinsip pemberian pakan untuk bibit adalah sebagai berikut
1. Pakan alami di berikan dalam keadaan hidup agar apabila belum termakan
maka akan dapat dimakan pada waktu berikutnya.
2. Pakan alami diberikan sedikit demi sedikit hingga bibit lele sangkuriang
kenyang. Caranya, dengan memasukkan kutu air atau cacing sutra sesendok
demi sesendok hingga tidak aada lagi bibit lele sangkuriang yang mau
memakannya.
3. Pakan di berikan 3-4 kali sehari, yaitu pagi, siang (bila mungkin), sore, dan
malam hari.
4. Seiring dengan di berikannya makanan berupa pelet, jumlah pakan alami mulia
di kurangi. Misalnya, untuk minggu ke-2 kombinasi 75% pakan alami dan 25%
pelet, untuk minggu ke-3 kombinasi 50% pakan alami dan 50% pelet.
d) Pengendalian hama dan penyakit

Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudidaya juga harus
mencegah masuknya hama dan penyakit. Hama yang sering memakan bibit ikan
antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut
berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan 13ka nada banyak bibit
yang hilang.
Untuk mencegah ular, burung, kadal, dan katak masuk ke dalam kolam, tutuplah
kolam dengan anyaman bamboo. Bila hama telah terlanjur masuk, segera
keluarkan atau basmi secepatnya.

munculnya penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan kolam,


Pengaturan air yang baik dapat mencegah munculnya penyakit. Penambaha
sedikit kapur pertanian juga membantu. Apabila bibit menunjukkan tanda – tanda
terserang penyakit, terutama jamur, teteskan malachite green oxalate 1 – 5 ml
atau methylene blue 10 ml per 1 meter kubik air.

e) Seleksi bibit

Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama
kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3 – 5 cm. Bibit – bibit yang telah
mencapai ukuran 3 – 5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada pendederan II,
atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit yang didapat dari seleksi pertama disebut
bibit saringan I, bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki
kecepatan pertumbuhan yang baik.
Seleksi yang kedua dilakukan pada saat bibit telah dipelihara selama 3 minggu.
Bibit yang diperoleh disebut bibit saringan II. Kualitas bibit ini sedikit dibawah bibit
saringan pertama. Bibit yang tidaak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan
bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai ukuran 3 – 5 cm.
Kualitas bibit sisa ini tidak begitu baik.

Pendederan II
Pendederan II merupakan kelanjutan dari pendederan II, yang mana bibit
berukuran 3 – 5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5 – 8 cm. Seperti halnya
pada pendederan I, factor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini
adalah pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Pendederan II berlangsung selama 3 – 4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3
(tiga) kali yaitu pada minggu ke – 3, minggu ke – 3,5 dan minggu ke – 4.

1. Pelepasan benih

Ukuran bibit yang dipelihara pada pendederan II dua kali lebih besar dari bibit
pada pendederan I. Oleh karena itu, kepadatan bibit harus dikurangi sampai
setengan dari kepadatan pendederan I, yaitu 250 – 500 ekor/m2. Untuk kolam
berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 1500 – 3000 bibit. Metode pemindahan dan
pelepasan bibit pada kolam pendederan II tidak berbeda dengan yang dilakukan
pada pendederan I.

2. Pengaturan air

Pengaturan air pada pendederan II masih harus diperhatikan meskipun tidak


seintensif pada pendederan I. Penggantian air dilakukan 2 – 3 hari sekali. Air
kolam yang lama tidak diganti akan tercemar sisa makanan dan kotoran ikan. Sisa
makanan itu akan membusuk dan mengeluarkan asam organic yang akan
mengganggu pertumbuhan bibit dan merangsang munculnya penyakit.

3. Pemberian pakan
Pada minggu ke – 1 masa pendederan II, pakan yang diberikan berupa pakan
alami dan pelet tepung(581). Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 10 – 15
% dari bobot total bibit yang dipelihara, terdiri dari 25 % pakan alami dan 75 %
pelet yang dilembutkan. Pada minggu ke – 2, pakan yang diberikan adalah pelet
tepung seluruhnya. Pada minggu ke – 3 dan ke – 4 dapat mulai menggunakan
pelet butiran dengan diameter ± 1 mm (pelet 999). Pemberian pakan dilakukan
tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.

4. Pengendalian hama dan penyakit

Dengan semakin besarnya ukuran bibit maka semakin berkurang jumlah hama
yang berbahaya baginya. Hama yang masih perlu diwaspadai adlah ular dn
burung pemakan ikan. Cara pencegahannya sama seperti pada pendederan I,
yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain.
Sedaangkan untuk mengendalikan penyakit, penggantian air secara rutin
merupakan cara terbaik, selain menggunakan malachite green oxaite (1 – 5
ml/m3) atau methylene blue (10 ml/m3).

5. Seleksi bibit

Bibit mulai diseleksi pada minggu ke – 3 dengan menggunakan saringan bibit 5 –


8 cm. Bibit yang berukuran 5 – 8 cm dapat diambil untuk dibesarkan pada
pendederan III atau langsung dijual. Bibit yang didapat dalam seleksi pertama
disebut bibt saringan I, merupakan bibit berkualitas terbaik. Seleksi bibt dilakukan
lagi 3 – 4 hari kemudian, diperoleh bibit saringan II. Seleksi terakhir dilakukan
pada minggu ke – 4, diperoleh bibit saringan III. Baik bibit saringan II

muapun III juga merupakan bibit berkualtas baik dn memenuhi standard. Bibit
yang tidak lolos seleksi dapat terus dipelihara hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit ini
tidak memenuhi standard sebagai bibit yang bagus.

Pendederan III
Tidak banyak pembibit yang melaksanakan pendederan III, karena begitu
melewati pendederan II sudah banyak konsumen yang berminat untuk membeli
bibt tersebut. Bahkan akhir – akhir ini konsumen tidak cukup sabr untuk menanti
bibti hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit berukuran 3 – 5 cm pun sudah banyak yang
memintanya.
Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5 – 8 cm
menjadi bibit berukuran 8 – 12 cm. Bibit dengan ukuran 8 – 12 cm merupakan bibit
yang paling optimal untuk pendederan. Pendederan III dilakukan selama 3
minggu.

1. Pelepasan bibit

Kepadatan bibit pada pendederan III lebih rendah disbanding pendederan II,
karena ukurn bibit yang digunakan lebih besaar. Jumalh bibt yang dilepas pada
kolam pendederan III adalah antara 100 – 200 ekor/m2. Metode pemindahan dan
pelepadan bibit sama dengan pada pendederan I dan II.
2. Pengaturan air

Pengaturan air pada pendederan III tidak seintensif pendederan I dan II amun
tetap harus mendapat perhatian. Penggantian air dilakukan apabila air di kolam
sudah kotor. Jadi tidak harus dilakukan secara rutin. Lebih baik lagi apabila
menggunakan sistem air keluar masuk sehingga kesegaran dan kebersihan air
tetap terjaga. Meskipun tidak seketat pendederan I dan II, namun usahakan agar
tidak ada sisa makanan dan kototran yang mengendap dan mmembusuk di dasar
kolam karena hal itu dapat menghambat pertumbuhan ikan dan merangsang
munculnya penyakit.

3. Pemberian pakan

Pakan yang diberikan berupa pelet yang dikecilkan ukurannya hingga berdiameter
1 – 3 mm (pelet 999, 781 – 1, dan 782 – 2). Jumlah pakan yandiberikan sebanyak
5 – 10 % bobot bibit yang dipelihara. Pakan dibeikan (tiga) kali sehari, yaitu pada
pagi, siang, dan sore hari.
Terkadang bibit sangat rakus, makan terlalu banyak (untuk jenis lele). Padahal
pelet dapat mengembang selama ada di dalam perut ikan. Akibatnya bibit
mengalami kembung dan pecah perut. Untuk mencegahnya rendam pelet dalam
air hangat hingga mengembang dan baru setelah itu diberikan kepada ikan.
Dengan cara demikian pelet tidak akan mengembang lagi, dan kembung tidak
akan terjadi.

4. Pengendalian hama dan penyakit

Seperti halnya pada pendederan II, hama yang mengancam aldalah ular dan
burung pemakan ikan. Cara pengendaliannya masih sama, yaitu dengan menutup
kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Serangan penyakit dapat
dikendalikan dengan memelihara kebersihan air. Jika terdapat tanda – tanda ikan
terserang penyakit, terutama jamur berikan malachite green oxalate atau
methylene blue.

5. Seleksi bibit

Bibit yang dibesarkan pada pendederan III dapat diseleksi mulai minggu ke – 2
untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang sesuai (8 – 12 cm). Sisa bibit yang
tidak lolos seleksi pertama, diseleksi lagi pada minggu ke – 3. Sisa bibit yang tidak
lolos seleksi kedua dapat terus dipelihara hingga mencapai ukuran yang
disyaratkan atau langsung dijual.

Anda mungkin juga menyukai