Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus Praktik Keperawatan Medikal Bedah II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OP


KOLOSTOMI DIVERSI HARI KE 5 DI RUANG FRESIA 2
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Dosen Pembimbing:
Anggriyana Tri Widianti, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh
SALPA SITI PATIMAH
102018029

Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I


Program Studi Vokasi Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AISYIYAH ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN KEPADA PASIEN DENGAN POST OP
KOLOSTOMI DIVERSI HARI KE 5 ( ILEUS OBSTRUKSI)

A. DEFINISI
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak
dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan
(Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses (Nurarif& Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena
atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus (Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
- Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013).
- Non hernia inkarserata, antara lain :
1. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya
tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,
2013).
2. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi
dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium
(Indrayani,2013).
3. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi
(Indrayani,2013).
4. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum
dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013)
5. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
6. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan
fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau
struktur lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus
yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah
karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi
atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan
dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan
pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok
hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awal obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih
cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan
secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah
distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah
mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selaluh harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera.
Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1 Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah
dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada
ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada
ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus
besar onset muntah lama.
2 Pemeriksaan Fisik 
- Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus
dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan
massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang
kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour ”
(gambaran kontur usus) maupun “darm steifung”
(gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas
pada saat penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan
muntah dan juga pada ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah
dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
- Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang
menandakan adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya
tandairitasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance
musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal
- Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara
masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan
usus diatas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus
bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rectum dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus
sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan kolaps
terutama apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa rectum
dapat ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi merupakan massa
atau tumor  pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang harus
kita nilai ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus
dan perkiraan diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan
dapat ditemukan pada lokal maupun general misalnya pada keadaan
peritonitis. Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum.
Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak
dapat ditemukan padasarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan
darah apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus
(Sjamsuhidajat & Jong,2005).
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi
mekanik dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan
antaraobstruksi parsial atau komplit dan membedakan obstruksi sederhana
denganstrangulasi. Hal penting yang harus diketahui saat anamnesis
adalah riwayat operasi abdomen (curiga akan adanya adhesi) dan adanya
kelainan abdomen lainnya (karsinoma intraabdomen atau sindroma iritasi
usus) yang dapat membantu kita menentukan etiologi terjadinya
obstruksi. Pemeriksaan yang teliti untuk hernia harus dilakukan. Feses
juga harus diperiksa untuk melihat adanya darah atau tidak, kehadiran
darah menuntun kita ke arah strangulasi.
3 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi
intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kreatinin dan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak
akan banyak membantu untuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana.
Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendeteksiadanya
hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.
4 Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Temuan spesifik untuk obstruksi usus
halus ialah dilatasi usushalus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level
pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon.
Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus
mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen
dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
a) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
b) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
c) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
d) Posisi supine dapat ditemukan : distensi usus dan step-ladder sign
e) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil
yang berderet
f) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan
terisiudara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dindingusus yang oedem
g) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran
serupa dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat
ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada
di proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja
dengan tidak ada udara. Dengan demikian menghalangi tampaknya air-
fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan dengan
obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto
abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan
obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun
memakan biaya yang sedikit.
- Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga
untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada
foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan
klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos
abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan
adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi.
Enteroclysis memberikan nilai prediksi negative yangtinggi dan dapat
dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering
digunakan. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi
dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan
barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya
harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)
- CT Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi
strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama
jikaklinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat
membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia
karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena
penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar
2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan
diameter sekitar 1 cm. Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat
sensitivitasnya yangrendah (<50%) untuk mendeteksi grade ringan atau
obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk
diidentifikasi. (Nobie,2009)
- CT enterography (CT enteroclysis)
Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan
klinis. Pemeriksaan ini merupakan pilihan pada ileus obstruksi intermiten
atau pada pasien dengan riwayat komplikasi pembedahan (seperti tumor,
operasi besar). Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh penebalan
dinding usus dan dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan
lemak  perinerfon. Pemeriksaan ini menggunakan teknologi CT-scan dan
disertaidengan penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT enteroclysis
lebihakurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam
menentukan penyebab obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi
(100% vs94%) (Nobie, 2009).
- MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi
adanya obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi
dari obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang
terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan
massa dan inflamasi (Nobie, 2009)
- USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dariobstruksi
dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien denganilues
obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yangdistensi. USG
dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yangdistensi. Tidak
seperti teknik radiologi yang lain, USG dapatmemperlihatkan peristaltic,
hal ini dapat membantu membedakanobstruksi mekanik dari ileus
paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah danmudah jika dibandingkan
dengan CT-scan, dan spesifitasnya dilaporkanmencapai 100%. (Nobie,
2009).

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
- Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif (Nurarif&
Kusuma, 2015).
- Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak
ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter) (Nurarif& Kusuma, 2015)
- Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik (Nurarif& Kusuma, 2015).

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada
selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri
dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu
lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut.
Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh
bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit, terjadi karena hipovolemik

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama . 
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji  dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus (menetap).
R  : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
II. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
III. Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

J. PATHWAYS Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus Kerja usus melemah Klien rawat
terdorong ke lambung kemudian mulut inap

Gangguan
Poliferasi bakteri Tekanan peristaltic usus Reaksi
cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena & dicerna usus cemas
dan toksin dari arteri ↓ Mual muntah mual
usus yang infark ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin, konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
zat pirogen anaerob toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
peritonium
Merangsang Resiko syok
Impuls
pengeluaran (hipovolemia)
hipotalamus mediator kimia Resiko infeksi
bagian
termoregulator
melalui ductus
Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
thoracicus nyeri REM ↓ Pasien terjaga
saraf otonom, utk mengaktivasi RAS
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut norepinephrine tubuh Gangguan
pola tidur

hipertermi
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injury fisik pasca pembedahan
2. hipovolemia b/d kegagalan mekanisme regulasi
3. Resiko defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d obstruksi intestinal
5. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif
L. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injury fisik pasca pembedahan
Tujuan : Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10. R/ Memudahkan perawat dalam
menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik,
meningkatkan kontrol nyeri.
2) Pertahankan tirah baring sesuai program. R/ Tirah baring mengurangi
penggunaan energi dan membantu mengontrol nyeri dan mengurangi kontraksi
otot.
3) Pasang selang gastrointestinal yang disambungkan pada penghisap
intermitten
4) Pertahankan posisi semi fowler. R/ Membantu gerakan gralisasi terhadap
selang gastrointestinal dan meningkatkan ekspansi paru.
5) Pertahankan puasa sampai bising usus kembali, distensi abdomen berkurang
dan flatus keluar. R/ Memungkinkan makanan peroral dengan tidak ada bising
usus akan meningkatkan distensi dan ketidaknyamanan.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi. R/ Menghilangkan nyeri,
meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.
2. hipovolemia b/d kegagalan mekanisme regulasi
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang
tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat,
tanda vital stabil.
Intervensi :
1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang,
takikardia, hipotensi ortostatik. R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam
meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia
menunjukkan kekurangan cairan sistemik
2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). R/ Indikator
langsung keadekuatan volume cairan.
3) Pantau masukan dan haluaran. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai
kehilangan yang tak tampak. R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan penggantian.
4) Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adakan darah samar.

5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi.R/


Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

3. Resiko defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme


Tujuan : Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/
meningkatkan berat badan.
ntervensi :
1) Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase akut. R/ Menurunkan kebutuhan
metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
2) Anjurkan istirahat sebelum makan. R/ Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan.
3) Berikan perawatan oral. R/ Rasa tak enak, bau dan penampilan dapat
menurunkan nafsu makan dan merangsang mual dan muntah.
4) Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen. R/ Mencegah
serangan akut.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, mis: antikolinergik 15-30 menit
sebelum makan. R/ Menghilangkan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster
dan meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrisi.

4. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d obstruksi intestina

Tujuan : mengidentifikasi cairan dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan


cairan

Intervensi :
1) monitor status hidrasi (frekuensi nadi, akral,mukosa, tugor,tekanan darah
2) monitor hasil labolatorium
3) catat intake dan output dan hitung balance cairan
4) pertahanlan pemberian cairan intravena
5. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif
Tujuan : mengidentifikasi dan menurunkan resiki terserang organisme patogenik
Intervensi :
1) monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2) berikan perawatan kulit pada area edema
3) pertahankan teknik aseptik pada pasien resiko tinggi
4) ajarkan cara memeriksa luka oprasi yang benar
5) anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
M. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Nyeri akut teratasi
b. Kemampuan motilitas pasien dan konstipasi dapat teratasi
c. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan tubuh
d. Asupan intake nutrisi adekuat
e. Pasien tidak mengalami syok hypovolemia
f. Tidak terjadi infeksi serta Nyeri terkontrol atau teradaptasi
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn.I DENGAN POST OP KOLOSTOMI DIVERSI HARI KE 5
RUANG FRESIA-RS HASAN SADIKIN

a. PENGKAJIAN
 Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. I
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Sukasari,Dipatiukur
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Duda mati
Nomor RM : 0001485893
Diagnosa Medis : leus obstruktif parsial fase paralitik ec ca rectl
1/3 distal, Acute injury kidney, DM tipe II
Tanggal Pengkajian : 15 Mei 2020
Tanggal Masuk RS : 30 Mei 2020

 Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Tn.D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Anak
Alamat : Sukasari,Dipatiukur

1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien terlihat lemah

b. Riwayat Penyakit Sekarang


6 bulan SMRS mengeluhkan perut melilit dan muntah mengeluarkan darah warna
hitam dan diare, Pada bulan April 2020, perut pasien makin melilit, kembung, BAB
hanya berbentuk cair saja dan pasien mengatkan muntah darah berwarna hitam. Oleh
keluarga, pasien dibawa ke klinik dan pasien di rawat di RS Salamun selama 12 hari.
Kemudin pasien di rujuk ke RSHS tanggal 15 Mei 2020 dan dilakukan kolostomi pada
tanggal 25 Mei 2020, dengan sebelumnya pasien dilakukan pemsangan kateter vena
sentral pada tanggal 24 Mei 2020, dan sebelum dilakukan kolostomi, pasien dilakukan
hemodialisa pada tanggal 20 Mei 2020. Saat dilakukan pengkajian tanggal 30 mei
2020, pasien mengatakan merasa tidak nyaman dan sakit di luka perut yang di operasi
kalau melakukan gerakan.Sakit yang drasakan seperti ada luka di perut. Skala 3 (0-10)
dan sakit dirasa didaerah yang dioperasi saja. Saat dilakukan pengkajian risiko jatuh /
morse didapatkan hasil: Pasien memiliki riwayat jatuh 1 bulan sebelumnya, karena
terpasang kantung kolostomi dan masih terdapat luka operasi, sehingga paien masih
mengalami kelelahan dalam berpindah. Pasien belum pernah berjalan setelah operasi
sehingga belum terlihat kemampuan berjalan. Menurut anaknya, pasien kadang tidur
larut malam, tapi sebelum jam 12 malam sudah tidur. Pasien mengatakan tadi malam
tidak bisa tidur karena tidak bisa pipis, tapi setelah dipasang selang, jadi enakan.

c. Riwayat Penyakit dahulu


Pasien mengatakan mengalami DM sejak 6 taun yang lalu.Tekanan darah
Tinggi dialami sejak setelah terkena DM, awalnya pasien memiliki Tumor di usus dan
diketahui 1 tahun yang lalu. . Pasien mengatakan sebelum sakit sering mengkonsumsi
obat warung yaitu Reumachyl kalau pegel, namun 1 tahun terakhir ini sudah berhenti.
Menurut anaknya: pasien merokok sejak muda, namun sudah berhenti sejak tahun
1994, pasien jarang berolahraga dan aktifitas biasa. Pasien mengatakan jarang
melakukan pemeriksaan gula darah dan gula darahnya sering tinggi. Pasien
mengatakan juga memiliki sakit magh.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan Istri pasien meninggal karena DM. Pasien mengatakan
tidak ada keluarganya yang mengalami DM, Tekanan darah tinggi, kanker/tumor
dan stroke.

2. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
Pasien mengatakan berharap sakitnya bisa sembuh. Pasien mengatakan
setelah dilakukan operasi ini, merasa perutnya lebih nyaman dan enakan meski
dilakukan kolostomi. Keluarga pasien mengatakan pasien tidak merasa malu meski
BAB melalui lubang ostomPasien tidak terlihat cemas.

b. Data Sosial
Tn. I ditemani oleh anak beliau yaitu Tn,D dan pasien mengatakan sedang
menunggu keedatangan anak yang lain. Pasien mengatakan sedang menunggu
kedatangan anaknya yang dari Batam. Pasien adalah duda. Memiliki 3 orang
anak dan 1 tahun yang lalu, istrinya meninggal karena DM yang dimilikinya.
Dulunya pasien bekerja sebagai teknisi elektronik dan di bengkel las, saat
mengelas, pasien hanya menggunakan kacamata agar matanya tidak bengkak.
Sejak terdiagnosa DM, pasien jarang berolahraga. Saat di RS, segala aktivitas
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya

c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Menurut anaknya, pasien selalu melaksanakan ibadah solat dirumahnya.
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Pasien beragama islam dan selama sakit, pasien tidak mengerajakan
sholat. Karena merasa tidak suci akibat kolostomi/karena tidak biasa
menjalankan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Pasien tampak pucat, terlihat lemah
Kesadaran : Composmentis E4,V5,M6(GCS=15)
Tanda-tanda vital : TTV:
TD=160/80 mmHg
N=80x/menit
RR=20 x/mnt
S= 36,7 oC
Status Antopometri : BB dulu = 63kg
BB sekarang = 52 kg
TB = tidak terkaji
IMT = tidak terkaji
b. Sistem Pernapasan
Suara nafas pasien vesicular,tidak terdapat otot bantuan nafas, tidak terlihat
sesak, rr 20x/menit.

c. Sistem Kardiovaskular
Pada bagian dada bentuk simetris, tarikan tidak ada retraksi dinding dada
Pada bagian kepala mata konjungtiva anemis, tidak ikterik, Mulut gusi
anemis, mulut kering dan berwarna pucat. terdapat lebam di lengan kanan
atas. CRT <3 detik.

d. Sistem Pencernaan
hidung dekstra terpasang NGT. mulut kering dan berwarna pucat. Gigi
kotor.Lidah kotor, Leher terpasang kateter vena sentral tertutup kassa,
terdapat bekas sisa asites, terdapat lubang ostomi di abdomen sinistra, warna
kulit ostomi merah muda, lembap dan bising usus 7 x permenit.

e. Sistem Endokrin
punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat

f. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter folley , diapers 1000cc (selama 11 jam dan diapers),
skrotum terlihat membesar warna merah muda, terdapat beberapa jahitan luka
operasi di area genital.

g. Sistem Persarafan
 N1 (Olfaktorius): normal
 N2 (Optiksus): Pasien tidak dapat membaca
 N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): pergerakan bola mata
normal respon pupil membesar saat didekatkan cahaya
 N5 (Trigeminus): tidak terkaji
 N7 (Fasialis):,wajah simetris
 N8 (Auditorius): Kemampuan mendengar baik
 N9 dan N10 (Glosofaringeus): Pada saat dikaji ada reflek menelan
 N11 (Asesorius): Klien dapat menoleh ke kanan dan kekiri dengan respon
yang lambat, tetapi kekuatan otot kaki nya sedikit lemah.
 N12 (Vagus): tidak ada fungsi gangguan menelan, ada reflek menelan

h. Sistem Muskuloskeletal
Saat dikaji kekuatan otot ekstremitas atas: dekstra 5, sinistra 5, Kekuatan otot
ekstremitas bawah: dekstra 4, sinistra 4, Tidak terpasang infus, Ektremitas
bawah pitting edema +3al atau neuropati / tidak

i. Sistem Integumen
Kulit pasien berwarna kecoklatan, keriput, terdapat lebam di lengan kanan
atas. CRT <3 detik. Penilaian braden skor didapatkan data 15. Pasien tampak
pucat, punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat, terdapat bekas
sisa asites, terdapat lubang ostomi di abdomen sinistra, warna kulit ostomi merah
muda. Ektremitas bawah pitting edema +3al atau neuropati / tidak

j. Sistem Reproduksi
Terpasang kateter folley , diapers, skrotum terlihat membesar warna merah
muda, terdapat beberapa jahitan luka operasi di area genital.Terlihat darah
keluar dari anus.

4. Riwayat Sctivity Daily Living (ADL)


No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan
 Jenis makan rebus-rebusan Diit peptisol cair 100
 Frekuensi (seperti buncis rebus, ml/1600 cal

 Porsi tahu direbus),

 Keluhan Sering 3x/hari


Tidak ada keluhan
Minum
 Jenis Air putih ,the tarik Terpasang ngt
 Frekuensi 5x sehari
 Jumlah (cc) 5 gelas
 Keluhan Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
d) Frekuensi 1 hari sekali
e) Warna Coklat kemerahan Kuning kecoklatan
sedikit darah
f) Konsistensi cair Cair lembek
- Keluhan nyeri Berkeringat
BAK
- Frekuensi 3-4x sehari Terpasang kateter urin
- Warna Kuning Kuning pekat
- Jumlah (cc) 1000cc (selama 11 jam
- Keluhan dan diapers).

3 Istirahat dan tidur


Siang
Lama tidur Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan
Malam 8 jam 5-6 jam
Lamanya
Keluhan

4 Kebiasaan diri
 Mandi Tidak terkaji Tidak terkaji
 Perawatan
kuku
 Perawatan gigi
 Perawatan
rambut
 Keluhan

pengajian Aktivitas
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/minum x
Mandi x
Toileting x
Berpakaian x
Mobilitas di tempat tidur x
Berpindah x
Ambulasi/ROM x
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat,
4 : tergantung total

Saat di RS, segala aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
Pasien terlihat imobilisasi di tempat tidurnya.Saat dilakukan pengkajian risiko jatuh /
morse didapatkan hasil: Pasien memiliki riwayat jatuh 1 bulan sebelumnya, karena
terpasang kantung kolostomi dan masih terdapat luka operasi, sehingga paien masih
mengalami kelelahan dalam berpindah. Pasien belum pernah berjalan setelah operasi
sehingga belum terlihat kemampuan berjalan.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Hasil

Hemodialisa HD gagal hanya tercapai 325 ml

Transfusi PCR dan


FFP

Kateterisasi vena
sentral

Kolostomi diversi

Biopsi anoskopi

USG a. Empedu membesar, hiperkolik ± 0,97 cm


b. Prostat membesar ± 5,99x4,3x3,85 (vol 51,56)
c. Hepar tampak koleksi cairan
d. VU tampak bayangan hiperkolik
EKG Regular, terdapat gambaran VES di V2

Pemeriksaan feses Terdapat Coccus gram positif dan kuman batang


gram negatif

Pungsi asites 700 cc serous, α amilase 6, leukosit 1307, PNM 78,


MN 22, LDH 213, Albumin 1000, glukosa 323,
protein 2200
6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil / tanggal
Pemeriksaan Nilai rujukan
28/5/2020 30/5/2020

Hb 8,1 13-17 g/dl

Hct 26 40-50 %

Eritrosit 3,11 3,5-5,3 103 µL

MCHC 3,4 31-35 g/dL

Ureum 97 52 10-50 mg/dL

Kreatinin 2,16 1,66 < 1,1 mg/dL

Gula darah 180 < 200 mg/dL

Kalium 3,1 3,2 3,6-5 mEq/L

PCO2 24,6 35-45 mmHg

PO2 127 70-100 mmHg

HCO3 15,4 22-2 mEg/L

TCO2 30

BE -7,5 -2 – 2 mEg/L

SaO2 98% 93-98%

Gula darah sewaktu 125 < 200 mg/dL

Kalium 2,9 3,6-5 mEq/L

Leukosit 9600 4-11 103 µL

Tromobsit 249.000 140-400 103 µL

MCV 83 77-93 fL

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 2 1-3 %

Batang 1 2-5 %

Segmen 84 50-63 %

Limfosit 9 20-45 %

Monosit 2 2-8 %

Metamielosit 1
Mielosit 1

Na 180 130-150 meq/L

Kalsium 3,1 >8,5 meq/L

Mg 2 >1,5 meq/L

pH 7,407 7,35-7,45

Gula darah puasa 103

Albumin 2

Protein total 5,2

Ureum 63

Kreatinin 1,8

Gula darah 2 jam PP 97

31

35

Kalium 2,8

D Dimer kuantitatif 6,6

PT 11,3

APTT 31,9

INR 103

Fibrinogen 393,4

7. PROGRAM TERAPI
a. Terapi farmakologis
Terapi Keterangan

Meropenem antibiotik carbapenem dengan aktivitas spektrum luas terhadap


beberapa pathogen

Omeprazol menurunkan kadar asam yang diproduksi di dalam lambung. 


Obat yang masuk ke dalam jenis penghambat pompa proton

Ketorolak Analgesik non-narkotik

Na asetat

Cefofloxaxon

Insulin rapid Insulin cara kerja cepat dengan dengan mencegah lonjakan gula
darah setelah makan

b. Terapi diit
Diit peptisol 1600 kalori
8. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. DS: resisten insulin Hipovolemia
- klien mengeluh lemah
DO: difisiensi GIP dan
-klien terlihat lemah dan pucat increatif efek berkurang

- mata konjungtiva anemis


-Mulut gusi anemis
-mulut kering dan berwarna disfungsi endotel usus
pucat.
-CRT <3 detik. gangguan hemodinamik
-HB 8,1 gr
-Empedu membesar, hiperkolik penurunan tahanan
± 0,97 cm sitemik arteri
-Prostat membesar ±
5,99x4,3x3,85 ketidakseimbangan
-Hepar tampak koleksi cairan volume cairan
VU tampak bayangan intravaskular
hiperkolik
-pitting edema +3 perpindahan cairan dari
-terpasang CPV intravascular ke
intrastisial

suplai 02 dan nutrisi ke


jaringan berkurang

hb

akumulasi protein dalam


cairan dirongga perut
menumpuk
Hipovolemia
2. DS: Defisit Nutrisi
-keluarga klien mengatakan Kelainan sekresi insulin
klien hanya mengkonsumsi
rebusan
-klien mengatakan lemah terjadi lipolysis pada otot
DO:
-klien terlihat lemah pucat katabolisme protein
-berat badan dulu :63 kg meningkat
sekarang: 52 kg
-bibir pucat mukosa bibir intake tidak adekuat
kering
- pasien mengkonsumsi diit nutrisi kurang dari
cair Peptisol 100 ml 1600 kebutuhan
kalori.
-terpasang NGT
penurunan berat badan
yang signifikan

defisit nutrisi
3.. DS: ileus obtruksi post op Nyeri akut
-klien mengatakan nyeri di area colostomy
operasi melakukan gerakan
-Sakit yang drasakan seperti Tekanan intralumen ↑
ada luka di perut.
- didaerah yang dioperasi saja. metabolisme anaerob
DO:
- klien Nampak meringis merangsang mediator
- Skala 3 (0-10) kimia
-TD :160/100 mmHg (bradikinin,serotonin,prost
-punggung bagian saccrum aglandin)
terlihat merah dan berkeringat,

1
-terdapat bekas sisa asites, dihantarkan oleh serabut
terdapat lubang ostomi di saraf bermielin dan tidak
abdomen sinistra, bermielin
- warna kulit ostomi merah
muda dihantarkan medulla
- Kekuatan otot ekstremitas spinalis
atas: dekstra 5, sinistra 5,
Kekuatan otot ekstremitas di hipotalamus dikirim ke
bawah: dekstra 4, sinistra 4 korteks serebri
-pasien terlihat kesulitan gerak
karena nyeri yang dialami nyeri akut

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1) Hypovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pasca operasi colostomi

2
10. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. I Ruangan : Bougenvile
No. Medrek : 0001485893 Diagnosa Medis : Ileus obstruksi
parsial fase paralitik
ec ca 1/3 rectal.
Injury kidney
desease,DM Tipe II

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Hypovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan cairan
berhubungan dengan selama 4x24 jam Mekanisme regulasi Observasi
kegagalan mekanisme dapat meningkat dengan kriteria hasil: -Monitor TD - Untuk mengetahu
regulasi - Asupan cairan dalam batas adanya perubahan TD
normal - Monitor BB - Untuk mengetahu
- Mukosa bibir lembab dan tidak adanya perubahan BB
pucat -Monitor elastisitas tugor kulit - Untuk memantau
- Konjungtiva ananemis perkembangan kulit
- Edema berkurang dari +3 menjadi -Monitor kadar albumin dan protein total - Mengetahui kadar
+1 normal atau kelainan
- Tugor kulit membaik -Monitor intake dan output - Untuk melihat balance
- HB meningkat cairan dan
perkembangan kondiisi

3
Edukasi pasien
-jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan - merupakan tolak ukur
untuk lihat kondisi
Teurapeutik kesehatan secara umum
- Atur interval waktu pemantauan sesuai - dengan mengatur
dengan kondisi pasien interval waktu dapat
menyesuiakan dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan - untuk mengetahui
perkembangan
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan tambahan jika - dengan berkolaborasi
diperlukan bisa menentukan
kebutuhan dan
penangan dengan cepat
dan tepat
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan selama 4x 24 jam asupan nutrisi untuk Observasi
peningkatan metabolisme adekuat dengan kriteria - identifikasi status nutrisi - untuk mengetahui
kebutuhan hasil: status kebutuhan nutrisi
metabolisme -kebutuhan nutrisi klien teratasi klien
-serum albumin dalam batas normal -Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient - dengan

4
-intake dan output cairan balance mengidentifikasi
-Membrane mukosa lembab kebutuhan kalori bisa
menentukan jenis
nutrient yang tepat
-monitor asupan makanan - untuk memantau
-monitor hasil LAB asupan makanan dan
Terapeutik menentukan balance

-lakukan oral hygine sebelum makan jika perlu -


- Dengan melakukan oral
hygine bisa
meningkatkan asupan
-berikan makanan tinggi kalori dan tinggi serat nutrisi
Edukasi - untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme
-anjurkan posisi duduk jika mampu dan menigkatkan BB
- dengan posisi duduk
bisa membuat klien
lebih nyaman
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian medikasi sebelum - jika dibutuhkan
makan misalkan pereda nyeri jika perlu pemberian medikasi

5
untuk mengurangi rasa
nyeri berlebih bisa
diberikan
3.. Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
cedera fisik post selama 3x 24 jam keluhan nyeri klien Obeservasi
operasi colostomy berkurang dengan kriteria hasil: - identifikasi lokasi,karakteristik,kualitas, - untuk menentukan
- klien tidak terlihat meringis dan intensitas nyeri lokasi karakteristik dan
- tidak ada perasaan cemas atau kualitas untuk
tertekan penangan yang
- sikap protektif menurun menyeluruh
- identifikasi nyeri non verbal - dengan
mengidentifikasi nyeri
non verbal kita bisa
lebih mngetahui cara
dan menentukan
strategi keperawatan
- identifikasi pengetahuan dan keyakinan - dengan memahani
tentang nyeri keyakinan mindset
nyeri klien bisa lebih
mudah ditangani
Teurapeutik
- berikan teknik non farmakologi untuk - nonfarmakologis

6
mengurangi nyeri (Qurani healing) bisa ,menjadi pilihan
efektif untuk
- kontrol lingkungan yang memperberat mengurangi nyeri
nyeri - kendalikan lingkungan
yang bisa memberberat
nyeri klien untuk
Edukasi mempercepat
- ajarkan teknik nonfarmakologi untuk pemulihan nyeri
mengurangi nyeri - teknik nonfarmakologis
bisa mengurangi rasa
- ajarkan monitor nyeri secara sendiri nyeri
- dengan mengetahui
nyeri sendiri klien bisa
Kolaborasi lebih memahami dan
- kolaborasi pemberian analgetik jika mengantisipasi
perlu - pemberian analgetik
bisa diberikan untuk
mengurangi nyeri hebat

7
8
DAFTAR PUSTAKA

Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan


LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta
(jurnal).

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012- 2014. EGC: Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter
%20II.pdf . diakses pada tanggal 7 November 2015

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid
2. Media Action : Yogjakarta.

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi  6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai