Disusun Oleh
Yunzin Nailufar (1120022027)
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Penyebab :
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi 1
10. Efek agen farmakologis
Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Penyebab :
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan alergi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak keperawatan selama 2x24 Kode : I.01011
Efektif jam diharapkan bersihan
1. Monitor sputum (jumlah,
Kode : D.0001 jalan napas tidak efektif warna, aroma).
Definisi: dapat teratasi dengan
Ketidakmampuan kriteria hasil sebagai 2. Posisikan semi fowler
membersihkan berikut: atau fowler
sekret atau
obstruksi jalan 1. Batuk efektif cukup 3. Berikan minum hangat
napas untuk meningkat (4) menjadi
cukup menurun (2) 4. Monitor sputum (jumlah,
mempertahankan warna, aroma)
jalan napas tetap 2. Produksi sputum
paten 5. Lakukan fisioterapi dada
cukup meningkat (4)
menjadi cukup jika perlu
menurun (2) 6. Lakukan penghisapan
3. Mengi cukup lendir kurang dari 15 detik
meningkat (4) menjadi 7. Ajarkan teknik batuk
cukup menurun (2) efektif
4. Wheezing cukup 8. Kolaborasi pemberian
meningkat (4) menjadi bronkodilator, ekspetoran,
cukup menurun. (2) mukolitik
2. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan asuhan Pemantauan Respirasi
Efektif keperawatan selama 2x24
Kode : I.01014
Kode : D.0005 jam diharapkan pola napas
Definisi : tidak efektif dapat teratasi 1. Monitor frekuensi, irama,
Inspirasi dan/atau dengan kriteria hasil kedalaman dan upaya
ekspirasi yang sebagai berikut berikut : napas
tidak memberikan
1. Tekanan ekspirasi 2. Monitor pola napas.
ventilasi adekuat
cukup menurun (2)
menjadi cukup 3. Atur interval pemantauan
meningkat (4) respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dispnea cukup
meningkat (2) menjadi 4. Dokumentasikan hasil
cukup menurun (4) pemantauan
3. Frekuensi napas cukup 5. Jelaskan tujuan dan
memburuk (2) menjadi prosedur pemantauan
cukup membaik (4)
6. Informasikan hasil
pemantauan
\
Referensi
Anwar. (2019). Keperawatan Medikal Bedah : Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : EGC.
Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika.
Nikmah. (2018). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indiktor Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Shaleh. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
RESUME I
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Vertigo
Disusun Oleh:
Nama : Yuni Safitri R.R Bella
Nim : 1120022004
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Yayan A. Israr (2010) Pemeriksaan penunjang pada
pasien vertigo adalah CT sean atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan
kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika di duga suatu
infeksi,
bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atan dari tulang
belakang. Jika di duga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka
dilakukan pemeriksaan aagiograın, nutuk melihat adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus
dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hart
pertama.Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan
mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya
sebuah gambar atau jari yang direntangkan ternyata lebih enak daripada
berbaring dengan kedua mata ditutup. Karena aktivitas intclektual atau
konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa
tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi
visual yang kuat.Bila mual dan muntah bemt, inöavena haras diberikan
untuk mencegah dehidrasi. Bila vertigo tidak hilang hilang. Banyak
pasien dengan gangguan vestibular perifer alnit yang belum dapat
memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan saagat takut mendapat serangan berikut Sisi
penting neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah
jinak dan dapat sembuh. Dokter harms menjelaskan bahwa kemampuan
otak untuk beradaptasi akan meınbuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah
gejala11
akut mereda. Latihan ini untuk memperkuat mekanisme kompensasi
sistem saraf pusat nutuk gangguan vestibular akut.
8. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesebatan
c. Keluhan utama
Keluhan yang inenonjol pada pasien vertigo adalah nyeri.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri kepala, nyeri di rasakan seperti berputar-
putar, nyeri dirasakan seperti berputar, nyeri dirasakan apabila
klien duduk atnu berdiri dan nyeri berkurang apa bila klien
berbaring. Nyeri di rasakan hilang timbul dengan skala nyeri 3 dari
skala (0-10).
e. Riwayat kesehatan dahulu
Klien memilih riwayat penyakit yang sama.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang ınemiliki
penyakit seperti diabetes dan hipertensi.
9. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda Nic Noc (2010) ada beberapa diagnose keperawatan
mengenai penyakit Vertigo antara lain:
a. Cemas yang berhungan dengan penurunan fungsi kognitif
b. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakraflial
ditandai denganmenyatakan nyeri yang dipengariihi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
c. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-
adekuatan relaksasi, koping ädak adekuat, kelebihan beban kerja
d. gangguan pola tidur berhubungan dengan terjadinya penekanan
pada otot leher.
10. Intervensi Keperawatan
RESUME VERTIGO
I. BIODATA
Nama : Ny. S
Umur : 46 TH
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Alamat : Bandar, Pacitan
Diagnosa : Vertigo
No.Reg : 175737
Tgl. Masuk : 12 oktober 2022 jam 11.00 WIB
Tgl. Pengkajian : 12 oktober jam 11.00 WIB
II. KELUHAN UTAMA:
Kepala pusing gluweng-gluweng
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Kepala pusing gluweng-gluweng, badan lemes, tidak kuat untuk aktifitas sehari-hari mulai tadi
malam. Skala nyeri 6
IV. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU:
Tidak ada riwayat alergi, Sudah berobat kenankes setempat tapi tidak sembuh, Tidak pernah
oprasi
V. RIWAYAT PSIKOSOSIAL:
Pasien berperan sebagai ibu rumah tangga
VI. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI:
a. Makan : ± 3x sehari dengan porsi sedang
b. Minum : ± 3-5x gelas sedang dalam sehari
c. Istirahat : ± 2 jam siang hari, Malam ± 8 jam
d. Eliminasi : BAK ± 5x/hari, BAB ± 1x/hari
Aktifitas : Selalu melakukan aktifitas sehari-hari sebagai kepala rumah tangga dengan 2 orang anak
. Kebersihan : Mandi ± 2x/hari, Sikat gigi 2x/hari
VII. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:
Dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita pasien, dan
penyakit lainnya seperti DM, HT, ASMA dll.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK:
1. Tanda-tanda vital:
TD : 130/80 MmHg
Nadi : 88x/Mnt
Suhu : 36,6 0 C
RR : 24x/Mnt
2. Tinggi badan : 159 Cm
Berat badan : 59 Kg
. Kepala : Bentuk bulat, rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam, kadang kepala ditekan-
tekan dengan tangan karena pusing
4. Mata : Konjungtiva merah muda
5. Hidung : Tidak ada polip
6. Mulut : Mukosa mulut lembab, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi palsu.
7. Telingga : Tidak ada keluar cairan
8. Dada : Simetris kanan dan kiri, suara nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
9. Jantung : S1 dan S2 Tunggal
10. Abdomen : Tidak terjadi nyeri tekan pada abdomen
11. Ekstremitas : Kedua tangan dan kaki bebas beraktifitas
5 5 Kekuatan otot :
5 5
X. INTERVENSI
TUJUAN DAN
DX INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Tujuan
1. : Setelah dilakukan
1. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
tindakan keperawatan,
R/: Supaya pasien dapat percaya dengan tindakan yang akan
nyeri berkurang.
dilakukan.
KH : Pasien mengatakan
2. Kaji jenis dan lokasi nyeri serta ketidak nyamanan pasien
nyeri berkurang
(Hilang) R/: Nyeri akan dirasakan pada spasme otot yang terjadi respon
ncidera.
3. Jelaskan penyebab nyeri
Disusun Oleh :
Deffi Okta Hadi Prassetia
Nim : 1120022138
1. Definisi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau
penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik karena
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba
dan kadang hilang dan merupakan kondisi dari yang sangat ringan sampai
2. Manifestasi Klinis
atau tidak ada, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi
atau tidak ada, peningkatan bising usus dan bunyi “hush” meningkat ,
c) Mekanika sederhana-kolon
e) Strangulasi
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
2011)
3. WOC
4. Pemeriksaan Penunjang
c) Pemeriksaan rectal
d) Laboratorium : leukosit, HB
lipatan khusus
5. Pengobatan
6. Penatalaksanaan
beresiko
e) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
B. Riwayat Penyakit
1. Pengkajian
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, mual muntah, dan
lain-lain.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan serangan itu timbul, lokasi nyeri, kualitas nyeri, dan faktor
konjungtiva anemis.
>110/70mmHg; hipertermi
simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
pucat.
distensi abdomen.
terjadi konstipasi.
3. Pola Eliminasi.
terjadi konstipasi.
4. Pola aktifitas.
8. Pola hubungan.
2. Diagnosa Keperawatan
(muntah).
3. Gelisah menurun
menurun
2. Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan
Subjektif : hasil :
lalu
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
belum jelas
6. Penyakit neurologis
regulasi lembab
kapiler membaik
e) Evaporasi membaik
Objektif :
8. Hematokrit meningkat
Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif :
d. Iritasi lambung
e. Gangguan pancreas
g. Tumor terlokasisasi
intrabdominal
i. Peningkatan tekanan
intracranial
j. Peningkatan tekanan
k. Mabuk perjalanan
l. Kehamilan
n. Rasa makanan/minuman
tidak enak
menyenangkan
p. Faktor psikologis
r. Efek toksin
Subjektif :
1. Mengeluh mual
Subjektif :
3. Sering menelan
Objektif :
1. Saliva meningkat
2. Pucat
3. Diaphoresis
4. Takikardia
5. Pupil dilatasi
a. Nyeri Akut
b. Hipovolemia
Terapeutik :
d. Nausea
Terapeutik :
Kecemasan , ketakutan)
C. Referensi
H. Slamet Suyono. Prof. Dr.SpPD. KE. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
EGC
EGC
RESUME II
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ca Mamae
Disusun Oleh:
Nama : Nurul Laely
Nim : 1120022148
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi DanTindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Definisi Dan Kriteia Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN
HIPERTENSI
KONSEP PENYAKIT :
1. Definisi Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan suatu
keadaan dimana peningkatan darah sistolik berada diatas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Menurut P2PTM Kemenkes
RI Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
2. Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun,
dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang secara progresif,
dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan
risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke. Seseorang dengan maligna biasanya
memiliki gejala-gejala:
1. Morning headaches
2. Penglihatan kabur
3. Sesak napas atau dispnea
4. Dan gejala uremia
Komplikasi Hipertensi
Beberapa contoh komplikasi dari hipertensi, yaitu (Udijanti,2010) :
1. Angina pectoris
2. Cardiomegali
3. Congestif heart failure
4. Iskemia miocard
5. Stroke
3. WOC Hipertensi
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tekanan darah (tensi) dengan spigmanometer
b. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui terjadinya hipertropiventrikel kiri
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya kerusakan organ ginjal dan
jantung.
5. Pengobatan
Menurut P2PTM Kemenkes RI, Pengobatan hipertensi adalah pengobatan
jangka panjang, bahkan seumur hidup. Harus minum obat secara teratur seperti yang
dianjurkan oleh Dokter meskipun tak ada gejala. Yang harus mengetahui :
a. Cara minum obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum
sehari,
b. Mengetahui perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka
panjang (yaitu obat tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek yaitu untuk
menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi).
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan hipertensi menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler
dan motaitas serta mordibitas yang berkesinmbungan. Target terapi adalah
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah
90 mmHg pada individu dengan pola hidup kurang baik. Perubahan gaya hidup
sangat efektif dan dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan biaya
relatif murah. Penatalaksan ini dianjurkan meski disertai obat anti hipertensi karena
dapat menentukan jumlah dan dosis obat untuk mencapai target secara optimal.
Tabel Penatalaksanaan Non Farmakologis
Priscilla, L., Karen, M.B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medika
Bedah. JakartaEGC.
Tim Pakja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi danIndikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Penguru PPNI