Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Alvina Nova Ramadhani

NIM : PO71200210036

KELAS : Tk 1B PRODI D3 Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI TAHUN


AKADEMIK 2021/2022
BRONKOPNEUMONI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Bronkopneumonia adalah radang pada paru-
paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur, dalam
satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
(Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru
dimana peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

2. Etiologi

Penyebab terjadinya Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri seperti diplococus


pneumonia, pneumococcus, stretococcus, hemoliticus aureus, haemophilus influenza, basilus
friendlander (klebsial pneumoni), mycobacterium tuberculosis, disebabkan oleh virus seperti
respiratory syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik, dan disebabkan oleh jamur
seperti citoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides, aspergillus Sp,
candinda albicans, mycoplasma pneumonia dan aspirasi benda asing (Wijayaningsih, 2013).

3. Manifestasi klinis

Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :


a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi
saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.
g. Nafsu makan menurun.

4. Patofisiologi

Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai unit paru paling ujung.
Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:

1. filtrasi partikel dari hidung.

2. pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.

3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.

4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.

5.Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.

6.Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.

7.Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.

Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti
leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.

5. Pathway
6. Komplikasi

Seperti gejala pneumonia, bronkopneumonia juga menimbulkan tanda-tanda berupa demam, batuk
berdahak, hingga nyeri dada. Selain itu, gejala bronkopneumonia adalah:

 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
 Sesak napas
 Nyeri atau sakit di daerah dada ketika batuk atau bernapas dalam-dalam
 Berkeringat berlebihan
 Napas cepat atau memburu

Biasanya gejala bronkopneumonia cenderung lebih serius pada orang-orang yang sistem imunnya
lemah, seperti bayi, lansia, penderita HIV/AIDS, atau kanker.

Gejala bronkopneumonia pada anak-anak dan bayi berbeda dengan orang dewasa. Selain batuk dan
demam, gejala bronkopneumonia pada anak adalah:

 Denyut jantung cepat


 Sering rewel tanpa sebab
 Nafsu makan dan minum menurun drastis
 Sulit tidur
7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

b. Kebutuhan istirahat

C. Kebutuhan nutrisi dan cairan

d. Mengontrol suhu tubuh Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman

Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:

a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)

b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.

c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

 Leukosit, umumnya bronkopneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan


predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.

 Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300- 100.000/mm. Protein di atas
2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.

 Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat


menyokong diagnosa.

 Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.


2. Pemeriksaan mikrobiologik

 Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.

 Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.

3. Pemeriksaan imunologis

 Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat

 Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.

 Spesimen: darah atau urin.

 Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination,


atau latex coagulation.

4.Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme


penyebab bronkopneumonia.

 Pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak-


bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia)

 kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (bronkopneumonia lobaris). Bayi
dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.

 Streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia


difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang
terdapat adenopati hilus.

 Stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan


penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai
keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya penekanan
(65%), < 20% mengenai kedua paru.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data (informasi) yang
sistematis dan berkesinambungan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Menurut Wijaya & Putri, 2013,
Fokus pengkajian yang dilakukan pada anak Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas adalah
sebagai berikut:

a. Identitas klien

b. Keluhan utama : keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak

napas

c. Keadaan kesehatan saat ini : anak lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara

d. napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah daerah mulut dan hidung,
muntah, diare

Pemeriksaan fisik:

1) Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat

2) Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu

meningkat, distress pernapasan, sianosis.

3) Inspeksi: frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti takipnea,

dipsnea progresif, pernafasan dangkal.

4) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.

5) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru.

6) Pemeriksaan diagnostik : analisa gas darah, pemeriksaan darah ,thorax.

2.Diagnosa

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan dalam masalah ini adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas
merupakan suatu kondisi dimana terjadinya kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Gangguan pertukaran gas
masuk kedalam kategori fisiologis dengan sub kategori respirasi. Penyebab dari gangguan
pertukaran gas adalah ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran alveolar
kapiler. Adapun tanda mayor dari gangguan pertukaran gas adalah subjektif yaitu dispnea, objektif
yaitu PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun dan
bunyi napas tambahan.

1) Batuk yang tidak efektif (tidak dapat mengeluarkan dahak secara maksimal (Widyatamma, 2010))

2) Dyspnea (kesukaran bernafas dan keluhan subjektif akan kebutuhan oksigen yang meningkat
(Baradero, 2008))

3) Gelisah

4) Kesulitan verbalisasi (kesulitan untuk mengungkapkan/menjelaskan sesuatu

dengan kata-kata (Baradero, 2008))

5) Mata terbuka lebar (mata terbuka lebar sehingga ata terlihat besar

(Widyatamma, 2010).

6) Ortopnea (sesak nafa yang terjadi saat klien dalam posisi berbaring

(Baradero, 2008))

7) Penurunan bunyi napas (suara napas melemah atau menghilang (Baradero,

2008))

8) Perubahan frekuensi napas (bradipnea, takipnea, hiperapnea, pernafasan

cheyne stokes, dyspnea, frekuensi pernafasan dalam batas normal yaitu 30-

40x/menit (Widyatamma, 2010))

9) Perubahan pola napas


10) Sianosis (perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan oleh adanya

deoksiheoglobin dalam pembuluh darah superfisial (Muttaqin, 2009).)

DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Bronkopneumonia.


http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (4 November 2017 pukul 15.50 WIB)

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of Community-
Acquired Bronkopneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age: Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630

Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,

DanEvaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid ke 2. Media

Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai