Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS OBSTRUKTIF

OLEH :

YOHANA SIMUN

NIM : 21203007

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN 2021
A. PENGERTIAN
B. Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total.Intestinalobstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat
melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
C. Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan
(Indrayani, 2013).
D. Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak
dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi,
tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

E. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan
neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan
volvulus(Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma),
dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren(Indrayani, 2013).

F. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia
terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan)dan
strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). Pada
anak dapatdikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jikapercobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya
atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin
dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau
umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami
operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus
sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik
pada bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis.
Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan
dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium
(Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus
halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling
sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri
atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati
akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi
(Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu.
Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus
didapat di bagian ileum dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus
(Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi
abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran
empedu keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke
raktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ
tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).

G. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan
direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian
dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan besar volume darah
sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal
dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang
bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas
pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif,
volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang
bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha
untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam
peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi.
Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan
masih tetap berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan
permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan
nekrosis dan peritonitis.

H. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri
tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir,
distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2007)

I. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput
rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam dalah
(bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang
usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini
dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh bakteri
atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu keadaan
dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

J. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang
suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jikadisebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif&
Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan
umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada
obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan
konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organvital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan
adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-
Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan
pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter)
(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih
dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).

Anda mungkin juga menyukai