Anda di halaman 1dari 12

Tanggal :20 September 2021

OLEH:
EKA RELLIS, S.Pi
NIP. 19870201 201212 1 001

DINAS PERIKANAN KABUPATEN LAHAT


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan booklet ini. Booklet ini berisi tentang Hama dan
penyakit Ikan Patin.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan booklet ini.

Semoga booklet ini bermanfaat bagi insan perikanan.

Lahat, September 2021

Penyusun

Eka Rellis, S.Pi


DAFTAR ISI

A. Pendahuluan .............................................................................................. 1

B. Hama Ikan Patin ....................................................................................... 1

C. Penyakit Ikan Patin ................................................................................... 3

D. Penanggulangan Penyakit Ikan Patin ..................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9


HAMA DAN PENYAKIT IKAN PATIN

A. Pendahuluan

Budidaya ikan patin adalah salah satu budidaya yang cukup menguntungkan. Dengan

modal yang terjangkau, usaha ini juga tidak membutuhkan waktu yang banyak. Namun

jangan salah, banyak juga kendala yang dialami para petani ikan patin. Salah satunya

adalah kematian ikan. Kematian ikan biasanya dikarenakan oleh faktor internal dan faktor

eksternal ikan. Faktor internal contohnya adalah dikarenakan ikan tidak bisa beradaptasi

dengan lingkungan kolam. Sedangkan kematian yang disebabkan oleh faktor eksternal

ikan contohnya adalah dikarenakan serangan dari ikan lain, serangan dari binatang lain,

ataupun disebabkan oleh penyakit. Banyak sekali penyakit yang menjangkit ikan patin.

Penyakit penyakit ini jika tidak segera diatasi bisa menyebabkan kematian pada ikan

B. Hama Ikan Patin

Hama adalah organisme yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan budi daya, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Hama berupa predator (pemangsa), kompetitor

(penyaing) dan perusak sarana. Untuk menanggulangi serangan hama, lebih ditekankan

pada sistem pengendalian hama terpadu, yaitu pemberantasan hama yang berhasil, tetapi

tidak mengakibatkan kerusakan ekosistem. Dengan kata lain, apabila masih ada cara yang

dapat dilakukan dan ternyata memberikan hasil baik maka tidak perlu menggunakan obat-

obatan, apalagi obat-obatan buatan pabrik (petisida anorganik). Pemberian obat-obatan

sering menimbulkan masalah baru yang merugikan, misalnya lahirnya generasi penyakit

yang tahan terhadap obat-obatan yang diberikan.

Tindakan pencegahan dengan mempersiapkan kolam yang optimal berupa pintu yang

tidak memungkinkan organisme lolos ke dalam kolam, menutup permukaan kolam, dan

1
memagar daerah sekitar kolam akan memberikan andil yang sangat besar dalam usaha

penanggulangan hama. Beberapa hama yang kemungkinan dapat mengganggu ikan di

kolam terpal adalah sebagai berikut:

1. Insekta

Kolam terpal mudah diserang insekta. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengatasi serangan insekta. Insekta biasanya

ditangkap dengan menggunakan jaring yang

mempunyai ukuran mata jaring kecil. Membersihkan rumput dan tumbuhan lain yang

ada disekitar kolam terpal juga merupakan tindakan yang efektif untuk merusak telur

dan larva insekta. Penutupan permukaan kolam terpal dengan jaring yang bermata

kecil cukup efektif dalam mencegah insekta.

2. Katak dan ular

Katak yang kelaparran akan menelan benih ikan. Katal dapat diberantas dengan cara

menangkapnya satu per satu dengan mennggunakan jaring. Cara lain yang cukup

efektif dalam menanggulangi hama katak adalah dengan membuang telurnya yang

biasanya mengapung diair.

3. Burung dan mamalia

Burung dan mamalia pemakan ikan dapat dihentikan dengan cara memasang

perangkap untuk menangkapnya. Perangkap ini hendaknya diikat dengan kuat ke

pohon atau ke patok yang ditanam cukup dalam dan kuat agar tidak dibawa lari oleh

bururng atau mamalia.

Cara lain dalam menanggulangi burung dan mamalia adalah dengan memasang umpa

ikan yang telah dibubuhi racun. Penggunaan umpan beracun ini harus hati-hati karena

dapat termakan oleh ikan pelihraan. Permukaan kolam terpal yang ditutup dengan

menggunakan jaring dapat menghindari serangan burung.

2
C. Penyakit Ikan Patin

Secara umum, penyakit yang enyerang ikan patin digolongkan kedalam dua golongan.

Pertama, penyakit non-infeki, yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor

yang bukan patogen. Penyakit ini tidak menular. Kedua, penyakit akibat infeksi yang

timbul karena gangguan organisme patogen

1. Penyakit Non-infeksi.

Keracunan dan kekurangan gizi adalah contoh penyakit non infeksi yang dapat

ditemukan pada budi daya patin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan patin

keracunan, yaitu pemberian pakan yang berkualitas kurang baik atau terjadinya

pencemaran air media budi daya akibat tumpukan bahan organik atau sampah yang

membusuk. Kekurangan gizi umumnya disebabkan pemberian pakan tambahan yang

kuarang bermutu.

Tanda-tanda ikan patin yang keracunan dapat dilihat dari tingkah lakunay yang

berenang megap-megap di permukaan air. Tanda-tanda ikan patin kekurangan gizi

dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang kurus, kepala relatif besar, serta gerakan yang

kurang lincah.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan jika ikan patin keracunan adalah dengan

memberikan pakan yang sesuai dengan anjuran. Juga lingkunangan budi daya harus

tetap dijaga kebersihannya. Sementara itu, agar ikan patin tidak kekurangan gizi,

pakan harus diberikan dalam jumlah cukup serta berkandungan protein tinggi dan

dilengkapi dengan vitamin dan mineral.

2. Penyakit Akibat Infeksi

 Parasit

3
Penyakit yang sering menyerang ikan patin adalah penyakit bintikputih atau yang

lebih populer disebut white spot. Peyakit ini terjadi akibat infeksi ichtyophthirius

multifillis yang tergolong kedalam parasit. Penyakit ini umumnya menyerang ikan

patin yang masih berukuran benih berumur antara 1-6 minggu.

Parasit ini sering dijumpai secara berkelompok dilapisan lendir kulit, sirip, dan

lapisan insang. Karena warnanya putih, penyakitnya disebut bintik putih. Gejala

serangannya dapat dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih dibagian-bagian

tubuh yang sudah disebutkan diatas dan ikan berenang tidak normal.

Untuk menanggulangi infeksi dapat digunakan formalin yang

mengandung Malachite Green Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air.

Pencegahan paeda ikan-ikan patin yang berukuran lebi besar dapat dilakukan

dengan perendaman selama 24 jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air

seminggu sekali.

 Bakteri

Penyakit bakteri yang dapat menyerang ikan

patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas

sp. Penyakit ini menyerang bagian perut, dada,

dan pangkal sirip disertai dengan perdarahan.

Jika terserang, lendir ditubuhya berukurang serta tubuh terasa kasar saat diraba.

Jika ikan patin yang telah terserang cukup parah, tindakan yang dilakukan adalah

dengan memusnahkan ikan tersebut agar tidak menulari ikan patin lainnya.

Jika belum parah, dapat dilakukan pengobatan dengan cara perendaman

menggunakan larutan PK (Klium permangat) sebanyak 10-20 ppm selama 30-60

menit. Cara pengobatan lain dapat dilakukan adalah dengan merendam ikan

kedalam larutan Nitrofuran sebanyak 5-10 ppm selama 12-24 jam atau ke dalam

larutan Oksitetrasiklin sebanyak 5 ppm selama 24 jam.

4
Selain dengan cara perendaman, pengobatan dapat pula dilakukan dengan cara

mencampurkan obat-obatan ke dalam makanan. Obat-obatan yang dapat

digunakan adalah Chloromycetin sebanyak 1-2 gram untuk setiap 1 kg makanan.

 Jamur

Selain parasit dan bakteri, penyakit

lain yang dapat menyerang ikan

patin adalah jamur. Penyakit ini

biasanya terjadi akibat adanya

luka-luka di badan ikan. Penyebab

luka tersebut mungkin akibat

penanganan yang kuran baik saat pemanenan atau saat pengangkutan. Jamur yang

menyerang ikan patin adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp..

Ciri-ciri ikan patin yang terserang penyakit jamur adalah adanya luka di bagian

tubuhnya, terutama di tutup insang, sirip, dan bagian punggung. Bagian-bagian itu

ditumbuhi benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan.

Pencegahan penyakit jamur ini biasa dilakukan dengan menjaga kualitas air yang

sesuai dengan kebutuhan ikan serta menjaga ikan-ikan patin tidak mengalami

luka-luka di bagian-bagian yang disebutkan diatas.

Jika telah terserang penyakit, rendamlah ikan tersebut kedalam larutan Malachite

Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit. Agar ikan patin

benar-benar sembuh dari penyakit, pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-

turut.

D. Penaggulangan Penyakit Ikan Patin

Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan

gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya, penyakit yang menyerang ikan tidak

datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara 3 faktor, yaitu kondisi

lingkungan (kondisi air), kondisi inang (ikan budi daya) dan adanya jasad patogen (jasad

penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ini merupakan hasil interaksi

5
yang tidak serasi antara lingkungan, ikan dan jasad/organisme penyakit. Interaksi yang

tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri yang

dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit.

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian pula dalam

pembudidayaannya, penyakit tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga

kerugian yang ditimbulkan pun sangat besar. Kerugian yang ditimbulkannya bergantung

pada beberapa faktor, antara lain umur ikan yang sakit, persentase populasi yang

terserang penyakit, parahnya penyakit dan adanya infeksi sekunder.

