Dosen Pembimbing :
Siti Nur Hasina, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing Klinik :
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Pengertian Apendisitis yaitu pradangan pada usus buntu yang merupakan
penyebab paling umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria
antara usia 10 sampai 30 tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada
pria maupun wanita (Wedjo, 2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus
buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi
seringkali memerlukan pengangkatan usus buntu yang terinfeksi dan laparotomi
(Hidayat, 2020).
2. Etiologi
Etiologi dari appendisitis menurut (S. Bakhri, 2015) meliputi :
a. Hiperplasi jaringan limfoid
Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya
menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak. Kondisi ini biasanya
diidentifikasi dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium patologi.
Pembesaran jaringan limfoid akibat perubahan struktur dinding apendiks
dapat menyebabkan inflamasi. Perubahan ini umumnya terkait dengan
penyakit radang usus (IBD), infeksi saluran cerna maupun Chorn’s disease.
b. Fekalit
Fekalit / timbunan tinja yang keras dan menjadi penyebab utama seseorang
dapat mengalami radang usus buntu. Keadaan statis / diam secara terus-
menerus menyebabkan banyak kuman berkambang biak. Ini menginduksi
peradangan di sekitar struktur dan sekum, menyebabkan gejala pada pasien.
Secara umum apendisitis akibat penutupan tinja sering terjadi pada anak-anak
dan orang tua. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat atau membatasi aktivitas
fisik.
c. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumor lebih cenderung
menyebabkan peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang
tumbuh.
d. Infeksi parasit
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba
(Entamoeba histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing
kremi (enterobiasis), dan Blastocystis hominis merupakan penyebab
peradangan pada usus buntu. Biasanya infeksi parasit ditularkan dari hewan
maupun cara hidup yang tidak sehat, seperti kurang menjaga kebersihan diri.
Adanya infeksi parasit menyebabkan perlukaan atau erosi di lapisan usus
buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan mudah.
e. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami
feses yang kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih
besar untuk mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi
menyebabkan terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan
produksi mukus di saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding
appendiks meningkatkan tekanan kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa
dan translokasi bakteri menembus dinding appendiks menyebabkan
terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
f. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya
akan menjadi tempat bakteri bersarang dan berkembang biak, sebagai
infeksi . Hal ini akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora
pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi pada lapisan usus buntu yang
menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus buntu. Bakteri yang
berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks menjadi
meradang, bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu
bisa pecah (Wedjo, 2019).
3. Pathway
4. Manifestasi Klinis
Apendisitis dapat mempengaruhi semua kelompok umur, tetapi sangat
jarang pada bayi dan anak kecil, apendisitis akut dapat berkembang dari waktu ke
waktu, membuat diagnosis apendisitis jauh lebih sulit dan terkadang tertunda.
Nyeri yaitu gejala pertama yang muncul. Seiring waktu, rasa sakit terlokalisasi di
perut kanan bawah. Rasa sakit meningkat seiring perkembangan penyakit.
Perubahan letak anatomis apendisitis dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi.
Pada anak-anak retro-apendiks atau intra-panggul, nyeri di sekitar saluran
empedu tidak muncul terlebih dahulu dan nyeri dapat terjadi pada hipokondrium
kanan. Unilateral, nyeri punggung, dan nyeri testis terkait juga merupakan gejala
umum pada anak-anak dengan apendisitis panggul posterior. Jika radang usus
buntu terjadi di dekat ureter atau kandung kemih, gejalanya mungkin termasuk
rasa sakit ketika buang air kecil atau ketidaknyamanan dengan urin dan kandung
kemih penuh. Anoreksia, mual dan muntah ringan, dan diare dapat terjadi akibat
infeksi sekunder dan inflamasi ileum terminal atau apendiks. Gejala
gastrointestinal yang parah sebelum timbulnya nyeri sering merupakan tanda
diagnostik apendisitis. Meskipun demikian, keluhan GIT (gastrointestinal trake)
ringan seperti indigesti atau perubahan feses dapat terjadi pada anak dengan
appendisitis. Pada appendisitis tanpa koplikasi biasanya ringan, jika suhu tubuh
sudah diatas 38,6℃ menandakan terjadi pervorasi. Anak dengan appendisitis,
biasanya cenderung untuk berbaring di tempat tidur dengan lutut diflexikan dan
menghindari diri untuk bergerak. Anak yang mengeliat dan berteriak jarang
menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan appendisitis, retrocekal, nyeri
seperti kolik renal akubat perangsangan ureter (Warsinggih, 2016).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil
(CRP). Tes darah menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000- 18.000/mm3
leukositosis dan lebih dari 75% neutrofil, tetapi CRP menunjukkan
peningkatan jumlah serum.
b. Radiologi Termasuk ultrasound (USG) dan komputer tomography scanning
(CTscan). Ultrasound menemukan bagian longitudinal dari apendiks yang
meradang, tetapi CT menunjukkan apendiks yang meradang dan bagian
apendiks yang melebar.
c. Pemeriksaan abdomen singkat Pemeriksaan ini tidak menunjukkan tanda-
tanda apendisitis yang jelas. Namun, penting untuk membedakan penyakit
apendisitis dari batu ureter kanan atau obstruksi usus halus (Sulekale, 2016).
6. Penatalaksanaan
a. Adapun pengobatan/penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang
usus buntu yaitu : Terapi Konservatif Terapi ini diterapkan untuk pasien yang
tidak dapat menerima layanan bedah berupa antibiotik. Mengkonsumsi
antibiotik dapat membantu mencegah infeksi.
b. Operasi Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang
dilakukan yaitu operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus
buntu disebut appendikomi (Wedjo, 2019).
7. Asuhan Keperawatan Teori
Pengkajian Data yang diperoleh haruslah mampu menggambarkan status
kesehatan klien ataupun masalah utama yang dialami oleh klien. Dalam
melakukan pengkajian, diperlukan teknik khusus dari seorang perawat, terutama
dalam menggali data, yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif dan
teknik terapeutik. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pengkajian fokus pada klien post operasi appendiktomi menurut Bararah dan
Jauhar (2013) antara lain:
a. Identitas
Identitas klien post operasi appendiktomi yang menjadi pengkajian dasar
meliputi: nama, umur, jenis kelamin, no rekam medis.
b. Keluhan utama
Berisi keluhan utama pasien saat dikaji, klien post operasi appendiktomi
biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu diuraikan dari
masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang
dikaji dengan menggunakan PQRST (Provokatif, Quality, Region, Severitys
cale and Time). Klien yang telah menjalani operasi appendiktomi pada
umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat
digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan
diistirahatkan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri lebih
dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di daerah operasi dapat pula
menyebar diseluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap
sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mengganggu aktivitas seperti rentang
toleransi klien masingmasing.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh kepada
penyakit apendisitis yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami
pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama seperti klien menderita penyakit apendisitis, dikaji pula mengenai
adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1). Pernapasan (B1:Breathing)
Klien post appendiktomi akan mengalami penurunan atau peningkatan
frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai rentang
yang dapat ditoleransi oleh klien.
2). Cardiovaskular (B2:Breathing)
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stress
dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap
nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler
biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan
auskultasi bunyi jantung
3). Persyarafan (B3:Brain)
Pengkajian fungsi persarafan meliputi: tingkat kesadaran, saraf kranial
dan reflek.
4). Perkemihan – Eliminasi Urin (B4:Bladder)
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output
urin, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama
periode awal post appendiktomi. Output urin akan berlangsung normal
seiring dengan peningkatan intake oral.
5). Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5:Bowel)
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat
dipalpasi. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh mual muntah,
konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan bising usus.
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas
sayatan operasi
6). Tulang-Otot-Integumen (B6:Bone)
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring
post operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring
dengan peningkatan toleransi aktivitas.
g. Diagnosa
1). Nyeri akut b.d pencedera fisik (prosedur operasi)
2). Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
3). Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (adanya luka operasi)
h. Perencanaan
SDKI SIKI
Nyeri akut b.d pencedera Observasi
fisik (prosedur operasi) - Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
-Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgelik, jika perfu
Ansietas b.d kekhawatiran Observasi
mengalami kegagalan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis. kondisi, waktu, stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami : intaran an secara
faktual mengenal diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika pertu
- Anjurkan melakukan Kegiatan yang tidak
kompetiti, sasuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Jika perlu
Resiko infeksi d.d efek Observasi
prosedur invasif (adanya - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/dan
luka operasi) sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
periu
i. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum
maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen dan
dependen.
j. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Teknik Pelaksanaan SOAP
1). S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan.
2). O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
3). A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi.
4). P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.
B. Asuhan Keperawatan
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
YAYASAN RS. ISLAM SURABAYA
Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031 8284508, 8291920, Faks.(031)
8298582
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IDENTITAS KLIEN
Nama : SDR. A
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : ♂
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan raya menganti
Tanggungan : Askes (BPJS)
Diagnosa : Apendisitis
Sklera : putih
Pupil : isokor
Leher (sebutkan) : normal, tidak ada pembengkakan
Persepsi sensori:
Pendengaran
- kiri : normal, dapat mendengarkan suara dengan jelas
- kanan : normal, dapat mendengarkan suara dengan jelas
Penciuman : normal, dapat mencium bau
Penglihatan
- kiri : normal, dapat melihat dengan jelas
- kanan : normal, dapat melihat dengan jelas
2.3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : 300 ml Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning Bau : amonia
- Parese : tidak
- Paralise : tidak
- Parese : tidak
Extremitas:
-Akral : hangat
-Turgor : baik
2.3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : tidak ada terapi hormon
Karakteristik sex sekunder
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:
Exopthalmus
Goiter
Hipoglikemia
Polidipsi
Poliphagi
Poliuria
Postural hipotensi
Kelemahan
2.3.8 Sistem Reproduksi
Laki-laki :
Kebersihan bersih
III. POLA AKTIVITAS ( Di RUMAH dan RS)
3.1 Makan:
Rumah Rumah Sakit
Jenis menu Nasi, ayam, ikan, dan tahu Nasi, ikan, dan daging
Lain-lain
Keterangan Skor : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu Orang Lain, 3 = Tidak mampu
3.2 Minum:
Mandi 0 0
Keramas 0 0
Sikat gigi 0 0
Memotong kuku 0 0
Ganti pakaian 0 2
Lain-lain
Keterangan Skor : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu Orang Lain, 3 = Tidak mampu
3.4 Istirahat dan aktivitas:
3.4.1 Istirahat Tidur
Rumah Rumah Sakit
3.4.2 Aktivitas
Rumah Rumah Sakit
Ya Tidak
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan :
Ya Tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit :
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1 Laboratorium : 27 september 2022
5.3 USG :
Tidak dilakukan pemeriksaan
5.4 EKG :
Tidal dilakukan pemeriksaan
VI. TERAPI
6.1 Santagesik 3x1 amp
6.2 Ceftriaxone 2x1 gr
6.3 Omeprazole 2x20 mg (½ vial)
6.4 Infus futrolit
……………………….
NIM.
ANALISA DATA
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (apendicitis) ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
tiba-tiba
2.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (prosedur tindakan operasi)
ditandai dengan pasien sulit tidur, pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang
3.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan k.u
lemah, pasien mengeluh hanya bisa tidur 3jam saat dirumah sakit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Sdr. A No. RM : 108xxx
Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1
2. Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (J. 09326) 1) Untuk mengetaahui keadaan tanda Ω
keperawatan 1x24 jam diharapkan vital pasien
1) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tingkat ansietas menurun. Tingkat 2) Supaya pasien tenang dan kecemasan
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
ansietas (L.09093) dapat teratasi
sesudah latihan
3) Supaya pasien nyaman
1) Perilaku gelisah cukup menurun 2) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
(4) gangguan dengan pencahayaan dan suhu
2) Perilaku tegang menurun (5) ruangan nyaman, jika memungkinkan
3) Pola tidur membaik (5) 3) Anjurkan posisi nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Gangguan Pola Tidur
2. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I. 05174) 1) Untuk mengetahui polatidur pasien Ω
keperawatan 1x24 jam diharapkan 2) Supaya pasien mau tidur sesuai
1) Identifikasi polatidur dan aktivitas
pola tidur membaik. Pola tidur dengan jamnya
2) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
(L.05045) 3) Agar pasien cukup waktu tidur
sakit
4) Kesulitan tidur menurun (1) 3) Anjurkan menepati kebiasaan waktu
5) Keluhan sering terjaga menurun tidur
(1)
6) Keluhan istirahat tidak cukup
menurun (1)
TINDAKAN KEPERAWATAN
27 September
2022
2 1. Memeriksa TTV Ω
R/ TD = 120/80 mmHg
12.00 N = 70x/mnt
S = 36,5 C
RR = 20x / mnt
Spo2 = 99%
2. Menciptakan lingkungan tenang dan nyaman
12.15
R/ px kooperatif
12.30 3. Menganjurkan posisi nyaman
R/ posisi nyaman pasien berbaring
27 September
2022 3 1. Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas
12.35
R/ pasien mengeluh tidur 3jam saat dirumah Ω
sakit
2. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
R/ px paham dengan penjelasan tidur cukup
selama sakit
3. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
R/ px kooperatif
28 September 1
2022
Ω
1) Mengidentifikasi nyeri
10.00 R/ P = nyeri terasa dibagian perut kanan
bawah
Q = nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk
R = perut kanan bawah
S = skala 5
10.30 T = tiba tiba
2) Menganjurkan untuk melakukan teknik
relaksasi
R/ klien mengatakan saat nyeri terasa, pasien
menghembuskan napas perlahan
28 September
2022
2 Ω
10.40 1) Memeriksa TTV
R/ TD = 110/70 mmHg
N = 91
S = 36,6 C
RR = 20x/mnt
28 September Spo2 = 99%
2022 3
10.40
1) Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas
R/ px sudah bisa tidur 5 jam saat di rumah
sakit
E VALUAS I
Nama Pasien :Sdr. A No. RM : 108xxx
Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1