kehidupan normal inang akan terganggu, misal pertumbuhan yang terhambat akibat rusaknya organ-organ vital seperti alat respirasi, alat pencernaan atau fungsi reproduksi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya akibat infeksi parasit.
Pada ikan budidaya kehadiran parasit berpotensi untuk menimbulkan hambatan produksi melalui kelambatan pertumbuhan, kelangsungan hidup yang rendah dan kualitas ikan yang buruk (morfologi ikan menjadi abnormal).
Mode of life Of Parasite : kemampuan untuk hidup pada inang yang luas kekerabatannya, memiliki siklus hidup yang tidak rumit dan tidak memerlukan banyak inang yang terlibat dalam perkembangan stadia parasit, kemampuan mengatasi ketiadaan inang dengan fasedorman, dapat hidup sementara pada inang transpor yang akan mengantarkannya secara tidak langsung pada inang definitif, memiliki potensi yang tinggi dalam reproduksi baik dari segi laju reproduksi maupun dari jumlah anak yang dihasilkan.
Cara hidup yang demikian dibentuk sebagai suatu tindakan antisipasi akan ketergantungan yang amat tinggi terhadap inang. Sesungguhnya, di dalam upaya untuk dapat bertahan dalam melangsungkan kehidupannya parasit menghadapi berbagai resiko, seperti : resiko kegagalan sewaktu melakukan transmisi dari suatu inang ke inang yang lain, resiko sewaktu berada pada stadia free-living yang harus hidup di lingkungan makro (perairan). resiko dalam mendapatkan inang dan adanya ketiadaan inang yang cocok resiko terhadap adanya respons defensif inang
Untuk menghadapi resiko di atas, kebanyakan parasit mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bereproduksi. Misalnya acanthocephala, Polymorphus minutus mampu menghasilkan 1.700 butir telur per hari, Moniliformis moniliformis menghasilkan 5.500 butir telur per hari sedangkan Macracanthorchynchus hirudinaceus menghasilkan lebih dari seperempat juta telur per hari. Demikian juga nematoda umumnya menghasilkan banyak telur maupun anak dari setiap individu dewasa, trematoda mengembangkan pola reproduksi poliembrioni dan cestoda membentuk suatu kehidupan rejuvenasi secara terus menerus. Dari kemampuan reproduksi yang tinggi ini dapat dibayangkan keberadaan parasit di dunia ini seharusnya melimpah, tetapi ternyata tidak demikian adanya. Kesulitan yang dihadapi parasit untuk bertahan hidup menyebabkan keberadaannya di alam adalah pada level yang wajar secara ekologis.
Kebalikan dengan kondisi alam, kondisi budidaya ikan cenderung mendukung kemelimpahan parasit pada level yang tidak wajar. Diyakini bahwa untuk dapat bertahan hidup, ada suatu batas atas dan bawah pada densitas populasi setiap spesies. Limitasi densitas ini menentukan besaran fluktuasi densitas yang dapat terjadi melalui mekanisme pengaturan populasi. Dengan menyebarkan resiko, fluktuasi densitas menjadi lebih stabil. Cara-cara untuk menstabilkan fluktuasi densitas a.l. : adanya variasi fenotip, adanya variasi dalam waktu, misalnya laju reproduksi, laju pertumbuhan, dan berbagai tingkat perkembangan stadia. adanya variasi dalam ruang, misalnya lingkungan yang heterogen dan berbagai inang yang dapat diserangnya. variasi dalam hubungan dengan spesies lain.
Populasi inang yang melipah memudahkan terjadinya kontak parasit dengan inangnya. Kontak parasit dengan inang terjadi dengan dua cara, yaitu 1. kontak secara pasif melalui vektor biotik maupun abiotik 2. kontak secara aktif. Pada lingkungan inang yang terbatas dan mengakibatkan tingginya densitas populasi inang adalah aspek yang menguntungkan bagi penyebaran parasit yang melakukan kontak secara aktif. Frekuensi kejadian parasit akan tinggi pada sistem budidaya dengan dukungan dari kemampuan reproduksi yang tinggi pada parasit. Ekosistem menyediakan berbagai jenis inang yang cocok untuk berbagai stadia tertentu, memudahkan parasit yang melengkapi siklus hidupnya melalui mekanisme rantai makanan.
