Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI ANAK PATOLOGIS PADA
SISTEM PERNAFASAN (BRONKOPNEUMONIA)

Nama: Dea Novita. Es


NPM/Kelas : F0H021123/3C

Pembimbing Lahan

(NENENG AISYAH ,S.KEP,NERS)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2024
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Bronkopneumonia bisa disebut juga pneumonia lobularis merupakan
suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering
menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh macam-macam tanda
gejala seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
yang terjadi pada bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, ada
juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering terjadi infeksi sekunder terhadap beberapa
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh, terkadang bisa sebagai
infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa
(Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
terkadang melibatkan bronkus atau bronkiolus berupa distribusi berbentuk
bercak (patchy distribution). Bronkopneumonia merupakan jenis penyakit
peradangan akut pada paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan juga sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-
infeksi yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011).
2. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen.Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan siliayang menggerakkan kuman
keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat (Nurarif & Kusuma,
2015).
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa,mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumonia
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
(Nurarif & Kusuma, 2015)
3. Klasifikasi
Pembagian bronkopneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi.
Ada beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian bronkopneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
lebih relevan.
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia
interstitiali, Bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang
didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab pneumonia bakteri, pneumonia
virus, pneumonia mikoplasma, pneumonia jamur.
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal,
pneumoniaatipikal.
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan
pneumoniapersisten.
(Bradley et.al, 2011)
4. Patofisiologi (WOC/ Pathway)
Bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan
gangguan atau peradangan pada terminal jalan nafas dan alveoli. Proses
tersebut akan menyebabkan infiltrate yang biasanya mengenai pada
multiple lous, terjadi desktruksi sel dengan menanggalkan fungsi alveolar
dan jalan nafas. Pada kondisi akut maupun kronik seperti AIDS, cystic
fibrosis, aspirasi benda asing dan kongenital yang dapat meningkatkan
resiko bronkopneumonia (Ngastiyah, 2014).
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk kedalam jaringan paru-
paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchioles, kemudian kuman
masuk kedalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga
terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronkhiolus dan alveolus
sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paruyang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus (Nabiel, 2014).
5. Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)
Broncopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan geraja yang khas seperti
menggigil, demam, nyeri dada, pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesoris dan bisa timbul
sianosis.Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi/pengisian rongga udara oleh eksudat (Nurarif
&Kusuma. 2015).
Pemeriksaan kardio faskuler akan didapatkan takikardi, sedangkan
pada pemeriksaan neurologis anak mengeluh nyeri kepala, kesulitan tidur,
gelisah, terdapat iritabilitas dan kemungkinan disertai kejang. Gejala lain
yang sering timbul yaitu terdapat penurunan nafsu makan yang nyeri
lambung, kelelahan, dan sianosis. Sedangkan tanda yang sering muncul
yaitu adanya peningkatan suhu tubuh yang mendadak (Ngastiyah, 2014).
6. Pemeriksaan Penunjang
Sebagai penegak diagnosa keperawatan dapat digunakan cara
pemeriksaan yaitu : (NANDA, 2015)
1. Pemeriksaan laboratoriun
a. Pemeriksaan dara
b. Pemeriksaan seputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sempel darah, seputum, dan urine
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
b. Laringoskopi bronkoskop
7. PenataLaksanaan
a. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak penderita
bronkopneumonia adalah :
1. Menjaga kelancaran pernafasan.
2. Kebutuhan istirahat pasien.
Pasien sering hiperpireksia maka pasienperlu cukup istirahat,
semua kebutuhan pasien harus ditempat tidur.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan.
Pasien dengan penyakit bronkopneumonia hampir selalu
mengalami kekurangan makanan atau nutrisi. Suhu tubuh yang
tinggi selama beberapa hari dan kekurangan cairan dapat
menyebabkan dehidrasi, untuk mencegah dehidrasi danekurangan
kalori di pasang infuse dengan cairan glikosa 5% dan
NaCl 0,9%.
4. Mengontrol suhu tubuh.
5. Pengobatan.
Pengobatan diberikan berdasatkan etiologi dan uji resisten. Tetapi
kareana hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan penisilin ditambahkan dengan
cloramfenikol dan antibiotic yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai demam sembuh
4-5 hari. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi dengan hasil sesuai analisis gas darah arteri
(Nurarif, 2016)
b. Pentalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan pengobatan :
1. Oksigen 2 lpm.
2. IVFD (Intra Vena Fluid Drip)
a) Jenis cairan adalah 2A-K CL (1-2 mek/kgBB/24 jam atau
KCL 6 mek/500 ml). Kebutuhan cairan adalah :
KgBB Kebutuhan (ml/kgBB/hari)
3-10 105

