Anda di halaman 1dari 15

8TUJUAN

1. Praktikan mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum pengamatan
protozoa Plasmodium sppada sediaan hapusan darah tebal dan tipis.
2. Praktikan mampu mencari lapang pandang objek Plasmodium spdengan mikroskop.
3. Praktikan mengetahui morfologi dariPlasmodium sp.
PRINSIP
Sediaan tetes tebal dan hapusan darah tipis malaria, diamati dan diidentifikasi
kelainan morfologinya dengan mikroskop secara mikroskopik melalui pembesaran
10x mencari lapangan pandang objek dan 100x dengan penambahan minyak emersi
untuk memfokuskan objek yang diamati.

DASAR TEORI
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan area :
udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara
buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu
penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh
parasitPlasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat
banyak istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens, demam Roma,
demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam
sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah
disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quininedigantikan
dengan cinchona (Setiyani, 2014).
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoagenus Plasmodium. Terdapat empat
spesies yang menyerang manusia yaitu :
 Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum ataumalaria
tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
 Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax ataumalaria tertiana benigna.
 Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana
benigna ovale.
 Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria malariae atau malaria
kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakanplasmodium zoonosis yang sumber infeksinya
adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium
falciparumdan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu
komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat (Nurul,
2008).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup
dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit
plasmodium. Species plasmodiumpada manusia adalah :4
1. Plasmodium falciparum, penyebabmalaria tropika.
2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
3. Plasmodium malariae, penyebabmalaria malariae (quartana)
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.
Kini plasmodium knowlesi yang selama ini dikenal hanya ada pada monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis), ditemukan pula ditubuh manusia. Penelitian sebuah tim
internasional yang dimuat jurnal Clinical Infectious Diseases memaparkan hasil tes
pada 150 pasien malaria di rumah sakit Serawak, Malaysia, Juli 2006 sampai Januari
2008, menunjukkan, dua pertiga kasus malaria disebabkan infeksi plasmodium knowlesi
Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat dan bahkan dapat
menimbukan suatu variasi manisfestasi-manifestasi akut dan jika tidak diobati, dapat
menyebabkan kematian.
Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi
campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih banyak dijumpai dua
jenisplasmodium, yaitu campuran antaraplasmodium falciparum dan plasmodium
vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga
jenis plasmodiumsekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran biasanya
terdapat di daerah dengan angka penualaran tinggi.
Nyamuk anophelini berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Nyamuk anophelini yang berperan hanya genus Anopheles. Di seluruh dunia,
genus anopheles ini diketahui jumlahnya kira-kira 2000 species, diantaranya 60
species diketahui sebagai vektor malaria.
Siklus hidup plasmodium
1. Siklus pada manusia
Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama
kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer
yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.

Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif
sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksisel
darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.

2. Siklus pada nyamuk anopheles


Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadio okista dan selanjutnya
menjadi sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

Masa inkubasi
Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai
denagan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung species plasmodium. Setelah
sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah
merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).

Patofisiologi
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai
timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam
antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF).
TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu
tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin
disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit.

Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi


peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem
retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit
akibat hemolisis.

Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem
retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status
imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh
limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis.
Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan
Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah
kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi
kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada
endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi
penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan
timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi
perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan
malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.

Sediaan hapusan darah tepi merupakan slide untuk mikroskop yang pada salah satu
sisinya dilapisi dengan lapisan tipis dan sisi lainnya dibuat tetes tebal dengan darah
vena (tanpa antikoagulan) atau darah kapiler yang diwarnai dengan pewarnaan
(wright/giemsa) dan diperiksa di bawah mikroskop. Sediaan apus yang baik adalah
yang ketebalannya cukup dan bergradasi dari kepala (awal) sampai ke ekor (akhir).
Zona morfologi sebaiknya paling dari kurang 5 cm. Ciri sediaan apus yang baik
meliputi:
1. Sediaan tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjang ½ – 2/3 panjang kaca.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu eritrosit tersebar merata
berdekatan dan tidak saling menumpuk.
3. Pinggir sediaan rata, tidak berlubang dan tidak bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit yang baik tidak berkumpul pada pinggir atau ujung sedimen.
Kegunaan dari pemeriksaan apusan darah tepi yaitu untuk mengevaluasi morfologi
dari sel darah tepi (trombosit, eritrosit, leukosit), memperkirakan jumlah leukosit dan
trombosit, identifikasi parasit. Persyaratan pembuatan apusan darah yaitu objek glass
harus bersih, kering, bebas lemak. Segera dibuat setelah darah yang diteteskan,
karena jika tidak persebaran sel tidak merata. Leukosit akan terkumpul pada bagian
tertentu, clumping trombosit. Teknik yang digunakan menggunakan teknik dorong
(push slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell Wintrobe dan menjadi
standar untuk apus darah tepi (Wahyu, Naela. 2014).
Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis, terutama
bagian sitoplasma yang mengalami kerusakan sehingga parasit yang ditemukan umumnya
tidak utuh. Diagnosis tidak apat dibuat bila hanya melihat 1-2 parasit. Untuk itu diagnosis harus
memerlukan pemeriksaan banyak parasit. Volume darah yang diambil dan parasit yang
terkandung dalam darah akan terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga pemeriksaan
sediaan darah menjadi cepat. Oleh karena itu dalam penegakan diagnosis malaria
menggunakan sediaan darah tebal (Irianto, 2013). Inti sel leukosit biru lembayung tua, hanya
granula pada eosinofil yang tampak karena giemsa mengandung eosin yang merupakan
pewarna asam. Trombosit berwarna lembayung muda dan berkelompok. Parasit tampak kecil,
batas sitoplasma sering tidak nyata. Parasit berbentuk seperti “koma” atau “tanda seru”.
Sediaan darah tipis terdiri dari sel darah merah yang lebih tersebar dan tidak saling melekat
satu sama lain. Volume darah yang diambil sedikit tetapi bidang sediaan luas sehingga sediaan
darah tipis digunakan untuk membantu identifikasi spesies Plasmodium setelah ditemukan
parasit malaria dalam sediaan darah tebal (Irianto, 2013).
ALAT & BAHAN
1. Alat:
 Alat Tulis.
 mikroskop
1. Bahan:
 Minyak imersi
 Sediaan tetes tebal plasmodium positif (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.
 Alkohol 95%.
PROSEDUR KERJA
1.
1. Digunakan APD yang diperlukan.
2. Disiapkan alat dan bahan praktikum yang diperlukan
3. Letakkan sediaan di meja mikroskop. Dicari lapangan pandang pada sediaan
objekplasmodium sp. dengan menggunakan pembesaran 10x lensa objektif.
4. Dicari fokus objek plasmodium spdengan menggunakan lensa 100x dan menggunakan
minyak emersi.
5. Dicatat dan didokumentasi objek yang didapatkan. Dibuat laporan sementara.
6. Dilakukan langkah 3-5 pada sediaan lainnya.
7. Setelah penggunaan mikroskop selesai, bersihkan lensa dengan tissue yang diberi
alkohol 96% dengan cara ditekan-tekan pada lensa. Hindari menggosok lensa objektif
agar lensa tidak tergores.
8. Letakkan mikroskop kembali pada rak mikroskop.
INTERPRETASI HASIL
1. HASIL PRAKTIKUM
Hasil
Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Preparat 1 (Plasmodium vivax).


Jenis sediaan : Hapusan darah tipis malaria.

Hasil pengamatan : Leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit.

2. Preparat 2 (Plasmodium falciparum).


Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.

Hasil pengamatan : Merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon.

3. Preparat 3 (Plasmodium vivax).


Jenis sediaan : Tetes tebal malaria.
Hasil pengamatan : Skizon dan tropozoit.

4. Preparat 4 (Plasmodium falciparum).


Jenis sediaan : Hapusan darah tipis.

Hasil pengamatan : Gametosit, merozoit, dan tropozoit.

PEMBAHASAN
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan
berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina. Pada praktikum yang dilakukan, mahasiswa diberikan 4
jenis sediaan yang berbeda, dimana 2 sediaan adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah
tipis Plasmodium vivax dan 2 sediaan lainnya adalah sediaan tetes tebal dan hapusan darah
tipis Plasmodium falciparum. Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Nama
peyakit malaria yang disebabkan disesuaikan dengan nama spesiesplasmodium pada manusia
yang menginfeksinya yaitu, 1) Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika; 2)
Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
Morfologi stadium malaria pada stadium awal yaitu, trofozoit muda (bentuk cincin):
Sitoplasma sebagai lingkaran cincin berwarna biru, inti sebagai matanya berwarna merah atau
merah keunguan.

 Trofozoit tua:
– Plasmodium falciparum: Trofozoit tua jarang dijumpai dalam darah tepi (perifer), kecuali
pada infeksi berat dan biasanya diikuti oleh adanya bentuk cincin yang sangat banyak
jumlahnya.
– Plasmodium vivax: Trofozoit tua P.vivax sangat berbeda-beda dan tidak teratur bentuknya
(amuboid).
 Skizon
Skizon tua dari 2 jenis parasit hampir menyerupai bentuk yang terlihat pada sediaan tipis. Tiap-
tiap inti mempunyai sitoplasma berwarna biru muda dan masing-masing disebut merozoit

 Gametosit
Selalu dijumpai pigmen yang banyak dan letaknya tersebar pada sitoplasma. Makrogametosit

( ) pigmen mengumpul, mikrogametosit ( ) pigmen menyebar.


Gametosit falciparum mudah menentukan karena bentuknya khas seperti pisang dengan ujung
tumpul maupun runcing.
Pada praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada preparat 1 sediaan darah tipis didapatkan
hasil Preparat 1 (Plasmodium vivax). Sediaan hapusan darah tipis malaria. Mendapatkan hasil
gambaran leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Tropozoit yang di dapatkan berukuran
besar, bentuk sangat irregular, vakuola nyata, kromatin titik – titik atau benang – benang,
pigmen halus, warna kuning coklat, penyebaran partikel halus, penyebaran tersebar. Preparat
2 (Plasmodium falciparum). Jenis sediaan tetes tebal malaria. Hasil pengamatannya adalah
ditemukan merozoit, tropozoit, mikrogametosit, dan skizon. Tropozoit sedang berkembang:
jarang terlihat dalam darah perifer, mempunyai ukuran kecil, berbentuk padat, vakuola tidak
dikenal, kromatin titik atau batang – batang, berpigmen bentuk kasar. Skizon Imature (muda):
jarang terlihat dalam darah perifer, ukuran hampir mengisi eritrosit, pigmen berkumpul
ditengah, kromatin ini banyak berupa massa ireguler. Mikrogametosit: waktu timbul 7-12 hari,
jumlah dalam darah banyak, ukuran lebih besar daripada eritrosit, bentuk seperti pisang,
sitoplasma biru kemerahan, kromatin granula halus tersebar, pigmen granula gelap tersebar.
Skizon mature (tua/merozoit) : 1. Jarang terlihat dalam darah perifier, ukuran hampir mengisi
eritrosit, bentuk berpigmen, pigmen berkumpul ditengah.
Preparat 3 (Plasmodium vivax) tetes tebal malaria. Hasil pengamatan : Skizon dan
tropozoit. Preparat 4 (Plasmodium falciparum). Hapusan darah tipis. Didapatkan hasil
gametosit, merozoit, dan tropozoit. Gametosit yang didapatkan pada sediaan nomor 4 adalah
jenis mikrogametosit. Mikrogametosit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya
biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak
padat, butir-butir pigmen disekitar plasma sekitar inti.
Perbedaan penampakan parasit pada sediaan darah tebal dan tipis adalah pada sediaan tetes
tebal, lebih mudah menemukan parasit karena sel darah merah (eritrositnya) telah dilarutkan
dengan aquadest sehingga hanya meninggalkan parasitnya saja. Dan pada sediaan hapusan
darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab infeksi.

KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilaksanakan, dapat ditarik suatu simpulan bahwa pada preparat 1
didapatkan hasil adanya leukosit, eritrosit, trombosit dan tropozoit. Preparat 2 dengan hasil
merozoit, tropozoit, mikrogametosit, skizon. Preparat 3 didapatkan hasil skizon dan tropozoit
dan preparat 4 didapatkan hasil mikrogametosit, merozoit, dan tropozoit. Infeksi
parasit Plasmodium falciparummenyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana
maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa dan parasit Plasmodium
vivaxmenyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna.
Daftar Pustaka
 Abdul Aziz, Husna. 2015. Perbedaan Sediaan Darah Tipis dan Tebal.
Online.http://laboratoryinfo.blogspot.co.id/2015/07/perbedaan-sediaan-darah-tipis-dan-
tebal.html. Diakses tanggal 27 Mei 2017.
 Sulfia Rachma, Widiya. 2015. Sediaan Plasmodium Tebal dan Tipis.
Online.http://dokumen.tips/documents/sediaan-plasmodium-tebal-dan-tipis.html#. Diakses
tanggal 27 Mei 2017.
 2015. Pemeriksaan Darah untuk Diagnosis.
Online.http://yukinarindesu.blogspot.co.id/2015/09/pemeriksaan-darah-untuk-diagnosis.html.
Diakses tanggal 27 Mei 2017.
 Imansyah Putra, Teuku Romi. 2011. Malaria dan Permasalahannya.
Online.http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/3469/3231. Diakses tanggal 5 Juni
2017.
 Wati, Harna. 2008. Plasmodium falciparum.
Online.https://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/15/plasmodium-falciparum/. Diakses
tanggal 5 Juni 2017.
Advertisements
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Pembahasan

