DISUSUN OLEH :
NIM : PO71200210036
A. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al.,
2011) Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
B. Etiologi
1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal,
dan pernapasan cuping hidung. Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah
retraksi dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan
pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi
melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada
dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal.
Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang
semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih
tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua. Kontraksi yang terlihat dari otot
sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang
paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat
“head bobbing” , yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga
tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada “head
bobbing” , adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama jalan napas
masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi
vibrasi akan berkurang.
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai unit paru paling ujung.
Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme
dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti
leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.
E. Pathway
F. Komplikasi
Seperti gejala pneumonia, bronkopneumonia juga menimbulkan tanda-tanda berupa demam, batuk
berdahak, hingga nyeri dada. Selain itu, gejala bronkopneumonia adalah:
Sakit kepala
Nyeri otot
Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
Sesak napas
Nyeri atau sakit di daerah dada ketika batuk atau bernapas dalam-dalam
Berkeringat berlebihan
Napas cepat atau memburu
Biasanya gejala bronkopneumonia cenderung lebih serius pada orang-orang yang sistem imunnya
lemah, seperti bayi, lansia, penderita HIV/AIDS, atau kanker.
Gejala bronkopneumonia pada anak-anak dan bayi berbeda dengan orang dewasa. Selain batuk dan
demam, gejala bronkopneumonia pada anak adalah:
G. Penatalaksanaan
b. Kebutuhan istirahat
d. Mengontrol suhu tubuh Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300- 100.000/mm. Protein di atas 2,5
g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong
diagnosa.
2. Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (bronkopneumonia lobaris). Bayi dan
anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi mekanis, inflamasi, peningkatan sekresi,
nyeri.
c. Intoleransi aktivitas b.d proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
f. Cemas b.d kesulitan bernafas, prosedur dan lingkungan yang tidak dikenal (rumah sakit).
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. 2011. The Management of Community-
Acquired Bronkopneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age: Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis 53 (7): 617-630
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,