Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA An. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


RESPIRATORY DISTRESS BRONCHOPNEUMONIA

DI RUANG HIGH CARE UNIT RSUD NYI AGENG SERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kritis


Pembimbing Akademik: Ns. Maryana, S.Psi.,S.Kep., M.Kep.

OLEH

NAMA : SOFIA LESTARI


NIM : P07120521105

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan kritis pada An. R dengan diagnosa medis Respiratory Distress Bronchopneumoni di
ruang HCU RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo disusun untuk memenuhi tugas kelompok praktik klinik
keperawatan kritis. Laporan telah diperiksa dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal : Agustus 2022

Tempat : HCU RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo

Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(Ns. Maryana, S.Psi.,S.Kep., M.Kep.) (Ria Ratna Widiastuti, S.Kep., Ns.)


BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering terjadi pada
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan
oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infreksi yang perlu
diperimbangkan. Bronkopneumonialebih sering merupakan infeksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang
dewasa (Bennete, 2013).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang


di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen
yang membentuk bercak-bercak tanggapan di lobuli yang berdekatan. Penyakit
ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam
infeksi yang spesifik dan daya tahan tubuh (Nurarif & Kusuma, 2015).

Bronkopneumonia merupakan inflamasi paru yang terfokus pada inflamasi


paru pada area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang
dapat mengakibatkan obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil dan
menyebabkan konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdekatan (Marcdante
et al., 2014).

B. ETIOLOGI

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah ( Bradley et.al., 2011) :


1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokkus group B, respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi :

1) Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus,


RSV, Cytomegalovirus.
2) Organisme atipikal : Chamidia trachomatis, Pneumocytis.
3) Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus infkuenza,
Mycobaterium tuberculosa, Bordetella partusis

c. Pada anak-anak :
1) Virus : Parainfluensa, Infuensa Virus, Adenovirus, RSV.
2) Organisme atipikal : Pneumokokus, Bordetella pertusis, M.
Tuberculosis.
2. Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Bronkopneumonia hidrokarbon

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan mentah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan
seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang
menagis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis
minyak binatang yang megandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak
contohnya seperti susu dan minyak ikan.
3. Faktor Predisposisi

a. Usia

b. Genetik
4. Faktor Presipitasi

a. Gizi buruk/kurang

b. Berat badan lahir rendah (BBLR)

c. Tidak mendapatkan ASI yang memadai

d. Imunisasi yang tidak lengkap

e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal
C. PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN (MIND MAP)

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia menurut


Wijayaningsih (2013), ialah :
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratori bagian atas.
2. Demam (39°-40°C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
3. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk- tusuk,
yang dicetuskan saat bernafas dan batuk.
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut.
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, wheezing.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan
atelectasis absorbsi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan foto toraks pada bronkopneumonia terdapat bercak-bercak


infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus (Ngastiyah, 2014).

2. Pemeriksaan laboratorium, gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis,


dapat mencapai 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Urine
biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena
suhu yang naik dan sedikit toral hialin, analisa gas darah arteri dapat
menunjukkan asidosis metabolik. Oksimetri nadi : saturasi oksigen dapat
menurun drastis atau dalam rentang normal.

3. Pemeriksaan mikrobiologik, dapat dibiak dari specimen usap tenggorok,


sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah,aspirasi trakea,
fungsi pleura atau aspirasi paru (Mansjoer, 2000) dalam (Ridha, 2014).

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak
terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012)
dalam (Bradley et.al., 2011).
1. Penatalaksaan Umum

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang


atau paO² pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit

c. Asidosis diatas dengan pemberian bikarbonat intravena.


2. Penatalaksanaan Khusus

a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak


diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi
reaksi antibiotik awal

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu


tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikoorganisme penyebab dan


manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksilin 10- 25mg/kgBB/dosis
(diwilayah dengan angka resistensi penisilin tinggi dosis dapat
dinaikan menjadi 80-90 mg/kg/BB/hari).

G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk

b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,
dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas/istirahat
1) kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi

1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)

3) Tachikardi

4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera


5) Cailary refil melambat

6) Pucat pada bagian yang terkena

7) Masa hematoma pada sisi cedera


c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitasi, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba cidera
2) Spasme/ kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan local

f. Pemeriksaan Fisik

1. Status penampilan : lemah

2. Tingkat kesadaran : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung


tingkat penyebaran penyakit

3. Tanda-tanda vital :

4. Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi

5. Frekuensi penafasan : dispnea progresif, takipnea, pernafasan dangkal,


penggunaan otot bantu nafas, pelebaran nasal

6. Suhu tubuh : hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon


oleh hipotalamus

7. Berat badan dan tinggi badan : kecenderungan berat badan anak akan mengalami
penurunan

8. Data fokus pada paru

9. Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takipnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus
karinatum (dada burung), barrel chest

10. Auskultasi : suara bronkovesikuler atau bronchial pada daerah yang terkena,
suraa pernafasan tambahan ronkhi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi

11. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi
udara) resonansi

12. Palpasi adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena (Riyadi & Sukarmin, 2009) (Agadhafi, 2018).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas.
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler.
3 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
4 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen, kelemahan.

Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah gambaran atau tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Adapun rencana keperawatan
yang sesuai dengan penyakit Bronkopneumonia sebagai berikut :

NO Diagnosa SLKI SIKI Rasional


Keperawatan
1 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan 1. Untuk
jalan nafas tindakan Asuhan Nafas mengetah
tidak Keperawatan (1.01011) ui nafas
efektif selama 3x24 jam 1. Observasi pasien
(D.0149) diharapkan - Monitor pola
bersihan nafas
jalan nafas tidak (frekuensi,
efektif membaik kedalaman,
dengan kriteria
usaha napas)
hasil :
- Monitor
1. Sianosis dari
bunyi napas
skala 2
(cukup tambahan
(mis,
memburuk) gurgling,
menjadi skala mengi, 2. Agar
4 wheezing, pasien
(cukup ronkhi kering) merasa
membaik) 2. Terapeutik nyaman
2. Gelisah dari - Pertahankan
skala 2 kepatenan
(cukup jalan napas
memburuk) dengan head-
menjadi skala tilt dan chin-
4
lift (jaw-
(cukup
thrust jika
membaik)
curiga trauma
servikal)
- Posisikan 3. Untuk
semi-Fowler tetap
atau Fowler menjaga
3. Edukasi keseimba
- Anjurkan ngan
asupan cairan asupan
2000ml/hari cairan
jika tidak pasien
kontrakindikas
i
- Anjurkan 4. Agar
teknik batuk menguran
efektif gi
4. Kolaborasi kegelisaha
- Kolaborasi n pada
pemberian pasien
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

2 Gangguan Setelah Latihan batuk efektif 1. Untuk


pertukaran gas dilakukan (1.0101004) tetap
(D.0003) tindakan Asuhan 1. Observasi terjaga
Keperawatan - Monitor tanda cairan
selama 3x24 jam dan gejala dalam
diharapkan infeksi saluran tubuh
gangguan napas
pertukaran gas - Monitor input
membaik dan output
dengan kriteria cairan (mis.
hasil : Jumlah dan
1. Nafasan karakteristik
cuping hidung 2. Terapeutik
dari skala 2 - Atur posisi 2. Untuk
(cukup semi-Fowler memberik
meningkat) atau Fowler an posisii
menjadi skala - Pasang perlak nyaman
4 (Cukup dan bengkok pada
menurun) dipangkuan pasien
pasien
3. Edukasi
- Anjurkan tarik
napas dalam
3. Untuk
melalui hidung
tetap
selama 4 detik,
ditahan selama menjaga
2 detik, kestabilan
kemudian dalam
keluarkan dari bernafas
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan tarik
napas dalam
hinggal 3 kali
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolik atau 4. Agar
ekspresi, jika dahak
perlu lebih
mudah di
keluarkan.
3 Defisit nutrisi Setelah Manajemen Nutrisi 1. Untuk
(D.0019) dilakukan (1.03.119) mengetah
tindakan Asuhan 1. Observasi ui asupan
Keperawatan - Identifikasi nutrisi
selama 3x24 jam status nutrisi 2. Untuk
diharapkan - Identifikasi memeliha
defisit nutrisi makanan yang ra dan
membaik disukai meningkat
dengan kriteria - Monitor kan
hasil : asupan kekebalan
1. Diare dari makanan pada
skala 2 (cukup - Monitor berat tubuh
meningkat) badan pasien
menjadi skala2. Terapeutik 3. Agar
4 (cukup - Sajikan pasien
menurun) makanan merasa
2. Nafsu makan secara menarik nayaman
dari skala 2 dan suhu yang saat
(cukup sesuai makan/mi
memburuk) - Berikan num
menjadi skala makanan tinggi 4. Agar
4 (ckup serat untuk asupan
membaik) mencegah makanan
3. Berat badan kondtipasi sesuai
dari skala 2 - Berikan dengan
(cukup makanan kebuthan
memburuk) tinggin kalori pasien
menjadi skala dan tinggi
4 (cukup protein
membaik) 3. Edukasi
- Anjurkan
posisi duduk,
jika mampu
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi
4 Intoleransi Setelah Manajemen Energi 1. Agar
aktifitas dilakukan (1.05.178) aktivitas
(D.0056) tindakan Asuhan 1. Observasi pasien
Keperawatan - Identifikasi sesuai
selama 3x24 jam gangguan dengan
diharapkan fungsi tubuh keadaan
intoleransi yang tubuh
aktifitas mengakibatkan
membaik kelelahan
dengan kriteria - Monitor lokasi
hasil : dan
1. Mengeluh ketidaknyaman
lelah dari an selama
skala 2 melakukan
(cukup aktivitas
meningkat) 2. Terapeutik 2. Agar
menjadi - Sediakan pasien
skala 4 lingkungan merasa
(cukup nyaman dan nyaman
menurun) rendah dalam
2. Dispnea saat stimulus (mis, melakuka
aktivitas dari cahaya,suara, n aktivitas
skala 2 kunjungan)
(cukup - Fasilitasi
meningkat) duduk di sisi
menjadi tempat tidur,
skala 4 jika tidak dapat
(cukup pindah atau
menurun) berjalan 3. Unutk
3. Sianosis dari 3. Edukasi menguran
skal 2 (cukup - Anjurkan gi
meningkat) aktivitas secara kelelahan
menjadi bertahap
skala 4 - Anjurkan
(cukup strategi koping
menurun) untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi 4. Agar
- Kolaborasi asupan
dengan ahli makanan
gizi tentang sesuai
cara dengan
meningkatkan kebutuhan
asupan pasien
makanan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA An R
DENGAN DIAGNOSA MEDIS RESPIRATORY SDISTRESS,
BRONCHOPNEUMONI
DI RUANG HIGH CARE UNIT RSUD NYI AGENG SERANG

Hari/Tanggal : Jumat, 05 Agustus 2022


Jam : 14.30 WIB
Tempat : Ruang HCU
Oleh : Sofia Lestari
Sumber data : Rekam Medik, Perawat, Keluarga pasien
Metode : observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan bedah rekam medic

A. IDENTITAS PASIEN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Pasien
1) Nama Pasien : An R
2) Tgl Lahir : 14 Mei 2020
3) Umur : 02 Tahun 02 Bulan
4) Jenis Kelamin : Laki - laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Belum sekolah
7) Pekerjaan : tidak bekerja
8) Alamat : Kokap Kulon Progo
9) Diagnosa Medis : Respiratory Distress,
Bronchopneumonia
10) No. RM : 082XXX
11) Tanggal Masuk RS : 05 Agustus 2022
2. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Tn. “S”
2) Umur : 38 Tahun
3) Pendidikan : SMA Sederajat
4) Pekerjaan : wiraswasta
5) Alamat : Kokap Kulon Progo
6) Hubungan dengan pasien : Ayah
7) Status perkawinan : Menikah

PENGKAJIAN DATA DASAR


A. PRIMARY ASSESSMENT
1. Airway : Jalan nafas pasien paten, terdapat sputum pada jalan nafas.
terdapat bunyi nafas tambahan saat pasien bernafas, suara nafas ronchi.
2. Breathing : terpasang O2 RM 8 lpm, RR 64 x/menit, dinding dada
simetris, terdapat retraksi dinding dada , terdengar suara ronkhi.
3. Circulation :
Nadi : 163 x/menit
TD : 119/62 mmHg
T : 37 0 C
CRT : ≤ 2 detik
pasien terpasang infus ditangan kanan dengan cairan Ka En 3B 10 tpm
dengan infus pump
Tidak ada perdarahan pada anggota tubuh. Kulit tampak pucat. Irama
jantung Sinus ritme
4. Disability : kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor
(+3 +3)
5. Exposure: tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada luka.
B. FOKUS ASSESSMENT
1. Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien tampak sesak nafas, lemes, Ayah pasien mengatakan sejak
kemaren pasien tidak mau makan, minum sedikit. Pasien muntah 3x.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Alasan masuk RS : sesak nafas sejak pagi, batuk, pilek dan
demamsejak kemaren. Pasien diperiksa di BPM disarankan dibawa
ke IGD.
b. Riwayat kesehatan pasien: dua minggu sebelum masuk RS sempat
sakit batuk pilek, deman dan belum sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu: pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit asma dan kejang. Pasien telah mendapatkan imunisasi
dasar lengkap.
d. Riwayat kesehatan lingkungan : Ayah pasien merokok 1 bungkus per
hari. Keluarga memasak menggunakan kayu bakar. Lingkungan
sekitar rumah terbiasa mengelola sampah dengan cara dibakar.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien

Perempuan
Meninggal
Pisah
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan (Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma, dll).

C. Secondary Survey
1. Kepala
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pasien didapatkan
data, bahwa bentuk kepala pasien mesosefal, kepala bersih, rambut
bersih berwarna hitam kecoklatan. . Tidak ada tanda perdarahan pada
kepala pasien. Pasien mengatakan tidak pusing maupun nyeri yang
dirasakan pada kepala pasien.
2. Mata
Kebersihan mata pasien baik, tidak ada kotoran pada mata. Mata
nampak putih jernih, tidak ada tanda ikterik pada mata. Pupil mata
pasien bereaksi terhadap rangsangan cahaya. Lapang pandang dan
ketajaman penglihatan tidak terkaji.
3. Hidung
Kebersihan hidung pasien baik, tidak ada tanda peradangan dan tidak
ada polip pada rongga hidung. Tidak ada perdarahan antara hidung.

4. Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak ada cairan yang
keluar dari telinga pasien. Fungsi pendengaran baik terlihat dengan
mampu berkomunikasi dua arah .
5. Mulut
Kebersihan baik, pasien menggosok gigi 2x sehari.
6. Leher
Pada pengkajian yang dilakukan terhadap pasien, pada leher pasien
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar
limfe.
7. Dada
Bentuk dada pasien simetris antara kiri dan kanan. Bunyi napas ronchi
dengan irama cepat 65 x/ menit

8. Abdomen
Keadaan permukaan abdomen normal, tidak terdapat lesi maupun
pembengakakan pada daerah abdomen. Fungsi pencernaan dan
eliminasi bagus. Bunyi peristaltik normal. Saat dilakukan perkusi
abdomen terdengar bunyi tympani, dan tidak ada nyeri tekan.
9. Genetalia
Pada pengkajian genetalia tidak terkaji
10. Ektremitas atas dan bawah
Tidak ada kelainan semua ekstremitas bias bergerak bebas.
5 5
5 5
Ket :
5 : Mampu melawan tahanan penuh
4 : Mampu melawan dengan sedikit tahan
3 : mampu melawan gravitasi
2 : mampu melawan gravitasi dengan sokongan
1 : teraba adanya kontraksi

Pengkajian B6
1) Breathing : RR 64 kali/menit, terdapat retraksi dinding dada
2) Blood : TD:119/62 mmHg, nadi teraba kuat 163
3) x/menit,
4) Brain : kesadaran composmentis, GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor
(+3 +3)
5) Bladder : tidak terpasang kateter, BAK memakai pampers, dengan
produksi 125 cc/4 jam
6) Bowel : pasien belum buang air besar
7) Bone : pasien tampak lemah, ADL dibantu, kekuatan otot
ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/5
Balance cairan
Tgl Jam Input Output IWL BC/4 jam
05/08/22 20.00 Infus 40 cc Urine 125cc 15,1 cc +15,1 cc
Obat 10 cc
Makan 100 cc

Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


a. Nutrisi- metabolik: sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur,
lauk kadang buah. selama sakit sejak kemaren pasien tidak mau makan, minum
sedikit-sedikit
b. Eliminasi
BAK dengan pampers, UOP 31,25 cc/jam

c. Aktivitas / latihan : pasien dibantu dalam pemenuhan ADL


1) Skala Ketergantungan
Nilai Skor
No Fungsi Skor Uraian Hari I Hari II Hari III
1. Mengendalikan rangs 0 Takterkendali / tak teratur (perlu
ang defekasi (BAB) pencahar)
1 Kadang-kadang tak terkendali
2 Mandiri 2 2 2
2. Mengendalikan rangs 0 Takterkendali/ pakai kateter
ang berkemih (BAK) 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x 1 1 1
24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri (c 0 Butuh pertolongan orang lain 0 0 0
uci muka,sisir rambu 1 Mandiri
t, sikat gigi)
4.. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lai 0 0 0
masuk dan keluar (m n
elepaskan , memakai 1 Perlu pertolongan pada beberapa
celana, membersihka kegiatan tetapi dapat mengerjakan
n, menyiram) sendiri kegiatan yang lain
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Perlu ditolong memotong makana
n
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari be 0 Tidak mampu 0 0 0
rbaring keduduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
duduk ( > 2 orang)
2 Bantuan (2 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda 1 1 1
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
8. Memakai Baju 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Sebagian dibantu (misal menganc
ingkan baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 0 0 0
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain 0 0 0
1 Mandiri
Total Skor 4 4 4
Tingkat Ketergantungan Total
Paraf & Nama Perawat sofie sofie sofie
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

KETERANGAN:

20 : Mandiri 5-8 : Ketergantungan berat

9-11 :Ketergantungan Sedang 12-19 : Ketergantungan ringan

0-4 : Ketergantungan total

2) Pengkajian Resiko dekubitus tgl 01-08-2022


No. pengkajian Skor

1. Persepsi sensori 3

2 Kelembapan 2

3 Aktifitas 2

4 Mobilisasi 4
5 Nutrisi 2

6 Gesekan dan cubitan 4

Toal skor 17 (RS)

3) Pengkajian resiko jatuh


Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia 0-3 tahun 4 4
4-7 tahun 3
8-12 tahun 2
13-17 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 2 2
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi dan atau gelisah 4
Perubahan oksigenasi 3 3
Gangguan perilaku/psikiatri 2
Diagnosis lain 1

Gangguan Belum punya kontrol diri 3 3


kognitif Lupa akan kondisi sakitnya 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor Riwayat jatuh dari tempat tidur sebelumnya 4
lingkungan Pasien pernah jatuh dari selain tempat tidur 3
Pasien jatuh saat ditempatkan di tempat tidur sendiri 2 2
Pasien jatuh berada di luar rumah
1
Respon Dalam 24 jam 3
terhadap Dalam 48 jam 2
pembedahan/ > 48 jam tidak menjalani pembedahan/ sedasi/ 1 1
Sedasi/ anestesi
anestesi
Penggunaan Penggunaan multipel sedative, obat hipnosis, 3
medikamentos barbiturat, fenitiazin, antidepresan, pencahar,
a diuretik, narcose.
Penggunaan salah satu obat-obatan 2
Penggunaan medikasi lain/tidak ada medikasi 1 1
SKOR TOTAL 15