11-14 85

Lebih dari 15 65

Apabila ada kenaikan suhu tubuh, maka setiap


kenaikan suhu 1 °C kebutuhan cairan di tambah
12%, tetesan dibagi rata dalam 12 jam.
b) pengobatan
1. Antibiotika
Prokain 50.000 U/kgBB/hari IM, dan
Kloramfhenikol 75mg/kgBB/hari dalam 4 dosis,
IM/IV, atau Ampicilin 100 mg//kgBB/hari dibagi
4 dosis IV dan Gentamicin mg/kgBB/hari, IM
dalam 2 dosis per hari.
2. Kartikosteroid
Pemberian kortison asetat 15 mg/kgBB/hari
secara IM, diberika bila ekspirasi memanjang
atau lender banyak sekali. Di berikan dalam 3
kali pemberian (Nabiel., 2014).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah–masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan,
2012).
1. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
nomor register, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, pendidikan, tanggal
MRS, diagnosa medis (Wahid, 2013).
2. Keluhan utama
Klien dengan bronkopneumonia akan merasakan batuk
produktif disertai demam yang tinggi, anak biasanya sangat
gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung (Ngastiyah, 2014).
Sedangkan keluhan utama yang harus ada menurut Tim Pokja
SDKI DPP PPNI (2016) untuk menentukan anak yang
mengalami masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak
efektif antara lain yaitu : Batuk tidak efektif, tidak mampu
batuk, sputum berlebih, mengi atau wheezing, dan/ ronki
kering, mekonium dijalan napas (neonates).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan bronkopneumonia akan diawali dengan
keluahan demam, batuk, adanya peningkatan frekuensi
pernafasan, tidak mau makan, muntah, atau diare,
adanya menggigil, dispnea (Kyle, 2012).
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit bronkopneumonia apakah
anak lahir prematur (prematuritis), malnutrisi, pajanan
pasif pada asap rokok, status sosial ekonomi rendah,
apakah bayi pernah menderita penyakit jantung paru
(Brady, 2012).
c. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota yang lain yang pernah sakit atau
sedang sakit (batuk-batuk) yang sama seperti pasien?
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakakukan secara head to toe pada setiap
anggota keluarga baik yang sakit ataupun sehat :
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan umum pasien, kesadaran, dan
pemeriksaan tanda-tanda vital yang menunjukkan adanya
peningkatan tekanan darah.

b. Kepala, mata, mulut


1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan kepala
2. Palpasi tengkorak adanya nodus atau pembengkakan yang
lain
3. Periksa kebersihan kulit kepala, ada tidaknya lesi,
perubahan warna, kehilangan rambut.
4. Bibir mengalami sianosis
5. Frekuensi pernafasan
Takipnea, dyspneaprogresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan, pelebaran nafas.

c. Kulit
1. Suhu kulit pada hipertermia kulit pada terbakar
panas akan tetapi setelah hipertermia teratasi kulit
anak akan teraba dingin.
2. Turgor kulit menurun
3. Thorax dan paru
Ispeksi : Pernafasan dangkal
Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatal vokal
fremitus pada daerah tertekan.
Perkusi : Pekak terjadi apabila terisi cairan pada
paru, normal timpani (terisi udara) resonansi
Auskultasi : Suara nafas yang meningkat intensitasnya,
suara bronchial pada daerah yang terkena, ada suara
tambahan ronchi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi.
(Riyadi dan Sukarmin, 2009)
2) Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d spasme jalan nafas
2. pola nafas tidak efektif b.d Hambatan Upaya napas
3. Intolransi aktifitas b.d Kelemahan
3) Intervensi Keperawatan
Diangnosa Tujuan Kriteria Hasil Intevensi Keperawatan
Bersihan Setelah di lakukan nya Observasi :
Jalan intervensi selama 3 X 24 1. Identifikasi indikasi
Nafas jam diharapkam bersihan dilakukan fisioterapi
TIdak jaln nafas meningkat dada (mis: hipersekresi,
Efektif dengan kriteria hasil sputum, sputum kental
1. Batuk efektif (skala 5; dan tertahan, tirah
meningkat) baring lama)
2. Produksi sputium 2. Identifikasi kontra
(skala5; menurun) indikasi fisioterapi dada
3. Mengi (skala 5; (mis: ekserbasi PPOK
menurun) akut,
4. Wheezing (skala 5; pneumonia tanpa
menurun) produksi sputum
5. Dyspnea (skala 5; berlebih, ca paru-
menurun) paru)
6. Ortopnea (skala 5; 3. Monitor status
menurun) pernapasan (kecepatan,
7. Sulit bicara (skala 5; irama, suara,
menurun) kedalaman)
8. Sianosis (skala 5 4. Periksa sekmen paru
menurun) yang mengandung
9. Gelisah (skala 5; sekresi berlebih
menurun) 5. Monitor jumlah dan
10. Frekuensi nafas karakter sputum
(skala 5; membaik) 6. Monitor toleransi
11. Pola nafas (skala 5; selama dan setelah
membaik) prosedur
Terapeutik :
1. Posisikan apasien
sesuai dengan area
paru yang mengalami
penumpukan sputum
2. Gunakan bantal untuk
mengatur posisi
Lakukan perkusi
dengan posisi telapak
tangan di tnangkupkan
3-5
menit
4. Lakukan fibrasi
dengan posisi telapak
tangan rata
bersamaan ekspirasi
melalui mulut
5. Lakukan fisioterapi
dada setidaknya 2 jam
setelah makan
6. Hindari perkusi pada
tulang
belakang,ginjal,
payudara wanita,
insisi, dan tulang
rusuk patah
7. Lakukan penghisapan
lendir untuk
mengeluarkan sekret
jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada
2. Anjurkan batuk
segera setelah
prosedur selesai
3. Ajarkan inspirasi
perlahan dan dalam
melalui hidung
3. selama proses
fisioterapi dada
Pola napas Setelah di lakukan Observasi:
tidak efektif intervensi selama 3 X24 1. monitor pola nafas
jam di harapkan pola napas 2. monitor bunyi nafas
membaik dengan kriteria 3. monitor sputum
hasil Terapeutik:
1. Dispnea menurun 1. pertahankan kepatenan
2. penggunaan otot bantu jalan nafas
nafas menurun 2. posisikan semi fowler
3. pemanjangan fase atau Fowler
ekpirasi menurun 3. berikan minum hangat
4. frekuensi nafas 4. lakukan fisioterapi dada,
Membaik jika perlu.
5. kedalaman nafas 5. lakukan penghisapan
membaik lendir kurang dari 15 detik.
6. Lkukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. keluarkan sumbatan
benda padat deengan fospen
MoGill
8. berikan ksigen
Edukasi :
1. Anjurkas asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak ada
kotrak indikasi.
2. anjurkan tekhnik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. kolaborasikan pemberian
bronkodilator ,ekpraektoran,
mukolitik,jika perlu

Intoleransi Setelah di lakukan nya Observasi :


aktivitas intervensi selama 3X 24 1. identifikasi gangguan
jam di harapkan toleransi fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat dengan mengakibatkan melelahkan
kriteria hasil 2. monitor kelelahana fisik
1. frekuensi nadi dan mental
meningkat 3. monitor pola dan jam
2. keluhan lelah menurun tidur
3. dispepnea saat aktivitas Monitor lokasi dan tidak
menurun kenyamanan selama
4. dispepnea setelah melakukan aktifitas
aktivitas menurun Terapeutik :
1.sedikan lingkungan yang
aman dan rendah stimulan.
2. lakukan latihan rentan
gerak pasif /aktif
3. berikan aktifitas disstrasi
yang menenangkan
4. fasilitasi duduk di sisi
tempet tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan.
Edukasi :
1. anjurkan tira baring
2. anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. ajarkan strategi kompilng
untuk mengurangi
kelelahan.
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan akhli
gizi tentang cara
meningkatkan nafsu makan.

DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
IndikatorDiagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
TindakanKeperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. 2011.
Executive summary: The management of community-acquired
pneumonia in infants and children older than 3 months of age: Clinical
practice guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Inf Dis. 53(7):617-630.

Anda mungkin juga menyukai