Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS

PADA PASIEN SDR. A DI RUMAH SAKIT WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA

Dosen Pembimbing :
Siti Nur Hasina, S.Kep., Ns., M.Kep

Pembimbing Klinik :

Disusun Oleh Kelompok B :

1.Wiwik Nurul Laili (1120022038)


2.Wulandari Melati Sukma (1120022186)
3.Yogi Abdul Ghafur (1120022008)
4.Yuni Safitri Rambu Rauna Bela (1120022004)
5.Yunzin Nailufar (1120022027)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Pengertian Apendisitis yaitu pradangan pada usus buntu yang merupakan
penyebab paling umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria
antara usia 10 sampai 30 tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada
pria maupun wanita (Wedjo, 2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus
buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi
seringkali memerlukan pengangkatan usus buntu yang terinfeksi dan laparotomi
(Hidayat, 2020).
2. Etiologi
Etiologi dari appendisitis menurut (S. Bakhri, 2015) meliputi :
a. Hiperplasi jaringan limfoid
Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya
menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak. Kondisi ini biasanya
diidentifikasi dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium patologi.
Pembesaran jaringan limfoid akibat perubahan struktur dinding apendiks
dapat menyebabkan inflamasi. Perubahan ini umumnya terkait dengan
penyakit radang usus (IBD), infeksi saluran cerna maupun Chorn’s disease.
b. Fekalit
Fekalit / timbunan tinja yang keras dan menjadi penyebab utama seseorang
dapat mengalami radang usus buntu. Keadaan statis / diam secara terus-
menerus menyebabkan banyak kuman berkambang biak. Ini menginduksi
peradangan di sekitar struktur dan sekum, menyebabkan gejala pada pasien.
Secara umum apendisitis akibat penutupan tinja sering terjadi pada anak-anak
dan orang tua. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat atau membatasi aktivitas
fisik.
c. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumor lebih cenderung
menyebabkan peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang
tumbuh.
d. Infeksi parasit
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba
(Entamoeba histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing
kremi (enterobiasis), dan Blastocystis hominis merupakan penyebab
peradangan pada usus buntu. Biasanya infeksi parasit ditularkan dari hewan
maupun cara hidup yang tidak sehat, seperti kurang menjaga kebersihan diri.
Adanya infeksi parasit menyebabkan perlukaan atau erosi di lapisan usus
buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan mudah.
e. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami
feses yang kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih
besar untuk mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi
menyebabkan terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan
produksi mukus di saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding
appendiks meningkatkan tekanan kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa
dan translokasi bakteri menembus dinding appendiks menyebabkan
terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
f. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya
akan menjadi tempat bakteri bersarang dan berkembang biak, sebagai
infeksi . Hal ini akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora
pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi pada lapisan usus buntu yang
menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus buntu. Bakteri yang
berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks menjadi
meradang, bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu
bisa pecah (Wedjo, 2019).
3. Pathway

4. Manifestasi Klinis
Apendisitis dapat mempengaruhi semua kelompok umur, tetapi sangat
jarang pada bayi dan anak kecil, apendisitis akut dapat berkembang dari waktu ke
waktu, membuat diagnosis apendisitis jauh lebih sulit dan terkadang tertunda.
Nyeri yaitu gejala pertama yang muncul. Seiring waktu, rasa sakit terlokalisasi di
perut kanan bawah. Rasa sakit meningkat seiring perkembangan penyakit.
Perubahan letak anatomis apendisitis dapat mengubah gejala nyeri yang terjadi.
Pada anak-anak retro-apendiks atau intra-panggul, nyeri di sekitar saluran
empedu tidak muncul terlebih dahulu dan nyeri dapat terjadi pada hipokondrium
kanan. Unilateral, nyeri punggung, dan nyeri testis terkait juga merupakan gejala
umum pada anak-anak dengan apendisitis panggul posterior. Jika radang usus
buntu terjadi di dekat ureter atau kandung kemih, gejalanya mungkin termasuk
rasa sakit ketika buang air kecil atau ketidaknyamanan dengan urin dan kandung
kemih penuh. Anoreksia, mual dan muntah ringan, dan diare dapat terjadi akibat
infeksi sekunder dan inflamasi ileum terminal atau apendiks. Gejala
gastrointestinal yang parah sebelum timbulnya nyeri sering merupakan tanda
diagnostik apendisitis. Meskipun demikian, keluhan GIT (gastrointestinal trake)
ringan seperti indigesti atau perubahan feses dapat terjadi pada anak dengan
appendisitis. Pada appendisitis tanpa koplikasi biasanya ringan, jika suhu tubuh
sudah diatas 38,6℃ menandakan terjadi pervorasi. Anak dengan appendisitis,
biasanya cenderung untuk berbaring di tempat tidur dengan lutut diflexikan dan
menghindari diri untuk bergerak. Anak yang mengeliat dan berteriak jarang
menderita appendisitis, kecuali pada anak dengan appendisitis, retrocekal, nyeri
seperti kolik renal akubat perangsangan ureter (Warsinggih, 2016).
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil
(CRP). Tes darah menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000- 18.000/mm3
leukositosis dan lebih dari 75% neutrofil, tetapi CRP menunjukkan
peningkatan jumlah serum.
b. Radiologi Termasuk ultrasound (USG) dan komputer tomography scanning
(CTscan). Ultrasound menemukan bagian longitudinal dari apendiks yang
meradang, tetapi CT menunjukkan apendiks yang meradang dan bagian
apendiks yang melebar.
c. Pemeriksaan abdomen singkat Pemeriksaan ini tidak menunjukkan tanda-
tanda apendisitis yang jelas. Namun, penting untuk membedakan penyakit
apendisitis dari batu ureter kanan atau obstruksi usus halus (Sulekale, 2016).
6. Penatalaksanaan
a. Adapun pengobatan/penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang
usus buntu yaitu : Terapi Konservatif Terapi ini diterapkan untuk pasien yang
tidak dapat menerima layanan bedah berupa antibiotik. Mengkonsumsi
antibiotik dapat membantu mencegah infeksi.
b. Operasi Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang
dilakukan yaitu operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus
buntu disebut appendikomi (Wedjo, 2019).
7. Asuhan Keperawatan Teori
Pengkajian Data yang diperoleh haruslah mampu menggambarkan status
kesehatan klien ataupun masalah utama yang dialami oleh klien. Dalam
melakukan pengkajian, diperlukan teknik khusus dari seorang perawat, terutama
dalam menggali data, yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif dan
teknik terapeutik. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pengkajian fokus pada klien post operasi appendiktomi menurut Bararah dan
Jauhar (2013) antara lain:
a. Identitas
Identitas klien post operasi appendiktomi yang menjadi pengkajian dasar
meliputi: nama, umur, jenis kelamin, no rekam medis.
b. Keluhan utama
Berisi keluhan utama pasien saat dikaji, klien post operasi appendiktomi
biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang ditemukan saat pengkajian yaitu diuraikan dari
masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang
dikaji dengan menggunakan PQRST (Provokatif, Quality, Region, Severitys
cale and Time). Klien yang telah menjalani operasi appendiktomi pada
umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat
digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan
diistirahatkan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri lebih
dari lima (0-10). Nyeri akan terlokalisasi di daerah operasi dapat pula
menyebar diseluruh abdomen dan paha kanan dan umumnya menetap
sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat mengganggu aktivitas seperti rentang
toleransi klien masingmasing.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh kepada
penyakit apendisitis yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami
pembedahan sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama seperti klien menderita penyakit apendisitis, dikaji pula mengenai
adanya penyakit keturunan atau menular dalam keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1). Pernapasan (B1:Breathing)
Klien post appendiktomi akan mengalami penurunan atau peningkatan
frekuensi nafas (takipneu) serta pernafasan dangkal, sesuai rentang
yang dapat ditoleransi oleh klien.
2). Cardiovaskular (B2:Breathing)
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stress
dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap
nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler
biasanya normal, dikaji pula keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan
auskultasi bunyi jantung
3). Persyarafan (B3:Brain)
Pengkajian fungsi persarafan meliputi: tingkat kesadaran, saraf kranial
dan reflek.
4). Perkemihan – Eliminasi Urin (B4:Bladder)
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output
urin, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama
periode awal post appendiktomi. Output urin akan berlangsung normal
seiring dengan peningkatan intake oral.
5). Pencernaan – Eliminasi Alvi (B5:Bowel)
Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat
dipalpasi. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh mual muntah,
konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan bising usus.
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas
sayatan operasi
6). Tulang-Otot-Integumen (B6:Bone)
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring
post operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring
dengan peningkatan toleransi aktivitas.
g. Diagnosa
1). Nyeri akut b.d pencedera fisik (prosedur operasi)
2). Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
3). Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (adanya luka operasi)
h. Perencanaan

SDKI SIKI
Nyeri akut b.d pencedera Observasi
fisik (prosedur operasi) - Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
-Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgelik, jika perfu
Ansietas b.d kekhawatiran Observasi
mengalami kegagalan - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis. kondisi, waktu, stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami : intaran an secara
faktual mengenal diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika pertu
- Anjurkan melakukan Kegiatan yang tidak
kompetiti, sasuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Jika perlu
Resiko infeksi d.d efek Observasi
prosedur invasif (adanya - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/dan
luka operasi) sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
periu

i. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum
maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada pelaksanaan ini
perawat melakukan fungsinya secara independen. Interdependen dan
dependen.
j. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Teknik Pelaksanaan SOAP
1). S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diberikan.
2). O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan.
3). A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak
teratasi.
4). P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa.

B. Asuhan Keperawatan
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
YAYASAN RS. ISLAM SURABAYA
Jl. Smea 57 Surabaya, Tlp. 031 8284508, 8291920, Faks.(031)
8298582

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

No. RM : 108xxx Tgl. MRS : 27 September 2022

IDENTITAS KLIEN
Nama : SDR. A
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : ♂
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan raya menganti
Tanggungan : Askes (BPJS)
Diagnosa : Apendisitis

I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


I.1 Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : Pasien mengatakan tidak ada penyakit berat yang
diderita
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : Pasien mengatakan tidak obat yang biasa di
konsumsi
Kebiasaan berobat : Pasien mengatakan biasanya berobat di RS
Alergi : Psien mengatakan tidak ada alerhi makanan
maupun obat
Kebiasaan merokok/alkohol : Pasien mengatakan tidak merokok dan tidak
mengonsumsi alkohol
I.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah
Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah, nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk dan tiba-tiba, nafsu makan
menurun, muntah, dan susah tidur.
Upaya yang telah dilakukan:
Munum air putih hangat dan meminum obat dengan resep dokter

Terapi/operasi yang pernah dilakukan:


Pasien mengatakan belum pernah ada riwayat operasi sebelumnya

I.3 Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan tidak ada riwayat Diabetes Melitus, Hipertensi, dan penyakit jantung
yang diderita keluarga pasien
Genogram:

I.4 Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien mengatakan lingkungan di sekitar banyak yang merokok

I.5 Riwayat Kesehatan Lainnya:


Pasien mengatakan tidak ada

Alat bantu yang dipakai:


-Gigi palsu : tidak
-Kaca mata : tidak
-Pendengaran : tidak
-Lainnya (sebutkan) : tidak ada
II. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
2.1 Keadaan umum :
Pasien tampak meringis menahan nyeri, pasien tampah lemah
2.2 Tanda-tanda vital, TB dan BB:
S : 36,5 0C N : 70x/mnt TD : 120/80mmHg RR:20x/mnt

 axilla  teratur  lengan kiri  normal


TB : 160 cm BB : 60 kg
2.3 Body Systems:
2.3.1 Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : simetris, bentuk hidung nrmal, tidak ada lesi
Trachea : normal, tidak ada nyeri tekan
Suara nafas tambahan :

 wheezing : tidak ada

 ronchi : tidak ada

 rales : tidak ada

 crackles : tidak ada


Bentuk dada : simetris
2.3.2 Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
 nyeri dada  pusing  sakit kepala  kram kaki  palpitasi  clubbing finger
Suara jantung: normal

 ada kelainan : tidak ada kelainan


Edema: tdk ada
2.3.3 Persyarafan (B3: Brain)
composmentis
Glasgow Coma Scale (GCS):
E:4 V:5 M:6 Nilai total : 15
Kepala dan wajah :
Mata:

Sklera :  putih

Conjungctiva :  merah muda

Pupil :  isokor
Leher (sebutkan) : normal, tidak ada pembengkakan
Persepsi sensori:
Pendengaran
- kiri : normal, dapat mendengarkan suara dengan jelas
- kanan : normal, dapat mendengarkan suara dengan jelas
Penciuman : normal, dapat mencium bau

Pengecapan :  manis: baik  asin: baik  pahit: baik

Penglihatan
- kiri : normal, dapat melihat dengan jelas
- kanan : normal, dapat melihat dengan jelas
2.3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : 300 ml Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning Bau : amonia

 tidak ada masalah

 Alat Bantu : tidak ada


2.3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : mulut tampak bersih
Abdomen : nyeri bagian perut kanan bawah
Rectum : tidak terkaji
BAB : 1x/ 1 hari Konsistensi padat

 tidak ada masalah

 Alat Bantu : tidak ada


Diet khusus: NT TKTP
2.3.6 Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi  bebas

- Parese :  tidak

- Paralise :  tidak

- Parese :  tidak
Extremitas:

- Atas :  tidak ada kelainan

- Bawah :  tidak ada kelainan


Tulang belakang : tidak ada kelainan
Kulit :

-Warna kulit :  kemerahan

-Akral :  hangat

-Turgor :  baik
2.3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : tidak ada terapi hormon
Karakteristik sex sekunder
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:

 Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada waktu dewasa

 Kekeringan kulit atau rambut

 Exopthalmus

 Goiter

 Hipoglikemia

 Tidak toleran terhadap panas

 Tidak toleran terhadap dingin

 Polidipsi

 Poliphagi

 Poliuria

 Postural hipotensi

 Kelemahan
2.3.8 Sistem Reproduksi
Laki-laki :

- Kelamin : Bentuk  normal

Kebersihan  bersih
III. POLA AKTIVITAS ( Di RUMAH dan RS)
3.1 Makan:
Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 3x sehari 3x ¼ porsi

Jenis menu Nasi, ayam, ikan, dan tahu Nasi, ikan, dan daging

Porsi 1 piring ¼ porsi

Yang disukai Semua jenis makanan Semua jenis makanan

Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

Pantangan Tidak ada Tidak ada

Alergi Tidak ada Tidak ada

Lain-lain
Keterangan Skor : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu Orang Lain, 3 = Tidak mampu

3.2 Minum:

Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 8x sehari 4x sehari

Jenis minuman Air putih Air putih

Jumlah (Lt/gelas) 8 gelas / hari 600 ml

Yang disukai Semua jenis minuman Semua jenis minuman

Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada

Pantangan Tidak ada Idak ada

Alergi Tidak ada Tidak ada

Lain-lain Tidak ada Tidak ada


Keterangan Skor : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu Orang Lain, 3 = Tidak mampu

3.3 Kebersihan diri:


Rumah Rumah Sakit

Mandi 0 0

Keramas 0 0

Sikat gigi 0 0

Memotong kuku 0 0

Ganti pakaian 0 2

Lain-lain
Keterangan Skor : 0 = Mandiri, 1 = Alat Bantu, 2 = Dibantu Orang Lain, 3 = Tidak mampu
3.4 Istirahat dan aktivitas:
3.4.1 Istirahat Tidur
Rumah Rumah Sakit

Tidur Siang lama 3 jam lama 2 jam


jam 13.00 s/d jam 15.00 jam 12.00 s/d jam 14.00

Tidur Malam lama 6 jam lama 3 jam


jam 24.00 s/d jam 05.00 jam 21.00 s/d jam 23.00

Gangguan Tidur Tidak ada Insomnia

3.4.2 Aktivitas
Rumah Rumah Sakit

Aktivitas sehari-hari lama 5 jam lama 1 jam


jam 08.00 s/d jam 12.00 jam 07.00 s/d jam 08.00

Jenis Aktifitas Berjalan, tidur, sekolah Makan, munum,ke kamar mandi

Tingkat Tidak ada Dibantu sebagian


ketergantungan

IV. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


4.1 Sosial/Interaksi:
Hubungan dengan klien :

 kenal  tidak kenal  lainnya (sebutkan) ………………


Dukungan keluarga :

 aktif  kurang  tidak ada


Dukungan kelompok/teman/masyarakat :

 aktif  kurang  tidak ada


Reaksi saat interaksi :

 tidak kooperatif  bermusuhan  mudah tersingung  defensif

 curiga  kontak mata  lainnya (sebutkan) kooperatif


Konflik yang terjadi terhadap :

 Peran  Nilai  lainnya (sebutkan) tidak ada


4.2 Spiritual :
Konsep tentang penguasa kehidupan :

 Tuhan  Allah  Dewa  Lainnya (sebutkan) ……………………….


Sumber kekuatan/harapan saat sakit :

 Tuhan  Allah  Dewa  Lainnya (sebutkan) ……………………….


Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini :

 Sholat  Baca kitab suci  Lainnya (sebutkan) ……………………….


Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini :

 Lewat ibadah  Rohaniawan  Lainnya (sebutkan) ……………………….


Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama :

 Makanan  Tindakan  Obat-obatan  Lainnya (sebutkan) tidak ada


Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini :

 Ya  Tidak
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan :

 Ya  Tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit :

 Hukuman  Cobaan/peringatan  Lainnya (sebutkan) …………………………

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1 Laboratorium : 27 september 2022

Pemeriksaan Hasil nilai Normal


Darah lengkap :
Haemoglobin (HBG) 14,9 Terlampir
Leukosit (WBC) 21.170** Terlampir
Hitung Jenis (Diff. Count) Terlampir Terlampir
LED - Lk. 0-15 Pr. 0-20
Hematokrit (HCT) 43,6 Terlampir
Trombosit (PLT) 329.000 Terlampir
Ureum (BUN) 11,67 Lk/Pr. 7-20,21 mg/dl
Kreatinin 0,9 Lk.0,9-1,3 Pk. 1,1 mg/dl
Gula Darah Sewaktu 163 Lk/Pr. < 150 mg/dl
Natrium 135 Lk/Pr. 135-148 MMol/L
Kalium 3,6 Lk/Pr. 3,5-5,3 MMol/L
Chlorida 109** Lk/Pr. 94-107 MMol/L
Antigen SARS-Cov-2/RAPID Terlampir Negatif
5.2 X Ray : 27 september 2022
Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tak tampak infiltrat/nodul
Sinus frenikokustalis kanan, kiri tajam
Kedua hemidifragma tampak baik
Tlang-tulang tampak baik
Soft tissue tampak baik
Kesimpulan :
Radiografi thoraks saat ini menunjukkan kelainan

5.3 USG :
Tidak dilakukan pemeriksaan
5.4 EKG :
Tidal dilakukan pemeriksaan

VI. TERAPI
6.1 Santagesik 3x1 amp
6.2 Ceftriaxone 2x1 gr
6.3 Omeprazole 2x20 mg (½ vial)
6.4 Infus futrolit

Tanda Tangan Mahasiswa

……………………….
NIM.
ANALISA DATA

Nama Pasien : Sdr. A No. RM : 108xxx


Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1

NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


1. DS = Apendisitis Nyeri akut
- Px mengatakan nyeri perut 
kanan bawah Sekresi mucus berlebih
- P = nyeri seperti di tusuk tusuk pada lumen apenditis
- R = perut kanan bawah 
- S = Skala 8 Apendiks teregang
- T = Tiba tiba 
DO = Nyeri akut
- Px tampak meringis menahan
nyeri
- K.U. Lemah
- TD = 120/80 mmHg
- N = 70x/mnt
- S = 36,5 C
- RR = 20 x/mnt
- Spo2 = 99 %

2. Krisis situasional Ansietas


DS =
(prosedur tindakan
- Px mengatakan takut dengan
operasi)
tindakan operasi karena
pengalaman pertamanya
DO =
- K.U Lemah
- Px sulit tidur
- Px tampak gelisah
- Px tampak tegang
3. DS = Kurang control tidur Gangguan Pola
- Px mengatakan hanya tidur 3 Tidur
jam saja saat dirumah sakit
DO =
- K.U lemah
- Px sulit tidur
- Px sering terjaga
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Sdr. A No. RM : 108xxx


Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (apendicitis) ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk dan
tiba-tiba

2.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (prosedur tindakan operasi)
ditandai dengan pasien sulit tidur, pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang

3.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan k.u
lemah, pasien mengeluh hanya bisa tidur 3jam saat dirumah sakit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Sdr. A No. RM : 108xxx
Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Apendicitis


.

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional Paraf

1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (J .08238) 1. Untuk mengetahui lokasi, Ω


keperawatan 1x24 jam diharapkan karakteristik, intensitas, dan skala
1. Identifikasi lokasi, karakterisitk,
tingkat nyeri menurun nyeri pasien
identitas nyeri, skala nyeri
2. Untuk mengurangi rasa nyeri pasien
Tingkat nyeri (L.08066) 2. Anjurkan dan ajarkan teknik non
3. Supaya pasien nyaman
farmakologis seperti: teknik relaksasi
1) Keluhan nyeri menurun (5) 4. Supaya pasien tenang dan nyaman
3. Bantu pasien mendapatkan posisi tidur
2) Gelisah menurun (5)
yang nyaman dan aman
3) Kesulitan tidur menurun (5)
4. Fasilitas istirahat dan tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Ansietas

No. Tujuan dan Kriteria Hasil sRencana Tindakan Rasional Paraf

2. Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (J. 09326) 1) Untuk mengetaahui keadaan tanda Ω
keperawatan 1x24 jam diharapkan vital pasien
1) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tingkat ansietas menurun. Tingkat 2) Supaya pasien tenang dan kecemasan
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
ansietas (L.09093) dapat teratasi
sesudah latihan
3) Supaya pasien nyaman
1) Perilaku gelisah cukup menurun 2) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
(4) gangguan dengan pencahayaan dan suhu
2) Perilaku tegang menurun (5) ruangan nyaman, jika memungkinkan
3) Pola tidur membaik (5) 3) Anjurkan posisi nyaman
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Gangguan Pola Tidur

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional Paraf

2. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I. 05174) 1) Untuk mengetahui polatidur pasien Ω
keperawatan 1x24 jam diharapkan 2) Supaya pasien mau tidur sesuai
1) Identifikasi polatidur dan aktivitas
pola tidur membaik. Pola tidur dengan jamnya
2) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
(L.05045) 3) Agar pasien cukup waktu tidur
sakit
4) Kesulitan tidur menurun (1) 3) Anjurkan menepati kebiasaan waktu
5) Keluhan sering terjaga menurun tidur
(1)
6) Keluhan istirahat tidak cukup
menurun (1)
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Sdr. A No. RM : 108xxx


Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1

Tanggal/Jam No. Dx. Tindakan Keperawatan Paraf


27 September 1 1. Mengidentifikasi nyeri Ω
2022 R/ P = nyeri terasa di bagian perut kanan bawah
Q = nyeri seperti ditusuk – tusuk
11.20
R = perut kanan bawah
S = skala 8
T = tiba – tiba
2. Menganjurkan untuk melakukan teknik
11.40 relaksasi
R/ klien mengatakan saat nyeri terasa pasien
menghembuskan nafas perlahan
11.50 3. Membantu pasien mendapatkan posisi tidur
yang nyaman
R/ px kooperatif
11.59 4. Memfasilitasi istirahat dan tidur
R/ px kooperatif

27 September
2022
2 1. Memeriksa TTV Ω
R/ TD = 120/80 mmHg
12.00 N = 70x/mnt
S = 36,5 C
RR = 20x / mnt
Spo2 = 99%
2. Menciptakan lingkungan tenang dan nyaman
12.15
R/ px kooperatif
12.30 3. Menganjurkan posisi nyaman
R/ posisi nyaman pasien berbaring

27 September
2022 3 1. Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas
12.35
R/ pasien mengeluh tidur 3jam saat dirumah Ω
sakit
2. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
R/ px paham dengan penjelasan tidur cukup
selama sakit
3. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
R/ px kooperatif
28 September 1
2022

1) Mengidentifikasi nyeri
10.00 R/ P = nyeri terasa dibagian perut kanan
bawah
Q = nyeri terasa seperti ditusuk – tusuk
R = perut kanan bawah
S = skala 5
10.30 T = tiba tiba
2) Menganjurkan untuk melakukan teknik
relaksasi
R/ klien mengatakan saat nyeri terasa, pasien
menghembuskan napas perlahan

28 September
2022
2 Ω
10.40 1) Memeriksa TTV
R/ TD = 110/70 mmHg
N = 91
S = 36,6 C
RR = 20x/mnt
28 September Spo2 = 99%
2022 3
10.40
1) Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas
R/ px sudah bisa tidur 5 jam saat di rumah
sakit
E VALUAS I
Nama Pasien :Sdr. A No. RM : 108xxx
Umur : 20 Th Ruang : Ranap Lantai 1

Tanggal/Jam No. Dx. Evaluasi Paraf


27 September 1 S = P = Px mengatakan nyeri perut kanan bawah Ω
2022
Q = Nyeri seperti ditusuk tusuk
13.00
R = Perut kanan bawah
S = Skala 8
T = Tiba tiba
O = - K.U lemah
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
- Pasien tampak sulit tidur
- Keluhan nyeri menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
A = masalah belum teratasi
P = Intervensi dilanjutkan
- Pasien ke ruang operasi apendiks
- Mengidentifikasi nyeri

2
13.30 S = Px mengatakan takut dengan tindakan operasi
karena pengalaman pertamanya
O = TD = 120/80 mmHg
N = 70x/mnt
S = 36,5 C
RR = 20x / mnt
Spo2 = 99%
- k. u lemah
- pasien tampak gelisah
- pasien tampak bingung
- pasien tampak tegang
- pasien tampak sulit tidur
- pasien tampak pucat
- perilaku gelisah cukup menurun
- perilaku tegang menurun
- pola tidur membaik
A = masalah belum teratasi
13.40 3 P = Intervensi dilanjutkan Ω
- memantau ttv
S = Px mengatakan tidur hanya 3jam saja selama di
rumah sakit
O = - k.u lemah
- pasien tampak sulit tidur
- pasien tampak sering terjaga
- pasien tampak istirahat kurang
- keluhan sulit tidur menurun
- keluhan sering terjaga menurun
- keluhan istirahat cukup menurun

28 September A = masalah belum teratasi
2022
P = lanjutkan intervensi
11.00

1 S = P = Px mengatakan nyeri perut kanan bawah


Q = Nyeri seperti ditusuk tusuk
R = Perut kanan bawah
S = Skala 5
T = Tiba tiba
O = - K.U baik
- Pasien tampak sudah tidak menahan nyeri
- Pasien tampak tenang
- Keluhan nyeri cukup menurun
- Gelisah menurun
11.30 - Kesulitan tidur menurun

A = masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi nyeri
2 S = Px mengatakan lega saat operasi lancar sampai
selesai
O = TD = 110/70 mmHg
N = 91
S = 36,6 C
RR = 20x/mnt
Spo2 = 99%
- k. u baik
- pasien tampak tidak merasa kebingungan
- pasien tampak tenang
11.35 - pasien tampak lega
- perilaku gelisah cukup menurun Ω
- perilaku tegang menurun
- pola tidur membaik
A = masalah teratasi sebagian
P = lanjutkan intervensi
- memantau ttv

3 S = px mengatakan sudah bisa tidur 5 jam saat di


rumah sakit
O = k.u baik
- pasien tampak tidur nyenyak
- pasien tampak istirahat dengan cukup
- pasien tampak segar ketika bangun tidur
- keluhan sulit tidur menurun
- keluhan sering terjaga menurun
- keluhan istirahat cukup menurun
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
- identifikasi pola tidur
Evidence Based Nursing

No Problem Intervention Comparation Outcome


.
1. RSUP Dr. Kariadi Teknik relaksasi Penelitian yang Berdasarkan hasil
Semarang, tepatnya Benson dilakukan berjudul Pengaruh dari 2 pasien
di Ruangan Rajawali sebelum pemberian Teknik Relaksasi menunjukkan
2A terdapat 2 pasien analgesik dengan terhadap skala nyeri bahwa terapi
yang melakukan durasi 15 menit pada pasien Post teknik relaksasi
operasi setiap hari selama Operasierasi di benson dapat
appendiktomi pada tiga hari pada RSUP Prof Dr R.D menurunkan
bulan Juli 2019. tanggal 31 Juli – 02 Manado, intensitas skala
Pasien mengalami Agustus 2019. menyatakan bahwa nyeri pada pasien
nyeri post op dan Sebelum dan terdapat pengaruh post
merasa tidak nyaman sesudah diberikan yang signifikan pada appendiktomi
(Wainsani & teknik relaksasi teknik relaksasi
Khoiriyah, 2020). Benson dilakukan benson terhadap
pengukuran skala skala nyeri pada
nyeri dengan pasien Post Operasi
Numeric Rating Appendisitis di Prof
Scale (NRS). Dr R.D Manado
dengan hasil
menunjukan
terjadinya penurunan
skala nyeri yang
hasilnya dari nyeri
sedang berubah
menjadi nyeri ringan
(Rasubala et al.,
2017).
2. Terdapat 2 pasien Penerapan ini Hasil penerapan ini Relaksasi benson
post operasi dilakukan terhadap sejalan dengan terbukti efektif
apendisitis di dua pasien dengan penelitian Rasubala, menurunkan
diruang bedah Rsud gangguan rasa Kumaat, & Mulyadi intensitas nyeri
Jend. Ahmad Yani nyaman nyeri dan tentang Pengaruh pada pasien post
Metro, pasien telah menyetujui teknik relaksasi operasi, dimana
mengalami nyeri untuk menjadi Benson terhadap rata- rata
post op appendik subyek penerapan skala nyeri pada intensitas nyeri
(Ramadhan et al., dengan pasien post operasi sebelum
2022). menandatangani apendiksitis di pemberian
informed consent. RSUP. Prof. Dr. relaksasi benson
Sebelum dilakukan R.D. Kandou. adalah skala nyeri
penerapan relaksasi Teknik relaksasi 6 dan setelah
Benson, pada hari Benson dilakukan pemberian
pertama setelah pemberian relaksasi benson
implementasi analgesik dengan terjadi perubahan
melakukan durasi 30 menit menjadi skor
pengukuran pertama setiap hari selama nyeri 2 pada
intensitas nyeri tiga hari. Sebelum keduanya.
selanjutnya subyek dan sesudah
beserta keluarga diberikan teknik
diberikan edukasi relaksasi Benson
tentang relaksasi dilakukan
Benson meliputi pengukuran skala
manfaat, tujuan dan nyeri dengan
langkah-langkah. Numeric Rating
Setelah subyek Scale.
memahami tentang
cara melakukan
relaksasi Benson,
subyek diminta
untuk
menerapkannya 1
kali sehari (saat
gangguan rasa
nyaman nyeri
muncul) selama 3
hari dengan durasi
waktu antara 10-20
menit pada tiap sesi.

3. Pada Februari 2019. Untuk mengurangi Hasil penelitian Terdapat


Dua orang pasien rasa nyeri, klien Novitasari dan perbedaan
yang melakukan biasanya mengubah Aryana (2013) penurunan skala
apendiktomi posisi tubuh dan menunjukkan ada nyeri post
mengatakan nyeri menyentuh daerah pengaruh signifikan Appendiktomi
berat sedangkan satu yang sakit. Rasa teknik relaksasi setelah dilakukan
ibu mengatakan nyeri ini Benson terhadap relaksasi Benson.
nyeri sedang. mengakibatkan klien tingkat nyeri
(Manurung et al., malas bergerak,
2019) selain itu klien hanya
diberi terapi
analgetik untuk
mengurangi rasa
nyeri.
4. Pada tanggal 01 Juli Hasil penerapan Penelitian yang Hasil
2020 terdapat pasien menunjukkan, dilakukan oleh menunjukkan,
appendiktomi setelah pemberian Rasubala, Kumaat & intensitas nyeri
dengan keluhan relaksasi benson 2 Mulyadi, (2017) pasien post
nyeri, pasien takut kali sehari selama 3 tentang Pengaruh operasi
untuk melakukan hari intensitas nyeri Teknik Relaksasi appendiktomi
pergerakan sehingga pada pasien post Benson Terhadap sesuai yang
berdampak aktivitas operasi Skala Nyeri Pada diharapkan
terganggu, serta appendiktomi Pasien Post Operasi dimana sebelum
mempengaruhi dengan teknik Apendisitis di penerapan skor
waktu penyembuhan relaksasi benson RSUP. Prof. Dr. nyeri pasien
luka dan lama hari Fokus relaksasi ini R.D. Kandou dan RS adalah 6 dan
rawat terdiri dari 1 terdapat pada Tk. III R.W. setelah penerapan
pasien (Septiana et ungkapan tertentu Mongonsidi Teling menurun menjadi
al., 2021) yang diucapkan Manado, didapatkan 2.
berulang-ulang hasil ada pengaruh
dengan teknik relaksasi
menggunakan ritme benson terhadap
yang teratur disertai penurunan intensitas
sikap pasrah. nyeri pada pasien
Ungkapan yang post operasi
digunakan dapat apendisitis
berupa nama-nama
Tuhan atau kata
yang memiliki
makna yang
menenangkan bagi
pasien. Pembacaan
berulang-ulang
keyakinan terhadap
Tuhan dapat
menimbulkan respon
relaksasi yang kuat
sehingga dapat
menurunkan
kecemasan dan nyeri
yang menjadi subyek
mengalami
penurunan sesuai
yang diharapkan
dimana sebelum
penerapan skor nyeri
pasien adalah 6 dan
setelah penerapan
menurun menjadi 2.
5. Pada tanggal 28 . Prosedur terapi Hasil penelitian Hasil
Agustus 2020 relaksasi benson Manurung pada menunjukkan
Terdapat 1 pasien selama 10 sampai 20 tahun 2019 tentang terapi benson
post apendiktomi di menit, usahakan Pengaruh Tehnik dapat mengurangi
wilayah kerja situasi ruangan atau Relaksasi Benson nyeri pada pasien
puskesmas muara lingkungan tenang , Terhadap penurunan yakni skala nyeri
bungo mengeluh atur posisi nyaman. Skala Nyeri Post 4 menjadi skala
nyeri pada luka post Pilih satu kata atau Appendiktomi di nyeri 3, setelah
operasi, dengan ungkapan singkat RSUD Porsea dilakukan terapi
skala nyeri 4, klien yang mencerminkan didapatkan hasil ada benson selama 3
mengatakan nyeri keyakinan. perbedaan-perbedaan hari.
semakin terasa Sebaiknya pilih kata pada skala nyeri post
apabila bergerak, atau ungkapan yang Appendictomy di
klien mengatakan memiliki arti khusus. RSUD Porsea
takut untuk bergerak Kemudian Pejamkan setelah dilakukan
karena nyeri, klien mata, hindari Teknik Relaksasi
mengatakan sering menutup mata terlalu Benson.
terbangun saat tidur kuat. Bernafas
karena nyeri lambat dan wajar
(Setiyawan, 2020) sambil melemaskan
otot mulai dari kaki,
betis, paha, perut dan
pinggang. Kemudian
disusul melemaskan
kepala. Kemudian
Atur nafas kemudian
mulailah
menggunakan fokus
yang berakar pada
keyakinan. Tarik
nafas dari hidung,
pusatkan kesadaran
pada pengembangan
perut, lalu keluarkan
nafas melalui mulut
secara perlahan
sambil mengucapkan
ungkapan yang
sudah dipilih. Dan
terakhir Pertahankan
sikap pasif. Menurut
Aryana dan
Novitasari (2013)
tentang pengaruh
relakasi benson
terhadap penurunan
stress
merekomendasikan
adanya latihan
benson relaksasi
selama rata-rata 5
kali dalam seminggu
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Appendicitis Yang Di Rawat
Di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah Kesehatan.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066 Hidayatulloh, A. I., Limbong, E.
O., & Ibrahim, K. I. (2020). PENGALAMAN DAN MANAJEMEN NYERI PASIEN
PASCA OPERASI DI RUANG KEMUNING V RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG : STUDI KASUS. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 187.
https://doi.org/10.26751/jikk.v11i2.795 Lestianti, I., Utami, G. T., & Utami, S. (2017).
PENGARUH TERAPI SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN
PRE-OPERASI: LITERATURE REVIEW. 7, 623–633.
Manurung, M., Manurung, T., & Sigian, P. (2019). Skala nyeri post appendixtomy di RSUD
Porsea. Priority, Jurnal Keperawatan, 2(2), 61–69.
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.541
S. Bakhri. (2015). ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN
APENDISITIS DENGAN NYERI AKUT DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. 151(1), 10– 17.
Septiana, A., Inayati, A., & Ludiana. (2021). Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi di Kota Metro. Jurnal
Cendikia Muda, 1, 444–451.
Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus Apendisitis
Di Rumah Sakit Santa Anna Kendari Tahun 2015 Karya. Sumarni, T. A. (2019). Viva
Medika. Jurnal Kesehatan, 12, 50–63
Ramadhan, rizki wildan, Inayati, A., & fitri luthfiyantil, N. (2022). Penerapan Relaksasi
Benson Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Apenditomi. Jurnal
Cendikia Muda, 2, 617–623.
Warsinggih. (2016). Bahan Ajar Appendisitis Akut. Wedjo, M. A. M. (2019). Asuhan
Keperawatan Pada An. R. L dengan Apendisitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman
Nyaman di Wilayah RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9). Wibowo, W. J., Wahid, T. O. R., &
Masdar, H. (2020). Hubungan Onset Keluhan Nyeri Perut Dan Jumlah Leukosit Dengan
Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Pada Anak. Health & Medical Journal, 2(2), 26–36.
https://doi.org/10.33854/heme.v2i2.538
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagosis Keperawatan \indonesia. Jakarta selatan: Dewan
Pengurus Pusat
Tim pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standar Luaraan Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim pokja SIKI DPP PPNI.2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat Manurung, M., Manurung, T., & Sigian, P. (2019). Skala nyeri
post appendixtomy di RSUD Porsea. Priority, Jurnal Keperawatan, 2(2), 61–69.
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.541
Ramadhan, rizki wildan, Inayati, A., & fitri luthfiyantil, N. (2022). Penerapan Relaksasi
Benson Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Apenditomi. Jurnal
Cendikia Muda, 2, 617–623.
Septiana, A., Inayati, A., & Ludiana. (2021). Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi di Kota Metro. Jurnal
Cendikia Muda, 1, 444–451.
Setiyawan, W. (2020). PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI BENSON UNTUK
MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA NY N DENGAN POST APPENDIKTOMI
DI WILAYAH KERJA DIPUSKESMAS MUARO BUNGO 1. 1–9.
Wainsani, S., & Khoiriyah, K. (2020). Penurunan Intensitas Skala Nyeri Pasien Appendiks
Post Appendiktomi Menggunakan Teknik Relaksasi Benson. Ners Muda, 1(1), 68.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5488

Anda mungkin juga menyukai