Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPENEUMIA

NAMA : Nur Laeli Yuliasih


NIM : 462018025
STASE PEDIATRIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2021

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS DENGAN BRONKOPENEUMIA

1. Pengertian
Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
biasanya diawali dengan infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala batuk,
demam dan dispnea, beberapa mikroorganisme Streptococus pneumoniae,
Hemophillus influenzae tipe B, dan Sthapylococus aureus yang merupakan penyebab
terjadinya bronkopneumonia, selain disebabkan oleh infeksi bakteri, kondisi
lingkungan dan status gizi anak juga mempengaruhi penyebab bronkopneumonia
(Shefia, 2014).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, bakteri, jamur dan benda-benda asing (Sylvia, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah penyakit saluran pernafasan bagian bawah diawali
dengan infeksi yang akan mengakibatkan peradangan pada paru-paru yang
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
2. Klasifikasi
1. Umur 2-5 bulan
a. Pneumonia berat
- Ada tanda bahaya umum
- Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
- Terdapat suara nafas tambahan
b. Pneumonia dengan gejala nafas cepat
- Anak usia 2 bulan- 5 tahun jika frekuensi nafas 40x/menit atau lebih
- Batuk
2. Umur < 2
Penyakit berat atau infeksi bakteri berat :
a. Tidak mau minum / muntah
b. Nafas cepat > 60x/menit
c. Nafas lambat < 30x/menit
d. Merintih
e. Demam >37,5 C
f. Hipotermia berat
g. Tarikan dinding dada
h. Infeksi saluran napas atas anteseden akibat virus
i. Demam
j. Batuk (catat tipe dan apakah
k. Batuk produktif atau tidak)
l. Peningkatan frekuensi pernapasan
m. Riwayat letargi, tidak mau makan, muntah atau diare pada bayi
n. Menggigil, sakit kepala, dispnea, nyeri dada, nyeri abdomen, dan mual atau
muntah pada anak yang lebih besar.
3. Etiologi
Menurut Bradley (2011) penyebab bronkopneumia adalah sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Usia/umur
b. Genetik
2. Faktor pencetus
a. Gizi buruk / kurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Tidak mendapatkan ASI yang cukup
d. Imunisasi yang tidak lengkap
e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal
3. Faktor infeksi
a. Bakteri : Streptococcus pneumonia
b. Virus : Lagionella pneumonia
c. Jamur : Aspergilus spisies, Candida albicans
4. Pathway
Bronkopneumonia diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri Streptococus pneumonia yang masuk ke paru-paru sehingga terjadi infeksi
saluran nafas bagian bawah yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah alveoli,
peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli, yang menimbulkan reaksi
peradangan hebat. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk
kedalam saluran pernafasan dan akan menginfeksi sehingga mengakibatkan terjadinya
proses peradangan yang akan menyebabkan batuk berdahak mengakibatkan
akumulasi sekret dibronkus dan terjadi ganggun pernafasan yang beresiko terhadap
bersihan jalan tidak efektif.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Lani (2011) manifestasi klinis penyakit bronkopneumia sebagai berikut :
a. Infeksi saluran napas atas anteseden akibat virus
b. Demam
c. Takipnea
d. Batuk produktif
e. Nafsu makan menurun
f. Penurunan bunyi nafas
g. Napas cuping hidung
h. Retraksi dinding dada
i. Letargi
j. Batuk
k. Peningkatan frekuensi pernapasan
l. Riwayat letargi, tidak mau makan, muntah atau diare pada bayi
m. Menggigil, sakit kepala, dispnea, nyeri dada, nyeri abdomen, dan mual atau
muntah pada anak yang lebih besar.
6. Kompliksi
Menurut Ngastiyah (2014) komplikasi kejang yaitu :
a. Abses patru yaitu pengumpulan pus dalam jaringan paru
b. Atelektasis yaitu pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
c. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
d. Endkarrditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ngastiyah (2014) dan Nelson (2014) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologi
b. Pemeriksaan ultrasonografi
c. CT – Scan
e. Pemeriksaan laboratorium
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan farmakologis
Menurut Riyadi & Sukarmin (2009) :
a. Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenikol 50–70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diberikan
sampai bebas demam 4–5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga
untuk menghindari
b. Resistensi antibiotik.
c. Pemberian obat antipiretika
- Paracetamol untuk demam tinggi >38,5 C
d. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena :
- Terapi O2
Pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan nasal kanul
- Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5% ½ NaCl 0,225% 350 cc / 24 jam
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexoid dan ventolin selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
2. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Pasien istirahat total
b. Posisi semiflower
c. Kompres hangat apabila demam
d. Terapi modalitas pernafasan seperti batuk efektif
e. Banyak minum air putih
f. Suction jika adasumbatan jalan nafas
g. Diet pasien dengan jenis makanan lunak
9. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu pengumpulan data dan dokumentasi yang sistematis
pada semua fase proses keperawatan pengkajian dilakukan untuk mengetahui
hasil strategi keperawatan, semua fase proses keperawatan tergantung pada
pengumpulan data (Kozeir, 2011)
1. Identitas diri meliputi : nama, umur, jenis kelamin. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan bronkopneumonia sering terjadi
pada bayi dan anak.
2. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut- turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna
kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
6. Riwayat imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-
HB-Hib 2
b. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis terutama
pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek dan
dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor, auskultasi
akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu ronchi,weezing dan stridor.
Pada neonatus, bayi akan terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang
lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat atau
sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2 detik
karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku sianosis.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan proses keperawatan yang menggambarkan
atau mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien. Untuk merumuskan
diagnnosa keperawatan (Kozier,2011)
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d infeksi inflamasi.
2. Hipertermia b/d proses infeksi
3. Defisit nutrisi b/d adanya secret
4. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
5. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea.
d. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala proses yang dikerjakan oleh perawat
berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI, DPP PPNI, 2019)

e. Rencana dan intervensi


No DX RENCANA
KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
&
KRITERI
A HASIL
1 Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan nafas (I. Observasi
Jalan keperawatan selama 01011) - Tindakan ini
Nafas 3x24jam, diharapkan Observasi dilakukan agar
Tidak bersihan jalan nafas tidak - Monitor pola nafas mengidentifikasi
Efektif efektif dapat teratasi (frekuensi, kedalaman, pola nafas apakah
(D.0001) dengan dengan kriteria usaha nafas) pasien ada
hasil : - Monitor sputum kesulitan saat
Bersihan Jalan Nafas ( jumlah, warna, aroma bernafas atau
(L.01001) - Monitor bunyi nafas menggunakan otot
 batuk efektif tambahan (mis. bantu nafas
meningkat (5) Gurgling, mengi, ronkhi - Tindakan ini
 Produksi sputum kering, wheezing) dilakukan untuk
menurun (5) mengetahui
 Frekuensi nafas jumlah, warna,
membaik (5) serta aroma yang

 Pola nafas membaik dapat digunakan

(5) untuk penetuan


diagnosa
- Tindakan ini
dilakukan untuk
mengetahuai
adanya bunti nafas
tambahan sat
bernafas atau
tidak.
Nursing Nursing
- Berikan minuman - Tindakan ini
hangat dilakukan agar
- Lakukan fisioterapi dada membrikan minum
- Lakukan penghisapan hangat, fisioterapi
lendir kurang dari 15 dada agar untuk
detik membantu klien
- Berikan oksigen mengencerkan
secret yang ada.
- Pemberian oksigen
dilakukan untuk
membantu klien
untuk bernafas dan
melancara jalan
nafas klien
Edukasi
- Teknik batuk
Edukasi efektif diberikan
- anjurkan teknik batuk pada klien untuk
efektif membantu
membersihkan
jalan nafas dan
mencegah
terjadinya
komplikasi infeksi
saluran pernafasn
Kolaborasi
- Pemberian obat
Kolaborasi dilakukan untuk
- anjurkan pemeberian Membantu klien
antibiotik (Cefotaxime) mengeluarkan
dan mukolitik (obat sputum danjuga
untuk mengurangi membunuh
dahak yang kental) bakteri penyebab
penyakit
2 Hiperterm Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia : Observasi
ia (D.0130) keperawatan selama 3 x 24 (I.15506) - Tindakan ini
jam menit di harapkan Observasi dilakukan agar
hipertermia dapat teratasi - Monitor suhu tubuh mengetahui tanda-
dengan dengan kriteria hasil Nursing tanda adanya
Termoregulasi (L.14134) - Sediakan linkungan yang komplikasi akibat
 Suhu tubuh dalam dingin peningkatan suhu
rentang normal (5) - Longgarkan atau tubuh
 Nadi dan RR dalam lepaskan pakaian klien Nursing
rentang normal ( 5) - Lakukakan pendinginan - Agar mencegah
 Suhu tubuh membaik eksternal (mis. Kompres dehidrasi klien
(5) dingin pada dahi, leher, karean adanya
dada, abdomen dan peningkatan suhu
aksila) tubuh/hipertermia,
Edukasi: anjurkan orang tua
- Anjurkan tirah baring klien untuk
Kolaborasi : memberikan air
- Kolaborasi pemberian minum kepada
cairan dan elektrolit anaknya untuk
intravena, jika perlu mencegah terjadinya
dehidrasi pada anak
- Untuk membantu
menurunkan suhu
tubuh klien
Edukasi
- aktivitas yang
berlebih dapat
meningkatkan
metabolisme tubuh
sehingga suhu
semakin meningkat
Kolaborasi
- Untuk membantu
mengurangi demam
- Mengetahui
kestabilan suhu
tubuh klien serta
menjaga cairan
klien untuk
menghimdarai
dehidrasi .

3 Defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119) Observasi


nutrisi keperawatan selama 3x24 Observasi - Melakukan
(D.0019) jam diharapkan defisit - identifikasi status nutrisi identifikasi
nutrisi dapat teratasi - monitor berat badan dilakukan untuk
dengan kriteria hasil : Nurisng mengetahui
Status Nutrisi (L.03030) - sajikan makanan secara tingkat status
 berat badan membaik menarik nutrisi pasien
(5) - berikan makan tinggi Nursing
 indeks masa tubuh serat (kacang-kacang, - Memberikan
membaik (5) beras merah, brokoli, makanan secara
 frekuensi makan jagung, alpuka) sesuai menerik dilakukan
membaik (5) dengan yang di anjurkan untuk

 nafsu makan membaik Edukasi memberikan rasa

(5) - ajarkan diet yang ketertarikan pada


diprogramkan makanan dan
Kolaborasi menambah nafsu
- kolaborasi dengan ahli makan pada
gizi untuk menentukan anak.pemeberian
jumlah kalori dan jenis makanan tinggi
nutrisi yang serat dilakukan
dibutuhkan . untuk mencegah
terjadinta
gangguan
pencernaan
(konstipasi)
Edukasi
- diet program di
ajarkan kepada
orang tua klien
untuk dapat
mengetahui diet
apa yang
diperlukan oleh
anaknya atau klien
- kepatuhan
terhadap diet
dapat mencegah
komplikasi
terjadinyahipoglik
emia/hiperglik
emia.
kolaborasi
- kolaborasi
dilakukan untuk
dapat Menentukan
jenis nutrisi dan
jumlah kalori yang
dibutuhkan klien
secara tepat dan
benar
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan O: O:
pertukaran keperawatan selama 3x24 frekuensi, irama,
Monitor frekuensi, irama,
gas jam diharapkan defisit kedalaman, dan upaya
kedalaman, dan upaya napas
nutrisi dapat teratasi napas
dengan kriteria hasil : dapat mengindikasikan
Monitor polanafas (seperti
L.01003. adanya kelainan dalam
bradipnea, takipnea,
Pertukaran gas proses
hiperventilasi, cheyne-stokes,
Dapat teratasi dengan biot, dan toksik) pernapasan
kriteria hasil :
Monitor pernapasan setiap
- Dispnea menurun saat dapat membantu
- Bunyi nafas perawat mengetahui
tambahan menurun kelainan pola
- Saturasi
nafas pada pasien
oksigen membaik

N: N:

Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi pasien Frekuensi napas yang
membaik dapat ditinjau jika
melakukan pemantauan

E: respirasi.

Jelaskan tujuan dan prosedur


E:
pemantauan
prosedur dan tindakan yang
Informasikan hasil pemantauan, dijelaskan terlebih dulu
jika itu perlu kepada pasien dapat
membantu pasien menjadi
lebih kooperatif dalam
melaksanakan tindakan
yang diberikan.
C : Berikan oksigen

C: Pemberian oksigen
dapat memperbaiki status
saturasi oksigen
5.. Intoleran Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (I.05186)
aktivitas keperawatan selama 3x24 Observasi Mengetahui defisit tingkat
jam diharapkan defisit Identifikasi defisit tingkat aktivitas
nutrisi dapat teratasi aktivitas
dengan kriteria hasil :
Intoleran aktivitas Mengetahui perencanaan
Teraupetik
(D.0077) pemberian aktivitas
Sepakati komitmen untuk
dapat teratasi dengan kriteria
meningkatkan rentang frekuensi
hasil :
dan aktivitas
Toleransi aktivitas Agar mengetahui metode
(L.05047) aktivitas
Edukasi
1. Perasaan lemah menurun
Jelaskan metode aktivitas fisik
2. Tekanan darah membaik
sehari-hari jika perlu
3. Frekuensi nafas membaik Pemberian terapi sesuai
4. Kekuatan tubuh bagian kebutuhan klien
Kolaborasi
bawah
Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan mengontrol program
aktivitas

DAFTAR PUSTAKA
Syafika, A. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Anak Penderita
Bronkopneumia Di Rumah Sakit Sulawesi Tengah. Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia. Vol 4 (2)
Athena, A., Ika, D. (2014). Pmeumonia Pada Anak Balita. Jural Kesehatam
Masyaraat Nasional. Vol 8 (8)
Rini, N., Rita., D. Iskandar., Z. (2014) Karakteristik Penderita Bronkopneumonia Di
Inhalasi Rawat Inap Bagian Anak RS Muhammad Hensin Palembang. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan. Vol 1 (1)
Diah, A. (2013). Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Umur 12-48 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang.
Jurnal kesehatan masyarakat. Vol 2 (1)
Fransiska, T. (2018). Faktor Resiko Bronkopneumonia Pada Usia Dibawah 5 Tahun
Yang Dirawat Inap Di RSUD DR.H Abdoel Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan. Vol 5 (2)
PPNI (2019) : SDKI,SLKI,SIKI.

Anda mungkin juga menyukai