Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh :

NAMA : NIKEN ARISKA RAHMADANI


NPM : 1711513013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MITRA LAMPUNG
2018

1
LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

Nama : Niken Ariska Rahmadani Tanggal Masuk : 24 oktober 2017

Npm : 1711513013 Ruang Rawat : Alamanda

1. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yanag mempunyai pola
penyebaran berbecak, teratur dalam salah satu lebih area terlokalisasi didalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.(smeltzer & suzanne c,
2002:557).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersimbat oleh eksudat mokoforulen yang
berbentuk bercak – bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan penyakit ini sering
bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang
spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap oran pernafasan
terdiri atas: reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
mengerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopnemonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikroplasma dan riketsia, antara lain:
a. Bakteri : sterptococus, staphylococus, H. influenzae, klebsiella.
b. Virus : legionella pneumonia
c. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

2
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
3. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococus, haemopillus influenzae atau karena aspirasi
mkanan dan minum. Dari saluran pernafasn kemudian sebgai kuman masuk ke
saluran pearnafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi msuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran
pernafasan.

Pathway
Virus, bakteri, jamur
(penyebab)

Invasi saluran nafas

kuman berlebih di bronkus kuman terbawa infeksi sal. Nafas bawah

ke saluran cerna

proses peradangan

infeksi sal. Cerna dilatasi pem.darah peradangan

akumulasi sekret di flora normal diusus eksudat masuk suhu tubuh

alveoli hipertermia

bronkus malabsorbsi gg. Difusi gas suplai o2 dlm darh

frekuensi bab >3hari gg. Pertukaran gas hipoksia

bersihan jalan nafas mukus dibronkus

tidak efektif gang. Keseimbangan cairan tubuh

bau mulut tidak sedap fetique

anoreksia

intake intoleransi aktivitas

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3
4. Manifestasi klinik
a. Suhu badan naik mendadak sampai 40oC danmkadang-kadang disertai kejang
demam yang tinggi.
b. Anak sangat gelisah
c. Cyanosis, nafas cuping hidung
d. Takikardia, dispnea, satidor, retraksi dada
e. Kadang disertai muntah dan diare
f. Batuk mula –mula kering kemudian menjadi produktif
g. Nyeri dada saat batuk ataupun bernafs
h. Penurunan kesdaran
i. Perubahan suara nafas ronchi, wheezing
j. Anoreksia dan sulit menelan
k. Sakit keapala

5. Komplikasi
a. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna
b. Emfisema : terdapat pus pada rongga pleura
c. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditis : peradanagan pada endometrium
f. Meningitis : peradangan pada selaput otak

6. Pemeriksaan diagostik
a. Pemeriksaan radiologi : rontogen = terlihat bercak-bercak pada bronkus
hingga lobus.
b. Pemeriksaan laborataorium : DL
c. Pemeriksaan AGD
d. Pemeriksaan gram/ kultur sputum

4
7. Terapi
a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit
b. Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl
0,9% dalam perbandingan 3:1
c. Antipiretik diberikan apabila pasien mengalami peningkatan suhu tubuh dan
mukolitik/ ekspektoran (misal:OBH, bisolvon, flumosil)
d. Antibiotik umur lebih dari 2 bulan : kombinasi ampisilin dan gentamisin dosis
amphisilin 100mg/kgBB/hari, klorampenikol 100mg/kg BB/ hari, gentamisin
5mg/kg BB/hari.

8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas
 Riwayat keperawatan
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kesehatan lingkungan
 Imunisasi
 Nutrisi
 Sistem pernafasan
 Sistem pencernaan
 Sistem eliminasi
 Sistem syaraf
 Sistem endokrin
9. Diagnos keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum
ditandai dengan adanya ronchi dan ketidakefektifan batuk, hipereksresi jalan
nafas.
b. Hipertermia b.d prose penyakit diatandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal, kejang, akral teraba panas.

5
c. Gangguan pertukaran gas b.d proses infeksi pada jaringan paru (perubahan
membran mukosa alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun, sesak
nafas.
10. Intrvensi keperawatan
Dx 1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan kriteria hasil:
 Jalan nafas patien
 Tidak ada bunyi nafas tambahan
 Tidak sesak
 Rr normal

Intervensi :

1) Observasi TTV
R/ memberikan informasi tentang keadaan pasien
2) Auskultasi area dada atau paru,: catat hasil pemeriksaan
R/ untuk menegetahui adanya creskeels ,rochi, mengi
3) Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam
R/ memudahkan berdihan jalan nafas
4) Lakukan suction sesuai indikasi
R/ mengeluarkan sputum
5) Memberi posisi semi foewler atau kepala dengan supinasi dengan elevasi
kepala
R/ meningkatkan ekspansi paru
6) Anjurkan pasien minum hangat
R/ mengeluarkan pengeluaran sekret
7) Bantu mengatasi efek pengobatan nebulizer dn fisioterapi nafa lainnya
R/ memudahkan pengenceran sekret
8) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, eksfektoran
R/ mengurangi bronkospasme
9) Berikan O2 lembab sesuai indikasi
R/ mengurangi distres pernafasan

6
Dx 2. Tujuan :setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diaharapkan suhu pasien turun atau normal dengan kriteria hasil :

 Pasien tidak gelisah


 Pasien tidak menggigil
 Akral teraba hangat
 Warna kulit tidak kemerahan

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh pasien


R/ untuk menentukan intervensi
2) Pertahankan lingkungan tetap sejuk
R/ menurukan suhu tubuh secara radiasi
3) Berikan kompres hangat basah pda ketiak, lipatan paha, kening
R/ menuirunkan suhu tubuh secara konduksi
4) Anjurkan pasien untuk minum air putih banyak
R/ mempertahankan intake cairan
5) Anjurkan pasien untuk mengenakan pakain minimal atau tipis
R/ mengurangi penguapan cairan tubuh
6) Berikan antipiretik sesuai indikasi
R/ menurunkan demam
7) Berikan antimikroba jika disarankan
R/ mengobati organisme penyebab

Dx.3 Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ventilasi pasiean tidak terganggu dengan kriteria hasil:

 GDA dalsm rentsng normsl


 PO2 80-100
 PCO2 35-45
 Ph 7,35-7,45
 Tidak ada sianosis
 Pasien tidak sesak

7
Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalam, kemudahan bernafas pasien


R/ untuk mengetahui keadaan pasien
2) Observasi warna kulit, membran mukosa bibir
R/ uke3biruan menunjukan sianosis
3) Berikan lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup
R/ untuk membuat pasien lebih nyaman
4) Pertahankan istirahat tidue
R/ mencegah terlalu letih
5) Tinggikan kepala dan anjurkan batuk efektif
R/ meningkatkan inspirasi
6) Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan lab GDA
R/ mengevaluasi proses penyakit

8
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah . vol I . Jakarta


:EGC
Mansjoer, Arif .2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid ke 2. Media
Aesculapius. FKUI : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI .2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi I . Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai