Anda di halaman 1dari 22

MALARIA

KELOMPOK 5
 Maria Novelia Ina Welan
 Diana Malo
 Risca M. Isach
 Clarita De S. Ximenes
 Alexandra Agustina Ka'e Lobo
 Putri A Laapen
 Farah Zharifah
 Arianty S. Nau
 Elnike Putri Dju Nina

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
DEFINISI parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak
di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Parasit malaria adalah Plasmodium spp. yaitu
binatang bersel satu (protozoa) yang termasuk genus
Plasmodia, famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae.
Species plasmodium pada manusia adalah:
1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria
tropika.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
malariae (quartana)
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM

a. Seksual
Parasit malaria membutuhkan dua pejamu atau host di dalam siklus
hidupnya yaitu nyamuk Anopheles betina dan manusia. Fase atau
tahapan seksual terjadi di dalam lambung nyamuk. Setelah nyamuk
Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, gametosit jantan
dan gametosit betina kemudian akan melebur membentuk zigot. Zigot
ini kemudian berkembang membentuk kista di sepanjang dinding
lambung nyamuk. Kista ini kemudian pecah dan akan mengeluarkan
sporozoit. Sporozoit kemudian akan bergerak menuju kelenjar ludah
nyamuk dan siap untuk disuntikkan ke tubuh manusia sehat.
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
b. Aseksual
Setelah masuk tubuh manusia, sporozoit kemudian akan ikut aliran darah
dan menuju hati. Di dalam hati, sporozoit akan terus berkembang menjadi
merozoit dan memenuhi sel hati. Merozoit tersebut akan mengeluarkan
tropozoit dan menginfeksi sel darah merah ketika sel hati pecah. Fase
aseksual kemudian dimulai. Tropozoit ini akan berkembang menjadi skizon.
Setelah itu, skizon akan berkembang menjadi merozoit dan pecah
membebaskan tropozoit. Siklus ini berlanjut sampai tiga kali. Sebagian
merozoit kemudian berkembang menjadi gametosit dan bila terisap oleh
nyamuk Anopheles betina, maka parasit akan melanjutkan siklus
perkembangbiakan secara seksual di dalam tubuh nyamuk.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Komponen epidemiologi malaria terdiri dari
(1). Agent malaria adalah parasit Plasmodium spp.
(2). Host malaria, ada dua jenis yaitu manusia sebagai
host intermediate atau sementara karena tidak terjadi
pembiakan seksual dan nyamuk sebagai host definitive
atau tetap karena terjadi pembiakan seksual
(3). Lingkungan yaitu yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia dan nyamuk vektor malaria.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
A. HOST
Populasi berisiko terkena penyakit malaria menurut WHO (2014), yaitu:
(1). Orang yang bekerja pada proyek pembangunan di daerah pedesaan seperti
perkebunan, pertambangan, konstruksi bendungan, agro-kehutanan, dan lain-lain.
(2). Masyarakat etnis. (3). Imigran yang berasal dari daerah endemis dan anak
mereka yang tinggal di daerah non endemis kemudian kembali ke daerah endemis
untuk mengunjungi saudara mereka. (4). Anak-anak yang berada di daerah transmisi
stabil yang belum mempunyai kekebalan. (5). Wanita hamil non imun, wanita hamil
semi-imun di daerah transmisi tinggi, Wanita hamil semi-imun yang terinfeksi HIV.
(6). Orang dengan HIV/AIDS (7). Wisatawan internasional dari daerah non endemik.

Faktor Intrinsik
1. Umur 3. Ras 5. Pola Hidup
2. Jenis Kelamin 4. Riwayat Malaria sebelumnya 6. Status Gizi
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
B. AGENT
Agent atau penyebab penyakit malaria adalah semua unsur atau elemen
hidup ataupun tidak hidup dalam kehadirannya bila diikuti dengan kontak
yang efektif dengan manusia yang rentan akan memudahkan terjadinya
suatu proses penyakit. Agent penyebab malaria adalah protozoa dari genus
plasmodium.
Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam
tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan
gametosit jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan.
Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk
Anopheles yang anthropofilik agar Sporogami dimungkinkan dan
menghasilkan Sporozoit yang infektif.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
C. Vektor
Kehidupan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada, Seperti
1. Lingkungan Fisik: Suhu, kelembaban, curah hujan, topografi, angin, sinar matahari dan
arus air.
2. Lingkungan biologi adalah segala unsur flora dan fauna yang berada di sekitar manusia,
antara lain meliputi berbagai mikroorganisme patogen dan tidak patogen, berbagai
binatang dan tumbuhan yang mempengaruhi kehidupan manusia, fauna sekitar
manusia yang berfungsi sebagai vektor penyebab penyakit menular.
3. Lingkungan sosial-budaya: Kebiasaan manusia untuk berada diluar rumah sampai larut
malam akan memudahkan tergigit oleh nyamuk, karena sifat vektor yang eksofilik dan
eksofagik untuk manusia yang terbiasa berada diluar rumah sampai larut malam akan
mudah digigit oleh nyamuk. Lingkungan sosial budaya lainnya adalah tingkat kesadaran
masyarakat akan bahaya malaria.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Gejala Khusus: Stadium Dingin, Stadium Demam dan Stadium
Berkeringat
Gejala Umum: (1). Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat,
(2). Kejang-kejang, (3). Panas sangat tinggi, (4). Mata atau tubuh kuning,
(5). Tanda-tanda dehidrasi, (6). Perdarahan hidung, Gusi atau saluran
pencernaan, (7). Nafas cepat atau sesak nafas, (8). Muntah terus
menerus dan tidak dapat makan minum, (9). Warna air seni seperti teh
tua dan dapat sampai kehitaman, (10). Jumlah air seni kurang sampai
tidak ada air seni, (11). Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan
kadar Hb kurang dari 5 g%)
.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Masa Inkubasi
Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala
klinis yang ditandai denagan demam. Masa inkubasi bervariasi
tergantung species plasmodium. Berbagai studi menunjukkan, pada
infeksi plasmodium knowlesi, siklus reproduksi aseksual
(pembelahan diri dalam tubuh manusia atau hewan) terjadi dalam
waktu 24 jam. Lebih cepat dibandingkan siklus 48 jam pada
plasmodium vivax, plasmodium ovale, dan plasmodium falciparum,
sedangkan 72 jam pada plasmodium malariae. Setiap kali sel-sel
membelah akan terjadi serangan demam.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Cara penularan
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada 80 jenis
dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vektor penyebar malaria di Indonesia.
Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh
Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa vektor
mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar. Setelah nyamuk Anopheles
betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan
betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk
dan membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk
ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebu terinfeksi lalu menjadi sakit.
Penularan yang tidak alamiah
Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali
pusat atau plasenta. Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang
tidak steril.
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam
mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-
macam antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit
yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor
(TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat
pengatur suhu tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer
yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.
Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh
terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya
sisteretikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan
sisa eritrsit akibat hemolisis.
Lanjut
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status
imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh
limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis.
Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan
Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah
kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi
kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada
endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi
penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan
timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi
perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan
malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.
PENGOBATAN
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria
dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam
tubuh manusia, termasuk stadium gametosit. Adapun tujuan
pengobatan radikal adalah untuk mendapat kesembuhan klinis
dan parasitologis serta memutuskan rantai penularan. Semua
obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita
harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat.
Lanjut
PENGOBATAN
Standar pengobatan
1. Pengobatan radikal penderita malaria harus mengikuti kebijakan nasional pengendalian malaria di
Indonesia.
2. Pengobatan dengan Artemisinin based Combination Therapy (ACT) hanya diberikan kepada penderita
dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif.
3. Penderita malaria tanpa komplikasi harus diobati dengan kombinasi berbasis artemisinin (ACT)
ditambah primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya. Tidak diberikan Primakuin pada bayi <6
bulan, ibu hamil, ibu menyusui bayi <6 bulan dan penderita malaria dengan kekurangan G6PD. ACT
yang ada disiapkan oleh program adalah Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP).
4. Pengobatan DHP diberikan selama 3 hari sesuai dengan berat badan , yaitu H(hari) 0 (nol) pada dosis
pertama, H1 pada dosis kedua dan H2 pada dosis ketiga.
5. Penderita malaria berat harus diobati dengan Artesunate intravena atau intramuskular dan dilanjutkan
seperti pengobatan malaria tanpa komplikasi dengan DHP oral dan primakuin
6. Setiap tenaga kesehatan harus memastikan kepatuhan pasien meminum obat sampai habis melalui
konseling agar tidak terjadi resistensi plasmodium terhadap obat.
7. Jika penderita malaria yang berat akan dirujuk, sebelum dirujuk penderita harus diberi dosis awal
Artesunate intramuskular/ intravena.
PENCEGAHAN
Pencegahan primer
1. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis.
Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko
terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda
malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat
perindukan.
2. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan
pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
3. Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan
menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat
penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
4. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.

Lanjut
PENCEGAHAN
Pencegahan sekunder
a. Pencarian penderita malaria
b. Diagnosa dini: Gejala Klinis, Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik, Pemeriksaan
Laboratorium, Pemeriksaan Penunjang, dan Kemoprofolaksi
Pencegahan Tersier
a. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
b. Rehabilitasi mental/ psikologis
Pencegahan pengendalian vektor
a. Melakukan kegiatan penyehatan/pembersihan lingkungan, Tidak menggantungkan pakaian
bekas di dalam kamar/ rumah.
b. Mengupayakan keadaan dalam rumah tidak gelap dan lembab dengan memasang genting
kaca dan membuka jendela pada siang hari.
c. Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai.
d. Membunuh jentik nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik.
e. Merawat tambak-tambak ikan dan membersihkan lumut yang ada di permukaan secara
teratur.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai