Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN MALARIA

By: Siti Maimuna


2019
Batasan:

 Malaria adalah penyakit infeksi menular


yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles dengan
gambaran penyakit berupa demam yang
sering periodik, anemia, pembesaran
limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh
karena pengaruhnya pada beberapa organ
misalnya otak, hati dan ginjal.
Etiologi:
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili
plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab malaria di
Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat
plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium Falciparum, penyebab penyakit malaria
tropika
b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria
tertiana.
c. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria
kuartana.
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai
umumnya banyak di Afrika.
Masa inkubasi:

 Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-


30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis
masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya:
a. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
b. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
c. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
d. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas
infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat
sebelumnya dan derajat imunitas penjamu
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum
Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat spesies
Plasmodium pada manusia yaitu :
 Plasmodium vivaxmalaria vivax (malaria tertiana
ringan).
 Plasmodium falcifarummalaria falcifarum (malaria
tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater
faver.
 Plasmodium malariae malaria kuartana,
 Plasmodium ovalemalaria ovale.
 Keempat spesies plasmodium tsb pt dibedakan
morfologinya dg membandingkan bentuk skizon,
bentuk trofozoit, bentuk gametosit yg terdpt di dlm
darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon
yang terdapat di dlm sel parenkim hati.
PATOFISIOLOGI
 Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase
aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra
termasuk manusia.
a. Fase Aseksual
 Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit.
Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke
sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni
praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada
akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk
aliran darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan
plasmodium ovale, sebagian sporozoit membentuk
hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps
jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam
darah menyerang eritrosit membentuk
trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit
berubah bentuk menjadi bentuk seksual.
Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi
adalah masa prapaten, sedangkan masa
tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes
sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina
nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan
menjadi mikro & makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot
(ookinet). Ookinet kemudian menembus
dinding lambung nyamuk dan menjadi
ookosta. Bila ookosta pecah, ribuan sporozoit
dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk
Patogenesis malaria ada 2 cara:

a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh


manusia
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam
eritrosit masuk ke dalam darah manusia
melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi
baru lahir melalui plasenta ibu yang
terinfeksi (kongenital)
Manifestsi klinik:

 Ax: ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah


endemik malaria.
Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah:
a. Demam
 Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang
berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel
darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan
lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses
sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada
malaria terdiri dari tiga
1) Stadium dingin
 Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin.
Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan
(sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah
dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung
selama 15 menit sampai 1 jam
2) Stadium demam
 Demam, muka merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat
panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah parah, dan
sering disertai dengan rasa mual atau muntah – muntah.
Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita
merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai
41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium berkeringat
 Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai
membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini
turun dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah
normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat
terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita
akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti
biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang.
Stadium ini berlangsung selama 2 - 4 jam.
b. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria
kronis. Limpa mengalami kongesti,
menghitam, dan menjadi keras karena
timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan
ikat yang bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies
penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena P. Falciparum.
Anemia disebabkan oleh:
1) Penghancuran eritrosit yang
berlebihan
2) Eritrosit normal tidak dapat hidup
lama (reducedsurvival time)
3) Gangguan pembentukan eritrosit
karena depresi eritropoesis dalam sum-
sum tulang (diseritropoesis).
d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis
dan gangguan hepar. Malaria Laten
adalah masa pasien di luar masa
serangan demam. Periode ini terjadi
bila parasit tidak dapat ditemukan
dalam darah tepi, tetapi stadium
eksoeritrosit masih bertahan dalam
jaringan hati.
e. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah
serangan pertama.
Relaps dapat bersifat:
1) Relaps jangka pendek (rekrudesensi),
dapat timbul 8 minggu setelah serangan
pertama hilang karena parasit dalam eritrosit
yang berkembang biak.
2) Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat
muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati
masuk ke darah dan berkembang biak.
Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria


 Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk
menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan
hasil negative tidak mengenyampingkan
diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi
tiga kali dan hasil negative maka diagnosa
malaria dapat dikesampingkan.
Adapun pemeriksaan darah tepi
dilakukan melalui:
1)Tetesan preparat darah tebal.terbaik untuk
menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah
dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan
dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan
identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama
5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan
pembesaran kuat).
Preparat negative bila setelah diperiksa 200 lapang
pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada
tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200
leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya
ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah
parasit per mikro-liter darah.
 2) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk
identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat
darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit
dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila
jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi
yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan
prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan
dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau
Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang
umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang
cukup baik.
b. Tes antigen : p-f test
 Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine
Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5
menit, tidak memerlukan latihan khusus,
sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar
dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis
dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan
cara immunochromatographic telah dipasarkan
dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah
infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai
95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes
deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes
cepat (Rapid test).
c. Tes Serologi
 Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962
dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody
test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody
specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi
setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes
serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau
alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap
sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan
positif . Metode-metode tes serologi antara
lain indirect haemagglutination test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.
d.Pemr. PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka
dengan teknologi amplifikasi DNA,
waktu dipakai cukup cepat dan
sensitivitas maupun spesifitasnya
tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat
memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan
belum untuk pemeriksaan rutin.
Terapi
Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9
golongan yaitu :
a. kuinin (kina)
b. mepakrin
c. klorokuin, amodiakuin
d. proguanil, klorproguanil
e. Primakuin
f. pirimetamin
g. sulfon dan sulfonamide
h. kuinolin methanol
i. antibiotic
Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria
terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria dapat juga
dibagi dalam 5 golongan yaitu :

 Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium


parasit malaria terhadap obat antimalaria, maka obat
antimalaria dapat juga dibagi dalam 5 golongan yaitu :
a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh
parasit stadium praeritrositik dalam hati sehingga
mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan
sebagai obat profilaksis kausal. Obatnya adalah
proguanil, pirimetamin.
b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh
parasit siklus eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan
digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti
relaps, obatnya adala primakuin.
 c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium
eritrositik, yang berhubungan dengan penyakit akut
disertai gejala klinik. Obat ini digunakan untuk
pengobatan supresif bagi keempat
spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh
stadium gametosit P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale,
tetapi tidak efektif untuk gametosit P. Falcifarum.
Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin;
atau proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek
terbatas.
 d. Gametositosida yang menghancurkan semua
bentuk seksual termasuk gametosit P. Falcifarum.
Obatnya adalah primakuin sebagai gametositosida
untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin atau
amodiakuin sebagai gametositosida untuk P. Vivax, P.
Malariaedan P. Ovale.
e. Sporontosida yang dapat mencegah
atau menghambat gametosit dalam
darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk Anopheles.
Obat – obat yang termasuk golongan ini
adalah primakuin dan proguanil.
KOMPLIKASI

Komplikasi malaria umumnya disebabkan


karena P.falciparum dan sering
disebut pernicious manifestasions. Sering
terjadi mendadak tanpa gejala-gejala
sebeumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada
orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi
terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang
dirawat di RS dan 20 % diantaranya
merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi digolongkan sebagai
malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai
infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi
sebagai berikut :

 Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh


penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah
serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran
harus dilakukan penilaian berdasar GCS <7 atau
equal dengan keadaan klinis soporous.
 Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.
 Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya
hipokromik atau miktositik harus dikesampingkan
adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
Gagal ginjal akut (urine kurang dari
400 ml/24 jam pada orang dewasa
atau 12 ml/kg BB pada anak-anak)
setelah dilakukan rehidrasi, disertai
kreatinin > 3 mg/dl.
Edema paru non-
kardiogenik/ARDS (adult respiratory
distress syndrome).
Hipoglikemi : gula darah <>
 Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <>
10°C:8).
 Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran
cerna dan disertai kelainan laboratorik adanya
gangguan koagulasi intravaskuler
 Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam
 Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi
malaria akut (bukan karena obat anti
malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
 Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya
parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada
jaringan otak.
Prognosis
Prognosis malaria berat tergantung
kecepatan diagnosa dan ketepatan &
kecepatan pengobatan.
Pada malaria berat yang tidak
ditanggulangi, maka mortalitas yang
dilaporkan pada anak-anak 15 %,
dewasa 20 %, dan pada kehamilan
meningkat sampai 50 %.
Prognosis malaria berat dengan
kegagalan satu fungsi organ lebih baik
daripada kegagalan 2 fungsi organ.
Dischart Planning tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri
dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara :

(1)Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu


impregnated ( dicelup pestisida : pemethrin atau
delta
(2)Menggunakan obat pembunuh nyamuk : gosok,
spray, asap, elektrik.
(3)Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk
dapat menggigit atau harus memakai proteksi (
baju lengan panjang, kaos stocking ). Nyamuk akan
menggigit diantara jam sampai jam nyamuk jarang
pada ketinggian di atas 2000 m.
(4)Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari
nyamuk dengan kawat anti nyamuk.
Asuhan Keperawatan

 PENGKAJIAN
a) Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini,
sesuai dengan manifestasi klinis
b) Riwayat Masa Lalu : apakah ada riwayat
pasien bepergian ke daerah endemic
malaria, kontak dengan nyamuk.
c) Pemeriksaan Fisik
Diagnosa keperawatan:
 Hypertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
 Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel
 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses penyakit dan penatalaksanaannya b) Resiko Infeksi Pada Hati
 Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic
 Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan berhubungan
dengan fase diuretic GGA, dengan peningkatan volume urine dan
melambatnya kemampuan absorpsi tubular. Pada Saluran GastroIntestinal
 Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d kehilangan yang berlebihan
: diare berat, muntah, berkeringat, demam, hiperventilasi
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar-kapiler ( efek inflamasi )
 Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipovolemia

Anda mungkin juga menyukai