Pada tingkat populasi inang, keberadaan parasit dapat serentak atau bertahap dan memberikan dampak yang berbeda. Keberadaan parasit secara serentak dalam prevalensi yang tinggi mengancam kehidupan parasit itu sendiri dengan timbulnya kematian massal inang sebagai aibat serangan yang mewabah. Biasanya ini mengakibatkan fluktuasi populasi parasit yang besar. Sebaliknya keberadaan parasit secara bertahap seringkali terjadi pada prevalensi rendah tetapi periode infestasi menjadi lebih panjang.
Penyakit udang kapas, Penyakit udang susu. Penyakit microsporidian. Penyakit nosema. Patogen penyebab :
disease. Protozoa:
- Nematopsis spp.
sedangkan FCR meningkat. Terlihat warna kuning pada usus yang bisa dilihat dari abdomen. Pada larva dan PL, trophozoites gregarine dapat dilihat dengan mikroskop pembesaran 10 sampai 20 kali.
Preparat basah trophozoid Nematopsis spp pada Usus P. californiensis (Lightner, 1996)
Preparat trophozoid jenis lain Nematopsis spp.. Dari usus P. setiferus. (E=epimerite, P=protomerite, D=deumerite) (Lightner, 1996)
Preparat basah stadia gametosis dari Nematopsis spp pada Usus P. setiferus. (Lightner, 1996)
Preparat basah gregarianes pada usus P. californeiensis, bentuk kecil adalah sporozoid dan bentuk besar adalah 2 sel trophozoid. (Lightner, 1996)
Penyakit insang,
Protozoa :
Bakteri :
1. LLO (leucothrix-like organism) - Leucothrix mucor - Leucothrix spp. 2. SLF (small little filamen) - Flavobacterium - Flexibacter - Vibrio sp.
Preparat insang juvenil P. Stylirostris dengan bakteri berfilamen dan melanisasi insang yang disebabkan kolonisasi bakteri (Lightner, 1996)
Atas Udang normal, Bawah P. californiensis dipenuhi green algae Enteromorpha (Lightner, 1996)
Mollusca (bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Bercangkang dan tidak bercangkang,
: Bonamiosis; microcell disease; haemocyte disease. : Protozoan, yaitu Bonamia ostreae dan : Golongan Ostreiid (oyster). Bonamia sp.
Spesies inang
Tanda penyakit
Kebanyakan infeksi tidak menimbulkan gejala klinis sampai parasit berkembang dan menyebabkan haemocyte infiltration dan diapedesis. Patologi infeksi bervariasi bergantung kepada spesies Bonamia dan spesies inang. Bonamia ostreae menginfeksi haemocyte dari eropean oyster, dimana parasit akan berkembangbiak sampai haemocyte burst mengeluarkan parasit ke haemolymph.
Infeksi umumnya terjadi melaui saluran pencernaan, tapi adanya infeksi pada insang menandakan adanya rute infeksi yang lain.
Patologi yang ditimbulkan oleh Bonamia sp. pada Australia Ostraea angasi dan New Zealand Triostrea chilensis sangat berbeda.
Pada O. angasi, indikasi pertama dari infeksi adalah tingkat kematian yang tinggi. Oyster yang mampu bertahan akan terlihat cangkang menganga (gaping) bila dikeluarkan dari air, dan organ dalam akan terasa lembek (watery) serta terasa kasar pada tepian insang. Bonamia sp. menginfeksi dinding insang, saluran pencernaan, dan tubules, dan akan dikeluarkan melalui usus atau lingkungan perairan. Haemocyte yang terinfeksi dapat mengandung lebih dari 6 parasit Bonamia dan infeksi menyebabkan haemocytosis.
Pada T. chilensis, Bonamia masuk melalui dinding usus dan kemudian menginfeksi haemocyte yang mana dapat ditemukan lebih dari 18 parasit. Haemocytosis yang terjadi pada T. chilensis tidak separah pada O. angasi. Ketika menginfeksi haemocyte parasit kemudian masuk ke gonad untuk mengabsorbsi kembali gamet yang tidak dikeluarkan (unspawning). Parasit berkembang biak dan dikeluarkan melalui saluran gonoduct. Meskipun menimbulkan patologi yang berbeda, dari hasil sekuensing gen diketahui bahwa Australia dan New Zealand Bonamia sp. adalah spesies yang sama.
Metode diagnosis :
Dari hasil pemeriksaan kasar/luar menunjukkan pertumbuhan lambat, luka pada insang, gaping dan kematian, namun tanda-tanda ini tidak spesifik untuk penyakit tersebut sehingga diperlukan pemeriksaan ke level 2 yaitu pemeriksaan sitologi dan histopatologi atau pemeriksaan level 3 yaitu transmission elecron microscopy.
Mode transmisi
Prevalensi dan intensitas dari infeksi cenderung meningkat pada musim panas dengan kematian puncak terjadi pada bulan September/Oktober di belahan bumi utara dan bulan Januari sampai April di belahan bumi selatan. Parasit baru dapat dideteksi ketika parasit berkembangbiak di hewan yang dapat bertahan dari penyakit ini. Jangka waktu infeksi B. ostreae dari mulai terinfeksi sampai terlihat gejala klinis sekitar 3-5 bulan. Sedangkan di New Zealand, sedikitnya 2,5 bulan namun jarang yang melebihi 4 bulan.
Kontrol penyakit :
Sampai saat ini belum diketahui cara penanggulangan dari penyakit ini. Kepadatan dan suhu air yang lebih rendah terlihat dapat menekan manifestasi klinis penyakit ini. pencegahan lainnya adalah dengan mengambil oyster dari perairan yang belum pernah terinfeksi Bonamia.
Gambar 2. haemocyte yang berisi Bonamia sp. pada T. lutaria yang terinfeksi
Gambar 3. infiltrasi haemocyte di sekeliling dinding usus (tanda bintang) pada T. lutaria
Nama penyakit
Agen penyakit
Spesies inang
Sebaran geografis Tanda penyakit
: Sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami hypertrophy yang ekstrim. Infeksi berat bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada ginjal tapi belum diketahui menyebabkan kematian.
Metode diagnostik:
Nama penyakit
Agen penyakit
Spesies inang
: a) Pecten Maximus
b) Argopecten irradians
Tanda penyakit
Metode diagnostik : Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari adanya sel-sel makrogamon matang yang besar pada preparat ginjal Histology. Beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan dalam sitoplasma pada sel epitel ginjal dan di dalam lumen ginjal. Stadia yang berbeda dapat terjadi secara sistematis pada jaringan penghubung dan epitel organ yang berdekatan dengan ginjal. Kontrol penyakit :
: Abalone kidney coccidia : Coccidia sp. (unidentified spesies) : Haliostis cracherodii, H. rufescens, H.
Tanda penyakit :
Sel epitelial ginjal yang terinfeksi mengalami
pada ginjal.
Pada percobaan di lab, infeksi parasit ini tidak
Metode diagnostik
Squash preparation, diagnosis awal dapat dilihat dari adanya sel-sel makrogamon matang yang besar pada preparat ginjal
Pada preparat histology, beberapa bentuk stadia coccidia bisa ditemukan dalam sitoplasma pada sel epitel ginjal Kontrol penyakit :
Nama penyakit
Marteiliasis.
Agen penyakit
Spesies Inang
: Ostrea edulis, Mytilus edulis, Cardium edule, Crassostrea gigas (kemungkinan jenis marteiliad yang lain), Tiostrea chilensis, dan Ostrea angasi (masih dalam percobaan). Portugal, pantai timur Florida, USA.
Tanda penyakit
: Tubuh menjadi sangat kurus Kelenjar pencernaan terlihat pucat Pertumbuhan terhambat Nekrosis jaringan Kematian Marteilia dapat terjadi pada beberapa jenis oyster tanpa menimbulkan penyakit. Faktor pemicu patogenitasnya tidak terlalu jelas, namun diduga berhubungan dengan stress lingkungan dan spesies inang. Kematian inang terkait dengan sporulasi dari parasit, yang terjadi di sel epitel dari digestive tubules. Stadia awal terjadi di sel epitel di saluran pencernaan dan kemungkinan di insang.
Mode transmisi
Transmisi M. refringens terbatas pada periode ketika suhu air melebihi 17oC. Salinitas yang tinggi menghalangi perkembangbiakan parasit di dalam jaringan inang. Tingkat kematian dan sporulasi yang tinggi terjadi sepanjang tahun. Rute infeksi dan siklus hidup di luar moluska belum diketahui.
Metode diagnostik:
Pada preparat histologi dapat terlihat parasit di sel epitel dari saluran pencernaan.
Kontrol penyakit :
Pemberantasan penyakit sampai saat ini belum diketahui. Salinitas tinggi dapat menekan manifestasi klinis dari penyakit ini. Cara pencegahan yang diajurkan adalah dengan tidak mendatangkan oyster dari daerah yang pernah terkena penyakit ini
Gambar 7. Spora M. refringens (bintang) pada digestive tubule dari Eropean oyster
Gambar 8. Infeksi sel epitel oleh plasmodia (tanda panah) dari M. refringens pada saluran pencernaan Eropean oyster