DISUSUN OLEH
KHOERUNNISA SILVIA DEWI
1490122091
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUKTIF
A. Pengertian
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata : Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala
obstruksi (penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus
menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola
secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jikapercobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus adhesi bisa disebabkan oleh riwayat
operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin dalam bentuk
tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal
dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau
umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari
pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di
dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi) Disebut juga intususepsi, sering ditemukan
pada anak dan agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi
pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari
2
rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian
usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis.
Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik,
dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema
barium (Indrayani,2013).
c. Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian jejunum,
biasanya jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa
terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal
yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi
(Indrayani,2013).
d. Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum
dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara pembuluh
darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu
keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk
ke raktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di
usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon
yang paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau
jaringan yang melapisi atau menutupi organorgan tubuh) , terutama
pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).
C. Manifestasi Klinis
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
D. Clinical Pathway
4
E. Data Fokus Pengkajian
a) pengkajian
1. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri
pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan
lepas, abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,
timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai
skala numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat
dan memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan
obatobatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
b) Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
5
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
c) Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah
merah) : meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi
besar (distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh
lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk
melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
6
a. Subjektif
(tidak tersedia) Nyeri akut
b. Objektif
Tekanan darah
meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan
berubah
Proses berfikir
terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri
sendiri
Diaforesis
Gejala dan Tanda Mayor Ileus obstruktif Defisit Nutrisi
a. Subjektif Akumulasi gas dan
Mengeluh mual cairan intralumen
disebelah paroksimal
Merasa ingin muntah dari letak obstruktif
Tidak berminat
Gelombang
makan peristaltic berbalik
b. Objektif (tidak tersedia) arah, isis usus
terdorong ke
Gejala dan Tanda Minor lambung kemudian
a. Subjektif ke mulut
7
Gejala dan Tanda Mayor Kerja usus melemah Gangguan
Eliminasi Fekal
1. Subjektif Gangguan peristaltic
Defekasi kurang dari usus
2 kali seminggu Kimus kulit dicerna
Pengeluaran feses usus
8
Kejang hipertermia
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
Gejala dan Tanda Mayor Merangsang susunan Gangguan Pola
saraf otonom Tidur
1. Subjektif
mengaktifasi
Mengeluh sulit norephinephrine
tidur Saraf simpatis
Mengeluh sering terangsang untuk
mengaktivasi RAS
terjaga mengaktifkan kerja
Mengeluh tidak organ tubuh
9
secara mandiri
Minat melakukan
perawatan diri
kurang
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif (tidak
tersedia)
2. Objektif (tidak
tersedia)
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d proses penyakit
2. Defisit Nutrisi b.d mual muntah
3. Gangguan Eliminasi Fekal b.d tidak adanya keinginan untuk BAB
4. Hipertermi bd. Adanya peradangan
5. Ganguan Pola Tidur bd gejala penyakit
6. Deficit Perawatan Diri bd. Kelemahan
10
11
G. Intervensi
1
Mengeluh nyeri identifikasi pengaruh
d. Objektif nyeri pada kualitas hidup
Tampak meringis monitor keberhasilan
Bersikap protektif (mis. terapi komplementer yang
Waspada, posisi sudah diberikan
menghindari nyeri) monitor efek
Gelisah penggunakan obat
Frekuensi nadi analgetik
meningkat Terapeutik
Sulit tidur Berikan teknik
Gejala dan Tanda Minor nonfarmakologis untuk
c. Subjektif mengurangi ras nyeri
(tidak tersedia) (mis. TENS, hypnosis,
d. Objektif akupresur, terapi music,
Tekanan darah biofeedback, terapi pijat,
meningkat aromatherapy, teknik
2
Proses berfikir terganggu terapi bermain.
