Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG ANAK RSUD dr. YULIDDIN AWAY

DI
S
U
S
U
N

OLEH :

EMIATI
NIM : P1337420921261

PEMBIMBING : DESRIATI DEVI, S.Kep, NS


CI : NS. NIKMARA AINA, S.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
A. KONSEP BRONKOPNEUMONIA

1. Pengertian

a. Bronkopneumonia merupakan infeksi yang terjadi di paru-paru dan a.dapat

disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti virus, jamur, bakteri, parasit,

dan aspirasi benda asing seperti susu formula. Bronkopneumonia pada balita

ditandai dengan tanda kesulitan bernapas yaitu napas cepat, kadang disertai

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dengan frekuensi pernapasan

tidak teratur (Kemenkes; Amelia et al., 2018).

b. Bronkopneumonia merupakan peradangan pada satu atau beberapa b.lobus

paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak yang disebabkan oleh

bakteri, jamur, virus, dan benda asing (Arfiana, 2016).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, bronkopneumonia merupakan

suatu peradangan pada parenkim paru-paru dengan adanya bercak-bercak yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing dengan gejala demam

tinggi, gelisah, kesulitan bernapas, pernapasan cepat dan dangkal, muntah, diare,

serta batuk kering dan produktif.

2. Klasifikasi Bronkopneumonia

Klasifikasi bronkopneumonia berdasarkan pedoman dan tatalaksana

menurut Wulandari & Erawati (2016) :

a. Bronkopneumonia sangat berat

Terjadi sianosis dan anak tidak dapat minum, oleh karena itu anak harus

dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik.

2
b. Bronkopneumonia berat

Terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih bisa minum, sehingga

anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberi antibotik.

c. Bronkopneumonia

Tidak ada retraksi dinding dada tetapi pernapasan cepat >60 x per menit pada

anak di bawah dua bulan, >50 x per menit pada anak usia 2 bulan sampai 1

tahun, > 40 x per menit pada anak usia 1 sampai 5 tahun.

d. Bukan bronkopneumonia

Hanya batuk tanpa gejala atau tanda seperti di atas, tidak memerlukan

pengobatan dan tidak membutuhkan antibiotik.

3. Etiologi Bronkopneumonia

Penyebab utama bronkopneumonia menurut Wulandari & Erawati (2016),

antara lain:

a. Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, Staphylocomlus, H. Influenza,

Klebsiela mycoplasma pneumonia).

b. Virus (Edena, Parainfluenza, Influenza).

c. Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes).

d. Protozoa (Pneumokistis karinti).

4. Gejala/Tanda Bronkopneumonia

Gejala klinis menurut Wulandari & Erawati (2016):

a. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut

b. Suara napas tambahan seperti ronchi dan wheezing.

3
c. Ventilasi berkurang karena adanya penimbunan mukus.

d. Demam tinggi (39◦C - 40◦C) terkadang disertai kejang-kejang.

e. Nyeri dada yang ditandai dengan kesulitan bernapas dan batuk.

f. Kadang disertai muntah dan diare.

g. Keletihan akibat peradangan dan hipoksia.

h. Kecemasan.

5. Patofisiologi Bronkopneumonia

Mikroba penyebab bronkopneumonia, seperti bakteri, virus, jamur, dan

protozoa masuk ke jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan atas dan bawah.

Virus yang menyebar di saluran pernapasan bagian bawah menyebabkan

peradangan pada dinding bronkus, mengakibatkan peningkatan produksi lendir,

yang menumpuk di bronkus menyebabkan penyumbatan, sehingga kemampuan

mengambil oksigen berkurang. Hal ini yang menyebabkan bersihan jalan napas

tidak efektif.

Bersihan jalan napas tidak efektif menyebabkan berkurangnya suplai

okigen sehingga dapat menyebabkan sesak napas. Sesak napas yang

berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan, intoleransi aktivitas, dan gangguan

pola tidur. Selain itu Ketidakefektifan bersihan jalan napas menyebabkan

pernapasan cuping hidung meningkat.

Peningkatan produksi lendir juga menyebabkan berkurangnya kebersihan

mulut, yang dapat mengakibatkan anak mengalami penurunan nafsu makan atau

anoreksia. Asupan nutrisi yang tidak mencukupi mengakibatkan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4
Mikroba yang menyebar pada bronkus dapat melebarkan dinding

pembuluh darah, memungkinkan eksudat plasma masuk ke alveolus,

menyebabkan gangguan disfungsi gas sehingga menyebabkan hiposemia.

Terjadilah hipoksia atau kekurangan oksigen dalam pembuluh darah. Hipoksia

menyebabkan sianosis sebagai tanda gangguan pertukaran gas. Peningkatan suhu

tubuh sebagai reaksi inflamasi yang terjadi pada bronkus akibat infeksi (Riyadi &

Sukamin, 2016).

6. Masalah Keperawatan Pada Bronkopneumonia

Masalah keperawatan yang dikaji pada laporan ini adalah asuhan

keperawatan pada pasien anak bronkopneumonia dengan masalah pola nafas tidak

efektif.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasein Bronkopneumonia

dengan Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif

1. Pengkajian Keperawatan

Pengumpulan data pada anak dapat dilakukan secara anamnesa

(autoanamnesa pada anak yang sudah bisa diajak berkomunikasi dan

alloammmesa pada bayi atau yang belum bisa diajak berkomunikasi), catatan

medis, observasi, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik (Tarwoto Wartonah.

2015).

a. Identitas Klien

1. Nama : Nama pasien harus jelas dan lengkap.

2. Usia : Pneumonia sering terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan

kematian terbanyak teradi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.

5
3. Jenis Kelamin : Pneumonia sering teradi pada laki-laki dari pada

perempuan.

4. Nama Orang Tua : Nama ayah, ibu. atau wali pasien harus dituliskan dengan

jelas agar tidak keliru dengan orang lain.

5. AIamat : Tempat tinggal harus dituliskan dengan jelas dan lengkap hingga

nomor teleponnya agar sewaktu-waktu dapat dihubungi.

6. Pekerjaan Orang Tua : Pekerjaan orang tua. baik ayah maupun ibu. dapat

menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh.

7. Pendidikan : Pendidikan orang tua dapat digunakan untuk menentukan pola

pendekatan selanjutnya. misalnya dalam pemilihan cara komunikasi,

pemeriksaan penunjang, dan penentuan tata laksana klien selanjutnya.

8. Agama dan Suku Bangsa : Perilaku seseorang tentang kesehatan dan

penyakit sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa. Tidak jarang

hal ini dapat meaghambat perilaku hidup sehat.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia adalah

sesak napas. Kaji sudah berapa lama klien sesak. sesak napas terjadi

mendadak atau bertahap. apakah sesak napas memburuk. faktor pemicu.

serta cara meredakannya (Gleadle. 2003).

6
2) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien sesak nafas, batuk – batuk, lesu tidak bergairah, pucat, tidak

nafsu makan, ronchi (+), whezzing (+), sakit pada dada dan pada jalan

nafas.

3) Riwayat kesehatan lalu

Kondisi klinis yang mendasari yaitu defisiensi imun. penyakit jantung,

hemoglobinopati. Riwayat prematuritas, serta anak sering mengalami

infeksi pernapasan akut sejak kecil. Faktor imaturitas dikaitkan dengan

perkembangan saluran pernapasan kongenital yang belum sempuma.

4) Riwayat Imunisasi

Anak yang belum mendapatkan imunisasi DPT dan campak dapat

meningkatkan resiko terjadinya pneumonia.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit infeksi, TBC, pneumonia, dan penyakit infeksi saluran

nafas lainnya.

6) Riwayat sosial

Anak yang mengalami bronkopneumonia pada kebersihan di sekitar

lingkungan kurang diperhatikan, tinggal di rumah susun, atau ventilasi

kurang.

c. Pengkajian Pola Fungsional

1) Pola persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Penyakit bronkopneumonia sering menyerang pada anak yang tinggal

dengan kebersihan lingkungan kurang.

7
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Klien biasanya mengalami mual, muntah, diare, nafsu makan menurun,

tidak mau menyusu, dan penurunan berat badan.

3) Pola Eliminasi

Pengukuran volume output urine dapat dilakukan untuk mengetahui status

hidrasi anak.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Pola tidur anak terganggu yang disebabkan oleh kesukaran bernapas.

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Anak lebih suka digendong dan tidur. Aktivitas dan bermain menurun

sebagai dampak kelemahan fisik.

6) Pola Kognitif Persepsi

Anak mengalami penurunan toleransi aktivitas

7) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri

Anak dengan bronkopneumonia sering mengalami kecemasan bertingkat

sesuai dengan keluhan yang dialamiya.

8) Pola Koping Toleransi Stress

Anak tampak gelisah dan lebih sensitif sehingga sering menangis sebagai

dampak stres yang dirasakan.

9) Pola Nilai Keyakinan

Orangtua klien yakin dan percaya kepada Tuhan bahwa anaknya akan

sembuh

10) Pola Peran dan Hubungan Anak tampak lebih banyak diam dan selalu

8
bersama orang tuanya.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Anak tampak lemas dan kelelahan

2) Kesadaran

Adanya penurunan kesadaran dari komposmentis menjadi somnolen.

3) Tanda – tanda Vital

Tekanan darah biasanya normal, tekanan darah tinggi apabila melibatkan

infeksi sistemis, nadi >130 x/menit dengan denyut nadi perifer lemah,

pernafasan >40 x/menit, dan suhu tubuh 39ᵒ - 40ᵒ C.

4) Antropometri

Pada anak dengan bronkopneumonia akan mengalami penurunan BB yang

disebabkan penurunan intake (anoreksia, mual, muntah, tidak mau minum)

serta peningkatan energi yang dikeluarkan untuk bernapas.

5) Mata

Konjungtiva anemis karena anemia atau konjungtiva sianosis karena

hipoksemia.

6) Hidung

Tampak pernapasan dengan bantuan cuping hidung. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan ventilasi.

7) Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga

9
8) Mulut

Mukusa bibir tampak kering disebabkan oleh penurunan oksigen, dan tidak

adekuatnya masukan cairan.

9) Leher

Tidak ada pembengkaan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan

kelenjar tiroid

10) Dada

1. Jantung

Pada pemeriksaan jantung biasanya tidak ditemukan kelainan jantung

atau kelemahan jantung.

2. Paru

Gejala : takipnea, dyspnea progresif, ronchi, pernapasan dangkal,

penggunaan otot bantu nafas / otot aksesori.

Tanda : sputum, merah muda, berkarat atau purulent.

Inspeksi : Biasanya pada anak bronkopneunomia ada retraksi dada

Palpasi : Tidak ada benjolan atau nyeri tekan diparu

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Adanya bunyi tambahan ronchi / whezzing

3. Perut

Ditemukan adanya distensi abdomen dan kembung karena adanya

sekret yang tertelan.

11) Ekstremitas Anak biasanya mengalami kelemahan.

12) Kulit Turgor kulit jelek dan akral teraba hangat.

10
13) Genetalia Tidak ada gangguan pada genetalia.

e. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran ke

kiri. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada.

2. Pemeriksaan radiologis

Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada

satu atau beberapa lobus.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan keluhan utama yang dirasakan pasien serta pemeriksaan fisik

yang sudah dilakukan. Diagnosis yang dilakukan dalam masalah keperawatan ini

adalah: 1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

ditandai dengan sesak.

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut Tim Pokja SIKI PPNI (2018) intervensi keperawatan adalah

segala perawatan yang dikerjakan oleh perawat berdasarkan pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai luaran atau hasil yang diharapkan. Rencana

keperawatan pada pasien bronkopneumonia dengan masalah pola nafas tidak

efektif (D.0005) adalah :

11
Tabel 1
Perencanaan Keperawatan Pada Pasien Bronkopneumonia Dengan Pola Nafas
Tidak Efektif
Luaran Intervensi
SLKI SIKI
Pola Napas Tidak Efektif Manajemen jalan napas (I.01011)
L.01005 Observasi
1. monitor pola napas (frekuensi,
Inspirasi dan atau ekspirasi kedalaman, usaha napas)
yang tidak memberikan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal.
ventilasi adekuat membaik Gurgling, weezing, ronkhi kering)
dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum (jumlah, warna, bau)
4. Terapeutik
1. Ventilasi semenit 5. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Kapasitas vital dengan hed-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
3. Diameter Thorax jika curiga trauma servikal)
Anterior-posterior 6. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Tekanan Inspirasi 7. Berikan minum hangat
5. Tekanan Ekspirasi 8. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Penggunaan otot bantu 9. Lakukan penghisapan lendir
nafas 10. Berikan oksigen, bila dibutuhkan
7. Perpanjangan fase Edukasi
ekspirasi 1. Ajarkan batuk efektif
8. Ortopneu 2. Ajarkan teknik pursed lips breathing
9. Pernafasan Pursed-lips Kolaborasi
10. Pernafasan cuping 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
hidung ekspektoran, mukolitik, bila dibutuhkan
11. Kedalaman Nafas
12. Ekskursi dada
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalama,
dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Monitor saturasi oksigen

Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi klien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi

12
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, bila
diperlukan

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk memcapai

tujuan spesifik. Tahap ini dilakukan setelah rencana tindakan disusun. Selama

pelaksanaan tindakan keperawatan perlu disesuaikan dengan rencana

keperawatan. Perawat perlu memvalidasi apakah rencana keperawatan masih

dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhan klien saat ini. Perawat harus sudah

mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan

tindakan yang akan dilakukan. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien

merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Nursalam,

2001). Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan

kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah, 2015).

5. Evaluasi Keperawatan

Hidayat (2008) menyatakan bahwa evaluasi keperawatan merupakan

langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi

sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan klien dengan

bronkopneumonia adalah pasien tidak ada sianosis, suara napas bersih, tidak ada

dispneu, irama dan frekuensi napas dalam rentang normal 20 – 40 x/menit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.

Yogyakarta: Trans Medika.

Gleadle, Jonathan. 2003. At glance Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes, Amelia, & Et, A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Anak. Medan:

Yayasan Kita Menulis.

Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik.

(Edisi 1). Jakarta: Salemba Medika

Riyadi, & Sukamin. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Tarwoto dan Wartonah.,2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

. Edisi :4 .Jakarta

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wulandari, & Erawati. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak.

14

Anda mungkin juga menyukai