Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BUDIDAYA

IKAN LELE

Nama : Azahratu sifa


Kelas : IX.5
Pelajaran : Prakarya

MTsN 36 JAKARTA BARAT


Pembuatan Kolam Lele
Terdapat beberapa tipe kolam yang umum digunakan
sebagai tempat beternak ikan lele. Setiap tipe kolam
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing
jika ditinjau berdasarkan usaha budidayanya.
Sebelum kita memutuskan kolam jenis apa yang cocok,
sebaiknya pertimbangkan dulu kondisi lingkungan,
ketersediaan budget dan tenaga kerja yang kita
alokasikan.Tipe kolam yang paling umum digunakan
dalam budidaya ternak lele adalah kolam semen, kolam
terpal, kolam tanah, keramba, dan jaring apung.
Namun tipe kolam yang paling populer di kalangan
pembudidaya lele adalah kolam tanah.Berikut adalah
beberapa tahapan yang perlu kita lakukan dalam
menyiapkan kolam tanah untuk ternak lele yaitu:

1.Pengeringan dan Pengolahan Tanah


Kolam harus dikeringkan terlebih dulu sebelum kita
menebarkan benih ikan lele ke dalamnya. Lama proses
pengeringan kolam berkisar antara 3-7 hari tergantung
terik sinar matahari di daerah tersebut. Kolam bisa
dianggap cukup kering jika permukaan tanahnya terlihat
mengalami keretakan setiap jengkalnya.
Pengeringan dasar kolam bertujuan untuk memutus
kehiduapan mikroorganisme yang dapat memicu
penyakit pada ikan lele. Melalui proses pengeringan dan
penjemuran semacam ini, maka sebagian besar
mikroorganisme patogen dipastikan mati.
2. Pengapuran dan Pemupukan Kolam
Tujuan pengapuran kolam lele ialah untuk
menyeimbangkan tingkat keasaman kolam dan
membantu memberantas mikroorganisme patogen.
Jenis kapur yang digunakan adalah kapur tohor atau
dolomit.Proses ini cukup mudah dilakukan, kita hanya
perlu menebar kapur secara merata di permukaan dasar
kolam. Setelah itu, balik tanah agar kapur meresap
hingga ke tiap lapisannya.
Dosis yang diperlukan untuk proses pengapuran kolam
ini berkisar antara 250 gr sampai 750 gr per meter
persegi atau tergantung dari derajat keasaman tanah.
Semakin asam kondisi tanah tersebut, maka semakin
banyak pula kapur yang dibutuhkan.
Tahapan berikutnya adalah pemupukan tanah kolam.
kita bisa menggunakan campuran pupuk organik (pupuk
kandang atau kompos), urea, dan juga TSP. Dosis
pupuk organik yang harus digunakan sebanyak 250 gr
hingga 500 gr per meter persegi, sedangkan dosis
pupuk kimia masing-masing 10 gr sampia 10 gr per
meter persegi.
Pemupukan bagian dasar kolam bertujuan untuk
menyediakan nutrisi bagi biota air,seperti cacing dan
fitoplankton yang berguna untuk makanan alami ikan
lele.
3. Pengaturan Air Kolam Lele
sampai 120 cm. Biasanya pengisian kolam dilakukan
secara bertahap. Setelah kolam selesai dipupuk, kolam
akan diisi air dengan batas sekitar 30 cm hingga 40 cm,
kemudian kolam dibiarkan terpapar sinar matahari
secara langsung selama kurang lebih satu minggu.
Dengan kedalaman yang disebutkan di atas, sinar
matahari masih bisa menembus hingga Idealnya,
ketinggian air untuk kolam ikan lele adalah 100 cm
dasar kolam dan memungkinkan biota dasar kolam
tumbuh dengan baik.
Umumnya, air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton
akan berwarna sedikit kehijauan.Setelah itu, kita dapat
menebar benih ikan lele. Kemudian tambah air kolam
secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele
hingga mencapai ketinggian yang disarankan.

Pemilihan Benih Ikan Lele


Tingkat kesuksesan ternak lele sangat ditentukan oleh
kualitas benih. Oleh sebab itu, kita tidak boleh
sembarangan saat memilih benih ikan lele. Berikut
beberapa poin penting yang perlu kita ketahui untuk
menentukan bibit lele yang unggul, yaitu:
1. Ciri Benih Lele Unggul
Pastikan benih yang kita tebar adalah benih yang benar-
benar sehat. Adapun ciri-cirinya adalah gerakannya
lincah, tidak cacat atau luka di permukaan tubuhnya,
gerakannya normal, dan bebas dari segala jenis
penyakit.Kita bisa menguji gerakan setiap benih ikan
lele dengan cara menempatkannya di air berarus.
Apabila ikan tersebut menantang arah arus air dan bisa
bertahan, maka gerakan renangnya dikategorikan
baik.Normalnya, ukuran benih ikan lele untuk budidaya
berkisar antara 5 cm sampai 7 cm.
Jadi pastikan memilih benih dengan ukuran standar
tersebut agar bisa tumbuh dan berkembang secara
normal. Dari ukuran sebesar itu, bisa dipastikan dalam
jangka waktu 2 sampai 4 bulan kita akan mendapatkan
lele sebanyak 12 ekor per kilogramnya.

2. Cara Menebar Benih Ikan Lele


Sebelum menebar benih ikan lele, sebaiknya lakukan
dulu penyesuaian kondisi lingkungan. Caranya dengan
memasukkan benih beserta wadahnya ke dalam kolam.
Biarkan selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu
tempat benih dengan suhu kolam.
Sebaiknya tebarkan benih ikan ke dalam kolam dengan
kepadatan 200 hingga 400 ekor per m2. Semakin baik
kualitas air pada kolam yang disiapkan, maka semakin
banyak pula jumlah benih ikan lele yang bisa ditampung.
Disarankan untuk memastikan tinggi air kolam tidak
lebih dari 40 cm ketika benih ini ditebar.
Panen Ikan Lele
Ikan lele dapat dipanen ketika bobotnya mencapai 9
hingga 12 ekor per kilogram. Namun patokan ini tidak
berlaku untuk ikan lele ekspor yang biasanya dipanen
ketika bobot 500 gr per ekor. 
Cara paling tepat untuk memanen ikan lele adalah tidak
memberinya pakan satu hari sebelum panen agar tidak
ada kotoran ketika ikan-ikan tersebut diangkut.
Jangan lupa untuk melakukan proses penyortiran guna
memisahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan
ukuran ini sangat penting dilakukan karena berpengaruh
terhadap harga jual lele.

Pengelolaan Air
Hal penting lain dalam budidaya ikan lele adalah
pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil
maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga.
Awasi kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak
habis di dasar kolam.
Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau
hidrogen sulfida yang dicirikan dengan adanya bau
busuk. Apabila sudah muncul bau busuk, buang
sepertiga air bagian bawah kemudian isi lagi dengan air
baru. 
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang paling umum dalam budidaya ikan lele
antara lain hama predator seperti linsang, ular, sero,
musang air dan burung. Sedangkan hama yang menjadi
pesaing antara lain ikan mujair.
Untuk mencegahnya yaitu dengan memasang saringan
pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar
di sekeliling kolam. Penyakit pada budidaya ikan lele
bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus. Ketiga
mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit
yang mematikan.
Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung
perut dan luka di kepala dan ekor. Untuk mencegah
timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga
kualitas air, mengontrol kelebihan pakan, menjaga
kebersihan kolam, dan mempertahankan suhu kolam
pada kisaran 28oC. Selain penyakit infeksi, ikan lele
juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti kuning,
kekurangan vitamin dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengendalian
penyakit silahkan baca pengendalian hama dan
penyakit ikan lele.  
Pakan Untuk Budidaya Ikan Lele
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya
ikan lele. Ada banyak sekali merek dan ragam pakan di
pasaran. Pakan ikan lele yang baik adalah pakan yang
menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih kecil dari satu.
FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan
daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal,
terapkan pemberian pakan utama dan pakan tambahan secara
berimbang. Bila pakan pabrik terasa mahal, silahkan coba
membuat sendiri pakan lele alternatif. 

a. Pemberian Pakan Utama


Sebagai ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak
mengandung protein hewani. Secara umum kandungan
nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein (minimal
30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan
mineral. Berbagai pelet yang dijual dipasaran rata-rata
sudah dilengkapi dengan keterangan kandungan nutrisi.
Tinggal kita pandai-pandai memilih mana yang bisa
dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan
kadaluarsa. Pakan harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan. Secara umum setiap harinya ikan lele
memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya.
Misalnya, ikan lele dengan bobot 50 gram memerlukan
pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot tubuh) per ekor.
Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu
timbang dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang
diberikan. Dua minggu menjelang panen, persentase
pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot
tubuh. Jadwal pemberian pakan sebaiknya disesuaikan
dengan nafsu makan ikan. Frekuensinya 4-5 kali sehari.
Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang masih kecil
harus lebih sering.
Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore dan
malam hari. Ikan lele merupakan hewan nokturnal, aktif
pada malam hari. Pertimbangkan pemberian pakan
lebih banyak pada sore dan malam hari.
Si pemberi pakan harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan
pakan saat ikan lele agresif menyantap pakan dan
berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya. 

b. Pemberian Pakan Tambahan


Pemberian pakan tambahan sangat menolong
menghemat biaya pengeluaran pakan yang menguras
kantong. Apabila kolam kita dekat dengan pelelangan
ikan, bisa dipertimbangkan pemberian ikan rucah segar.
Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang
tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau
cacat dalam penangkapannya.
Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran
ampas tahu. Keong mas dan limbah ayam bisa
diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan.
Kemudian pisahkan daging keong mas dengan
cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam
bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele. 
Pengembangan Usaha Perikanan
Pada hari Rabu 1 September 2021, Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan Drs.
Sirhan melakukan pembinaan di pokdakan Mina Karya
Lestari. Kepala Dinas melakukan monitoring ke seluruh
kolam ikan lele anggota kelompok pembudidaya.
Pada kesempatan ini para pembudidaya dapat
menyampaikan secara langsung kepada Kepala
Dinlutkan tentang hal hal yang berkaitan dengan
kendala dalam budidaya ikan lele seperti kolam yang
sudah mulai rusak, harga pakan yang mahal dan
kekurangan modal usaha untuk pengembangan.
kepala Dinas berpesan bahwa perlunya pelaku usaha
perikanan menerapkan manajemen keuangan dan
administrasi dengan baik dan cermat, agar usaha
perikanan ini berkembang karena ada beberapa pelaku
usaha perikanan gulung tikar bukan karena masalah
teknis budidaya tetapi gagal karena manajemen
keuangan yang salah atau tidak tertib.
Oleh karena itu penting adanya buku keuangan dan
administrasi, agar semua tercatat rapih sehingga dapat
diketahui untung / rugi, jumlah aset dimiliki, dan
kemampuan modal yang ada untuk pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai