Anda di halaman 1dari 16

BOOKLET

HAMA PENYAKIT IKAN GURAME

TANGGAL : 23 JULI 2021

OLEH:

EKA RELLIS, S.Pi


NIP. 19870201 201212 1 001

DINAS PERIKANAN
KABUPATEN LAHAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan booklet ini. Booklet
ini berisi Tentang Hama Penyakit Ikan Gurame.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian penyusunan booklet ini.

Semoga booklet ini bermanfaat bagi insan perikanan.

Lahat Juli 2021

Penyusun

Eka Rellis, S.Pi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

A. Pendahuluan ...................................................................... 1

B. Hama Ikan Gurame ........................................................... 1

C. Penyakit Ikan Gurame ....................................................... 3

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 13

ii
HAMA PENYAKIT IKAN GURAME
A. Pendahuluan
Gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat ,
tetapi cukup digemari oleh masyarakat. Selain itu gurame memiliki
keunikan dalam segmen pemasarannya. Permasalahan hama dan
penyakit pada budidaya ikan gurame merupakan kendala yang serius,
karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi yang nantinya
akan mengakibatkan produksi ikan gurame akan menurun, terutama
pada fase benih.
B. Hama Ikan Gurame
Dalam budi daya, faktor hama menjadi salah satu penyebab tidak
optimalnya hasil panen yang diperoleh. Bahkan, serangan hama dalam
jumlah besar bisa membuat gagal panen.Oleh sebab itu, pembudi daya
perlu mengenal jenis-jenis hama yang bisa menyerang budi daya
gurami. Selain itu, pembudi daya juga perlu mengetahui cara
pencegahan dan pengendalian hama.
a. Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian:
menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter
persegi.
b. Uncrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian:
sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

1
c. Katak (Rana spec)
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur
yang mengapung menagkap dan membuang hidup-hidup.
d. Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan
penangkapan; pemagaran kolam.
e. Linsang/ biawak
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan
berumpun.
f. Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit
menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
g. Ikan Gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu guramiukan air diberi
saringan atau dibuat bak filter.
h. Belut dan Kepiting
Pengendalian hama : lakukan penangkapan.
Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat
menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu, sebaiknya
benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang
lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa
pemasukkan air dipasang serumbung atau saringan ikan agar hama tidak
masuk ke dalam kolam.

2
C. Penyakit Ikan Gurame
Gangguan yang dapat menyebabkan matinya ikan adalah penyakit yang
disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit.
Gangguan-gangguan non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti
adanya gas-gas beracun berupa asam belerang atau amoniak; kerusakan
akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturunan.
Penanggulangannya adalah dengan mendeteksi keadaan kolam dan
perilaku ikan-ikan tersebut. Memang diperlukan pengetahuan dan
pengalaman yang cukup untuk mengetahuinya. ikan-ikan yang sakit
biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang
berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur
dan berbagai mikroorganisme lainnya.
Ada dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang sakit.
Pertama penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan
penyakit parasiter. Kedua, penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad
hidup, tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika dan kimia perairan yang
disebut penyakit non-parasiter. Penyakit parasiter banyak disebabkan
oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus, protozoa, nematoda dan
udang renik. Sementara itu, penyakit non-parasiter disebabkan oleh
buruknya kualitas pakan atau tercemarnya air oleh zat kimia tertentu.
Penyakit parasiter yaitu :
1. Bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar,
yaitu Ichthyophthirius multifillis. Parasit ini biasanya berada di

3
bawah lapisan epidermis kulit. Gejala yang ditimbulkan adalah
warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari adanya bintik putih di
seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-gosokkan
badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-
megap dan sering berkumpul di tempat pemasukan air karena
kekurangan oksigen.
Penyakit ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak
bersih. Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah
(kurang dai 22 C), kurang makan, atau tertular penyakit dari ikan
liar.
Cara Pengendaliannya
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam
larutan formalin 25 ml/m3 air. Selain itu, pengendalian juga dapat
dilakukan dengan cara menaikkan temperatur air kolam hingga
mencapai 28 C.
2. Myxosporeasis
Penyakit myxosporeasis disebabkan oleh parasit Henneguya sp. dan
Thellohanelus sp. yang menyerang insang. Gurami yang diserang
penyakit ini biasanya sudah berumur satu bulan ke atas. Gejalanya
muncul pembengkakan di bagian insang dan badan gurami.
Penyakit ini muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan
oksigen terlarut rendah, dan kepadatan gurami yang terlalu tinggi.
Penyakit ini dapat menular melalui air. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan mengendapkan air sebelum diisikan kolam.

4
Sementara itu, penanggulangannya dilakukan dengan mengeringkan
kolam karena belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan
penyakit ini.
3. Cacing insang dan cacing kulit
Penyakit cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit
Dactylogyriasis yang menyerang benih gurami, terutama di bagian
badan dan insang. Gejalanya gurami tampak lemah, nafsu makan
berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena
kekurangan oksigen.
Timbulnya penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk,
kekurangan pakan, padat tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah.
Penyakit ini dapat menular melalui media air. Mengatasinya dapat
dilakukan dengan cara merendam benih gurami di dalam larutan
garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga
dapat direndam di dalam larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24
jam.
4. Kutu ikan
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang
dengan cara menggigit seluruh bagian badan gurame. Di sekitar
bekas gigitan akan terjadi perdarahan, yang jika dibiarkan akan
semakin menghebat. Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh
kualitas air yang buruk. Penularan terjadi melalui air dan kontak
langsung antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit. Penyakit

5
ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam
dapur 1,25% selama 15 menit.
5. Bercak merah
Penyakit bercak merah disebabkan oleh bakteri Aeromonas punctata
dan Aeromonas hydrophylla. Badan gurami yang terserang penyakit
ini akan berwarna gelap dan kulitnya menjadi kasar (akibat
kekurangan lendir). Selain itu, gurami sering muncul ke permukaan
air akibat kekurangan oksigen.
Mengatasi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara merendam
gurami di dalam larutan Oxytetracyclin 205 ppm. Perendaman
dilakukan tiga kali berturut-turut, masing-masing selama 24 jam.
Mengobati bekas luka dapat dilakukan dengan mengoleskan obat
merah yang diencerkan. Satu mililiter obat merah dilarutkan ke
dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke bagian badan gurami yang luka.
Namun, sekarang telah ditemukan vaksin khusus yang dikenal
dengan nama vaksin Hydovet untuk mencegah serangan bakteri
Aeromonas hydrophylla. Caranya dengan menyuntikkan vaksin
Hydrovet 0,8 ml/kg bobot tubuh ke induk betina. Vaksinasi maternal
pada induk ikan gurami ini ternyata dapat meningkatkan ketahanan
benih terhadap serangan bakteri A. hydrophilla. Hal ini diketahui
dari terbentuknya antibodi pada induk dan benih gurami melalui titer
antibodi. Vaksinasi maternal dapat menekan angka kematian ikan
gurami hingga 10%. Teknik vaksinasi ini dapat dilakukan dengan

6
mudah. Vaksin yang digunakan juga telah tersedia di pasaran degan
harga relatif murah jika dibandingkan dengan kenaikan produksi.
6. Columnaris
Penyakit columnaris disebabkan oleh parasit Flexybacter columnaris
yang menyerang bagian sirip dan insang. Penyakit ini menyerang
gurami dengan berbagai umur. Gejala klinis yang muncul adalah
ikan menjadi lemas, nafsu makan berkurang, sirip rontok, dan insang
terkelupas.
Penyakit ini dapat menulai melalui media air atau kontak langsung
antara ikan sehat dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat
dilakukan dengan melaksanakan sanitasi yang baik, mendesinfeksi
peralatan, dan mengurangi kandungan bahan organik terlarut di
dalam kolam. Gurami yang telah terserang penyakit ini, dapat
diobati dengan cara direndam di dalam larutan Baytril 8-10 ppm
selama 24 jam.
7. Trichodina
Penyakit trichodina disebabkan oleh parasit Trichodina sp. yang
menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini
menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini
menyebabkan luka di sekujur bagian yang diserang. Penyakit ini
dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam
dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan
formalin 25 mg/l air selama 24 jam.
8. TBC