Keterangan :

7-11 : resiko rendah

12-25 : resiko tinggi

d. Istirahat – tidur
Ayah pasien mengatakan pasien sering tidur selama sakit ini. Dalam sehari
tidur selama 10-15 jam.

e. Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan


Ayah Pasien mengatakan ketika ada anggota keluarga yang sakit dibawa
ke fasilitas kesehatan.

f. Pola Toleransi terhadap stress-koping


Ayah pasien mengatakan kalau ada masalah bercerita dengan istri dan
keluarga besarnya.

g. Pola hubungan peran


Hubungan keluarga sangat baik.

h. Kognitif dan persepsi


Ayah pasien mengatakan saat ini anaknya sedang sakit dan berusaha
mencari pertolongan di rumah sakit supaya sembuh.

Terapi tanggal 5 Agustus 2022

No. Nama Obat Dosis Rute

1. Infus Ka En 3b 10 tpm IV

2. Injeksi Ampisilin 250 mg/6 jam IV


3. Injeksi Gentamisin 80 mg/24 jam IV

4. Injeksi Parasetamol 100 mg/6-8 jam IV

5. Ventolin+NaCl 3 cc 1 resspull/2 jam Nebul

6. Combivent+NaCl 3cc 1 resspull/2 jam Nebul

7. Injeksi Methylprednisolon 10 mg/8 jam IV


Ket : ventolin dan combivent diberikan selang seling per 2 jam

Hasil Laboratorium tanggal 05-08-2022

PEMERIKSAAN HASIL Nilai normal

FiO2 24

pH 7,269 7.310 - 7,410

PCO2 15,6 41,0 - 51,0

PO2 97,0 80,0 - 105,0

BE -20 -3,00 - 3,00

HCO3 7,1 23.0- 28.0

Laborat Darah Rutin tgl 05- 08- 2022

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 12,2 12.0 – 16.0

Hmt 38,1 33,0 - 45,0

Mcv 72,6 80.0 - 100,0

Mchc 32,0 32,0 - 36,0

Eritrosit 5,25 3,5 - 5,2

GDS 147 50 - 200


Natrium 139,0 135 - 146
Kalium 3,7 3,4 - 5,4
Chlorida 106,0 95 - 100
Hasil pemeriksaan rontgen thoraks tanggal 05 - 08 - 2022 :

Radiologis sesuai gambaran Bronkhiolitis, besar cor normal

ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah

1. DS : Hipersekresi jalan nafas Bersihan jalan nafas


Ayah pasien mengatakan tidak efektif (SDKI,
pasien batuk sejak 1 hari D.0001)
sebelum masuk rumah sakit
DO :
- terdengar suara ronkhi
-sputum berlebih
-dyspnea
- RR 64 kali/menit
- gelisah

2. DS : Ketidakseimbangan Gangguan
Ayah pasien mengatakan ventilasi-perfusi pertukaran gas
anaknya mengeluh seseg (SDKI, D.0003)
DO :
- PCO2 : 15,6
- PO2 : 97,0
- Nadi : x/menit
- pH arteri : 7,26
- RR : 64 x/menit
3. DS :
Ayah pasien mengatakan Keengganan untuk makan Resiko defisit nutrisi
sejak kemaren pasien tidak (SDKI, D,0032)
mau makan dan minum
pasien berkurang semenjak
batuk
DO :
- BB 9,1 kg
- TB 79,8 cm
- BB/TB termasuk gizi
kurang
- HB 12,2
- tampak lemah dan banyak
tidur

4. DS : -
DO : Usia ≤2 tahun Resiko jatuh (SDKI,
-skor humpty dumpty 15 D.0143)
-pasien ditempatkan di bed
dewasa

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
(SDKI, D.0001).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (SDKI, D. 0003).
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (SDKI, D.
0032)
4. Resiko jatuh berhubungan dengan usia anak kurang dari 2 tahun ( SDKI,
D.0143)
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas (SDKI, D.0001).
TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawa Manajemen jalan nafas (SIKI,I01011 20
tan selama 3 x 24 jam bersihan jala 18;187 )
n nafas meningkat dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Monitor pola nafas ( frekwensi,kedal
- Produksi sputum sedang menj aman,usahan nafas)
adi cukup menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan
- Frekwensi nafas cukup memb 3. Monitor sputum (jumlah, warna , aro
aik menjadi baik ma )
Terapeutik
(SLKI,L.01001 2018;hal 18 ) 1. Posisikan pasien semifowler atau fo
wler
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan batuk efektif semampunya
Kolaborasi
kolaborasi pemberian ekspektoran/nebulizer.

Sofia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (SDKI, D. 0003).

TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


Setelah dilakukan asuhan keperawata Terapi Oksigen (SLKI. I. 08250, hal. 430)
n selama 3 x 24 jam pertukaran gas Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
- Dyspnea menurun 2. Monitor posisi alat terapi oksigen

- Warna kulit pucat menurun 3. Monitor kemampuan melepas oksigen


saat makan
- Takikardi menurun, nadi 70-120
Terapetik
x/menit
1. pertahankan kepatenan jalan nafas
(SLKI,L.01003 2018;hal 94 )
2. tetap gunakan oksigen saat
transport pasien
3. berikan oksigen tambahan jika
diperlukan
Edukasi
1. ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
2. kolaborasi penentuan dosis
oksigen

Sofia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (SDKI,
D. 0032)

TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi ( I. 03119, SIKI hal
selama 3x24 jam status nutrisi membaik 200)
dengan kriteria : Observasi
- porsi makanan yang dihabiskan cukup 1. Identifikasi intoleransi makanan
meningkat 2. Identifikasi makanan yang disukai
-frekuensi makan cukup membaik 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- membran mukosa tidak pucat nutrient
03030, SLKI hal 121) 4. Identifikasi perlunya pemasangan
selang nasogastrik
5. Moinitor asupan makanan
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
3. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral bias
ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan diit yang diprogramkan

Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrian yang dibutuhkan.
Sofia

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan Jatuh ( I. 14540, SIKI hal 279)
3x24 jam tingkat jatuh menurun dengan kriteria : Observasi :
- jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
- jatuh saat dipindahkan menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setiap shift
(L. 14138, SLKI hal 140) 3. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh
Terapeutik
1. Pastikan roda tempat tidur terkunci
2. Pastikan handrall terpasang
3. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
Edukasi
Anjurkan keluarga pasien selalu mendampingi
pasien.

Sofia

4. Resiko jatuh berhubungan dengan usia anak kurang dari 2 tahun ( SDKI,
D.0143
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/ tgl/ No. Diagnosa Jam Pelaksanaan Evaluasi
jam Dx keperawatan
Jumat, 1 Bersihan jalan 15.00 Monitor pola nafas ( frekwensi,k S : ayah pasien mengatakan pasien masih sering
05/08/2022 nafas tidak efektif batuk, dahak sulit keluar
edalaman,usahan nafas)
Monitor bunyi nafas tambahan O:
- Ku agak lemah, terpasang O2 nasal kanul 1
Monitor sputum (jumlah, warna
15.10 lpm,
, aroma ) - terdengar bunyi ronkhi
- Terlihat sering batuk
Memonitor aliran O2 dari
15.15
tabung oksigen A : Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi keperawatan:


Sofia - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Kelola nebulasi dengan ventolin +3 cc NaCl
0,9 % selang seling dengan combivent+3 cc
NaCl 0,9%

Sofia
2 Gangguan 15.20 1.Memonitor kecepatan aliran S : ayah pasien mengatakan pasien masih seseg
pertukaran gas O : Ku agak lemah, terpasang kanul o2 1 lpm,
oksigen
terdengar suara ronchi,
2. mengelola terapi oksigen AGD yang terambil curiga darah vena , tidak valid
dinilai.
nasal kanul 1 lpm
A : masalah belum teratasi
3. melakukan cek AGD P : lanjutkan intervensi
-pertahankan kepatenan jalan nafas
- cek AGD ulang besok pagi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Sofia

Sofia
3 Resiko defisit 15.30 1. mengidentifikasi intoleransi S: Ayah pasien mengatakan bahwa pasien tidak mau
nutrisi makan karena batuk
makanan
O:
2. memasang selang NGT -NGT terpasang, diit sonde masuk 100 ml
-HB 12,2
ukuran 8
3. mengelola diit sonde 100 ml A: masih beresiko defisit nutrisi
4. Memonitor hasil pemeriksaan
P : Lanjutkan intervensi:
laboratorium
- kelola diit sonde 4 x 100-150 cc/24 jam
- tetap berikan diit oral jika pasien meminta

Sofia

Sofia
4 Resiko Jatuh 16.00 1. mengidentifikasi faktor resiko S:
jatuh - ayah pasien mengatakan akan memanggil perawat
2. mengidentifikasi risiko jatuh jika butuh bantuan.
setiap shift
3. mengidentifikasi faktor O:
lingkungan yang meningkatkan - handrall terpasang
resiko jatuh - roda tempat tidur sudah terkunci
4. memastikan roda tempat tidur -ayah pasien selalu mendampingi anaknya
terkunci A: resiko jatuh teratasi sebagian
5. memastikan handrall terpasang
6. mengatur tempat tidur mekanis P : lanjutkan intervensi
pada posisi terendah -identifikasi resiko jatuh setiap shift
7. menganjurkan memanggil -identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
perawat jika membutuhkan resiko jatuh
bantuan berpindah
8. menganjurkan keluarga pasien
selalu mendampingi pasien Sofia

Sofia
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif

IMPLEMENTASI EVALUASI
Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 14.00 Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 14.00
1. Memposisikan pasien semi fowler S : Ayah pasien mengatakan pasien masih
2. Memberikan nebulasi Combiven 1 batuk dan dahaknya belum bisa keluar.
respul dan 2 cc NaCl 0,9% O:
3. Memonitor produksi sputum dan -Kondisi pasien sedang, kadang menangis
kemampuan mengeluarkannya - RR : 40 kali per menit, ada suara ronkhi.
4. Menghitung frekuensi nafas pasien dan - terpasang O2 1 lpm nasal kanul
mengidentifikasi suara nafas - SpO2 98 %
- pasien kadang batuk, dahak belum bisa
keluar
Sofia A : bersihan jalan nafas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
- kelola nebulasi

Sofia
Senin, 8 Agustus 2022 jam 15.00 Selasa, 2 Agustus 2022 jam 16.00
1. Memposisikan pasien duduk S : Ayah pasien mengatakan dahak sudah
2. Memberikan nebulasi dengan combivent mulai bisa keluar
1 resspul dan 3 cc NaCl 0,9% O:
3. Memonitor kemampuan batuk dan -terpasang O2 1 lpm nasal kanul
pengeluaran sputum - RR : 38 kali per menit
4. Memonitor frekuensi nafas dan suara - SpO2 99 %
nafas tambahan - Suara ronkhi berkurang
- Batuk jarang, sputum berkurang
A : bersihan jalan nafas teratasi sebagian
Sofia P : Lanjutkan intervensi :
- Kelola nebulasi
-monitor frekuensi nafas dan suara nafas
tambahan
- rencana pindah ke bangsal anak sore ini
Sofia

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas

IMPLEMENTASI EVALUASI
Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 14.00 Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 14.00
1. Memposisikan pasien semi fowler S : Ayah pasien mengatakan sesek pasien
2. Menghitung frekuensi nafas pasien dan sudah berkurang.
mengidentifikasi suara nafas O:
3. Mengobservasi kepatenan oksigenasi -Kondisi pasien sedang, kadang menangis
dengan nasal kanul 1 lpm - RR : 40 kali per menit, ada suara ronkhi.
4. Menghitung Nadi pasien - terpasang O2 1 lpm nasal kanul
5. Mengobservasi hasil pemeriksaan AGD - SpO2 98 %
pagi ini - Nadi : 121 x/menit
- warna kulit sudah tidak pucat
- Hasil AGD tidak sesuai dengan klinis
Sofia pasien, tidak valid
A : gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi :
- kelola oksigen 1 lpm
- observasi takikardi

Sofia
Senin, 8 Agustus 2022 jam 15.00 Senin, 8 Agustus 2022 jam 15.10
1. Memposisikan pasien semi fowler S : Ayah pasien mengatakan sesek pasien
2. Menghitung frekuensi nafas pasien dan sudah berkurang.
mengidentifikasi suara nafas O:
3. Mengobservasi kepatenan oksigenasi -Kondisi pasien sedang
dengan nasal kanul 1 lpm - RR : 38 kali per menit, suara ronkhi
4. Menghitung Nadi pasien berkurang
- terpasang O2 1 lpm nasal kanul
- SpO2 98 %
Sofia - Nadi : 108 x/menit
- warna kulit sudah tidak pucat
A : gangguan pertukaran gas teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Rencana pindah bangsal anak
sore ini

Sofia

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 3 : Resiko defisit Nutrisi

IMPLEMENTASI EVALUASI
Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 13.45 Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 14.00
1. Mengelola diit sonde 100 cc S : Ayah pasien mengatakan pasien minta
2. Memotivasi keluarga pasien jika pasien minum susu kotak kesukaannya
boleh makan atau minum lewat mulut jika O:
pasien meminta, misalnya susu kotak Diit sonde masuk 100 cc. Pasien minum
3. Memonitor asupan makanan susu kotak sedikit
A : resiko defisit nutrisi teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Sofia - monitor asupan makanan oral
-kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menyediakan diit dan snack yang disukai
pasien
- pasien boleh makan minum semampu
pasien.

Sofia
Senin, 8 Agustus 2022 jam 14.00 Senin , 8 Agustus 2022 jam 09.00
1. Memonitor asupan makanan siang S : ayah pasien mengatakan bahwa tadi
2. Mendiskusikan dengan ahli gizi tentang siang jam 12 pasien makan siang habis 1/2
makanan yang disukai pasien porsi.
O:
Sofia - pasien terlihat lebih segar
A : resiko defisit nutrisi teratasi
P : pertahankan intervensi

Sofia

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 4 : Resiko Jatuh

IMPLEMENTASI EVALUASI
Sabtu, 6 Agustus 2022 jam 15.00 Sabtu, 6 Agustus 2022 jam15.30
1. memastikan handrall terpasang S : Ayah pasien mengatakan selalu di
2. Memastikan roda tempat tidur terkunci samping pasien dan akan memanggil
3. mengatur tempat tidur mekanis pada perawat jika butuh bantuan.
posisi terendah O:
4. menganjurkan memanggil perawat jika - handrall terpasang
membutuhkan bantuan berpindah - pasien selalu didampingi ibunya
5. menganjurkan keluarga pasien selalu -bed pasien dalam posisi terendah
mendampingi pasien A : resiko jatuh teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- identifikasi resiko jatuh tiap shift.
Sofia
Sofia
Senin, 8 Agustus 2022 jam 14.30 Senin, 8 Agustus 2022 jam 14.30
1. memastikan handrall terpasang S : Ayah pasien mengatakan selalu di
2. Memastikan roda tempat tidur samping pasien.
terkunci O:
3. mengatur tempat tidur mekanis -pasien di atas tempat tidur posisi duduk
pada posisi terendah -handrall terpasang
-roda tempat tidur terkunci
-posisi tempat tidur pada posisi terendah
A : resiko jatuh teratasi
Sofia P : pertahankan intervensi

Sofia
BAB III

ANALISA JURNAL
ANALISIS JURNAL

A. JURNAL
Judul Jurnal : Tatalaksana terkini Bronkopneumonia pada anak di Rumah sakit
Abdul Moeloek

Penulis : Alexander Dicky K.N


Populasi : Bayi Ny Y umur 1 tahun 6 bulan.
Intervention : Pemberian terapi oksigenasi, antibiotik dan nebulizer untuk
pasien bronkopneumonia pada anak
Control : tidak ada populasi kontrol
Outcome : Terapi pada pasien anak dengan bronkopneumonia berupa infus D5 ¼
NS 8 gtt/mnt (mikro), Injeksi Ampiciln 150 mg/8 jam, nebu ventolin 1 respul/8 jam,
Diet: ASI (Air Susu Ibu) peras 8x10-20cc via NGT, dan Injeksi Gentamisin 20
mg/24jam

Time : Tahun 2017

B. TELAAH JURNAL
Pada kasus An. R dengan broncopnumonia. Kondisi saat ini kesadaran dirawat
di ruang HCU ditemukan kesamaan seperti yang ada di jurnal yaitu mengalami sesak
napas. Penatalaksanan pada pasien ini sesuai dengan jurnal diatas, dan setelah
dirawat selama 4 hari di ruang HCU kondisi pasien membaik, asupan oral mulai
adekuat sehingga NGT bisa dilepas dan pasien bisa dipindah di ruang perawatan
anak biasa.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An. R dengan diagnosa
bronkopneumonia di ruang HCU RSUD Nyi Ageng Serang pada tanggal 05-08
Agustus 2022 kami mendapatkan pengalaman nyata dalam pemberian asuhan
keperawatan kritis yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada An R dengan bronkopneumonia dilakukan
dengan baik. Karena pasien adalah anak-anak maka wawancara dilakukan dengan
ibu pasien. Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan bedah rekam medic.
2. Diagnosa
Pada pasien ditemukan empat diagnosa yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif,
gangguan pertukaran gas, resiko defisit nutrisi, dan resiko jatuh. Diharapkan
pengambilan diagnosa ini sudah tepat karena sudah disesuaikan dengan factor
resiko dan keadaan pasien serta acuan dari buku panduan SDKI sehingga dapat
membantu dalam perumusan diagnosa.
3. Intervensi
Dalam merencanakan tindakan keperawatan kepada An R, kami merencanakan
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang prioritas dengan kondisi pasien. Factor
pendukung dalam perencanaan yaitu adanya panduan SIKI dan SLKI sehingga
membantu dalam pemberian perencanaan kepada pasien.
4. Implementasi
Pada implementasi asuhan keperawatan, dilakukan dengan mengacu pada
perencanaan yang sudah disusun sebelumnya. Tindakan meliputi observasi,
terapeutik dan kolaborasi pada pasien sesuai intervensi yang sudah disusun.
5. Evaluasi dilakukan sesuai dengan hasil dari implementasi. Hasil evaluasi
dilaksanakan pada pertemuan ke 3. Dari empat diagnosa, tiga diagnosa sudah
teratasi dan intrervensi masih dipertahankan karena pasien kemudian dipindah ke
bangsal anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agahafi Amirul. 2018. Asuhan Keperawatan Bronkhopneumonia Pada An. I


Dengan Masalah Keperawatan Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas
Diruang BOUGENVILLE RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG.
Laporan

Tugas Akhir. Fakultas Keperawatan, Universitas Jember.

Bennete M.J. 2013. Pediatric


Pneumonia. Http://emedicine.medscape.com/article/967822-
overview. Diakses pada tanggal 25 April 2020 pukul 08.23 WIB

Bilotta, K. A. (2012). Nurse’s Quick Check : Disease 2nd Ed. USA: Springgouse
Corporation.

Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, Kaplan
and Children Older Than Month of Age:Clinical Practice Guidelines by
the Pedatric Infectious Disiase Society and the Infectious Diseas Society
of America. Clin Infect Dis. 2011; 53 (7):17-630.

Jalil A. (2014). Profil Pasien Pneumonia Di Rumah Sakit Umum Cengkareng


Tahun 2013-2014. Jurnal Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hiyatulloh. Jakarta Volume 2. Hal 24

Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. 2014. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. Edisi Keenam. Jakarta :EGC.

Ngastiyah. (2014).

Buku Ajar Keperawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi

dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI

Wijayaningsih, Kartika Sari (2013) Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Trans


Info Media.

Anda mungkin juga menyukai