Klasifikasi

Kingdom : Protista

Filum : Apicomplexa

Kelas : Aconoidasida

Ordo : Haemosporida

Family : Plasmodiidae

Genus : Plasmodium

Spesie : Plasmodium sp

Morfologi

1). Plasmodium falciparum


a. Bentuk cincin : ukuran 1/5 dari eritrosit, accole ( sitoplasma ditepi eritrosit), seringkali
cincin mempunyai 2 inti,

b. tropozhoit : eritrosit tidak membesar, terdapat titik Maurer, sitoplasma biru pucat

c. skizon : hampir memenuhi eritrosit, bentuk padat, pigmen ditengah (hitam)

d. Mikrogametosit dan Makrogametosit : Mikrogamet berbentuk pisang dan kromatin


bertaburan sedangkan pada makrogamet bentuknya bulan sabit dan kromatin padat
ditengah.

2). Plasmodium vivax


jdjfkg

a. Bentuk cincin : ukuran 1/3 eritrosit, bentuk cincin tebal, kromatin halus,tidak ada
pigmen

b. tropozhoit : eritrosit membesar, vakuola jelas, sitoplasma bentuk ameboid, pigmen


halus, warna coklat kekuningan, terdapat titik schufner’s

c. skizon immature : hampir mengisi seluruh eritrosit, bentuk ameboid, pigmen tersebar

d. Skizon mature : hampir memenuhi eritrosit, bentuk bersegmen, merozoit ada 14-24
(rata-rata 16), pigmen berkumpul ditengah (kuning cokelat)

e. Mikrogametosit dan Makrogametosit : waktu timbul 3-5 hari, jumlah dalam darah
banyak, ukuran mengisi eritrosit yang membesar, bentuk bulat/ovale, sitoplasma biru
pucat/merah muda untuk mikrogametosit sedangkan pada makrogametosit
sitoplasma berwarna biru gelap.

3) Plasmodium Ovale
a. Bentuk cincin : ukuran 1/3 eritrosit, bentuk cincin padat, tidak ada pigmen

e. tropozhoit : ukuran kecil, bentuk padat, kromatin besar dan irregular, pigmen kuning
kecoklatan

f. skizon : ukuran hampir memenuhi eritrosit, bentuk bersegmen, merozoit antara 6-12
(min.8) pigmen berkumpul ditengah (kuning cokelat)

g. Mikrogametosit dan Makrogametosit : ukuran sebesar eritrosit, sitoplasma berwarna biru


pucat

4) Plasmodium malariae
a. Bentuk cincin : ukuran 1/3 eritrosit, eritrosit tidak membesar

b. tropozhoit : eritrosit tidak membesar, pigmen kasar, coklat tua bertabur dalam bentuk
rod/gumpalan

c. skizon : mengisi penuh eritrosit merozoit 6-12 (min 8) tersusun seperti bunga

d. Mikrogametosit dan Makrogametosit : bentuk bulat dan padat, sitoplasma biru tua, pigmen
kecil

Pengobatan

Pengobatan malaria pada awalnya menggunakan klorokuin untuk malaria falciparum, dan
sulfadoksin-pirimethamin (SP). Namun sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap jenis pengobatan
tersebut sejak tahun 1973, dan semakin meluas, pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini
menggunakan terapi kombinasi Artemisinin (artemisinin combined therapy) sebagaimana yang
direkomendasikan oleh WHO.

Ada beberapa kombinasi obat malaria yang digunakan di dunia, yaitu kombinasi Artesunat-
Amodiaquin, dihydroartemisinin-piperaquin, dll.

VI. Pencegahan
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan pembersihan sarang nyamuk (PSN),
berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk atau upaya pencegahan dengan pemberian obat
primaquin bila mengunjungi daerah endemic malaria dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari (sebaiknya
konsultasi dengan dokter), Memanfaatkan kelambu pada saat tidur, menggunakan obat pengusir
nyamuk.

milamilmil di 01.45

Anda mungkin juga menyukai