Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

DI RUANG ALAMANDA

RSUD TARAKAN

( Tugas Ini Bertujuan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak )

DosenPembimbing

Dameria Saragih, M.Kep

Ns. Ernawati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An.

Disusun Oleh :

Dwi Antikah (2011051)

PRODI D3 KEPERAWATAN

STIKES RS HUSADA

2022

1
1. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbecak, teratur dalam salah satu / lebih area terlokalisasi didalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.(smeltzer &
suzanne c, 2012:557).
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokoforulen
(inflamasi) yang berbentuk bercak – bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan
penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas,
demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
terdiri atas: reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
mengerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopnemonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikroplasma dan riketsia, antara lain:
a. Bakteri : sterptococus, staphylococus, H. influenzae, klebsiella.
b. Virus : legionella pneumonia
c. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

3. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococus, haemopillus influenzae atau karena aspirasi
mkanan dan minum. Dari saluran pernafasn kemudian sebgai kuman masuk ke
saluran pearnafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi msuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran
pernafasan.

2
Pathway

3
4. Manifestasi klinik
a. Suhu badan naik mendadak sampai 40oC dan kadang-kadang disertai kejang
demam yang tinggi.
b. Anak sangat gelisah
c. Cyanosis, nafas cuping hidung
d. Takikardia, dispnea, satidor, retraksi dada
e. Kadang disertai muntah dan diare
f. Batuk mula –mula kering kemudian menjadi produktif
g. Nyeri dada saat batuk ataupun bernafas
h. Penurunan kesadaran
i. Perubahan suara nafas ronchi, wheezing
j. Anoreksia dan sulit menelan
k. Sakit keapala

5. Komplikasi
a. Atelektasis : pengembangan paru yang tidak sempurna
b. Emfisema : terdapat pus pada rongga pleura
c. Abses paru : pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditis : peradanagan pada endometrium
f. Meningitis : peradangan pada selaput otak

6. Pemeriksaan diagostik
a. Pemeriksaan radiologi :
rontogen = terlihat bercak-bercak pada bronkus hingga lobus.
b. Pemeriksaan laborataorium : DL
c. Pemeriksaan AGD
d. Pemeriksaan gram/ kultur sputum

7. Terapi
a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit
b. Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl
0,9% dalam perbandingan 3:1

4
c. Antipiretik diberikan apabila pasien mengalami peningkatan suhu tubuh dan
mukolitik/ ekspektoran (misal:OBH, bisolvon, flumosil)
d. Antibiotik umur lebih dari 2 bulan : kombinasi ampisilin dan gentamisin dosis
amphisilin 100mg/kgBB/hari, klorampenikol 100mg/kg BB/ hari, gentamisin
5mg/kg BB/hari.

8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
 Identitas
 Riwayat keperawatan
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat kesehatan lingkungan
 Imunisasi
 Nutrisi
 Sistem pernafasan
 Sistem pencernaan
 Sistem eliminasi
 Sistem syaraf
 Sistem endokrin

9. Diagnos keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum
ditandai dengan adanya ronchi dan ketidakefektifan batuk, hipereksresi jalan
nafas.
b. Hipertermia b.d prose penyakit diatandai dengan suhu tubuh diatas nilai
normal, kejang, akral teraba panas.
c. Gangguan pertukaran gas b.d proses infeksi pada jaringan paru (perubahan
membran mukosa alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun, sesak
nafas.

5
10. Intrvensi keperawatan
Dx 1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas pasien meningkat dengan kriteria
hasil:
 Wheezing Menurun
 Mengi Menurun
 Meconium Menurun
 Dispneu Menurun
 Frekuensi Nafas Membaik
 Pola Nafas Membaik

Intervensi :

1) Observasi TTV
Rasional: memberikan informasi tentang keadaan pasien
2) Auskultasi area dada atau paru,: catat hasil pemeriksaan
Rasional: untuk menegetahui adanya creskeels ,rochi, mengi
3) Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam
Rasional:memudahkan berdihan jalan nafas
4) Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: mengeluarkan sputum
5) Memberi posisi semi foewler atau kepala dengan supinasi dengan elevasi
kepala
Rasional: meningkatkan ekspansi paru
6) Anjurkan pasien minum hangat
Rasional: mengeluarkan pengeluaran sekret
7) Bantu mengatasi efek pengobatan nebulizer dn fisioterapi nafa lainnya
Rasional: memudahkan pengenceran sekret
8) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, eksfektoran
Rasional: mengurangi bronkospasme
9) Berikan O2 lembab sesuai indikasi
Rasional: mengurangi distres pernafasan

6
Dx 2. Tujuan :setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diaharapkan Termoregulasi Membaik dengan kriteria hasil :

 Menggigil menurun
 Suhu tubuh membaik
 Suhu kulit membaik
 Warna kulit kemerahan menurun

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh pasien


Rasional: untuk menentukan intervensi
2) Pertahankan lingkungan tetap sejuk
Rasional: menurukan suhu tubuh secara radiasi
3) Berikan kompres hangat basah pda ketiak, lipatan paha, kening
Rasional: menurunkan suhu tubuh secara konduksi
4) Anjurkan pasien untuk minum air putih banyak
Rasional: mempertahankan intake cairan
5) Anjurkan pasien untuk mengenakan pakain minimal atau tipis
Rasional: mengurangi penguapan cairan tubuh
6) Berikan antipiretik sesuai indikasi
Rasional: menurunkan demam
7) Berikan antimikroba jika disarankan
Rasional: mengobati organisme penyebab

Dx.3 Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
ventilasi pasiean tidak terganggu dengan kriteria hasil:

 GDA dalsm rentang normal


 PO2 80-100
 PCO2 35-45
 Ph 7,35-7,45
 Tidak ada sianosis
 Pasien tidak sesak

7
Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalam, kemudahan bernafas pasien


Rasional: untuk mengetahui keadaan pasien
2) Observasi warna kulit, membran mukosa bibir
Rasional: uke3biruan menunjukan sianosis
3) Berikan lingkungan sejuk, nyaman, ventilasi cukup
Rasional: untuk membuat pasien lebih nyaman
4) Pertahankan istirahat tidue
Rasional: mencegah terlalu letih
5) Tinggikan kepala dan anjurkan batuk efektif
Rasional: meningkatkan inspirasi
6) Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan lab GDA
Rasional: mengevaluasi proses penyakit

DAFTAR PUSTAKA

8
Smeltzer, suzanne.2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah . vol I .
Jakarta :EGC
Mansjoer, Arif .2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid ke 2. Media
Aesculapius. FKUI : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI .2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi I . Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai