OLEH :
NI MADE MASTINI PADMI
P07120322 007
A. Pengertian
Bronkopneumonia menurut Smeltzer adalah radang pada paru – paru yang
mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu area atau lebih yang
berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Sedangkan menurut
Hidayat bronkopneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Wulandari dan Rekawati,
2016).
Bronkopneumonia adalah peradangan dinding bronkiolus (saluran napas
kecil pada paru – paru). Peradangan ini umumnya disebabkan infeksi dan
terjadi pada kedua paru – paru secara tersebar. Peradangan dapat bersifat
ringan atau berat tergantung penyebabnya, bronkopneumonia diawali oleh
infeksi saluran napas bagian atas yang menyebar ke saluran napas bagin
bawah. Pada bronkopneumonia, peradangan terjadi pada bronkiolus dan
sedikit jaringan paru di sekitarnya. Sedangkan pada pneumonia, peradangan
terjadi pada jaringan paru (Natharina Yolanda, 2015). Dari beberapa
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa bronkopneumonia
adalah radang pada paru – paru yang ditandai dengan adanya bercak – bercak
infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing.
D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wulandari dan Rekawati (2016) pemeriksaan penunjang
bronkopneumonia sebagai berikut :
1. Foto thoraks
Foto rontgen thoraks ini untuk melihat gambaran parunya. Pada foto
thoraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus.
2. Laboratorium
Gambaran darah menunjukan leukositosis mencapai 15.000 – 40.000 mm3
dengan pergeseran ke kiri. Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan
terjadi leukositosis dan jumlah yang tidak meningkat berhubungan dengan
infeksi virus atau mycoplasma.
3. Pemeriksaan sputum
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
4. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimmia.
5. Analisa gas darah arteri untuk mengevaluasi status oksigen dan status
asam basa, analisa gas darah ini bisa menunjukkan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2 .
6. LED meningkat, normalnya anak – anak < 2 mm/jam. LED yang
meningkat menunjukkan adanya infeksi akut.
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Wulandari dan Reawati (2016)
sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan keperawatan
Seringkali pasien bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit datang
sudah dalam keadaan parah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung,
sianosis, dan gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan :
a) Menjaga kelancaran pernafasan
b) Kebutuhan istrahat
c) Kebutuhan nutrisi/cairan
d) Mengontrol suhu tubuh
e) Mencegah komplikasi
f) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
2. Penatalaksanaan medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,
karena hal itu perlu waktu. Dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya diberikan :
a) Umur 3 bulan sampai 5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus
Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara praktis
dipakai kombinasi penisilin prokain 50.000 – 100.000 kl/24 jam IM.
b) Terapi oksigen
Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak
dapat dipertahankan.
3. Pencegahan Pada Anak
a) Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan.
b) Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
c) Membiasakan melakukan pemberian ASI.
d) Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih
disertai suara sesak dan sesak pada anak.
e) Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a) Demografi meliputi; nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan banyak
sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas
krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat
merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/
asap.
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok.
f) Pola Kebiasaan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Kebiasaan anak dalam memenuhi nutrisi sebelum sakit sampai saat
sakit yang meliputi: jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi,
frekuensi makanan, porsi, makanan yang disukai dan keluhan yang
berhubungan dengan nutrisi. Pada anak bronkopneumonia terdapat
keluhan anoreksia dan mual muntah yang berpengaruh pada
perubahan pola nutrisi anak bronkopneumonia.
2) Pola Eliminasi
Menggambarkan keadaan eliminasi anak sebelum sakit sampai saat
sakit yang meliputi: frekuensi, konsistensi, warna, bau. Pada
anakbronkopneumoniadapat beresiko diare.
3) Pola Istrahat Tidur
Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur anak sejak
sebelum sakit sampai saat sakit, meliputi jumlah jam tidur siang
dan malam, penggunaan alat pengantar tidur, atau masalah tidur.
4) Pola Personal Hygiene
Diisi dengan bagaimana kebersihan diri / personal hygiene anak
yaitu menanyakan frekuensi mandi, menyikat gigi, gunting kuku,
ganti pakaian dari sejak sehat dan saat sakit.
5) Aktivitas
Kaji pada pola aktifitas anak selama sakit. Biasanya pada anak
yang sedang sakit sulit untuk beraktfitas sesuai perkembangannya
dan menurun aktifitasnya karena dampak kelemahan fisik dan lebih
banyak bedrest.
g) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan atau Penampilan Umum Lemah, sakit ringan, sakit berat,
gelisah, rewel.
2) Tingkat Kesadaran
Pada bronkopneumonia observasi tingkat kesadaran anak, anak
dengan ISPA dapat mengalami penurunan kesadaran sering
ditemukan mulai dari apatis, samnolen, sopor, sampai koma, dinilai
menggunakan PCS.
3) Pemeriksaan Tanda – tanda Vital
Pemerkisaan tanda-tanda vital berupa pengkajian respirasi, suhu,
nadi.
4) Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, fontanel sudah tertutup
atau belum, kebersihan kepala klien, apakah ada pembesaran
kepala, apakah ada lesi pada kepala. Pada klien
Bronkopneumonia akan ditemukan rambut mudah rontok karena
kekurangan nutrisi, rambut tampak kotor dan lengket akibat
peningkatan suhu (Riyadi, 2013).
b. Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati
kelopak mata terhadap penepatan yang tepat, periksa alis mata
terhadap kesimetrisan dan pertumbuuhan rambutnya, amati
distribusi dan kondisi bulu matanya, periksa warna konjungtiva
dan sklera, pupil isokor atau anisokor, lihat apakah mata tampak
cekung atau tidak serta amati ukuran iris apakah ada peradangan
atau tidak. Pada klien dengan Bronkopneumonia akan
ditemukan kondisi konjungtiva tampak pucat akibat intake
nutrisi yang tidak adekuat (Riyadi, 2013).
c. Hidung
Amati ukuran dan bentuk hidung, lakukan uji indra penciuman
dengan menyuruh anak menutup mata dan minta anak untuk
mengidentifikasi setiap bau dengan benar, akan nampak adanya
pernafasan cuping hidung, kadang terjadi sianosis pada ujung
hidung, lakukan palpasi setiap sisi hidung untuk menentukan
apakah ada nyeri tekan atau tidak. Pada klien Bronkopneumonia
ditemukan pernapasan cuping hidung dan produksi sekret,
adanya sianosis (Riyadi, 2013).
d. Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah dan palatum terhadap
kelembaban dan perdarahan, amati adanya bau, periksa lidah
terahadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah,
jenis keadaan, infeksi faring menggunakan spatel lidah dan
amati kualitas.
suara, reflek sucking dan rooting ada. Pada klien
Bronkopneumonia, sianosis di sekeliling mulut, terdapat sputum
yang sulit dikeluarkan (Riyadi, 2013).
e. Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan atau
pendatan telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri – ciri yang
tidak normal, periksa saluran telinga luar terhadap hygiene.
Lakukan penarikan apakah ada nyeri atau tidak dilakukan
palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga untuk
mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak, pada klien
Bronkopneumonia terjadi otitis media bersamaan dengan
pneumonia atau setelahnya karena tidak diobati (Riyadi, 2013).
f. Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh,
periksa leher terhadap pembengkakan, lipatan kulit tambahan
dan distensi vena, lakukan palpasi pada trakea dan kelenjar
tiroid.
g. Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding
dada kedala, amati jenis pernapasan, amati gerakan pernapasn
dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi diatas sela
iga, bergerak secara simetris atau tidak dan lakukan auskultasi
lapangan paru, amati apakah ada nyeri di sekitar dada, suara
nafas terdengar ronchi, kalau ada pleuritis terdengar suara
gesekan pleura pada tempat lesi, kalau ada efusi pleura suara
napas melemah. Pada klien Bronkopneumonia akan ditemukan
ronchi atau wheezing dan kemungkinan terdapat retraksi
dinding dada (Riyadi, 2013).
h. Abdomen
Periksa kontur ketika sedan berdiri atau berbaring terlentang,
simetris atau tidak, periksa warna dan keadaan kulit abdomen,
amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap bising usus serta
perkusi pada semua area abdomen. Pada klien
Bronkopneumonia akan ditemukan ekspansi kuman melalui
pembuluh darah yang masuk kedalam saluran pencernaam dan
mengakibatkan infeksi sehingga terjadi peningkatan peristaltik
usus (Riyadi, 2013).
i. Genetalia dan Anus
Periksa terhadap kemerahan dan ruam, kaji kebersihan sekitar
genetalia, periksa tanda-tanda hemoroid.
j. Punggung dan Bokong
Periksa kelainan punggung apakah terdapat skoilosis, lordosis,
kifosis. Pada klien Bronkopneumonia akan ditemukan ronchi
saat dilakukan auskultasi pada paru bagian belakang dan ketidak
simetrisan pergerakan thoraks saat di palpasi (Riyadi, 2013).
k. Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari,
apakah terdapat sianosis pada ujung jari. Adanya atrofi dan
hipertrofi otot, masa otot tidak simetris, tonus otot meningkat,
rentang gerak terbatas, kelemahan otot, gerakan abnormal
seperti tremor distonia, edema, tanda kering positif (nyeri bila
kaki diangkat dan dilipat), turgor kulit tidak cepat kembali
setelah dicubit kulit kering dan pucat, amati apakah ada
clubbing finger. Pada klien dengan Bronkopneumonia akan
ditemukan sianosis pada ujung jari, biasanya CRT kembali lebih
dari 2 detik (Riyadi, 2013).
h) Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi yaitu bercak
konsolidasi merata pada bronkopneumonia, bercak konsolidasi satu
lobus pada pneumonia lobaris, gambaran bronkopneumonia difus atau
infiltrast pada pneumonia stafilokok (Riyadi, 2013).
i) Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologik dapat dibiak dari spesimen usap
tenggorokaan , sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah,
aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru (Riyadi, 2013).
j) Terapi Obat dan Cairan Istirahat dan perawatan, anak tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya ditempat seperti makan, minum, mandi,
buang air kecil/besar. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak
serat, tidak merangsang, dan tidak menimbulkan banyak gas.
Pemberian antibiotik Taxegram, Cefotaxine, Glibotic, antibiotik
diberikan sampai 7 hari bebas demam.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang individu, keluarga
atau masyarakat yang berasal dari proses pengumpulan dananalisa data
yang vermat dan sistematis (Riyadi, 2013). Berdasarkan patofisiologi dan
dari pengkajian, manurut Wulandari dan Rekawati (2016) diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien Bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas dan proses infeksi
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot pernapasan)
c) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
d) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengangkat masalah-masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosa keperwatan. Dalam perencanaan menggambarkan sejauh
mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan
efektif dan efisien.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Pemantaun Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya nafas
Monitor pola nafas (seperti
bradipnea. Takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-Stoke,Blot,
ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informaskan hasil pemantauan, jika
perlu
2 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
keperawatan … x…. jam, Observasi
Penyebab maka pola nafas membaik Monitor pola nafas (frekuensi,
Depresi pusat pernapasan dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas
Hambatan upaya napas Ventilasi semenit Monitor bunyi nafas tambahan
Deformitas dinding dada meningkat (mis.
