Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ayu Rahmawati

NIM : H1K012025
Prodi : Ilmu Kelautan
A.

Bakteri

Merugikan
1. Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit yang
berbahaya pada budidaya ikan air tawar. Bakteri tersebut banyak menyerang ikan
mas yang merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar dan dapat menginfeksi
ikan pada semua ukuran yang dapat menyebabkan kematian hingga mencapai 80%,
sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik dalam usaha budidaya ikan
air tawar. Salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai pada organisme budidaya
adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla,
dimana merupakan bakteri patogen penyebab penyakit Motil Aeromonas
Septicemia (MAS), terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis.
2. Flexibacter columnaris
Bakteri Flexibacter columnaris merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit
Columnaris (bercak putih atau karat merah) dikenal juga sebagai penyakit fin rot.
Bakteri ini lebih sering menyerang ikan pada musim panas atau saat suhu dan pH
tinggi. Penularannya dapat melalui ikan atau peralatan. Serangan terjadi pada
kelompok ikan pasca transportasi. Sifat serangan biasanya sub acut acut, apabila
insang yang dominan sebagai target organ, ikan akan mati lemas kematian yang
ditimbulkannya mencapai 100 %.
3. Pseudomonas sp.
Bakteri Pseudomonas sp. menyebabkan penyakit pseudomonas dengan gejala
penyakitnya antara lain pendarahan pada kulit dan terdapat luka borok. Terkadang
perut ikan menjadi kembung yang dikenal dengan dropsi. Biasanya serangan bakteri

ini diikuti dengan serangan virus. Serangannya bisa terjadi kalau ikan rentan atau
lemah akibat lapar, pakan tidak cocok, dingin, stres atau kondisi air tidak baik.
4. Pseudomonas anguilliseptica
Bakteri ini menyebabkan penyakit Red spot / sekiten byo. Telah ditemukan
menginfeksi Anguilla Japanica, pada tahun 1981 di Eropa telah menginfeksi ikan
mas dan ikan sidat. Karakteristik bakteri ini yaitu batang sedikit melengkung dg
ujung membulat, motil, flagel 1 polar, Gram negatif. Karakteristik penyakit yang
ditimbulkan yaitu Haemorrhage pada kulit sekitar mulut, opercula, daerah ventral.
Tidak terdapat warna kemerahan pada sirip (terjadi pada vibriosis / Aeromonasis).
Haemorrage terjadi pada organ-organ internal, misal : hati, jantung dan limpa dan
terjadi nekrosis pd jaringan limpa dan ginjal.
5. Pseudomonas fluorescens
Bakteri ini terdominasi pada air tawar, hidup pada ikan busuk dan merupakan
penyebab infeksi sekunder atau primer pada ikan karper. Karakteristik penyakit yang
disebabkan bakteri ini adalah terjadi kerusakan pada sirip dan ekor. Luka-luka
berdarah pada kulit, Haemorrhagis akut atau khronis. Cairan pada rongga perut,
Haemorrhagie pada insang, ginjal hati dan usus serta penyebab kematian mencapai >
90 %. Morfologi bakteri ini Gram negatif, batang, motil, polar flagella.
Memproduksi pigmen

flourescent

menjadi flourescin.

Memproduksi

catalase,

oxidase, gelatinase.

Menguntungkan
1. Pseudomonas bromoutilis
Bakteri Pseudomonas sp. ada yang bersifat patogen dan ada yang bersifat
menguntungkan bagi organisme lain. Bakteri dari genus Pseudomonas sp dari
spesies Pseudomonas bromoutilis ini memproduksi antibiotic 2, 3, 4 tribromo-5 (I,
hidroksi-2, 4,-dibromophenil)-pyrole. Zat ini bersifat menghambat perkembangan
bakteri patogen seperti: Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia,
Streptococcus pyogenes, dan Microbacterium tubercolosis. Bakteri Pseudomonas sp.

dapat memproduksi enzim protease, lipase, dan amylase, sehingga dapat membantu
proses pencernaan yang berlangsung di lambung. Pseudomonas sp. juga dapat
menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa lain yang lebih sederhana. Dengan adanya bakteri
Pseudomonas sp. dalam saluran pencernaan ikan, dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen. Aplikasi Pseudomonas sp. pada pencernaan ikan bandeng (Chanos
chanos Forskal) dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus ikan.
2. Serratia sp. adalah jenis bakteri Gram negatif, dari family Enterobactericeae.
Bakteri ini berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,5-5,0 m. Uji
katalase positif, motil, suhu optimum pertumbuhan pada 30-37 0C. Bakteri ini
merupakan bakteri fakultatif anaerobik yang tidak terlalu membutuhkan oksigen.
Serratia marcescens dapat menghasilkan beberapa enzim hidrolitik seperti protease,
kitinase, nuclease, dan lipase. Berbagai jenis bakteri seperti Bacillus sp.,
Lactobacillus sp., Pseudomonas sp., Clostridium sp. dan Serratia sp. merupakan
penghasil enzim protease yang berpotensi. Serratia sp. dapat memproduksi enzim
protease, sehingga dapat membantu proses pencernaan di dalam lambung ikan. Perlu
adanya penelitian lebih lanjut untuk menggunakan bakteri Pseudomonas sp. dan
Serratia sp. sebagai kandidat probiotik.
3. Lactobacillus plantarum
Salah satu jenis bakteri asam laktat yang dapat digunakan untuk produk perikanan
adalah Lactobacillus plantarum. Jenis bakteri asam laktat ini digunakan untuk
menghambat penurunan mutu filet nila merah sehinga dapat disimpan dalam waktu
lebih lama. Lactobacillus plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat
mikroorganisme pathogen pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar
dibandingkan dengan bakteri asam laktat lainnya. Lactobacillus juga dapat
menghasilkan H2O2 akibat adanya oksigen dan berfungsi sebagai antibakteri yang
dapat menyebabkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan mikroorganisme
lain. Lactobacillus mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik yang
disebut bakteriosin.

Penambahan bakteri asam laktat (L. plantarum) dapat menurunkan nilai pH filet nila
merah. Penurunan nilai pH pada filet dapat memperlambat pertumbuhan bakteri
pembusuk, hal ini menyebabkan aktivitas bakteri pembusuk yang terdapat di dalam
filet dapat diperlambat, sehingga penguraian protein oleh bakteri pembusuk dapat
diperlambat juga. Penurunan nilai pH yang terjadi pada filet nila merah dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri tidak terlalu cepat karena dihambat oleh asam
laktat yang dihasilkan dari perombakan glikogen oleh L. plantarum. Dengan
terhambatnya pertumbuhan bakteri pembusuk tersebut maka masa simpan filet nila
merah akan menjadi lebih lama. Jumlah bakteri dapat mempengaruhi karakteristik
organoleptik filet nila merah karena metabolisme bakteri dapat menyebabkan
perubahan terhadap kenampakan, lendir, aroma, dan tekstur, sehingga karakteristik
organoleptik akan mudah mengalami kerusakan.
Hal ini akan mempengaruhi terhadap penerimaan filet selama masa penyimpanan.
Nilai pH filet dengan pemberian L. plantarum yang disimpan pada suhu rendah
berkisar antara 5,95-6,90. Nilai pH tersebut dapat mendukung kemampuan
bakteriosin dalam menghambat bakteri pembusuk, karena bakteriosin sangat aktif
pada pH 6,5. L. plantarum masih mampu berkembang dengan baik, dan tetap aktif
mengeluarkan senyawa antimikroba (bakteriosin) pada suhu rendah (Buchanan dan
Klawitter, 1991). Karakteristik ini merupakan keuntungan dalam memanfaatkan
bakteriosin untuk memperpanjang masa simpan filet nila pada suhu rendah. Filet
nila merah yang direndam dengan larutan L. plantarum sebanyak 108 cfu/ml selama
5, 10, dan 15 menit mampu mencapai masa simpan hingga hari ke-9. Hal tersebut
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang menjadi lebih lambat karena
L. plantarum yang diinokulasikan ke dalam filet konsentrasinya cukup padat
ssehingga terjadi persaingan dengan bakter pembusuk dalam memperebutkan
nutrient pada medium filet. Adanya proses persaingan serta terbatasnya jumlah
nutrient pada medium filet menyebabkan pertumbuhan bakteri pembusuk menjadi
terhambat.

B.

Jamur

Merugikan
1. Saprolegnia sp.
Jamur Saprolegnia dapat menyerang semua jenis ikan di segala macam lingkungan.
Saprolegnia merupakan salah satu patogen paling merusak dan memiliki dampak
ekonomi terbesar di sektor perikanan budidaya air tawar. Saprolegnia sp. merupakan
jamur yang berfilamen, organisme tidak bersekat koenositik) yang hidup pada habitat
air tawar dan untuk mendapatkan makanan mereka hidup secara saprofit atau parasit.
Saprolegnia ditemukan secara alami dalam semua air tawar. Beberapa spesies
bersifat patogen, dan ada juga yang tidak. Spesies Saprolegnia dapat menginfeksi
telur ikan. Dari telur ini jamur dapat menyebar ke hidup telur melalui chemotaxi
positif berarti bahwa beberapa sinyal kimia dari hidup telur menyebabkan jamur
untuk bergerak ke arah mereka. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada
badan ikan. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan ikan terserang jamur lebih
besar. Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang
buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia
tinggi, dan kadar bahan organik tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering pula disertai
dengan kehadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksternal lainnya. Jamur
ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya
lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah
luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan
tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti
kapas.
2. Achlya sp.
Achlya sp termasuk dalam jenis jamur yang menyebabkan eksternal mikosis. Bentuk
infeksi, penyebaran, gejala klinis serta pengobatan jamur ini mirip dengan penyakit
akibat infeksi jamur Saprolegnia. Infeksi akibat jamur ini juga dikategorikan dalam
Saprolegniasis. Jamur ini biasanya hidup pada organisme abiotik seperti sisa pakan
dan juga sisa dari hewan hidup yang diberikan sebagai pakan ikan. Organisme ini
pada dasarnya bersifat classic opportunist, infeksi pada ikan dapat terjadi ketika

terjadi immunosupresi. Bentuk infeksi dari jamur ini berupa infeksi superfisisal
berbentuk seperti kapas pada kulit dan juga bisa terjadi pada insang. Lesion awal
infeksi biasanya kecil dan bersifat local, namun dapat menyebar dengan cepat pada
seluruh permukaan tubuh ikan. Penyebaran lesion membutuhkan waktu, oleh karena
itu lesion yang besar dan hebat tidak mungkin terjadi dalam waktu 24 jam. Bentuk
lesion pada infeksi yang baru terjadi berwarna putih karena keberadaan miselium,
seiring waktu lesion tersebut terkadang berubah warna menjadi merah, coklat, atau
hijau karena terdapat sedimen, alga atau debris yang terperangkap pada mycelial mat.
Pada saat dikeluarkan dari air, ikan yang terinfeksi oleh jamur ini lesionya terlihat
sebagai massa berlendir yang membentuk seperti sarang pada permukaan tubuh ikan.
3. Dictyuchus sp.
Genus Dictyuchus merupakan salah satu genus cendawan yang dapat menyebabkan
mikosis pada ikan. Cendawan ini umum ditemukan pada lingkungan akuatik,
terutama pada air yang mengandung banyak debris organik. Cendawan ini dapat
ditemukan pada air tawar maupun air payau, namun tidak dapat hidup pada air laut
dengan salinitas 3,5%. Dictyuchus dapat bereproduksi secara seksual maupun
aseksual. Reproduksi seksual terjadi melalui penyatuan dua sel gamet. Reproduksi
secara aseksual terjadi melalui fragmentasi, budding, maupun pelepasan spora.
Infeksi cendawan ini biasanya merupakan infeksi sekunder yang dapat muncul akbiat
masalah kesehatan primer lain, antara lain kerusakan fisik dari kulit atau insang yang
disebabkan oleh infeksi parasit atau bakteri. Kerusakan pada lapisan mucus akibat
benturan dan gesekan pada permukaan yang kasar, handling yang tidak benar,
berkelahi, maupun kontak fisik lainnya. Fluktuasi temperatur atau pH air, kualitas air
yang buruk, polusi, malnutrisi. Pakan yang terkontaminasi, kepadatan terlalu tinggi
dan stres.
Infeksi biasanya dimulai dari bagian kecil yang terinfeksi atau mengalami cidera.
Enzim digestiv yang diproduksi oleh cendawan ini mampu menghancurkan jaringan
sehat disekitarnya sehingga memungkinkan cedawan ini untuk menyebar secara
cepat pada permukaan tubuh ikan bahkan menimbulkan kerusakan internal. Gejala
klinis yang terlihat akibat infeksi Dictyuchus mirip dengan infeksi mikosis lainnya

yaitu

adanya bentukan seperti kapas berwarna putih atau abu-abu diseluruh

permukaan tubuh ikan. Jika infeksi berlangsung lama maka cendawan akan berubah
menjadi kehijauan atau kecoklatan karena bereaksi dengan alga maupun partikel
organik di dalam air. Cendawan ini juga dapat menyerang telur ikan.
4. Branchiomyces sp.
Branchiomyces sp. merupakan jamur yang sangat berbahaya bagi ikan, terdiri dari 2
spesies yaitu B. sanguinis yang terdapat di saluran darah insang dan B. demigrans
yang dapat ditemukan di luar saluran darah dan sering menyebabkan nekrosis di
sekitar jaringan. Branchiomyces sp. adalah jenis jamur yang menyebabkan "Gill Rot
(busuk insang)". Penyakit yang ditimbulkannya disebut Branchiomycosis atau busuk
ikan yang sering diikuti kematian massal. Branchiomyces sp. ditemukan pada ikan
yang menderita stres akibat kondisi lingkungan, seperti pH rendah (5.8 hingga 6.5),
dan dalam kondisi air dengan kandungan oksigen yang rendah. Branchiomyces sp.
dapat tumbuh pada suhu 14-35C, dan tumbuh optimal pada suhu 25-32C.
Sumber utama infeksi Branchiomyces sp. adalah spora dari jamur Branchiomyces sp.
yang ada dalam air; serta kandungan detritus / materi organik pada kolam atau dasar
tangki. Branchiomycosis merupakan salah satu penyakit utama pada ikan mas yang
dapat juga menyerang spesies lain seperti belut. Infeksi oleh Branchiomyces
umumnya terjadi dengan cepat. Infeksi ini dapat tiba-tiba muncul pada suatu kondisi
dimana terjadi algal blooms, overcrowding, temperature air tinggi, dan konsentrasi
ammonia yang tinggi.
5. Ichtyophonus hoferi
Ichtyophonus hoferi merupakan penyakit fungal yang menyerang ikan air tawar
maupun air laut. Spesies ikan yang banyak diserang oleh jamur ini yaitu groupers,
trouts, flunders, herrings dan cods. Kasus penyakit ini lebih sering ditemukan pada
cold water marine fish populations. Jamur ini bersifat pathogen obligat dengan gejala
klinis bervariasi pada tiap ikan yang diinfeksi. Pada infeksi oleh jenis jamur ini
melalui pengamatan bagian luar ikan biasanya tidak teramati adanya lesio. Gejala

klinis yang paling jelas teramati adalah cara berenang yang aneh dari ikan yang telah
terinfeksi. Ikan tersebut tidah dapat mempertahankan posisi tegak tubuhnya ketika
berenang (lean position), seakan-akan ikan tersebut akan tenggelam selain itu ikan
juga terlihat anemic. Perut dari ikan yang terinfeksi juga terlihat bengkak. Ikan
terinfeksi jamur ini karena menelan plasmodia infective I. hoferi bersama
makanannya. Kemudian dalam sistem pencernaan ikan, asam lambung akan
mempengaruhi stadium perkembangan jamur dari plasmodia menjadi amoeboid
embrio yang sebagian besar akan dieliminasi oleh tubuh ikan. Beberapa amoeboid
embrio yang tidak berhasil dieliminasi dapat melakukan penetrasi ke dinding usus
dan akan menembus pembulug darah yang terdapat pada usus, lalu akan beredar
melalui pembuluh darah mengikuti aliran darah (sistemik) menuju organ lainnya.
Ikan akan mati ketika organ yang telah terinfeksi tidak dapat berfungsi lagi. Setelah
ikan yang menjadi host dari parasit ini mati, hifa berkembang dan keluar dari cyst
kemudian menjadi infective plasmodia pada tubuh ikan. Transmisi penyakit terjadi
ketika ikan lain, memakan bangkai dari ikan yang telah terinfeksi.

C.

Algae

Merugikan
1. Dinoflagellata

(Ptychodiscus

brevis,

Prorocentrum,

Gymnodinium

breve,

Alexandrium catenella dan Noctiluca Scintillans, Ceratium dan Cochlodinium,


Gonyaulax)
Red tide adalah suatu keadaan di mana air, terutama air laut mengalami perubahan
warna akibat dari ledakan populasi (blooming) dari fitoplankton. Perubahan warna
yang terjadi dapat berupa warna merah, coklat, ungu, kuning, hijau dan lain-lainnya.
Istilah red tide saat ini populer dikenal dengan istilah Harmfull m-Alga Blooms
(HAB), karena tidak semua alga yang blooming menyebabkan kematian dan tidak
semunya berwarna merah. Saat ini jumlah fitopalnkton yang dapat menyebabkan
HAB ada sekitar 50 jenis dan hampi semuanya dari kelompok dinoflagelata.
Kelompok lain hanya terdiri atas marga diatom sebanyak tiga jenis dari marga
Pseudonistzchia.

Pada sisi lain, HAB merupakan fenomena yang terjadi akibat ledakan perkembangan
(blooming) yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton, misalnya Ptychodiscus
brevis, Prorocentrum, Gymnodinium breve, Alexandrium catenella dan Noctiluca
Scintillans dari kelompok Dinoflagellata (Pyrrophyta) yang dapat menyebabkan
perubahan warna dan konsentrasi air secara drastis, kematian massal biota laut,
perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan keracunan dan kematian
pada manusia. Hal ini disebabkan oleh setidaknya empat factor, yaitu pengayaan
unsur hara dalam dasar laut atau eutrofikasi, perubahan hidro-meteorologi dalam
sekala besar, adanya gejala upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan
unsur hara ke permukaan, dan akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam
jumlah besar.
Fenomena pasang merah (red tide) ini merupakan peristiwa alam yang umumnya
terjadi. Namun demikian red tide tidak selalu berwarna merah, ada kemungkinan
berwarna kuning atau coklat tergantung jenis fitoplankton yang meyebabkan
terjadinya red tide tersebut. Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau
Dinoflagellata merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar. Pyrrophyta
dinamakan pula sebagai Dinoflagellata karena mempunyai sepasang flagella yang
tidak sama panjang. Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu
terjadinya blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter. Red tide dapat
menyebabkan: Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah
Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium breve. Kematian invertebrata
jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium. Kematian
organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang
blooming adalah Gonyaulax dan Alexandrium catenella.
2. Microcytus airuginosa, Botryococcus braumi, dan Euglena spp
Diperairan air tawar ada pula suatu jenis alga biru Microcystus airuginosa ( ordo
chroccales, Phylullum Cyanophyta ) yang membahayakan penghidupan ikan dan
ternak, apabila terjadi blooming dari jenis ini, bersamaan dengan adanya proses
pembusukan. Sehingga terjadi banyak kematian ikan-ikan pada pagi hari sebelum
terbit matahari dan juga keracunan oleh bahan-bahan yang terurai dari jenis yang

membusuk. Botryococcus braumi Kutz juga dapat meracuni ikan sampai mati karena
spesis ini diliputi lendir yang tebal dan tidak tercerna oleh ikan dan masih hidup pula
jika keluar dari anus. Jenis Euglena yang tedapat pada permukaan air dan mewarnai
air kolam, merah hijau dan kuning bila terdapat banyak pada permukaan air dapat
merugikan pula kehidupan ikan dikolam-kolam. Jika ada angin yang selama
beberapa hari meniup kesuatu arah euglena ini bisa bertumpuk pada suatu pinggiran
kolam, membusuk dan mengakibatkan O2 berkurang pada pagi hari dan dapat
mematikan ikan. Blooming Euglena spp. Hanya terdapat di perairan yang
mengandung banyak organik-matter, dan beberapa macam amino acid. Tetapi
akhirnya pembusukan Euglena spp yang mengendap didasar dapat menyuburkan dan
menjadi makanan buat ikan.
3. Chaetopterus variopedatus
Spesies plankton ini suka mengebor dan membuat lubang saluran pada hewan tiram,
hal ini mengakibatkan rusaknya kualitas tiram yang biasa dibudidaya. Plankton
Beracun Beberapa Spesies plankton memiliki racun yang berbahaya. Dari segi organ
tubuh yang diserang, toksin dari plankton merugikan terbagi menjadi tiga jenis:
Hepatoxic (menyerang lever), Neurotoxic (menyerang syaraf), Dermatoxic
(menyerang kulit).

Menguntungkan
1. Diatom (Chrysophyta) : Chaetoceros sp., Cyclotella sp., Skeletonema sp.,
Bacteriastrum sp., Bidulphia sp., Thalsioshira sp., Gyrosigma sp., Pleurosigma sp.,
Amphipora sp., Navicula sp.
2. Green Algae (Chlorophyta) : Chlorella sp., Chlorella vulgaris sp., Chlamydomonas
sp., Scenedesmus sp., Dictyospaerium sp., Oocystis sp.
3. Blue Green Algae (Cyanophyta) : Spirulina sp., Merismopedia sp., Anabaena sp.,
Nostoc sp., Microcystis sp., Chroococcus sp.
Fitoplankton Sebagai Primary Producer, Producer berarti membuat dan dalam hal
ini membuat organic matter dari anorganic matter (garam-garam dalam perairan),
melalui fotosintesis. Fitoplankton memang dapat hidup sendiri artinya bisa hidup
hanya dengan sinar matahari dan garam-garam yang dibutuhkan, dan bila garam-

garam ini cukup banyak maka fitoplankton berkembang biak cepat dan merupakan
makanan bagi konsumen laut. Fitoplankton di seluruh dunia sebagai primairy
producer, dapat menyediakan konsetrasi sehingga banyak zooplankton sebagai
primairy consumer-consumer lain seperti ikan, udang-udangan dan sebagainya.
Pembentuk Produk Biomassa di Perairan : Fitoplankton atau mikroalgae mempunyai
peran mensintesa bahan organik dalam lingkungan perairan. Mikroalgae melakukan
aktifitas fotosintesa untuk membentuk molekul-molekul karbon komplek melalui
larutan nutrien dari beberapa sumber yang diasumsi dengan bantuan pencahayaan
sinar matahari atau energi lampu neon untuk membentuk sel-sel baru menajdi produk
biomassa.
Pendaurulang Nutrien di Perairan Sel mikroalgae mengabsorbsi nutrien-nutrien
primer seperti ; amoniak , urea, nitrat, phospat, potassium dan metal seperti Fe, Cu,
Mg, Zn, Mo, dan Fanadium. Selain itu beberapa vitamin seperti vitamin B12, vitamin
B6 dan vitamin B1 merupakan unsur esensial yang mendukung pertumbuhan
beberapa species atau kebanyakan species mikroalgae.
Penjaga Kualitas Air di Aquarium (biofilter hidup) Di dalam akuarium air laut, tawar
dan atau media kultur di bak pemeliharaan, fitoplankton mempunyai peran
membantu kondisi kualitas air melalui pergerakan nutrien yang dibentuknya dan
pengaturan pH air. Di dalam pengaruhnya setiap sel algae adalah merupakan suatu
biofilter hidup didalam ekosistem perairan.
Penyedia Nutrien Bagi Ekosistem Perairan, mikroalgae merupakan suatu sumber
mikro nutrien, vitamin, minyak dan elemen mikro untuk komunitas perairan. Selain
itu mikroalgae kaya akan sumber makro nutrien seperti protein, karbohidrat dan
khususnya asam lemak esensial. Mikroalgae juga mempunyai kandungan pigmen
esensial seperti astaxanthin, zeaxanthin, chllorophil, phycocyanin dimana akan
memperkaya pewarnaan dan kesehatan didalam kehidupan ikan dan invertebrata.
Sebagai Pakan Dalam Kultur Mollusca (Filter Feeder) Beberapa species mikroalgae
digunakan sebagai pakan didalam kultur moluska seperti clams, mussel, poister dan

scallop, karena hewan-hewan tersebut bersifat filter feeders. Kombinasi dari


beberapa species algae juga dimanfaatkan didalam marine culture golongan
crustacea.
Terapi Untuk Kesehatan Ikan Di dalam sistim budidaya perikanan, pemanfaatan
mikroalgae ini juga mempunyai efek terapi terhadap ikan dan organisme perairan
lainnya dimana beberapa mikroalgae bisa menghasilkan semacam antibiotik dan atau
didalam proses metabolismenya mengeluarkan zat anti bakterial. Sebagai contoh
spirulina digambarkan mempunyai kemampuan mendorong sistim kekebalan ikan,
invertebrate. Treatment Limbah Beberapa jenis plankton sering dimanfaatkan untuk
mengolah limbah industri. Dengan memanfaatkan sifat plankton yang menyerap zat
terlarut dalam air serta dapat menyerap logam berat, maka beberapa jenis plankton
ini sangat baik digunakan untuk mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan
sekitar. Zooplankton, Pencegahan dan Penanggulangan Blooming Phytoplankton
Pada periode tahunan, siklus plankton ditunjukan melalui blooming fitoplankton,
karena terjadi suatu perubahan temperatur, salinitas, lama pencahayaan matahari,
intensitas cahaya dan daya dukung nutrien. Pada saat itu populasi zooplankton akan
bergerak ke arah fitoplankton yang blooming tersebut. Didalam sistim perairan,
zooplankton berenang atau melakukan pergerakan ke arah konsentrasi populasi
fitoplankton untuk melakukan pemangsaan. Phytoplankton Sebagi Penghasil Oksigen
di Perairan Fitoplankton berperan sebagai penghasil oksigen terbesar di perairan.
Fitoplankton sebagai makhluk hidup yang tergolong Autotrof, menghasilkan
makanan sendiri dan mengeluarkan buangan yang salah satunya dalah Oksigen
melalui aktifitas fotosintesisnya. Keanekaragaman Plankton Sebagai Indikator
Kualitas Air Dengan meneliti keanekaragaman plankton yang ada maka kita dapat
mengetahui

kondisi

perairan

tersebut,

sebab

jika

plankton

yang

hidup

beranekaragam, maka dapat disimpulkan kondisi perairan ini baik, karena dengan
beragamnya plankton yang ada berarti tidak ada suatu faktor yang menyebabkan
salah satu plankton lebih dominan dari yang lain.

Daftar Pustaka
Dalahi, Franch,. Sri Subekti dan Agustono. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Terdapat
Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian Pakan
Komersil Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 6. No. 1. Hal : 87-92.
http://axenza.blogspot.com/2009/03/lactobacillus-plantarum_13.html (diakses pada 1 April 2015)
http://blog-terdalam.blogspot.com/2009/01/penyakit-ikan-hias-akibat-bakteri_20.html

(diakses

pada 3 April 2015)


http://diyanpleiades.blogspot.com/2013/06/bakteri-pada-ikan.html (diakses pada 3 April 2015)
http://justanordinaryvet.blogspot.com/2013/06/penyakit-mikotik-penting-pada-ikan.html (diakses
pada 3 April 2015)
http://pramitarazka28411.blogspot.com/2012/05/peranan-fitoplakton.html (diakses pada 1 April
2015)
https://prezi.com/nkwwr5e9t9an/peran-posistif-dan-negatif-plankton/ (diakses pada 1 April
2015)
http://rantanie.blogspot.com/2010/09/red-tide-harmfull-m-alga-bloom-hab.html (diakses pada 4
April 2015)

Anda mungkin juga menyukai