Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Bronkopneumonia bisa disebut juga pneumonia lobularis
merupakan suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang
biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,
yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh macam-
macam tanda gejala seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus yang terjadi pada bronkopneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering terjadi infeksi sekunder
terhadap beberapa keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh, terkadang
bisa sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan
orang dewasa (Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
terkadang melibatkan bronkus atau bronkiolus berupa distribusi berbentuk
bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia merupakan jenis penyakit
peradangan akut pada paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan juga sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-
infeksi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).

B. ETIOLOGI
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang
lama (Nurarif & Kusuma, 2015)
C. KLASIFIKASI
Pembagian bronkopneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Ada beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian
bronkopneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan
memberikan terapi yang lebih relevan.

a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia


interstitiali, Bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia
yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia
virus, pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal,
pneumoniaatipikal.
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan
pneumoniapersisten.
(Bradley et.al, 2011)

D. PATOFISIOLOGI
Bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan
gangguan atau peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli. Proses
tersebut akan menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada
multiple lous, terjadi desktruksi sel dengan menanggalkan fungsi alveolar
dan jalan nafas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic
fibrosis, aspirasi benda asing dan kongenital yang dapat meningkatkan
resiko bronkopneumonia (Ngastiyah, 2014).
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-
paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchioles, kemudian kuman
masuk kedalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga
terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronkhiolus dan alveolus
sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus
paruyang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus
(Nabiel, 2014).

E. MANIFESTASI KLINIS

Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran


pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan geraja yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada, pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesoris dan bisa timbul
sianosis.Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi/pengisian rongga udara oleh eksudat (Nurarif &
Kusuma. 2015).
Pemeriksaan kardio faskuler akan didapatkan takikardi, sedangkan
pada pemeriksaan neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur,
gelisah, terdapat iritabilitas dan kemungkinan disertai kejang. Gejala lain
yang sering timbul yaitu terdapat penurunan nafsu makan yang nyeri
lambung, kelelahan, dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul
yaitu adanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak (Ngastiyah, 2014).

F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak penderita
bronkopneumonia adalah :
1. Menjaga kelancaran pernafasan.
2. Kebutuhan istirahat pasien.
Pasien sering hiperpireksia maka pasienperlu cukup istirahat,
semua kebutuhan pasien harus ditempat tidur.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan.
Pasien dengan penyakit bronkopneumonia hampir selalu
mengalami kekurangan makanan atau nutrisi. Suhu tubuh yang
tinggi selama beberapa hari dan kekurangan cairan dapat
menyebabkan dehidrasi, untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori di pasang infuse dengan cairan glikosa 5% dan
NaCl 0,9%.
4. Mengontrol suhu tubuh.
5. Pengobatan.
Pengobatan diberikan berdasatkan etiologi dan uji resisten. Tetapi
kareana hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan penisilin ditambahkan dengan
cloramfenikol dan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai demam sembuh 4-
5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan
koreksi dengan hasil sesuai analisis gas darah arteri (Nurarif,
2016).
b. Pentalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan pengobatan :
1. Oksigen 2 lpm.
2. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)
a. Jenis cairan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau KCL
6 mek/500 ml). Kebutuhan cairan adalah :
KgBB Kebutuhan (ml/kgBB/hari)

3-10 105
11-14 85
Lebih dari 15 65

Apabila ada kenaikan suhu tubuh, maka setiap kenaikan


suhu 1 °C kebutuhan cairan di tambah 12%, tetesan dibagi rata
dalam 12 jam.

b. Pengobatan
1. Antibiotika
Prokain 50.000 U/kgBB/hari IM, dan Kloramfhenikol
75mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, IM/IV, atau Ampicilin 100
mg//kgBB/hari dibagi 4 dosis IV dan Gentamicin
mg/kgBB/hari, IM dalam 2 dosis per hari.
2. Kartikosteroid
Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari secara IM,
diberika bila ekspirasi memanjang atau lender banyak
sekali. Di berikan dalam 3 kali pemberian (Nabiel., 2014).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebagai penegak diagnosa keperawatan dapat digunakan cara pemeriksaan
yaitu : (NANDA, 2015)
1. Pemeriksaan laboratoriun
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan seputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sempel darah, seputum, dan urine

2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks

b. Laringoskopi bronkoskop

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi adalah empyema, otitis media akut.
Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelectalis, emfisema,
atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak akan terjadi jika
diberikan antibiotic secara tepat (Ngastiyah, 2014).
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk
hilang apabila penumpukan secret akibat berkurangnya daya

kembang pau-paru terus terjadi dan penumpukan secret ini


menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.
b. Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh
rongga pleura.
c. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang
meradang.
d. Infeksi sitemik.
e. Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.
f. Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput
otak (Wijayaningsih,2013).
Pathway

Jamur, virus, babakteri, protozoa

Intoleransi aktifitas
Masukan kedalam
saluran pernafasan

Kuman brlebihan Kuman terbawa didalam Infeksi saluran


didalam bronkus saluran cerna pernafasan bawah

Proses peradangan Infeksi saluran Edema antara kapiler


pencernaan dan alveoli

Akumulasi mukus di
Peningkatan flora Iritan PMN
bronkus
normal pada usus

Mukus bronkus Eritrosit pecah


Peningkatan peristaltik usus
meningkat

Pergeseran dinding paru


Ketidakefektifan malabsorbs
bersihan jalan nafas

Diare Penurunan kompliance paru


Bau mulut tidak sedap

Resiko
Suplai O2 menurun
ketidakseimbang an
Anoreksia
elektrolit

Intake kurang
Hiperventilasi Hipoksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Metabolisme anaerob
Dispnea
kebutuhan tubuh meningkat

Retraksi dinding Akumulasi asam


dada/pernafasan
cuping

Fatiqu
Ketidakefektifan pola
nafas

Pathway (Nurarif & Kusuma, 2015)


Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah–masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Dermawan, 2012).
1. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, nomor
register, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, pendidikan, tanggal MRS, diagnosa medis (Wahid,
2013).
2. Keluhan utama
Klien dengan bronkopneumonia akan merasakan batuk produktif
disertai demam yang tinggi, anak biasanya sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
(Ngastiyah, 2014).
Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016) untuk menentukan anak yang mengalami
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif antara lain

yaitu : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi
atau wheezing, dan/ ronki kering, mekonium dijalan napas (neonates).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan bronkopneumonia akan diawali dengan keluahan
demam, batuk, adanya peningkatan frekuensi pernafasan, tidak
mau makan, muntah, atau diare, adanya menggigil, dispnea (Kyle,
2012).
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit bronkopneumonia apakah anak lahir
prematur (prematuritis), malnutrisi, pajanan pasif pada asap rokok,
status sosial ekonomi rendah, apakah bayi pernah menderita
penyakit jantung paru (Brady, 2012).
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota yang lain yang pernah sakit atau sedang sakit
(batuk-batuk) yang sama seperti pasien?
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakakukan secara head to toe pada setiap anggota
keluarga baik yang sakit ataupun sehat :
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan umum pasien, kesadaran, dan pemeriksaan
tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan
darah.

b. Kepala, mata, mulut


1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan kepala
2. Palpasi tengkorak adanya nodus atau pembengkakan yang lain
3. Periksa kebersihan kulit kepala, ada tidaknya lesi, perubahan
warna, kehilangan rambut.
4. Bibir mengalami sianosis
5. Frekuensi pernafasan
Takipnea, dyspneaprogresif, pernafasan dangkal, penggunaan
otot bantu pernafasan, pelebaran nafas.
c. Kulit
1. Suhu kulit pada hipertermia kulit pada terbakar panas akan
tetapi setelah hipertermia teratasi kulit anak akan teraba dingin.
2. Turgor kulit menurun
3. Thorax dan paru
Ispeksi : Pernafasan dangkal
Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatal vokal fremitus
pada daerah tertekan.
Perkusi : Pekak terjadi apabila terisi cairan pada paru,
normal timpani (terisi udara) resonansi
Auskultasi : Suara nafas yang meningkat intensitasnya, suara
bronchial pada daerah yang terkena, ada suara tambahan ronchi
inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi. (Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan fase kedua pada proses
keperawatan. Pada fase diagnose, dilakukan penginterpretasi data
pengkajian dan mengidentifikasi masalah kesehatan, risiko, dan
kekuatan pasien serta merumuskan pernyataan diagnosa (Kozier et
al., 2010). Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
dengan dengan mucus yang berlebihan (Wilkinson, 2016). Secara
teori diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada anak dengan
bronkopneumonia : (NANDA, 2015)
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mukus yang berlebihan.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan.
4. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatigue

C. Rencana asuhan keperawatan


Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan
yang penuh pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan
keputusan untuk menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010).
D. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
atau stimulus fokal, kontektual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan

kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,


supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam,
2015).
Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Ketidakefektifan a. Respiratory Airway Suction
Bersihan Jalan Nafas Status 1) Pastikan kebutuhan oral
Ventilation suctioning
Batasan karakterstik : 2) Auskultasi suara nafas
1) Suara nafas Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
tambahan 1) Frekuensi suctioning
2) Perubahan pernafasan dalam 3) Informasikan pada klien
frekuensi napas batas normal (40- dan keluarga tentang
3) Sianosis 50x/menit) suctioning
4) Penurunan bunyi 2) Irama pernafasan 4) Monitor status
nafas 3) Kedalaman oksigen pasien
5) Sputum dalam inpirasi 5) Berikan oksigen dengan
jumlah yang 4) Tidak ada suara menggunakan nasal untuk
berlebih nafas tambahan memfasilitasi suction
6) Gelisah 5) Pernafasan nasotrakeal
cuping hidung
Faktor yang tidak ada Airway Management
berhubungan dengan : 6) Tidak ada 1) Buka jalan nafas
obstruksi jalan nafas penggunaan otot 2) Posisikan pasien umtuk
1) Spasme jalan bantu nafas memaksimalkan
nafas 7) Akumulasi ventilasi
2) Mukus dalam sputum 3) Identifikasi pasien
jumlah perlunya pemasangan
berlebihan a. Respiratory Status alat jalan nafas
3) Sekresi dalam Airway Patency 4) Lakukan fisioterapi dada
bronki bila perlu
4) Benda asing di Kriteria hasil : 5) Auskultasi suara nafas,
jalan nafas 1) Respiratory rate catat adanya suara
dalam rentang tambahan
normal 6) Monitor status
2) Pasien tidak respirasi dan O2
cemas
3) Menunjukkan
jalan nafas yang
paten
Cough Enhancement
1) Bantu pasien untuk
posisi duduk
2) Dorong pasien untuk
melakukan latihan nafas
dalam
3) Dorong pasien untuk
tarik nafas dalam
selama 2 detik dan
batukkan, lakukan 2
atau 3 kali berturut-turut
Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2) Catat adanya fluktasi
tekanan darah
3) Monitor vital sign saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
4) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama dan
setelah aktifitas
5) Monitor kualitas nadi
6) Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
7) Monitor suara paru
8) Monitor pola
pernafasan
abnormal
9) Monitor suhu, dan
kelembapan kulit
10) Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

2 Ketidakefektifan Pola a. Status Manajemen Jalan


Nafas Pernafasan Nafas
1) Posisikan pasien
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : untuk memaksimalkan
1) Perubahan kedalaman 1) Frekuensi ventilasi
pernafasan pernafasan 2) Lakukan fisioterapy
2) Bradipnea normal (40- dada jika perlu
3) Penurunan tekanan 50x/menit) 3) Motivasi pasien
inspirasi 2) Irama pernafasan untuk bernafas
4) Penurunan tekanan normal 4) Pelan dalam, berputar,
ekspirasi 3) Kedalaman dan batuk Gunakan
Penurunan kapsitas inspirasi teknik yang
vital 4) Suara auskultasi menyenangkan untuk
5) Dipsnea pernafasan memotivasi bernafas
6) Pernafasan cuping normal dalam kepada anak-anak
hidung 5) Kepatenan jalan 5) Auskultasi suara nafas,
7) Penggunaan otot nafas catat area yang
aksesoris untuk 6) Volume tidal ventilasinya menurun
bernafas 7) Kapasitas vital atau tidak adanya suara
8) Penggunaan otot nafas tambahan
Faktor yang bantu nafas tidak
berhubungan ada
1) Hiperventilasi 9) Retraksi dinding
2) Kerusakan neurologis dada tidak ada
3) Keletihan otot 10) Sianosis tidak ada
pernafasan 11) Suara nafas
tambahan tidak
ada
Terapi Oksigen
b. Status 1) Pertahankan kepatenan
Pernafasan : jalan nafas
Kepatenan 2) Monitor aliran
Jalan Nafas oksigen
3) Monitor efektifitas
Kriteria hasil : terapi oksigen
1) Frekuensi 4) Amati tanda-tanda
pernafasan adanya hipoventilasi
normal (40- oksigen
50x/nmenit) 5) Sediakan oksigen
2) Irama pernafasan ketika pasien
3) Suara dibawah/dipidahkan
nafas
tambahan Monitor Pernafasan
4) Pernafasan 1) Monitor kecepatan,
cuping hidung irama, kedalaman dan
5) Dipsnea saat kesulitan bernafas
istirahat 2) Catat pergerakan
6) Batuk dinding dada dan
7) Akumulasi pengunaan otot bantu
sputum Monitor suara
nafas tambahan
seperti ngorok
4) Monitor pola nafas
5) Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
3) Auskultasi suara
nafas tambahan
Intoleransi Aktifitas a. Toleransi Terapi Aktifitas
3. Aktifitas 1) Bantu klien
Faktor yang mengidentifikasi
berhubungan dengan : Kriteria hasil : aktivitas yang
1) Masalah sirkulasi 1) Saturasi oksigen mampu dilakukan
2) Masalah dengan aktivitas 2) Bantu klien untuk
pernapasan 2) Denyut nadi memilih aktivitas
dengan aktivitas yang sesuai dengan
3) Tingkat kemampuan fisik,
pernapasan psikologi,dan
dengan aktivitas sosial
4) Warna kulit 3) Bantu untuk
5) Kecepatan mengidentifikasi
berjalan kaki dan mendapatkan
sumber yang
2) Tingkat diperlukan untuk
kelelahan aktivitas yang
diinginkan
Kriteia hasil: 4) Bantu untuk
1) Tingkat mengidentifikasi
kelelahan aktivitas yang
2) Gangguan disukai
konsentrasi 5) Bantu pasien atau
menurun keluarga untuk
3) Tingkat stres mengidentifikasi
4) Kualitas tidur kekurangan dalam
5) Saturasi oksigen beraktivitas
6) Kualitas istirahat 6) Bantu pasien untuk
mengembangkan
3) Tanda–tanda motivasi diri dan
vital penguatan
7) Monitor respon
Kriteria hasil: fisik, emosi, sosial,
1) Denyut jantung dan spiritual.
apikal
2) Denyut nadi Monitor Tanda
radial tanda Vital
3) Tingkat 1) Monitor tekanan
pernapasan darah, nadi, suhu,
4) Irama pernapasan dan pernafasan
5) Tekanan nadi 2) Monitor dan
6) Kedalaman laporkan tanda dan
inspirasi gejala hipotermia
dan hipertermia
3) Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
4) Monitor irama dan
laju pernafasan
5) Monitor suara paru
6) Monitor warna
kulit, suhu, dan
kelembapan

Manajemen Energi:
Terapi Oksigen
1) Pertahan kan
kepatenan jalan
nafas
2) Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
3) Monitor aliran
oksigen
4) Amati tanda-tanda
hipoventilasi
induksi oksigen
5) Sediakan oksigen
ketika pasien
dibawa/dipindahkan
6) monitor efektifitas
terapi oksigen

Manajemen Berat
4 Ketidak Seimbangan a. Status Nutrisi Badan
Nutrisi : Kurang Dari 1) Diskusikan
Kebutuhan Tubuh Kriteria hasil: bersama pasien
1) Status nutrisi dan keluarga
Batasan karakteristik : 2) Asupan gizi mengenai
1) Diare 3) Asupan makanan hubungan antara
2) Bising usus 4) Asupan cairan intake makanan,
hiperaktif 5) Energi latihan,
3) Membran mukosa 6) Berat badan peningkatan BB
pucat dan penurunan BB
4) Tonus otot b. Appetite 2) Diskusikan
menurun bersama pasien
5) Kelemahan otot Kriteia hasil: mengenai kondisi
menelan 1) Keinginan untuk medis yang dapat
makan mempengaruhi BB
Faktor yang 2) energi untuk 3) Diskusikan
berhubungan : makan bersama pasien
1) Faktor biologis 3) Asupan makanan mengenai
2) Ketidak asupan gizi kebiasaan, gaya
mampuan 4) Asupan cairan hidup dan factor
mengabsropsi Stimulus untuk herediter yang
nutrien makan dapat
3) Ketidak mempengaruhi BB
mampuan 4) Diskusikan
mencerna bersama pasien
makanan mengenai risiko
Ketidak mampuan yang berhubungan
menelan makanan dengan BB
berlebihdan
penurunan BB
5) Dorong pasien
untuk merubah
kebiasaan makan
Perkirakan BB
badan ideal pasien
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi
makanan
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
intake Fe
4) Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5) Berikan substansi
gula
6) Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan
yang terpilih (
sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8) Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9) Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada
keluarga
E. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai yang telah perawat tetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data baru (Budiono dan
Pertami, 2015).
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan dan implementasinya.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir dari proses
keperawatan, tetapi tahap evaluasi diletakkan pada setiap tahap
proses keperawatan. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervrnsi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut
dapat dicapai secara efektif (Budiono & Pertami, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Masela R. Hesty dkk, 2015. Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif Dengan
Riwayat Penyakit Infeksi Pada Anak Umur 1- 3 Tahun di Desa Mopusi
Kecamatan L Olayan Kabupate Bolaang Mongondow Induk. Diakses
Tanggal 3 April 2017, Pukul 10.30. Http://Download.Portalgaruda.Org.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan keperawawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Osharinanda. Monita dkk. 2015. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di bagian


Anak RSUP. DR. M. Djamil Padang Sumatra Barat. Diakses Tanggal 8
Januari 2017, Pukul 10.00. Http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Price, Sylvia Anderson & Lorraine Mecarty Wilson, RN. PhD. 2012.
Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Graha Ilmu

Sugiyono, 2014. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Suriadi dan yuliani. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Ed. 2. Jakarta:
Segung Seto.

Syaifuddin, 2011. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia.


Jakarta: Salemba Medika.

USAID. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai