Disusun oleh:
Tahsya asti amalia jasman
1
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Bronkopneumonia
2.2 Jenis-jenis
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi danetiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community
acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based
pneumonia)
2
2.3 Etiologi Bronkopneumonia
3
Pathway Bronkopneumonia
4
2.5 Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
Menurut Ringel, 2012 tanda-gejala dari Bronkopneumonia yaitu :
5
a. Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang didahului oleh infeksi
saluran pernapasan atas.
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana pernapasan agak cepat dan
dangkal sampai terdapat pernapasan cuping hidung.
c. Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing.
d. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
e. Anak merasa nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas.
f. Batuk disertai sputum yang kental.
g. Nafsu makan menurun
6
napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah daerah
mulut dan hidung, muntah, diare)
d. Pemeriksaan fisik:
1) Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
2) Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, distress pernapasan, sianosis.
3) Inspeksi: frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti takipnea,
dipsnea progresif, pernafasan dangkal.
4) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
5) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru.
6) Pemeriksaan diagnostik : analisa gas darah, pemeriksaan darah , rontgen
thorax.
2.7.2 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan di awal kehamilan untuk
memberikan data tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan untuk
mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi (Reeder, Martin, Griffin, 2011).
Pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan antara lain pemeriksaan
golongan darah, ultrasonografi (USG), pemeriksaan urin (apakah terdapat
proteinuri atau glukosuria), pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan
hematocrit, pemeriksaan eritrosit, dan pemeriksaan trombosit.
2.7.3 Diagnosa
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam masalah ini
adalah gangguan pertukaran gas. Gangguan pertukaran gas merupakan suatu
kondisi dimana terjadinya kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau
eleminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017).
Gangguan pertukaran gas masuk kedalam kategori fisiologis dengan sub
kategori respirasi. Penyebab dari gangguan pertukaran gas adalah
ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran alveolar kapiler.
Adapun tanda mayor dari gangguan pertukaran gas adalah subjektif yaitu
dispnea, objektif yaitu PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia,
pH arteri meningkat/menurun dan bunyi napas tambahan. Gejala dan tanda
minor dari gangguan pertukaran gas secara subjektif adalah pusing dan
7
penglihatan kabur. Secara objektif adalah sianosis, diaforesis, gelisah, napas
cuping hidung, pola napas, warna kulit abnormal, kesadaran menurun. Kondisi
klinis terkait gangguan pertukaran gas adalah penyakit paru obstruktif kronik,
gagal jantung kongestif, asma, pneumonia, tuberkulosis paru, penyakit
membran hialin, asfiksia, persistent pulmonary hypertension of newborn
(PPHN), prematuritas, infeksi saluran napas.
2.7.4 Intervensi
Langkah intervensi ini perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Membuat
perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diperkirakan atau
diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013). Berikut ini adalah
intervensi untuk pasien dengan gangguan pertukaran gas :
2.7.5 Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Berdasarkan terminology NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
yangmerupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (Kozier et al., 2010). Implementasi ini difokuskan
pada anak Bronkopneumonia dengan gangguan pertukaran gas. Pelaksanaan
implementasi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pertukaran gas meliputi
memberikan posisi untuk memaksimalkan ventilasi, memberikan oksigen bila
perlu, melakukan auskultasi suara napas tambahan, memonitor respirasi dan
status O2, memonitor pola napas, mencatat pergerakan dada, mengamati
kesimetrisan dan penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dada, dan
memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas (Bulechek et
al., 2016).
DAFTAR PUSTAKA
8
Meva Nareza. 2020. "Mengenal Bronkopneumonia dan Penyebab yang Mendasarinya",
https://www.alodokter.com/mengenal-bronkopneumonia-dan-penyebab-yang-
mendasarinya diakses pada Jum'at 19 November 2021 pukul 00.50
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=14234
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/456/3/BAB%20II.pdf
PPNI (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2019). Standart luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.