Menarik diri Fasilitasi istirahat dan
Berfokus pada diri tidur
sendiri kontrol lingkungan yang
Diaforesis memperberat ras nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi
meredekan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
3
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Mual Nausea D.0076 Setelah dilakukan intervensi Manajemen mual
Penyebab keperawatan selama 3x24 jam, Tindakan
a. Gangguan pada esophagus maka mual menurun, dengan Observasi
kriteria hasil:
b. Distensi lambung Identifikasi pengalaman
1. Perasaan ingin muntah
c. Iritasi lambung mual
menurun
Gejala dan Tanda Mayor Identifikasi isyarat
2. Perasaan asam dimulut
c. Subjektif nonverbal
menurun
Mengeluh mual 3. Sensasi panas menurun Identifikasi dampak mual
Merasa ingin muntah 4. Sensasi dingin menurun terhadap kualitas hidup
Tidak berminat makan 5. Diaphoresis menurun Identifikasi factor
d. Objektif (tidak tersedia) 6. Takikardia menurun penyebab mual
Gejala dan Tanda Minor Monitor mual
c. Subjektif Monitor asupan nutrisi
Merasa asam di mulut dan kalori
4
Sensasi panas atau dingin Terapeutik
Sering menelan Kendalikan factor
d. Objektif lingkungan penyebab
Saliva meningkat mual
Takikardia Edukasi
Anjurkan istirahat dan
Pupil dilatasi
tidur yang cukup
Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
(mis. Hypnosis,
relaksasi, dan terapi
5
musik)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
3 Konstipasi Konstipasi D.0049 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Fekal
Penyebab keperawatan selama 3x24 jam, Tindakan
1. Penurunan motilitas proses pengeluaran feses Observasi
membaik, dengan kriteria hasil:
gastrointestinal Identifikasi masalah usus
1. Kontrol pengeluaran feses
2. Ketidakcukupan asupan dan penggunaan obat
meningkat
serat pencahar
2. Keluhan defekasi lama dan
3. Ketidakcukupan asupan Monitor buang air besar
sulit menurun
cairan 3. Mengejan saat defekasi (mis. Warna, frekuensi,
4. Kelemahan otot abdomen menurun konsistensi, volume)
5. Perubahan kebiasaaan 4. Frekuensi BAB membaik Terapeutik
makan 5. Konsistensi feses membaik Sediakan makanan tinggi
Gejala dan Tanda Mayor 6. Peristaltic usus membaik serat
3. Subjektif Berikan air hangat
Defekasi kurang dari 2 setelah makan
kali seminggu
6
Pengeluaran feses lama Edukasi
dan sulit Jelaskan jenis makanan
4. Objektif yang membantu
Feses keras meningkatkan
Peristaltic usus menurun keteraturan peristaltic
Gejala dan Tanda Minor usus
3. Subjektif Anjurkan mencatat
Mengejan saat defekasi warna, frekuensi,
4. Objektif konsistensi, volume feses
Distensi abdomen Anjurkan meningkatkan
Kelemahan umum aktifitas fisik, sesuai
7
jika perlu
4 Ganguan Pola Tidur Gangguan Pola Tidur D.0055 Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur
Penyebab keperawatan selama 3x24 jam, Tindakan
1. Kurang control tidur keadekuatan kualitas
dan Observasi
kuantitas tidur membaik, dengan
2. Kurang privasi Identifikasi pola aktivitas
kriteria hasil:
3. Hambatan lingkungan (mis. dan tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun
Kelembapan lingkungan Identifikasi factor
2. Keluhan sering terjaga
sekitar, suhu lingkungan, pengganggu tidur
menurun
pencahayaan, kebisingan, 3. Keluhan tidak puas tidur Terapeutik
bau tidak sedap,jadwal menurun Lakukan prosedur untuk
pemantauan/ pemeriksaan/ 4. Keluhan pola tidur berubah meningkatkan
tindakan) menurun kenyamanan (mis. Pijat,
Gejala dan Tanda Mayor 5. Keluhan istirahat tidak cukup pengaturan posisi, terapi
3. Subjektif menurun
akurpresur)
Mengeluh sulit tidur Edukasi
Mengeluh sering Jelaskan pentingnya tidur
terjaga cukup selama sakit
Mengeluh tidak puas Anjurkan menepati
8
tidur kebiasaan tidur
Mengeluh pola tidur
berubah
Mengeluh istirahat
tidak cukup
4. Objektif (tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
3. Subjektif
Mengeluh kemampuan
beraktifitas menurun
4. Objektif (tidak tersedia)
5 Hipertermia Hipertermia D.0130 Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
Penyebab keperawatan selama 3x24 jam, I.15506
1. Dehidrasi panas menurun, dengan kriteria Tindakan
hasil:
2. Terpapar lingkungan panas Observasi
1. Menggigil menurun
3. Proses penyakit - Identifikasi penyebab
2. Suhu tubuh menurun
4. Peningkatan laju hipertermia
3. Suhu kulit menurun
metabolisme - Monitor suhu tubuh
Gejala dan tanda mayor - Monitor kadar elektrolit
9
3. Subjektif (tidak tersedia) - Monitor haluaran urine
4. Objektif - Monitor komplikasi
Suhu tubuh diatas nilai akibat hipertermia
normal Terapeutik
Gejala dan tanda minor - Sediakan lingkungan
3. Subjektif (tidak tersedia) yang dingin
4. Objektif - Longgarkan atau
Kulit merah lepaskan baju
Kejang - Basahi dan kipasi bagian
Takikardi tubuh
10
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
6 Deficit Perawatan Deficit Perawatan Diri D.0109 Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
Diri Penyebab keperawatan selama 3x24 jam, Tindakan
1. Gangguan musculoskeletal kemampuan melakukan Observasi
perawatan diri meningkat, dengan
2. Gangguan neuromuskuler Identifikasi kebiasaan
kriteria hasil:
3. Kelemahan aktifitas perawatan diri
1. Kemampuan mandi
4. Penurunan motivasi sesuai usia
meningkat
5. Gangguan psikologis Monitor tingkat
2. Kemampuan mengenakan
dan/atau psikotik kemandirian
pakaian meningkat
Gejala dan Tanda Mayor Identifikasi kebutuhan
3. Kemampuan ke toilet
3. Subjektif alat bantu kebersihan
(BAB/BAK) meningkat
Menolak melakukan diri, berpakaian, berhias,
11
perawatan diri 4. Minat melakukan perawatan dan makan
4. Objektif diri meningkat Terapeutik
Tidak mampu mandi/ 5. Mempertahankan Sediakan lingkungan
mengenakan kebersihan mulut yang privasi
pakaian/makan/ke meningkat Siapkan keperluan
toilet/berhias secara pribadi (mis. Parfum,
mandiri sikat gigi, dan sabun
Minat melakukan mandi)
perawatan diri kurang Damping dalam
Gejala dan Tanda Minor melakukan perawatan
3. Subjektif (tidak tersedia) diri sampai mandiri
4. Objektif (tidak tersedia) Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
Jadwalkan rutinitas
12
perawatan diri
Edukasi
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
H. IMPLEMENTASI
I. EVALUASI
13
14
LAPORAN KASUS
I. Pengkajian
A. Identitas
1. Nama :An. I
2. Umur :13 Tahun
3. Jenis kelamin :P
4. Status perkawinan :Belum menikah
5. Pendidikan :SMP
6. Pekerjaan :Pelajar
7. Agama :Islam
8. No Medrek :16980685
9. Tanggal masuk :02 Oktober 2022
10. Tanggal pengkajian :03 Oktober 2022
11. Diagnose medis :Ileus Obstruktif
12. Alamat : Cilampahan
C. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian abdomen, dengan skala nyeri 5,
nyeri seperti dililit dengan waktu yang terus menerus,/menetap
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan masuk rumah sakit tanggal 02 oktober 2022 dengan
keluhan nyeri pada abdomen, tidak masuk makan ataupun minum, tidak
BAB dengan rentan waktu kurang lebih 1 minggu,
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan pada bulan September 2019, pasien pernah
dioperasi pada bagian abdomen dengan diagnose medis appendik di
RSUD Dr. Soekardjo
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengtakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dengan pasien.
14
D. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebutuhan Sebelum sakit Sesudah sakit
1 Nutrisi
a. BB/TB 42 kg/130 cm 40 kg/130 cm
b. Diet - Puasa
c. Kemampuan
Mengunyah Mampu Mampu
Menelan Mampu Mampu
Bantuan total/Sebagian - -
d. Frekuensi makan 3x1 porsi Terpasang NGT
e. Porsi makan 1 porsi Terpasang NGT
f. Makan yang menimbulkan Tidak ada Tidak ada
alergi Tidak terkaji Tidak terkaji
g. Makanan yang disukai
2
Cairan
a. Intake
Oral Air putih Terpasang NGT
Jenis 8 gelas/hari -
Jumlah cc/hari - -
Bantuan
total/Sebagian
Intravena - Nacl
Jenis - 300cc
Jumlah cc/hari
b. Output Urine Urine
Jenis 2000cc/hari 1000cc/hari
3
Jumlah 2000cc/hari
Eliminasi
a. BAB 1x sehari 1x selama sakit
Padat Padat&cair
Frekuensi
Kuning Hitam&kuning
Konsistensi
- Nyeri
Warna Mandiri Bantuan
Keluhan
Bantuan/Sebagian
b. BAK 2x sehari 2x1 sehari
Frekuensi Cair Cair
Konsistensi Kuning jernih Kuning
Warna - -
4 Keluhan - Menggunakan
Bantuan/Sebagian diapers
15
d. Kebiasaan sebelum tidur
Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari Waslap 1x sehari
Frekuensi Mandiri Bantuan total
Bantuan total/Sebagian Tidak terkaji Tidak terkaji
Kebiasaan mandi 2x sehari 1x selama sakit
b. Gosok gigi 2x seminggu -
c. Cuci rambut 1x seminggu 1x selama sakit
6
d. Gunting kuku 2x sehari 1x sehari
e. Ganti pakaian
Mandiri Mandiri/Sebagian
Aktivitas
- -
a. Mobilitas fisik
Menonton televisi -
b. Olah raga
c. Rekreasi
E. Data psikologis
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya dan Kembali sehat
seperti semula
F. Data social
Cara berhubungan pasien dengan orang sekitar, seperti perawat, keluarga dan
dokter kooperatif dan baik
G. Data spiritual
Pasien menerima penyakit yang dialaminya sekarang, bisa melaksanakan
sholat 5 waktu, dan yakin akan sembuh
H. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
Pasien Nampak menggunakan selang nasogastriktube (NGT), untuk
mengeluarkan kotoran pada lambung, dan juga terpasang infus dengan
cairan Nacl
2. Tanda umum pasien
a. Temperature (suhu) : 36,2
b. Pulse (nadi) : 100x/menit
c. Repiratory (napas) : 20x/menit
d. Tekanan darah :120/80 mmHg
e. Tinggi badan : 130 cm
f. Berat badan : 40 cm
3. Kesadaran
a. Kualitatif : composmentis
b. Kuantitatif : 15
4. System pernapasan
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit sawo matang
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada nyeri,
tidak ada
16
krepitasi
Perkusi : normal
Auskultasi : veikuler
5. System kardiovaskuler
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
Auskultasi : lupdup
6. System persyarafan
N. I Olfaktorius : fungsi penciuman pasien baik/normal
N. II Optikus : fungsi penglihatan pasien baik/normal
N. III. IV. VI : pergerakan bola mata dan pupil baik
N. V Trigeminus: pasien dapat menutup dan membuka rahang dan
dapat menggerakannya
N. VII Facialis : pasien dapat mengerutkan dahi
N. VIII vestibula : pendengaran pasien normal
N. IX. X : pasien mampu berbicara jelas, mampu
menelan dan mengunyah
N. XI asesorius : pasien mampu menggerakan kepala, menoleh ke
kiri dan ke kanan
N. XII hipoglosus : pasien mampu menggerakan dan
menjulurukan lidahnya dengan baik
7. System pencernaan
Inspeksi : perut kembung
Palpasi : bising usus 12x/menit
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada nyeri tekan pada perut bagian kiri bawah
8. System muskulokeletal
Tidak ada kelainan, fungsi baik, reflek otot normal. Kekuatan otot atas
dan bawah 5
9. System integument
Rambut pasien agak kotor, kuku Panjang dan kotor, kulit kering tidak ada
lesi, turgor kulit baik
10. System endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pertumbuhan kuku normal, rambut
pubis normal, aksila normal, keadaan genitalia bersih dan normal
17
I. Data Penunjang
- Laboratorium
Hasil laboratorium (tanggal 02 oktober 2022, pukul 16:29)
Jenis
Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 16,8 12-16 g/dl Auto
Hematocrit 50 35-45 % analyzer
Jumlah leukosit 17.900 5000-10000 /mm3 Auto
Jumlah 364.000 150000- /mm3 analyzer
trombosit 2.00 350000 - Auto
Waktu 1.00-3.00 analyzer
pendarahan(bt) 4.00 - Auto
Waktu 1.00-7.00 analyzer
pembekuan (ct) DUKE
DUKE
Faal Ginjal
Ureum 40 15 – 45 mg/dl Urease
Kreatinin 0.55 0,5 -0,9 mg/dl kinetic
Kinetic jaffe
Karbohidrat
Glukosa sewaktu 121 76 – 110 mg/dl GOD-POD
Elektrolit
Natrium, Na 120 135 – 145 mmol/l ISE
Kalium, K 3.2 3,5 – 5,5 mmol/l ISE
Kalsium, Ca 1.17 1,10 – 1,40 mmol/l ISE
18
Ginjal kiri tak tampak batu bendungan
Ginjal kanan colic ureter kanan hydronefrosis grade II,XI
19
- Terpasang NGT Nutrisi kurang dari
- Dari 42 kg kebutuhan tubuh
menjadi 39 kg
Sulit BAB
konstipasi
4. Ds : klien mengatakan Ileus obstruktif Deficit perawatan
belum cuci rambut, ↓ diri
mandi, gosok gigi, Muntah
gunting kuku selama sakit ↓
Do : - klien tampak tidak Anoreksia
rapih ↓
- Lidah kotor Nutrisi kurang dari
- Gigi kuning kebutuhan tubuh
- Kuku panjang ↓
- Rambut kotor Kelemahan
↓
Deficit perawatan diri
20
-Meringis menurun intensitas nyeri
-Gelisah menurun -Identifikasi skala
-Kesulitan tidur nyeri
menurun -Identifikasi respons
nyeri non verbal
-Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
-Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi rasa
nyeri (kompres
hangat)
Edukasi
-Jelaskan penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
-Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
-Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu
2. Deficit nutrisi b.d adanya Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
mual d.d terpasang NGT asuhan keperawatan Observasi
dan penurunan BB selama 2x7 jam di - Identifikasi
harapkan kebutuhan status nutrisi
nutrisi terpenuhi, - Identifikasi
dengan kriteria perlunya
hasil : penggunaan
- Pengetahuan selang
tentang standar nasogastric
asupan nutrisi - Monitor asupan
yang tepat makanan
- Penyiapan dan - Monitor BB
penyimpanan - Monitor hasil
makanan yang pemeriksaan
aman laboratorium
Terapeutik
- Hentikan
pemberian
21
makan melalui
selang
nasogastric jika
asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk jika
mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
3 Gangguan eliminasi fekal Setelah dilakukan Manajemen
b.d konstipasi asuhan keperawatan Eliminasi Fekal
2x7 jam diharapkan (l.04151)
proses pengeluaran Tindakan
feses yang mudah Observasi
dengan kriteria - Identifikasi
hasil : masalah usus
- Control dan
pengeluaran penggunaan
feses meningkat obat pencahar
- Keluhan defekasi - Monitor buang
lama dan sulit air besar
menurun Kolaborasi
- Mengejan saat - Kolaborasi
defekasi pemberian obat
meningkat supositoria anal,
- Konsistensi feses jika perlu
membaik
- Frekuensi BAB
membaik
- Peristaltic usus
membaik
22
keinginan sesuai usia
melakukan - Monitor
perawatan diri tingkat
meningkat kemandirian
- Minat melakukan Terapeutik
perawatan diri - Fasilitasi untuk
meningkat menerima
- Mempertahankan keadaan
kebersihan ketergantungan
dirimeningkat - Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan
V. Implementasi
No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
keperawatan
1. Nyeri akut b.d - 09.00 S = klien mengatakan
iskemik dinding usus mengidentifikasi nyeri pada bagian
d.d tampak meringis pasien perut
R = mrnjawab An. I O = klien tampak
- 09.02 menahan nyeri dan
mengidentifikasi meringis
TPRS A = masalah belum
R = T : 37, 2, P : 78 teratasi
x/m, R : 20 X/M, S : P = lanjutkan
110/80 mMHg intervensi
- 09.10 I = menganjurkan
Mengidentifikasi kompres hangat (R =
skala nyeri merasa nyaman)
R = skala nyeri 5 E = pasien masih
- 09.15 merasakan nyeri pada
mengidentifikasi perut
lokasi nyeri
23
R = nyeri pada
bagian perut
- 09.20 memberikan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
R = nyaman
- 09.25 memonitor
efek samping
penggunaan
analgetik
R = tampak
mengantuk
2. Deficit nutrisi b.d - 09.30 S = klien mengatakan
adanya mual muntah Mengidentifikasi mual muntah
d.d terpasang NGT status nutrisi O = klien terpasang
dan penurunan BB R = puasa NGT
- 09.40 A = masalah belum
mengidentifikasi teratasi
perlunya P = lanjutkan
menggunakan selang intervensi
NGT I = dianjurkan puasa
R = tampak tidak terlebih dahulu (R =
bias makan, minum keluarnya sisa
karena selalu di makanan di lambung
muntahkan melalui NGT)
- 09.45 memonitor E = Klien mual
berat badan
R = BB dari 42 kg
menjadi 40 kg
- 09.50 memonitor
hasil laboratorium
R = terlampir
3. Gangguan eliminasi - 10.00
fekal b.d konstipasi mengidentifikasi
masalah usus dan
penggunaan obat
pencahar
R = tidak adanya
keinginan BAB
- 10.05 memonitor
buang air besar
R = Belum BAB 1
minggu
- 10.07 Kolaborasi
pemberian obat
pencahar
24
R = pemberian obat
fleet enema
VI. Evaluasi
No Diagnose keperawatan Catatan perkembangan paraf
(05 oktober 2022)
1 Nyeri akut b.d iskemik usus dd S = pasien mengatakan
tampak meringis masih ada nyeri tapi
menurun
O = - pasien tampak tidak
meringis
- TD:110/80 mmHg
Rr:22x/menit
N : 86 x/menit
S: 36,2
A = masalah teratasi
sebagian
P = lanjutkan intervensi
I = 14.20 menganjurkan
kompres hangat pada
bagian nyeri, R : pasien
tampak nyaman
E = pasien merasa
nyaman
R = intervensi dilanjutkan
2 Deficit nutrisi b.d adanya mual S = keluarga mengatakan
25
muntah dd penurunan berat sudah tidak ada mual
badan (karena terpasang NGT)
O = pasien masih
terpadang NGT
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I = 14.35 menunggu
intruksi dari dokter, R :
keluarga dan pasien
mengiyakan
E = pasien tidak mual
R = hentikan intervensi
3 Gangguan eliminasi fekal b.d S = klien mengatakan
konstipasi sudah BAB
O = tampak BAB di
pempers, berwarna hitam
kekuningan
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I = 14.50 menunggu
intruksi dari dokter, R :
keluarga dan pasien
mengiyakan
E = pasien sudah BAB
dan perut tidak kembung
R = hentikan intervensi
4 Deficit perawtan diri b.d S = keluarga mengatakan
kelemahan d.d belum bisa sudah dibersihkan kuku,
melakukan ADL dengan gigi, lidah, dan diwaslap
mandiri O = tampak bersih dan
rapih
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
I = 15.00 mengedukasi
pasien agar mampu
melakukan perawatan diri,
R : mengiyakan oleh
keluarga
E= pasien merasa nyaman
R = hentikan intervensi
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI
Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang
Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)
Saputra. (2014). Buku saku keperawatan pasien dengan gangguan fungsi
gastrointestinal . Jakarta: Binarupa Aksara.
Sjamsuhidajat, R., & De Jong, W. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
3. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart Edisi 8 Vol 3. Jakarta : ECG.
Smith DA, & Nehring SM. (2018). Bowel Obstruction. 100:651.
Vilz, T., Stoffels, B., & Strassburg. (2017). Ileus In Adult. Deutsches
Arzteblatt International, 114(29-30): 508–518.
Qureshi, N. A., Kumar Bhat, S., & Sodhi, B. S. (2017). Spectrum of
Etiology of Intestinal Obstruction-A Hospital-based Study. International
journal of scientific study, 85 (209). https://doi.org/10.17354/ijss/2017/399
Wahyudi, A., Siswandi, A., Purwaningrum, R., & Dewi, B. C. (2020).
Angka Kejadian Ileus Obstruktif Pada Pemeriksaan BNO 3 Posisi Di RSUD
Abdul Moeloek Pendahuluan. 11(1), 145–151.
28