7
Penyakit TBC sudah menjadi momok bagi para peternak gurami.
Penyakit ini dapat menimbulkan kematian hingga 30-70%. Bahkan,
jika lingkungan kurang mendukung, seperti air kotor dan suhu
dingin, tingkat kematiannya dapat melebihi angka tadi. Kerugian
yang ditimbulkan tidak hanya secara kuantitas, tetapi harga jualnya
pun turun karena tampilan ikan jelek. Penyakit TBC disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium sp., terutama Mycobacterium
fortuitum.
Parasit Mycobacterium fortuitum akan menyerang gurami, terutama
yang sedang stres. Stres pada gurami dapat disebabkan oleh kualitas
air yang jelek. Kualitas air kolam yang menurun dapat disebabkan
adanya tumpukan limbah rumah tangga di dasar kolam. Keadaan ini
menyebabkan bahan organik terlarut meningkat dan pH air menurun.
Pada keasaman yang tinggi, oksigen terlarut menjadi sedikit dan
bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik sehingga ikan
gurami mudah stres.
Perbedaan suhu yang ekstrim antara malam dan siang (10-15 C) juga
dapat mengakibatkan ikan lemah dan stres. Karena itu, serangan
penyakit ini biasanya akan mengganas pada peralihan musim hujan
ke musim kemarau atau sebaliknya. Jika suhu air di bawah 26 C,
bakteri dengan mudah menembus sistem pertahanan ikan.
Gejala gurami terserang penyakit TBC di antaranya nafsu makan
berkurang. Akibatnya, sistem peredaran darah akan terganggu.
Selain itu, adanya serangan bakteri atau patogen akan merangsang

8
produksi lendir yang berlebih. Lendir ini berfungsi sebagai benteng
pertahanan. Semakin gencar serangan bakteri, lendir yang
dikeluarkan pun semakin banyak. Akibat produksi lendir yang
berlebihan, lama-kelamaan kulit gurami mengering dan terkelupas.
Gejala lain gurami terserang TBC adlaah kulitnya menjadi lebih
gelap dan timbul bercak merah hingga perdarahan di sekujur badan.
Bercak merah biasanya ditemukan pertama kali di pangkal ekor atau
di daerah sekitar anus. Jika bakteri lama berada di dalam badan
gurami, akan muncul benjolan-benjolan kecil dan bagian perut ikan
membengkak (dropsy). Bahkan, mata gurami akan menonjol seperti
hendak jatuh. Benjolan atau pembengkakan ini disebabkan adanya
pertumbuhan granuloma atau tubercle. Jika benjolan tersebut
dibedah akan tampak granuloma berupa bintil-bintil kecil berwarna
kemerahan. Granuloma ini merupakan hasil metabolisme bakteri
Mecobateriosis fortuitum. Granuloma juga dapat menyebar ke organ
lain, seperti ginjal, hati, dan limfa.
Penyakit TBC bersifat zoonosis, yaitu selain menginfeksi ikan, juga
dapat menyerang manusia. Karyawan yang sering menangani ikan
sakit dapat tertular penyakit ini jika tidak segera mencuci tangan.
Jika terinfeksi biasanya akan timbul bintik-bintik atau koreng pada
kulit kita. Dengan kemampuan virulensi yang tinggi, infeksi ini
dapat menyebar dengan cepat.
TBC pada gurami termasuk penyakit yang sulit diobati. Jika seekor
gurami terserang bakteri mematikan ini, seisi kolam dapat tertular.

9
Penularan dapat terjadi melalui air, kontak tubuh, atau peralatan
yang digunakan. Namun, jika sudah terjadi serangan dapat diatasi
dengan menggunakan antibiotik Rifampisin dosis 10-20 mg/kg
bobot tubuh atau Etambutol-HCl dosis 15-20 mg/kg bobot tubuh.
Pengobatan ini memerlukan waktu sekitar enam bulan, bahkan lebih.
Melihat proses pengobatan yang memakan waktu lama dan obat
yang digunakan juga banyak, otomatis biaya yang dikeluarkan juga
bertambah. Karena itu, satu-satunya jalan yang efektif agar gurami
tidak terserang penyakit TBC adalah pencegahan secara intensif.
Pencegahan dapat dilakukan melalui perawatan kolam yang benar,
menjaga kualitas air tetap baik, dan memberikan pakan yang benar.
Perawatan kolam yang dilakukan dengan cara membersihkan kolam
setelah proses pemanenan. Lumpur dan kotoran yang mengendap di
dasar kolam dibuang. Lapisan tanah di dasar kolam dibalik, lalu
ditabur kapur pertanian sebanyak 100-150 g/m2. Jika tanah dasar
kolam beraksi asam, dosis kapur yang ditambahkan dapat mencapai
200 g/m2. Selain sebagai desinfektan, kapur juga berguna untuk
menurunkan keasaman air. Setelah diberi kapur, kolam dikeringkan
selama satu minggu.
Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, benih gurami sebaiknya
diaklimatisasi agar terhindar dari stres. Caranya dengan
menambahkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong
pengangkutan. Setelah itu, kantong pengangkutan yang sudah

10
terbuka itu diapungkan di atas permukaan air kolam dan ikan
dibiarkan keluar dengan sendirinya.
Agar tidak mudah terserang penyakit (meningkatkan daya tahan
tubuh), gurami sebaiknya diberi imunostimulan. Misalnya, vitamin
C dosis 150-500 mg/kg bobot tubuh yang diberikan selama 7-10 hari
ketika benih gurami seukuran korek api. Selain vitamin C, benih
gurami juga dapat diberi lipopolisakarida dosis 10 mg/liter. Untuk
menekan pertumbuhan bakteri, pakan ikan gurami dapat ditambah
dengan probiotik, seperti Super NB atau Aquasin dosis 1ppm
seminggu sekali.
Penyakit Non-parasiter
Penyakit non-parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi.
Penyakit ini disebabkan oleh kualitas media yang jelek atau penanganan
budi daya yang salah. Penyakit non-parasiter dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu penyakit nutrisi, penyakit kejenuhan gas, dan penyakit
kekurangan oksigen.
1. Kekurangan nutrisi
Penyakit ini disebabkan kekurangan asam amino dan vitamin pada
pakan. Selain itu, juga dapat disebabkan keracunan alfatokin.
Penyakit ini menyerang bagian insang dan badan bagian luar.
Gejalanya adalah tutup insang keriput, tubuh ikan bengkok, dan
pertumbuhannya lambat.
Munculnya penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau
pakan yang sudah tercemar jamur. Karena itu, penyakit ini dapat

11
diobati dengan mengganti pakan yang lebih berkualitas dan
memberikannya dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Kejenuhan gas
Penyakit ini disebabkan oleh kandungan nitrogen, oksigen, dan
karbondioksida di dalam air kolam terlalu jenuh. Bagian yang
terserang adalah kulit, mata, dan insang. Penyakit ini lebih banyak
menyerang benih gurami. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang
terkena penyakit ini adalah timbulnya gelembung udara di bagian
kulit, mata, dan insang. Penyakit ini tidak menular, tetapi jika tida
ksegera diobati akan menyebabkan gangguan kronis. Penyakit ini
dapat diatasi dengan cara mengganti air atau meningkatkan kualitas
air kolam.
3. Kekurangan oksigen
Penyakit ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah.
bagian yang terserang adalah organ tubuh bagian dalam (paru).
Penyakit ini menyerang gurami dari semua golongan umur. Gejala
klinis yang muncul adalah gurami sering membuka tutup insang dan
berkumpul di permukaan air. Munculnya penyakit ini dipicu oleh
pertumbuhan plankton yang berlebihan dan kadar bahan organik
terlarut sangat tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya dapat
dilakukan dengan memperbaiki kualitas air, mengurangi bahan
organik, dan mengurangi kepadatan ikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Radiopoetro. 1983. Zoology Vertebrata. Erlangga, Jakarta. 56 pp.

Rusdi, T. 1988. Usaha Budidaya Gurami. Simplek, Jakarta. 73 pp.

Sitanggang, M. dan Sarwono, B. 2001.Budidaya Gurami (Edisi


Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, Heru. 1989.Budidaya Ikan Gurame. Penebar swadaya.


Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai