Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pneumonia
a. Pengertian Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan pada parenzhim paru yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada bayi dan anak, walaupun dapat juga
terjadi pada semua usia dan pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan
peradangan akut parenkim paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru.
Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan dan
puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah paling
sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma Pneumoniae. Pada bayi dan anak-anak
penyebab yang paling sering adalah : Virus sinsisial pernapasan, adenovirus, virus
parainfluenza, dan virus influenza (Poetry 2008).
2.1.2 Etiologi
Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah :
1) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H.Influenza, Klebsiela
mycoplasma pneumonia).
2) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3) Jamur/fungsi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum,
koksidiodes).
4) Protozoa (Pneumokistis Karinti).
5) Bahan kimia (Aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, dll) (Riyadi & Suharsono, 2010).
2.1.3 Manifestasi Klin
Manifestasi klinik yang sering terlihat pada anak yang menderita
pneumonia adalah demam, batuk, anak akan memperlihatkan kesulitan bernapas,
retraksi interkostal, nyeri dada, nyeri abdomen, krakles, penurunan bunyi napas,
pernapasan cuping hidung, sianosis, batuk kering kemudian berlanjut ke batuk
produktif, adanya ronkhi basah, halus dan nyaring, adanya takipnea (frekuensi
pernapasan > 50x/menit). Pemeriksaan kardiovaskuler akan didapatkan takikardi,
sedangkan pada pemeriksaan neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan
tidur, gelisah, terdapat iritabilitas dan kemungkinan disertai dengan kejang. Gejala
lain yang sering timbul adalah terdapat penurunan nafsu makan dan nyeri
lambung, kelelahan, gelisah dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul
adalah tandanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak (Marni 2014).
2.1.4 Patofisiologi
Bakteri atau virus kedalam tubuh, akan menyebabkan gangguan atau
peradangan pada terminal jalan napas dan alveoli. Proses tersebut akan
menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus, terjadi
destruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan napas. Pada kondisi akut
maupun kronik seperti AIDS, cystic fibrosis, aspirasi benda asing dan kongential
yang dapat meningkatkan resiko pneumonia (Marni, 2014).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Poetry (2008) pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan untuk
menegakkan diagnosa adalah pemeriksaan rontgen dan laboratorium. Hal ini
dilakukan untuk memperkuat diagnosis apakah seseorang mengidap pneumonia
atau tidak. Gambaran yang diperoleh dari rontgen memperlihatkan kepadatan pada
bagian paru. Kepadatan terjadi karena dipenuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Akibatnya fungsi
terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas karena tak tersisa ruang untuk
oksigen.
Kelainan yang tampak pada foto rontgent penderita pneumonia dapat
berupa: bercak putih setempat atau tersebar di sekitar paru ataupun gambaran
lainnya terdapat komplikasi pneumonia. Pemeriksaan dengan menggunakan foto
rontgen kadang-kadang dapat dibedakan dengan penderita Tuberkulosis (TB) yaitu
gambaran bercak putih dibagian atas paru. Perlu juga dilakukan pengambilan
sputum/dahak untuk dikultur dan ditest resistensi kuman untuk dapat mengetahui
mikroorganisme penyebab pneumonia (Poetry 2008).
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit pneumonia
adalah dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan vaksinasi (Pardede
2013). Pengobatan suportif bila virus pneumonia, bila kondisi anak berat harus
dirawat di rumah sakit. Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan anak dan
sesuai program pengobatan, lakukan fisioterapi dada untuk membantu anak
mengeluarkan dahak, setiap empat jam dan sesuai petunjuk, berikan cairan
intravena untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Untuk mengatasi infeksi, berikan obat antibiotik sesuai program, misalnya
amoxillin, clarithromycin/ erythromycin dan ampicillin. Ada dua golongan
penicilin dan golongan sefalosporin (Suharjono et all, 2009). Apabila pada
pemeriksaan pewarnaan gram terdapat organisme, dan cairan berbau tidak enak,
maka lakukan pemasangan chest tube.
Pemberian zink dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak, walaupun
jika untuk terapi zink kurang bermanfaat (Pardede 2013). Pemberian zink
20mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap pemulihan demam, sesak napas,
dan laju pernapasan (Wahani 2012).
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan
proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar
dari pasien, untuk informasi yang diharapkan dari pasien. Pengkajian pada seluruh
tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data objektif dari
pemeriksaan diagnostik dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat
kesehatan (data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif). Terdapat dua jenis
pengkajian yang dilakukan untuk menghasilkan diagnosa keperawatan yang akurat,
komprehensif dan fokus. Pengkajian komprehensif mencakup seluruh aspek
kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional gordon.
Menurut Muttaqin (2008), pengkajian pasien dengan pneumonia yaitu :
1) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan
suhu tubuh/demam.
2) Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama
adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, lama keluhan
batuk muncul, pada klien pneumonia. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan
tidak berkurang setelah minum obat batuk yang ada di pasaran. Pada awalnya
keluhan batuk nonproduktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau kemerahan
dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi
dan menggigil serta sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan lemas.
3) Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit diarahkan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan, kongesti
nasal, bersin, dan demam ringan.
4) Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orangtua beranggapan meskipun anaknya batuk masih
menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orangtua menganggap
anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak napas.
b) Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik
melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan
gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
melalui proses evaporasi karena demam.
d) Pola tidur-istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak
napas. Penampilan anak terlihat lemah sering menguap, anak juga sering menangis
pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
e) Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik.
Anak tampak lebih banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest.
f) Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak. Pada saat di rawat anak
tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
g) Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka
bermain, ketakutan terhadap yang sudah mengalami pubertas orang lain meningkat
h) Pola peran hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang
lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat
orangtua.
i) Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan biasanya penundaan.
j) Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stres adalah anak sering menangis,
kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka
marah.
k) Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Status penampilan kesehatan : lemah
b) Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma,
apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c) Tanda-tanda Vital
(1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, hipertensi
(2) Frekuensi pernapasan
(3) Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot bantu
pernafasan, pelebaran nasal.
d) Suhu Tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh
hipotalamus.
e) Berat badan dan Tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan
f) Integumen kulit
(1) Warna : pucat sampai sianosis
(2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
(3) Turgor : menurun pada dehidrasi
g) Kepala dan mata Kepala :
(1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
(2) Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
h) Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorax
dan paru-paru
(1) Inspeksi
Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernapas antara lain : takipnea,
dispnea progresif, pernapasan dangkal
(2) Palpasi
Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada daerah yang terkena
(3) Perkusi
Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara)
resonasi
(4) Auskultasi
(a) Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada daerah yang terkena
(b) Suara napas tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi
(Riyadi & Sukarmin 2009).
2.2.2 Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah


Klien 1
Data Subyektif : Sekresi yang tertahan Ketidakefektifan bersihan jalan
Keluarga pasien nafas (00031)
mengatakan By. S sesak nafas
Data Obyektif :
- Pasien tampak sesak nafas
- RR : 65x/menit
- Terdapat suara nafas tambahan
ronchi basah
- Paru-paru tampak infiltrat di
kedua lapang paru (Hasil foto
thorax)
Data Subyektif : Hiperventilasi Ketidakefektifan pola nafas
Keluarga pasien (00032)
mengatakan By. S sesak nafas
Data Obyektif :
- Pasien tampak sesak nafas
- RR : 65x/menit
- Pasien terpasang kanul O₂ 1 lpm
- Menggunakan otot bantu
pernapasan
Data Subyektif : Faktor biologis Ketidakseimbangan nutrisi
Keluarga mengatakan badan kurang dari
anaknya kurus kebutuhantubuh (00002)
Data Obyektif :
 A (Antropometri)
- BB : 5.5kg
- PB : 50cm
- Z Score -2.5 (gizi kurang )
 B (Biochemical)
- Hemoglobin : 9,0 g/dL
- Hematokrit : 28%
 C (Clinis)
- kulit tampak pucat
- mukosa bibir kering
- konjungtiva anemis (pucat)
 D (Diet)
- Diet (ASB)
8x60cc/hari melalui
sonde/NGT

Data Subyektif : Penyakit Hipertermia (00007)


Ibu pasien mengatakan anaknya
demam sejak ± 2 hari yang lalu
Data Obyektif :
- Badan pasien panas
- Suhu tubuh : 38,8°c
- Leukosit : 19.8 ribu/ul

2.2.3 Diagnosis
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Sekresi yang tertahan
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Hiperventilasi
2.2.4 Perencanaan Keperawatan
Dx. Tujuan dan Perencanaan
Keperawatan Kriteria
Hasil
Klien 1
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas (3140)
bersihan jalan tindakan keperawatan - Monitor status pernafasan
nafas selama 3x24 jam - Observasi sumbatan jalan nafas
b.d sekresi diharapkan jalan nafas - Auskultasi suara nafas
yang paten dengan kriteria - Lakukan fisioterapi dada
berlebih hasil : - Lakukan suction
- Anak tidak sesak nafas - Ajarkan ibu untuk memposisikan
- RR normal pasien untuk meringankan sesak
30- nafas
40x/menit Terapi Oksigen (3320)
- Tidak ada dyspnea - Kolaborasi dengan tim kesehatan
- Bunyi nafas normal lain dalam pemberian oksigen
- Tidak ada Terapi Intravena (IV) (4200)
penumpukan sekret - Berikan pengobatan IV sesuai yang
diresepkan
Ketidakefektifan Monitor Pernafasan (3350)
pola nafas - Observasi pergerakan dinding
b.d Setelah dilakukan dada
Hiperventilasi tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas (3140)
selama 3x24 jam - Posisikan kepala
diharapkan pola nafas ekstensi untuk
teratur dengan kriteria meringankan sesak nafas
hasil
: Pemberian obat oral(2304)
- Pasien tidak sesak - Anjurkan anggota
nafas keluarga mengenai pemberian obat
- RR normal Terapi Oksigen (3320)
30- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
40x/menit dalam pemberian Oksigen
- Tidak terdapat
retraksi dinding dada
Tidak menggunakan alat
bantu pernapasan (O₂)
2.2.5 Implementasi

Diagnosa 22 mei 2017 23 mei 2017 24 mei 2017


Keperawatan
Klien 1 Implementasi Implementasi Implementasi
Ketidakefektifan 10.00 - Mengobservasi sumbatan jalan 08.00 - Mengobservasi sumbatan jalan 08.00 - Mengobservasi sumbatan
bersihan jalan nafas nafas jalan nafas
nafas b.d Sekresi 10.30 - Melakukan fisioterapi dada 08.20 - Melakukan fisioterapi dada 09.00 - Melakukan fisioterapi dada
yang tertahan 11.00 - Melakukan suction 08.40 - Melakukan suction 09.30 - Mengauskultasi suara nafas
11.15 - Mengauskultasi suara nafas : 09.00 - Mengauskultasi suara nafas 12.00 - Memberikan terapi sesuai
ronki basah masih terdengar suara ronkhi indikasi Amphicilin
11.50 - Memberikan terapi sesuai basah dikedua paru Sulbactam 180 mg/6 jam
indikasi Amphicilin Sulbactam 11.30 - Memberikan terapi sesuai Gentamicin 530mg/24jam
180 mg/6 jam Gentamicin indikasi Amphicilin Sulbactam
530mg/24jam 180 mg/6 jam
14.30 - Berkolaborasi pemberian oksigen Gentamicin 530mg/24jam
14.10 - Berkolaborasi pemberian oksigen

Ketidakefektifan 10.20 - Mengobservasi pergerakan 10.40 - Mengobservasi pergerakan 10.20 - Mempertahankan posisi
pola nafas b.d dinding dada dinding dada kepala ekstensi untuk
Hiperventilasi 12.30 - Memposisikan ekstensi untuk 14.00 - Memposisikan ekstensi untuk meringankan sesak nafas
meringankan sesak nafas meringankan sesak nafas 10.40 - Mengobservasi pergerakan
13.00 - Menganjurkan anggota keluarga 15.00 - Menganjurkan anggota keluarga dinding dada
dalam pemberian obat dalam pemberian obat
14.30 - Berkolaborasi pemberian oksigen 14.10 - Berkolaborasi pemberian oksigen
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi Hari 1 Hari 2 Hari 3
Klien 1 S : Ibu pasien S : Ibu pasien S : Ibu pasien
mengatakan anak mengatakan sesak mengatakan anaknya
Dx. 1 sesak nafas nafas anaknya sudah tidak sesak napas
O: berkurang O:
- Pasien tampak O: - Pasien sudah tidak
masih sesak nafas - Pasien tampak sesak sesak nafas
- RR : 50x/menit nafas berkurang - RR : 38x/menit
- SpO2 : 97 % - RR : 44x/menit - SpO2 : 99 %
- Sekret keluar - SpO2 : 98 % - Suara Ronchi sudah
berwarna putih - Sekret keluar tidak terdengar
kekuningan berwarna putih encer - Obat masuk
- Masih terdapat - Masih terdengar Ampicillin
ronchi basah suara napas sulbactam
dikedua lapang tambahan berupa 180mg/6jam
paru - paru ronchi basah Gentamicin
- Obat masuk - Obat masuk 530mg/24 jam
Amphicillin Amphicillin A:
Sulbactam Sulbactam Masalah teratasi
180mg/6jam 180mg/6jam P:
Gentamicin Gentamicin Hentikan intervensi
500mg/24 jam 500mg/24 jam
A: A:
Masalah teratasi Masalah teratasi
sebagian sebagian
P: P:
Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi - Mengobservasi
Sumbatan jalan Sumbatan jalan nafas
nafas - Melakukan
- Melakukan fisioterapi dada
fisioterapi dada - Melakukan suction
- Melakukan suction - Mengauskultasi
- Mengauskultasi suara nafas
suara nafas - Berkolaborasi
- Berkolaborasi dengan dokter dalam
dengan dokter pemberian antibiotic
dalam pemberian - Berkolaborasi
antibiotik pemberian oksigen
- Berkolaborasi
pemberian oksigen

Dx. 2 S: Ibu pasien S: Ibu pasien S: Ibu pasien


mengatakan anaknya mengatakan anaknya mengatakan anaknya
sesak nafas sesak nafas berkurang sudah tidak sesak napas
O: O: O:
- Pasien tampak - Pasien tampak sesak - Pasien sudah tidak
masih sesak nafas nafas berkurang sesak nafas
- RR: 50x/menit - RR: 44x/menit - RR: 38x/menit
- Terdapat retraksi - Terdapat retraksi - Sudah tidak terlihat
dinding dada dinding dada retraksi dinding dada
- Terdapat suara - Terdapat suara nafas - Sudah tidak terdapat
nafas tambahan tambahan ronchi suara nafas tambahan
ronchi basah basah - Terpasang O₂ 1 lpm
- Terpasang O₂ 1 - Terpasang O₂ 1 lpm A:
lpm A: Masalah teratasi
A: Masalah teratasi P:
Masalah teratasi sebagian - Hentikan intervensi
sebagian P:
P: Lanjutkan intervensi
Lanjutkan intervensi - Memonitor keluhan
- Memonitor keluhan sesak nafas pasien
sesak nafas pasien - Memposisikan
- Memposisikan ekstensi untuk
ekstensi untuk meringankan sesak
meringankan sesak nafas
nafas - Menganjurkan
- Menganjurkan anggota keluarga
anggota keluarga dalam pemberian
dalam pemberian obat
obat - Berkolaborasi
- Berkolaborasi pemberian oksigen
pemberian oksigen

Anda mungkin juga menyukai