SALATIGA 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang
biasanya diawali dengan infeksi saluran nafas bagian atas dengan gejala batuk,
demam dan dispnea, beberapa mikroorganisme Streptococus pneumoniae,
Hemophillus influenzae tipe B, dan Sthapylococus aureus yang merupakan penyebab
terjadinya bronkopneumonia, selain disebabkan oleh infeksi bakteri, kondisi
lingkungan dan status gizi anak juga mempengaruhi penyebab bronkopneumonia
(Shefia, 2014).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, bakteri, jamur dan benda-benda asing (Sylvia, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah penyakit saluran pernafasan bagian bawah diawali
dengan infeksi yang akan mengakibatkan peradangan pada paru-paru yang
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
2. Klasifikasi
1. Umur 2-5 bulan
a. Pneumonia berat
- Ada tanda bahaya umum
- Terdapat tarikan dinding dada ke dalam
- Terdapat suara nafas tambahan
b. Pneumonia dengan gejala nafas cepat
- Anak usia 2 bulan- 5 tahun jika frekuensi nafas 40x/menit atau lebih
- Batuk
2. Umur < 2
Penyakit berat atau infeksi bakteri berat :
a. Tidak mau minum / muntah
b. Nafas cepat > 60x/menit
c. Nafas lambat < 30x/menit
d. Merintih
e. Demam >37,5 C
f. Hipotermia berat
g. Tarikan dinding dada
h. Infeksi saluran napas atas anteseden akibat virus
i. Demam
j. Batuk (catat tipe dan apakah
k. Batuk produktif atau tidak)
l. Peningkatan frekuensi pernapasan
m. Riwayat letargi, tidak mau makan, muntah atau diare pada bayi
n. Menggigil, sakit kepala, dispnea, nyeri dada, nyeri abdomen, dan mual atau
muntah pada anak yang lebih besar.
3. Etiologi
Menurut Bradley (2011) penyebab bronkopneumia adalah sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
a. Usia/umur
b. Genetik
2. Faktor pencetus
a. Gizi buruk / kurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Tidak mendapatkan ASI yang cukup
d. Imunisasi yang tidak lengkap
e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal
3. Faktor infeksi
a. Bakteri : Streptococcus pneumonia
b. Virus : Lagionella pneumonia
c. Jamur : Aspergilus spisies, Candida albicans
4. Pathway
Bronkopneumonia diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri Streptococus pneumonia yang masuk ke paru-paru sehingga terjadi infeksi
saluran nafas bagian bawah yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah alveoli,
peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli, yang menimbulkan reaksi
peradangan hebat. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk
kedalam saluran pernafasan dan akan menginfeksi sehingga mengakibatkan terjadinya
proses peradangan yang akan menyebabkan batuk berdahak mengakibatkan
akumulasi sekret dibronkus dan terjadi ganggun pernafasan yang beresiko terhadap
bersihan jalan tidak efektif.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Lani (2011) manifestasi klinis penyakit bronkopneumia sebagai berikut :
a. Infeksi saluran napas atas anteseden akibat virus
b. Demam
c. Takipnea
d. Batuk produktif
e. Nafsu makan menurun
f. Penurunan bunyi nafas
g. Napas cuping hidung
h. Retraksi dinding dada
i. Letargi
j. Batuk
k. Peningkatan frekuensi pernapasan
l. Riwayat letargi, tidak mau makan, muntah atau diare pada bayi
m. Menggigil, sakit kepala, dispnea, nyeri dada, nyeri abdomen, dan mual atau
muntah pada anak yang lebih besar.
6. Kompliksi
Menurut Ngastiyah (2014) komplikasi kejang yaitu :
a. Abses patru yaitu pengumpulan pus dalam jaringan paru
b. Atelektasis yaitu pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
c. Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
d. Endkarrditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ngastiyah (2014) dan Nelson (2014) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologi
b. Pemeriksaan ultrasonografi
c. CT – Scan
e. Pemeriksaan laboratorium
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan farmakologis
Menurut Riyadi & Sukarmin (2009) :
a. Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenikol 50–70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diberikan
sampai bebas demam 4–5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk
menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga
untuk menghindari
b. Resistensi antibiotik.
c. Pemberian obat antipiretika
- Paracetamol untuk demam tinggi >38,5 C
d. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena :
- Terapi O2
Pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan nasal kanul
- Terapi cairan
Pemberian cairan IVFD dekstore 5% ½ NaCl 0,225% 350 cc / 24 jam
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian
terapi nebulizer dengan flexoid dan ventolin selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
2. Penatalaksanaan non-farmakologis
a. Pasien istirahat total
b. Posisi semiflower
c. Kompres hangat apabila demam
d. Terapi modalitas pernafasan seperti batuk efektif
e. Banyak minum air putih
f. Suction jika adasumbatan jalan nafas
g. Diet pasien dengan jenis makanan lunak
9. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu pengumpulan data dan dokumentasi yang sistematis
pada semua fase proses keperawatan pengkajian dilakukan untuk mengetahui
hasil strategi keperawatan, semua fase proses keperawatan tergantung pada
pengumpulan data (Kozeir, 2011)
1. Identitas diri meliputi : nama, umur, jenis kelamin. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan bronkopneumonia sering terjadi
pada bayi dan anak.
2. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut- turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna
kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
6. Riwayat imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-
HB-Hib 2
b. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran kelenjer getah bening.
b. Mata
Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
d. Mulut
Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis terutama
pada bibir.
e. Thorax
Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek dan
dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor, auskultasi
akan terdengar suara tambahan pada paru yaitu ronchi,weezing dan stridor.
Pada neonatus, bayi akan terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang
lemah, bahkan takipneu.
f. Abdomen
Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit
Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat atau
sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
h. Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt > 2 detik
karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku sianosis.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan proses keperawatan yang menggambarkan
atau mengidentifikasi kekuatan serta masalah klien. Untuk merumuskan
diagnnosa keperawatan (Kozier,2011)
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d infeksi inflamasi.
2. Hipertermia b/d proses infeksi
3. Defisit nutrisi b/d adanya secret
4. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
5. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dipsnea.
d. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala proses yang dikerjakan oleh perawat
berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI, DPP PPNI, 2019)
N: N:
E: respirasi.
C: Pemberian oksigen
dapat memperbaiki status
saturasi oksigen
5.. Intoleran Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (I.05186)
aktivitas keperawatan selama 3x24 Observasi Mengetahui defisit tingkat
jam diharapkan defisit Identifikasi defisit tingkat aktivitas
nutrisi dapat teratasi aktivitas
dengan kriteria hasil :
Intoleran aktivitas Mengetahui perencanaan
Teraupetik
(D.0077) pemberian aktivitas
Sepakati komitmen untuk
dapat teratasi dengan kriteria
meningkatkan rentang frekuensi
hasil :
dan aktivitas
Toleransi aktivitas Agar mengetahui metode
(L.05047) aktivitas
Edukasi
1. Perasaan lemah menurun
Jelaskan metode aktivitas fisik
2. Tekanan darah membaik
sehari-hari jika perlu
3. Frekuensi nafas membaik Pemberian terapi sesuai
4. Kekuatan tubuh bagian kebutuhan klien
Kolaborasi
bawah
Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan mengontrol program
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Syafika, A. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Anak Penderita
Bronkopneumia Di Rumah Sakit Sulawesi Tengah. Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia. Vol 4 (2)
Athena, A., Ika, D. (2014). Pmeumonia Pada Anak Balita. Jural Kesehatam
Masyaraat Nasional. Vol 8 (8)
Rini, N., Rita., D. Iskandar., Z. (2014) Karakteristik Penderita Bronkopneumonia Di
Inhalasi Rawat Inap Bagian Anak RS Muhammad Hensin Palembang. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan. Vol 1 (1)
Diah, A. (2013). Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Umur 12-48 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Mijen Kota Semarang.
Jurnal kesehatan masyarakat. Vol 2 (1)
Fransiska, T. (2018). Faktor Resiko Bronkopneumonia Pada Usia Dibawah 5 Tahun
Yang Dirawat Inap Di RSUD DR.H Abdoel Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Kedokteran Dan Kesehatan. Vol 5 (2)
PPNI (2019) : SDKI,SLKI,SIKI.