Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARMASIN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Prefesi Ners
Stase Keperawatan Gawatdarurat dan Kritis

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2020-2021

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
ISLAM BANJARMASIN

OLEH :
RISA AMELIA, S.Kep
NIM :20.300.0033

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik


(Adytia Suparna, S.kep.,Ns) (Yunita Hayati, S.Kep.,Ns)
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONKOPNEUMONIA

1. Definisi Penyakit
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melaui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan
atau melaui hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru–paru yang
secara anatomi mengenai begian lobulus paru mulai dari parenkim paru
sampai perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam–macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak
nafas, pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung atau mulut).
(Mansjoer, 2000. Dalam Dewi, 2013).

2. Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumoni pada anak adalah pneumokokus
sedang penyebab yang lainnya adalah: streptoccocus pneumoniae,
stapilokokus aureus, haemophillus influenzae, jamur (seperti candida
albicans), dan virus. Pada bayi dan anka kecil ditemukan stapilokokus aureus
sebagai penyebab terberat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas
tinggi (Sujono & Sukarmin, 2009). Terjadinya bronkopneumonia bermula
dari adanya peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang
biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari. Factor penyebab utamam adalah bakteri, virus, jamur dan
benda asing (Ridha, 2014)

3. Manifestasi Klinik
Bronkopneumonia pada anak biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40ᵒC dan kadang disertai kejang karena demam yang
sangat tinggi. Anak akan gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare. Batuk tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
tetapi akan timbul setelah beberapa hari. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
pada luas daerah auskultasi yang terkena.
4. Patofisiologi
Bakteri masuk kedalam jaringan paru- paru melalui saluran pernafasan
dari atas untuk mencapai bronchiolus dan kemudian alveolus sekitarnya.
Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua
paru- paru, lebih banyak pada bagian basal (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di
udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari
fokus infeksi jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk
ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari
alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan
beberapa leukosit dari kepiler paru- paru. Alveoli dan septa menjadi penuh
dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak berisi
udara lagi, kenyal dan berwarna merah.
Pathway
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
a) Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura
b) Otitis media akut adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Brunner & Suddarth, 2002).
c) Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang mencangkup kolaps
jaringan paru (alveoli) atau unit fungsional paru (Soemantri, 2008).
d) Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh
pelebaran ruang udara di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan
(Soemantri, 2008).
6. Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopnemonia
adalah sebagai berikut :
a. Non Farmakologi
1) Menjaga kelancaran pernapasan
2) Kebutuhan istirahat, klien Klien ini sering hiperpireksia maka klien
perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien harus ditolong ditempat
tidur.
3) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan, klien dengan bronkopneumonia hampir
selalu mengalami masukan makanan yang kurang karena proses
perjalanan pnyakit yang menyababkan peningkatan secret pada bronkus
yang menimbulkan bau mulut tidak sedap yang selanjutnya
menyebabkan anak mengalami anoreksia
4) Mengontrol Suhu Tubuh Klien dengan bronkopneumonia biasanya
mengalami kenaikan suhu tubuh sangat mendadak sampai 39-40ᵒC dan
kadang disertai kejang karena demam yang sangat tinggi.
b. Farmakologi
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi karena hal itu perlu waktu dan klien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan antibiotika Prokain 50.000 U/kgBB/hari secara IM, dan
Kloramfhenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis secara IM/IV atau
Ampicilin 100 mg/kgBB/hari diagi dalam 4 dosis IV dan Gentamicin 5
mg/kgBB/hari secara IM dalam 2 dosis perhari. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian besar klien jatuh kedalam
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri (Nurarif &
Kusuma, 2015).
7. Data Fokus
a. PRIMARY SURVEY
1) Airway
a) Pernafasan : Spontan
b) Upaya bernafas : Ada
c) Benda asing di jalan nafas: Tidak ada
d) Bunyi nafas : Ronchi
e) Hembusan nafas : Ada
2) Breathing
a) Jenis Pernafasan : Dispneu dan takipnea (cepat dan dangkal)
b) Frekwensi Pernafasan : 28x/menit
c) Retraksi Otot bantu nafas : Ada
d) Kelainan dinding thoraks : (simetris, perlukaan, jejas trauma)
e) Bunyi nafas : Ronchi
f) Hembusan nafas : Ada
g) SpO2 : 89%
3) Circulating
a) Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak Ada
b) Kapilari Refill : < 2 detik
c) Tekanan darah : 110/70 mmHg
d) Nadi radial/carotis : 90 x/menit
e) Akral perifer : Dingin
4) Disability
a) Tingkat kesadaran : Composmentis
b) GCS : E3V5M6 : 14
c) Reflex fisiologis : -
d) Reflex patologis : -
e) Kekuatan otot : 4444 4444
4444 4444
b. SECONDARY SURVEY
1) Keluhan Utama
Sesak napas, batuk, peningkatan suhu tubuh dan tidak nafsu makan
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila
klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah
berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya
timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat. Pada
awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk
produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan, kecoklatan,
atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya
mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak napas,
peningkatan frekuensi pernapasan, dan lemas.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya dan ini pertama klien masuk rumah
sakit.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
o Kulit kepala : Tampak bersih tidak ada edema maupun
benjolan
o Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
refleks pupil isokor, penglihatan normal.
o Telinga : Bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada
pengeluaran cairan, tampak bersih.
o Hidung : Tidak ada polip, penghidu normal, keadaan bersih,
tidak ada pengeluaran cairan
o Mulut dan gigi : Mulut bersih, mukosa bibir kering
o Wajah : Bentuk simetris, tidak ada memar, oedem, maupun
nyeri tekan
o Leher : Bentuk normal, tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid, nadi karotis teraba, tidak ada benjolan maupun nyeri
b) Dada/ thoraks Paru-paru
o Inspeksi : bentuk simetris pengembangan paru simetri, ada
retraksi otot bantu nafas
o Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
o Perkusi : Suara paru pekak
o Auskultasi : Bunyi nafas ronchi
c) Jantung
o Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran jantung
o Palpasi : iktus kordis teraba
o Perkusi : Suara jantung pekak
o Auslultasi : S1 S2 tunggal reguler
d) Abdomen
o Inspeksi : Tidak ada benjolan maupun acites
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
o Perkusi : Suara timpani
o Auskultasi : Bising usus 8x/menit
e) Pelvis
o Inspeksi : Tidak ada perubahan bentuk, memar atau jejas
o Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f) Perineum dan rektum : Tidak dikaji
g) Genitalia : Tidak dikaji
h) Ekstremitas
o Status sirkulasi : CRT <2 detik
o Keadaan injury : Tidak ditemukan adanya nyeri ekstremitas
i) Neurologi
o Fungsi sensorik : Tidak ada gangguan fungsi sensorik
o Fungsi motorik : Tidak ada gangguan fungsi motorik
5) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manurung (2016), pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan adalah:
a) Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses
atau infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
b) GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal
tergantung pada luas paru yang sakit.
c) JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi
imun.
d) LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas
meningkat.

8. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


DS: Pasien mengatakan sesak nafas,
nafasnya terasa berat
DO: Pasien tampak susah bernafas
TD : 110/70 mmHg Ketidakefektifan
1 Hiperventilasi
N : 90 x/m Pola Nafas
RR : 28 x/m
T : 37,8oC
SpO2 : 89%
2 DS: Pasien mengatakan ada batuk sudah Obstruksi Saluran Ketidakefektifan
3 hari yang lalu, dan susah mengeluarkan
Bersihan Jalan
dahak Nafas
Nafas
DO: Terdengar suara nafas ronchi
DS: Pasien mengatakan sesak saat
bernafas
DO: Ditemukan infeksi pada
paru-paru
Ketidakseimbangan Gangguan
3 TD : 110/70 mmHg
Perfusi Ventilasi Pertukaran Gas
N : 90 x/m
RR : 28 x/m
T : 37,8oC
SpO2 : 89%
DS: Pasien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan
makan selama 3 hari, ada muntah Nutrisi Kurang
4 Anoreksia
DO: Pasien tampak lemas Dari Kebutuhan
Tubuh
DS : Pasien mengatakan badan terasa
5 lemah, letih dan lesu Kelemahan Intoleransi aktivitas
DO : Pasien tampak lemah

9. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)


a. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Hiperventilasi
b. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Obstruksi Jalan Nafas
c. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan Perfusi Ventilasi
d. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Anoreksia
e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

10. Nursing Care Planning (NURSING CARE PLANNING (NCP))


NIC
Dx NOC
No (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Asuhan Oxygen Therapy
Pola Nafas b.d keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Pertahankan jalan
Hiperventilasi diharapkan pola nafas sudah nafas yang paten
efektif 2. Posisikan pasien
Respiratory : Airway Patency untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan
Indikator IR ER ventilasi
Frekuensi 3. Atur peralatan
pernafasan dalam 3 4 oksigenasi
rentang normal, 4. Monitor aliran
Tidak ada suara oksigen
3 4
nafas abnormal 5. Pertahankan oksigen
Tanda Tanda vital
tambahan
dalam rentang 3 4
6. Monitor respirasi dan
normal status O2
Keterangan :
7. Monitor TTV
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Asuhan Airway Management
Bersihan Jalan keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Buka jalan nafas,
Nafas b.d Obstruksi diharapkan jalan nafas sudah guanakan teknik chin
Jalan Nafas paten lift atau jaw thrust
Respiratory : Airway Patency bila perlu
Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
Indikator IR ER untuk
Mampu memaksimalkan
mendemonstasi 3 4 ventilasi
batuk efektif 3. Identifikasi pasien
Mampu 3 4 perlunya
mengeluarkan pemasangan alat
sputum jalan nafas buatan
Menunjukkan jalan 4. Pasang mayo bila
3 4
nafas yang paten perlu
Tanda Tanda vital
5. Lakukan fisioterapi
dalam rentang 3 4
dada jika perlu
normal
6. Keluarkan sekret
Keterangan :
dengan batuk atau
1. Keluhan ekstrim
suction
2. Keluhan berat
7. Auskultasi suara
3. Keluhan sedang
nafas, catat adanya
4. Keluhan ringan
suara tambahan
5. Tidak ada keluhan
8. Lakukan suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan
status O2
13. Ajarkan cara batuk
efektif mengeluarkan
sputum
3 Gangguan Setelah dilakukan Asuhan Respiratory Monitoring
Pertukaran Gas b.d keperawatan selama 2 x 24 jam, 1. Monitor rata – rata,
Ketidakseimbangan diharapkan gangguan pertukaran kedalaman, irama
Perfusi Ventilasi gas dapat teratasi dan usaha respirasi
Respiratory Status : ventilation 2. Catat pergerakan
Kriteria Hasil : dada,amati
Indikator IR ER kesimetrisan,
Mendemonstrasika penggunaan otot
n peningkatan tambahan, retraksi
ventilasi dan 3 4 otot supraclavicular
oksigenasi yang dan intercostal

adekuat 3. Monitor suara nafas,


Memelihara seperti dengkur
kebersihan paru 4. Monitor pola nafas :
paru dan bebas 3 4 bradipena, takipenia,
dari tanda tanda kussmaul,

distress pernafasan hiperventilasi,


Mampu bernafas cheyne stokes, biot
3 4
dengan mudah 5. Catat lokasi trakea
Tanda Tanda vital
6. Monitor kelelahan
dalam rentang 3 4 otot diagfragma
normal (gerakan paradoksis)
Keterangan :
7. Auskultasi suara
1. Keluhan ekstrim
nafas, catat area
2. Keluhan berat
penurunan / tidak
3. Keluhan sedang
adanya ventilasi dan
4. Keluhan ringan
suara tambahan
5. Tidak ada keluhan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management
Nutrisi Kurang Dari keperawatan 2 x 24 jam 1. Kaji adanya alergi
Kebutuhan Tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi makanan
b.d Anoreksia terpenuhi 2. Kolaborasi dengan
Kriteria hasil : ahli gizi untuk
Nutritional Status : food and menentukan jumlah
Fluid Intake kalori dan nutrisi
Indikator IR ER yang dibutuhkan
Adanya peningkatan pasien
3 4
berat badan 3. Anjurkan pasien
Mampu
untuk meningkatkan
mengidentifikasi 3 4
intake Fe
kebutuhan nutrisi
4. Anjurkan pasien
Tidak ada tanda
3 4 untuk meningkatkan
tanda malnutrisi
Tidak terjadi protein dan vitamin

penurunan berat 3 4 C
5. Yakinkan diet yang
badan
Keterangan : dimakan
1. Keluhan ekstrim mengandung tinggi
2. Keluhan berat serat untuk
3. Keluhan sedang mencegah konstipasi
4. Keluhan ringan 6. Berikan makanan
5. Tidak ada keluhan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
7. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
8. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon klien
b.d kelemahan keperawatan 2 x 24 jam terhadap aktivitas

diharapkan aktivitas kembali 2. Berikan lingkungan


efektif terang dan batasi
pengunjung
Kriteria hasil :
3. Jelaskan pentingnya
Fluid balance
istirahat dalam rencana
Indikator IR ER
Melaporkan / pengobatan dan
perlunya
menunjukkan
keseimbangan aktivitas
peningkatan
dan istirahat
toleransi terhadap
4. Bantu pasien memilih
aktivitas yang dapat posisi yang nyaman
3 5
diukur dengan tak untuk istirahat / tidur
adanya dispnea, 5. Bantu aktivitas
kelemahan perawatan diri yang
diperlukan
berlebihan dan TTV
da
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, O. & Rahmanoe, M., 2014. Three Month Baby With
Bronchopneumonia. Medula, Volume 2, p. 67.
Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Keperwatan: Konsep & Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Fadhila, A., 2013. Penegakan Diagnosis Dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia
Pada Pasien Bayi Laki-Laki Berusia 6 Bulan. Medula, Volume 1, p. 2.
Fhadila, 2013. Penegakan Diagnosis Dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia
Pada Pasien Bayi Laki-Laki Berusia 6 Bulan. Medula, P. 7.
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2015. NANDA International Inc. Nursing
Diagnoses: Definitions & Classifications 2015-2017. 10 ed. s.l.:John
Wiley & Sons Inc.
Hidayat, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
S.N.
Hockenberry & Wilson, 2012. Wong Essentials Of Pediatrics Nursing 9th. St.
Louis: Mosby Elseiver.
Muttaqin, A., 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah, 2014. Perawatan Anak Sakit, 2 ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai