Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui

gigitan nyamuk anhopeles betina Penyebab penyakit malaria adalah genus

plasmodia family plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan

penting di dunia secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika tertiana, tertiana

ovale dan quartaria di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal setiap tahun (Dirjen

P2P1, 2011).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat

instraseluler dari genus plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh

gigitan nyamuk Anopheles betina penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja

terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana tempat tersebut merupakan

tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang Nyamuk

Anhopheles

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Plasmodium yang dapat dengan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin

dan menggigil) serta demam berkepanjangan, penyakit ini menyerang manusia

dan juga sering di temukan pada hewan berupa burung kera dan primata lainnya

(Achmad, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium)

yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector borne desease).

Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium Malariae, Plasmodium

vivax, dan Plasmodium ovale Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan

bertambah banyak di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah

(Kemenkes, 2011).

Penyakit malaria juga dapat dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali

(reemerging disease). Hal ini disebabkan pemanasan global yang terjadi karena

polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan gas rumah kaca, seperti

CO2, CFC, CH3, NO, perfluoro carbon dan carbon tetra flouride yang

menyebabkan atnosfer bumi memanas dan merusak lapisan ozon, sehingga radian

matahari yang masuk ke bumi semakin banyak dan terjebak di lapisan bumi

karena terhalang oleh rumah kaca, sehingga temperatur bumi kian memanas dan

terjadilah pemanasan global (So emirat, 2004).

2. Sumber Penularan Malaria

Malaria ditularkan melalui masuknya sporozoit plasmodium melalui gigitan

nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari suatu daerah

dengan daerah lainya. Penularan malaria dapat juga terjadi dengan masuknya

parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi darah, suntiikan atau

melalui plasenta (malaria kongenital).


3. Cara Penyebaran Malaria

Setelah sporozoit dilepas kedalam tubuh melalui pembuluh darah dan

masuk kedalam hati. Kemudian terjadi beberapa proses pembelahan dan

pembentukan parasit-parasit baru yang akan berkembang biak dalam tubuh,

penularan yang terjadi akibat gigitan nyamuk anopheles betina yang

mentransmisikan malaria dapat di golongkan menjadi cara penularan secara

alamiah dan tidak alamiah (Ayomi, 2019).

4. Metode Pemeriksaan Malaria

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat di gunakan untuk

mendiagnosis malaria, antara lain pemeriksaan mikroskopik, Quantitative buffy

coat polymerase chain reaction (PCR), serta Rapid Diagnostic Test (RDT) Tes

Malaria Quantitative buffy coat menggunakan fluorescence acridine orange

sebagai pewarna sehingga parasit bisa dideteksi dengan mikroskop

fluorescence, pengecatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi dan

menghitung dengan mikroskop jumlah parasit di hapusan darah dan di lapisan

eritrosit (buffy coat) pada sample darah yang sudah di sentrifugasi dan perlu

modifikasi pada mikroskop.

Polymerase chain reaction (PCR) dapat mendeteksi parasitemia yang

rendah dan identifikasi semua spesies malaria. PCR memerlukan personil yang

terlatih, peralatan khusus, reagen labil dan lingkungan pemeriksaan yang

khusus. Saat ini PCR tidak banyak digunakan untuk diagnosis malaria.

Pemeriksaan mikroskop sediaan darah masih menjadi baku emas untuk

diagnosis malaria, Preparat untuk pemeriksaan malaria sebaiknya di buat pasien


demam untuk meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit (Kusuma,

Dkk, 2009).

5. Perbedaan Apusan tebal dan tipis

Sediaan darah tebal umumnya dipakai untuk mengetahui adanya parasit,

sediaan tebal dibuat hanya dengan menetaskan darah pada kaca objek, sediaan

darah tebal digenangi air atau aquades terlebih dahulu sebelum dilakukan

pewarnaan, tujuannya untuk melisiskan eritrosit sehingga leukosit, trombosit

dan parasite yang dapat ditemukan dalam sediaan, sediaan darah tebal lebih

efisien atau lebih baik digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya infeksi

parasit, apusan tebal juga tidak difiksasi dengan metanol sediaan darah tebal

terutama digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi dan perkiraan adanya

parasit dalam darah.

Sediaan darah tipis digunakan untuk mengetahui spesies parasit penyebab

infeksi, Sediaan tipis dibuat meneteskan darah pada kaca objek kemudiaan

disebarkan sehingga terbentuk lidah api, sediaan darah tipis tidak perlu di

genangi oleh air terlebih dahulu sebelum pewarnaan, karena sediaan darah tipis

bertujuan untuk melihat parasit malaria di dalam eritrosit yang terinfeksi

dengan eritrosit yang normal, kurang sensitif dibanding dengan sediaan darah

tebal, terutama jika infeksi parasit nya masih rendah apusan darah tipis difiksasi

dengan metanol, sediaan darah tipis terutama digunakan untuk mengenali jenis

spesies parasit, mengetahui bentuk parasit seperti skizon atau gametosit.

Anda mungkin juga menyukai