1. Pencegahan

Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Selain tidak dapat menjamin

penyembuhan 100%, pengobatan juga membutuhkan biaya dan tenaga yang cukup

besar. Ada beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan, yanitu secara mekanik,

kimia dan biologis. Tindakan pencegahan secara mekanik adalah upaya mencegah

serangan penyakit dengan bantuan peralatan mekanik. Pencegahan secara kimiawi

adalah usaha pencegahan terhadap serangan penyakit dengan memanfaatkan berbagai

senyawa kimia. Pencegahan secara biologis adalah usaha pencegahan terhadap

serangan penyakit dengan menggunakan prinsip-prinsip biologis atau organisme lain.

Agar memberikan hasil yang memuaskan, pemilihan teknik pencegahan ini harus

disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat. Beberapa teknik pencegahan hama

dan penyakit ikan, antara lain:

2. Pembersihan kolam

Pembersihan (dekontaminasi) kolam dimaksudkan untuk membersihkan organisme

parasit, virus, jamur, bakteri dan hama yang terdapat didalamnya. Dekontaminasi

dilakukan dengan pengeringan/penjemuran kolam atau dengan menggunakan bahan

kimia telah umum diterapkan. Bahan kimia yang sering digunakan adalah

kalium permanganat (PK) dan metilin biru (Methylene blue).

3. Pembersihan peralatan

Dalam melakukan aktivitas budi daya ikan, pembudi daya menggunakan berbagai

peralatan sebagai alat bantu, seperti seer,baskom, ember, kantong plastik dan lain-

6
lain. Peralatan ini sering digunakan oleh organisme lain sebagai media untuk

menimbulkan penyakit. Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit, semua

peralatan yang akan atau telah digunakan segera dibersihkan agar kolam dan

oerganisme penyebab penyakit yang menempel pada alat tersebut dapat dihilangkan.

Peralatan tersebut dapat dibersihkan dengan mencelupkannya pada larutan PK dosis

rendah sekitar 3-20 ppm selama 30 menit. Pembersihan alat juga dapat dilakukan

dengan menggunakan chlorin.

4. Pembersihan ikan peliharaan

Pembersihan ikan dapat dilakukan dengan sistem karantina. Caranya, dengan

memelihara ikan-ikan tersebut dalam wadah khusus selama waktu tertentu. Dengan

cara ini, dapat diketahui apakah ikan tersebut bersih atau mengandung jenis

organisme tertentu yang mampu menyebabkan penyakit sehingga dapat segera

diambil langkah pengamanannya.

Cara lainnya adalah dengan membersihkan benih sebelum ditebar ke kolam. Benih

yang telah diperoleh terlebih dahulu “disucihamakan” sebelum ditebar ke dalam

kolam terpal dengan menggunakan larutan kalium permanganat (PK) sebanyak 4

mg/liter air selama 30 menit atau dapat pula direndam dalam air garam dapur

sebanyak 10 mg/liter air selama 15-30 menit.

5. Meningkatkan kekebalan ikan

Teknik lain untuk mencegah serangan penyakit pada ikan adalah meningkatkan

kekebalan (imunitas) pada ikan. Salah satu caranya adalah melakukan imunisasi, yaitu

penyuntikan antibodi ke dalam tubuh ikan untuk mendapatkan kekebalan (imun)

terhadap infeksi penyakit. Peningkatan kekebalan tubuh ikan juga dapat dilakukan

dengan vaksinasi, yaitu menyuntikkan vaksin tertentu ke tubuh ikan. Selain

penyumtikkan, pemberian vaksin juga dapat dilakukan dengan teknik perendaman,

pencelupan, penyemprotan atau melalui pakan. Vaksin adalah suatu antigen yang

digunakan untuk memvaksinasi ikan terbuat dari organisme penyakit yang telah

dilemahkan dengan menggunakan senyawa kimia tertantu. Jenis vaksin yang dapat

digunakan, misalnya septicaemia haemorrhagica yang memberikan kekebalan aktif

7
terhadap penyakit bercak merah yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.

Caranya, benih ikan direndam dalam larutan vaksin selama 30 menit dengan dosis 1

ml vaksin dicampur dalam 10 liter air untuk 150 ekor benih. Vaksinasi ini mampu

memberikan kekebalan ikan selama 4 bulan dengan masa inkubasi 15 hari. Atau

penggunaan vitamin C dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari. Dapat

pula menggunakan probiotik sebagai imunostimulan, misalnya lipo polisakarida 10

mg/1 untuk mempertahankan stamina ikan. Pada musim kemarau, petani ikan di Jawa

Tengah dan Yogyakarta menggunakan probiotik dan molases seminggu sekali.

Probiotik dan molases diencerkan, kemudian disemprotkan ke pakan sebelum

diberikan kepada ikan budi daya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:Lembar


Informasi Pertanian.

Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada MutuAir dan
Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalamProsiding
Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.

Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)Dengan


Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),1987: 42‐
47.

Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon IndukIkan Patin


(Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan
Air Tawar 1992/1993.

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)dengan


Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar HasilPenelitian
Perikanan Air Tawar 1992/1993.

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin

(Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar

Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam

Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan
Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar HasilPenelitian Perikanan Air
Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam
Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar
1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999 ).

Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius pangasius ) Yang
dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.

Anda mungkin juga menyukai