DISUSUN OLEH :
NIM : PO71200210036
1. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-
paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Patofisiologi
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai unit paru paling ujung.
Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti
leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.
5. Pathway
6. Komplikasi
Seperti gejala pneumonia, bronkopneumonia juga menimbulkan tanda-tanda berupa demam, batuk
berdahak, hingga nyeri dada. Selain itu, gejala bronkopneumonia adalah:
Sakit kepala
Nyeri otot
Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
Sesak napas
Nyeri atau sakit di daerah dada ketika batuk atau bernapas dalam-dalam
Berkeringat berlebihan
Napas cepat atau memburu
Biasanya gejala bronkopneumonia cenderung lebih serius pada orang-orang yang sistem imunnya
lemah, seperti bayi, lansia, penderita HIV/AIDS, atau kanker.
Gejala bronkopneumonia pada anak-anak dan bayi berbeda dengan orang dewasa. Selain batuk dan
demam, gejala bronkopneumonia pada anak adalah:
b. Kebutuhan istirahat
d. Mengontrol suhu tubuh Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300- 100.000/mm. Protein di atas
2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (bronkopneumonia lobaris). Bayi
dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang
sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Menurut Wijaya & Putri, 2013,
Fokus pengkajian yang dilakukan pada anak Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas adalah
sebagai berikut:
a. Identitas klien
napas
c. Keadaan kesehatan saat ini : anak lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara
d. napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah daerah mulut dan hidung,
muntah, diare
Pemeriksaan fisik:
2) Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu
2.Diagnosa
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dalam masalah ini adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas
merupakan suatu kondisi dimana terjadinya kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Gangguan pertukaran gas
masuk kedalam kategori fisiologis dengan sub kategori respirasi. Penyebab dari gangguan
pertukaran gas adalah ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran alveolar
kapiler. Adapun tanda mayor dari gangguan pertukaran gas adalah subjektif yaitu dispnea, objektif
yaitu PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun dan
bunyi napas tambahan.
1) Batuk yang tidak efektif (tidak dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Widyatamma, 2010))
2) Dyspnea (kesukaran bernafas dan keluhan subjektif akan kebutuhan oksigen yang meningkat
(Baradero, 2008))
3) Gelisah
5) Mata terbuka lebar (mata terbuka lebar sehingga ata terlihat besar
(Widyatamma, 2010).
6) Ortopnea (sesak nafa yang terjadi saat klien dalam posisi berbaring
(Baradero, 2008))
2008))
cheyne stokes, dyspnea, frekuensi pernafasan dalam batas normal yaitu 30-
DAFTAR PUSTAKA
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of Community-
Acquired Bronkopneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age: Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,