Deformitas tulang dada Kapasitas vital Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi)
Gangguan neuromuscular meningkat Monitor sputum (jumlah, warna,
Gangguan neurologis Diameter thoraks aroma)
Imaturitas neurologis anterior-posterior Terapeutik
Penurunan energi meningkat Pertahankan kepatenan jalan napas
Obesitas Tekanan ekspirasi dengan head tilt dan chin lift (jaw
Posisi tubuh yang meningkat thrust jika curiga trauma servikal)
menghambat ekspansi Tekanan inspirasi Posisikan semi fowler atau fowler
paru meningkat Berikan minuman hangat
Sindrom hipoventilasi Dispnea menurun Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Kerusakan inervasi Penggunaan otot bantu Lakukan penghisapan lender kurang
diafragma nafas menurun dari 15 detik
Cedera pada medulla Pemanjangan fase Lakukan hiperoksigenasi sebelum
spinalis ekspirasi menurun penghisapan endotrakeal
Efek agen farmakologis Ortopnea menurun Keluarkan sumbatan benda padat
Kecemasan Pernapasan pursed lips dengan forsep McGill
menurun Berikan oksigen jika perlu
Tanda dan Gejala Mayor Pernapasan cuping Edukasi
Dyspnea hidung menurun Anjurkan asupan cairan 2000
Penggunaan otot bantu Frekuensi nafas ml/hari, jika tidak kontraindikasi
pernafasan membaik Ajarkan teknik batuk efektif
Fase ekspirasi memanjang Kedalaman nafas Kolaborasi
Pola nafas abnormal membaik Kolaborasi pemberian
Ekskursi dada bronkodilator, ekspektoran,
Tanda dan Gejala Minor membaik mukolitik, jika perlu
Ortopnea
Pernapasan pursed lips
Pernapasan cuping hidung
Pemantauan Respirasi
Diameter thoraks anterior Observasi
posterior meningkat
Monitor frekuensi, irama,
Ventilasi semenit kedalaman, dan upaya nafas
menurun
Monitor pola nafas (seperti
Kapasitas vital menurun bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Tekanan ekspirasi kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
menurun Monitor kemampuan batuk efektif
Tekanan inspirasi Monitor adanya produksi sputum
menurun
Monitor adanya sumbatan jalan
Ekskursi dada berubah napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Kondisi Klinis Terkait
Auskultasi bunyi napas
Depresi system saraf
Monitor saturasi oksigen
pusat
Monitor nilai AGD
Cedera kepala Monitor hasil x-ray thoraks
Trauma thoraks Terapeutik
Gullian bare syndrome Atur interval pemantauan respirasi
Multiple sclerosis sesuai kondisi pasien
Myasthenia gravis Dokumentasikan hasil pemantauan
Stroke Edukasi
Kuadriplegia Jelaskan tujuan dan prosedur
Intoksikasi alcohol pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3 Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
keperawatan ….. x…. jam, Observasi
Penyebab maka pertukaran gas Monitor frekuensi, irama,
Ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria kedalaman, dan upaya nafas
ventilasi-perfusi hasil : Monitor pola nafas (seperti
Perubahan membrane Tingkat kesadaran bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
alveolus-kapiler meningkat kussmaul, cheyne-stokes, ataksisk)
Dispnea menurun Monitor kemampuan batuk efektif
Tanda dan Gejala Mayor Bunyi nafas tambahan Monitor adanya produksi sputum
dyspnea menurun Monitor adanya sumbatan jalan
PCO2 meningkat/ Pusing menurun napas
menurun Penglihatan kabur Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
PO2 menurun menurun Auskultasi bunyi napas
Takikardia Diaforesis menurun Monitor saturasi oksigen
pH arteri Gelisah menurun Monitor nilai AGD
meningkat/menurun Napas cuping hidung Monitor hasil x-ray thoraks
bunyi napas tambahan menurun Terapeutik
PCO2 membaik Atur interval pemantauan respirasi
Tanda dan Gejala Minor PO2 membaik sesuai kondisi pasien
Pusing Takikardia membaik Dokumentasikan hasil pemantauan
Penglihatan kabur pH arteri membaik Edukasi
Sianosis Sianosis membaik Jelaskan tujuan dan prosedur
Diaphoresis Pola napas membaik pemantauan
Gelisah Warna kulit membaik Informasikan hasil pemantauan,
Napas cuping hidung jika perlu
Pola nafas abnormal
Warna kulit abnormal Terapi Oksigen
Kesadaran menurun Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Kondisi Klinis Terkait Monitor posisi alat terapi oksigen
PPOK Monitor aliran oksigen secara
Gagal Jantung Kongestif periodic dan pastikan fraksi yang
Asma diberikan cukup
Pneumonia Monitor efektifitas terapi oksigen
Tuberkulosis paru (mis. Oksimetri, AGD), jika perlu
Penyakit membrane hialin Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
Asfiksia Monitor tanda - tanda hipoventilasi
Persisten Pulmonary Monitor tanda dan gejala toksikasi
Hipertension of New born oksigen dan atelektasis
(PPHN) Monitor tingkat kecemasan akibat
Prematuritas terapi oksigen
Infeksi saluran nafas Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Definisi : keperawatan selama ... x ... Observasi
Asupan Nutrisi tidak cukup jam diharapkan Status Nutrisi Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan tepenuhi dengan kriteria
Metabolisme. hasil : Indentiikasi Alergi makanan
Penyebab : Status nutrisi Indentifikasi kebutuhan kalori yang
Ketidakmampuan Porsi makanan yang dibutuhkan pasien
mencerna makanan. dihabiskan meningkat (5)
Ketidakmampuan Monitor berat badan
menelan makanan. Berat badan/IMT
meningkat (5) Monitor asupan mkanan
Ketidakmampuan
mengabsorpsi Frekuensi makan Monitor hasil pemeriksaan
makanan. meningkat (5) laboratorium.
Peningkatan kebutuhan
mtabolisme. Nafsu makan meningkat Terapeutik
(5) Lakukan oral hygene sebelum
Gejala dan Tanda Mayor makan
Subjektif : Fasilitasi menentukan pedoman diet
-
Objektif :
Berat badan menurun Sajikan mkanan secara menarik
minimal 10% dibawah
rentang ideal. Berikan makanan tinggi kalori
Edukasi
Gejala dan Tanda Minor Anjurkan posisi duduk
Subjektif :
cepat kenyng setelah Anjurkan diet yang diprogramkan
makan
kram/nyeri abdomen Kolaborasi
nafsu makan menurun Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Objektif : menentukan jumlah kalori dan jenis
bising usus hiperaktif nutrient yang dibutuhkan
otot pengunyah lemah
otot menelan lemah
membrane mukosa
pucat
sariawan
serum albumin turun
4. Implementasi
Merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Ada beberapa tahap dalam tindakan
keperawatan, yakni sebagai berikut (Setiadi, 2012) :
a) Persiapan, tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi hasil yang terindentifikasi pada tahap
perencanaan.
b) Intervensi, fokus tahap pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan independen, dependen, dan
interpenden.
c) Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus di ikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah, 2012). Untuk memudahkan
perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan
komponen SOAP. Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat.
Menurut Rohmah (2012) pengertian SOAP sebagai berikut :
a) S : Data Subjektif Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) O : Data Objektif Data objektif adalah data berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi secara langsung kepada klien, dan yang
dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c) A : Analisis Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi
datanya dalam data subjektif dan objektif.
d) P : Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan
hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada
umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah
tindakan yang dirasa dapat membantu menyelesaikan masalah klien,
tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternatif pilihan
yang lain yang diduga dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan yang baru atau
sebelumnya tidak ada maka, dapat ditentukan bila timbul masalah baru
atau rencana tindakan yang sudah tidak kompeten lagi untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
G. Referensi
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Rohmah, N 2012, Proses keperawatan, teori dan aplikasi, AR-Ruzz Media,
Jogjakarta.
Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori
dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.Jakarta Selatan:
DPP PPNI
Wulandari dan Erawati, 2016 Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta :
Pustaka pelajar.
Yolanda, Natharina (2016). Kebutuhan Air pada Anak.
(http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-
padaanak)