MALARIA
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis.
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh
manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia
yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa,
demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor
malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai
vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis
nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang
adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah,
sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja,
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering
periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada
2. Etiologi
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab
malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis
penyebabnya:
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat spesies
Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana
ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa
dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan bentuk
skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles
dan fase aseksul (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
a. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam
aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit.
Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon
pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan
plasmodium ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut
menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah
bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah
tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit
b. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro
dam makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus
dinding lambung nyamuk dan menjadi ookosta. Bila ookosta pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia melalui transfusi, suntikan,
atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)
4. Manifestasi Klinik
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemik malaria. Gejala dan
a. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkembangan
parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya
merozoit merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan
1) Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari
jari pucat kebiru biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak
sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
2) Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering
dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan
rasa mual atau muntah muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat
haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
3) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan
pada fase ini turun dengan cepat kadang kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur
nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan
dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu
b. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronis. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P.
3) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sum-sum tulang (diseritropoesis).
d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria Laten adalah masa pasien di luar masa
serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium
e. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat:
1) Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena
5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah
dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratif maupun
preventif.
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa
malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
1) Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan
darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak
ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per
200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan
2) Tetesan preparat darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah
tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit
> 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa
penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan
juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan
menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk
antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat
dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan
nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah
infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes
deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
c. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody
test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi
setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat
uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan
sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat
memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan
rutin.
6. Terapi
a. kuinin (kina)
b. mepakrin
c. klorokuin, amodiakuin
d. proguanil, klorproguanil
e. Primakuin
f. pirimetamin
h. kuinolin methanol
i. antibiotic
Berdasarkan suseptibilitas berbagai macam stadium parasit malaria terhadap obat antimalaria, maka obat
a. Skizontisida jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium praeritrositik dalam hati sehingga
mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat profilaksis kausal. Obatnya adalah
proguanil, pirimetamin.
b. Skizontisida jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus eksoeritrositik P. vivax dan P. ovale dan
digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya adala primakuin.
c. Skizontisida darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang berhubungan dengan penyakit akut
disertai gejala klinik. Obat ini digunakan untuk pengobatan supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan
juga dapat membunuh stadium gametosit P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale, tetapi tidak efektif untuk
gametosit P. Falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin; atau proguanil dan pirimetamin
d. Gametositosida yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit P. Falcifarum. Obatnya
adalah primakuin sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan kuinin, klorokuin atau amodiakuin
e. Sporontosida yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat obat yang termasuk golongan ini adalah primakuin dan
proguanil.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious
manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita
yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh
didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :
a. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS
(Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
c. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus
d. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB
h. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik
j. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler
8. PROGNOSIS
a. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
b. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %,
c. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ.
B A B III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
Tanda :
3. Integritas Ego
4. Makanan/cairan
Gejala:
5. Keamanan
6. Seksualitas
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah
merah
D. INTERVENSI
1. peningkatan suhu tubuh b/d perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah
Intervensi:
R/peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt merah dan badan terasa hanat
R/mengontrol demam
R/memberukan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan pedoman untuk penggantian cairan
sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-
buru, temani
R/lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif untuk makan
kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi
R/faktor pencetus/pemberat individu; sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap faktor pola
hidup dapat mencetuskan gejala. Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk
membuat keputusan informasi/pilihan tentang masa depan dan kontrol penyakit kronis. Meskipun banyak
pasien tahu tentang proses penyakitnya sendiri, mereka dapat mengalami yang telah tertinggal atau salah
konsep
kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping
R/meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program
E. EVALUASI
B A B IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan
melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah
dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah
penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat,
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida,
penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil
dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara.
Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal.
Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat,
membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang
berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat
dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara
periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax,
dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi
disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau,
serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi
lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis
ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium