Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners pada Departemen Gawat Darurat
Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangil

Oleh:
Stephanie Dwi Hapsari Prabowo
NIM. 180070300111032

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ILEUS OBSTRUKTIF

A. Definisi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus (Vilz et all, 2017).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sabara, 2007).
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadikarena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usussehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebutmenyebabkan
pasase lumen usus terganggu (Ullah., 2009).

B. Klasifikasi
Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
(Sjamsuhidajat, 2017).
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction): obstruksi/ sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah), antara lain karena
atresia usus dan neoplasma
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction): obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren. Seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.
Berdasarkan letak sumbatannnya, ileus obstruktif dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut (Ullah, 2019).
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal
sampairectum).
Berdasarkan etiologinya, ileus obstruktif dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut
(Pasaribu, 2012).
1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses
intraabdominal.
2. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan
intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu.

C. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruktif adalah sebagai berikut.
1. Hernia inkarserata
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit
oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan)dan strangulasi
usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus).
2. Non hernia inkarserata
1) Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari
rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena
adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
2) Invaginasi (intususepsi)
Invginasi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan
dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk
naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis (Indrayani,2013).
3) Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus,
tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit.
Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani, 2013).
4) Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus
agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum
dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani, 2013).
5) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus
(Indrayani, 2013).
6) Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal
antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu
keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya
pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
(Indrayani, 2013).

D. Patofisiologi
Penyumbatan sebagian/menyeluruh dapat disebabkan karena mekanika (biasa
pada masa paralysis, akibat gangguan neuromuskuler). Obstruksi mekanika dapat
menyebabkan gangguan keluarnya sistem cerna (usus) seperti : hernia, perlengketan,
gangguan di dalam usus (seperti tumor, diverticulitis, dan striktur), atau halangan lumen
pada usus (seperti oleh karena gallstone atau intususepsi/invaginasi). Obstruksi non
mekanik sering diartikan sebagai suatu ileus paralitik atau ileus yang tidak dinamis.
Penyumbatan ini bukan disebabkan karena fisik melainkan penurunan aktivitas otot-otot
usus yang mengakibatkan gerakan usus menjadi lambat. Penekanan usus dinilai dari
ketidakmampuan usus untuk mengabsorbsi isinya dan mendorong ke bagian bawah.
Peningkatan peristaltic terjadi sebagai upaya mendorong isi usus bergerak, rangsangan
ini menyebabkan terjadinya sekresi yang mana penting dalam peningkatan tekanan.
Penurunan penyerapan dapat menyebabkan 7 sampai 8 liter elektrolit cairan normal
keluar dari usus selama 24 jam dan penyumbatan usus ini meningkatkan sekresi cairan
dan elektrolit. Penyumbatan usus besar dapat juga mengakibatkan arteri dan vena
abdomen mengalami bendungan sehingga timbul edema. Penyumbatan usus bagian
atas dapat menyebabkan keluarnya plasma ke rongga peritoneum sehingga terjadi
penumpukan cairan. Kehilangan cairan ekstraseluler dapat berkisar antara 2-6 liter
selama 2-3 hari setelah terjadi penyumbatan secara mekanik. Hipovolemik dinilai
sebagai suatu sebab dari yang bersifat sedang sampai yang berat. Renal isufisiensi dan
kematian dapat terjadi akibat hipovolemik. Bakteri dalam usus juga dapat menyebabkan
penyumbatan tetapi tergantung dari aliran darah yang menuju ke usus. Bakteri tanpa
suplai darah dapat membentuk endotoksin setelah masuk ke dalam rongga peritoneum
atau dalam sistem sirkulasi yang mengakibatkan septik shok. Penyumbatan total pada
usus kecil menyebabkan hilangnya gastrikhidroklorida yang dapat menyebabkan
alkalosis. Penyumbatan duodenum bagian bawah sampai usus besar menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa.
Penyumbatan sebagian/menyeluruh dapat disebabkan karena mekanika (biasa
pada masa paralysis, akibat gangguan neuromuskuler). Obstruksi mekanika dapat
menyebabkan gangguan keluarnya sistem cerna (usus) seperti : hernia, perlengketan,
gangguan di dalam usus (seperti tumor, diverticulitis, dan striktur), atau halangan lumen
pada usus (seperti oleh karena gallstone atau intususepsi/invaginasi). Obstruksi non
mekanik sering diartikan sebagai suatu ileus paralitik atau ileus yang tidak dinamis.
Penyumbatan ini bukan disebabkan karena fisik melainkan penurunan aktivitas otot-otot
usus yang mengakibatkan gerakan usus menjadi lambat. Penekanan usus dinilai dari
ketidakmampuan usus untuk mengabsorbsi isinya dan mendorong ke bagian bawah.
Peningkatan peristaltic terjadi sebagai upaya mendorong isi usus bergerak, rangsangan
ini menyebabkan terjadinya sekresi yang mana penting dalam peningkatan tekanan.
Penurunan penyerapan dapat menyebabkan 7 sampai 8 liter elektrolit cairan normal
keluar dari usus selama 24 jam dan penyumbatan usus ini meningkatkan sekresi cairan
dan elektrolit. Penyumbatan usus besar dapat juga mengakibatkan arteri dan vena
abdomen mengalami bendungan sehingga timbul edema. Penyumbatan usus bagian
atas dapat menyebabkan keluarnya plasma ke rongga peritoneum sehingga terjadi
penumpukan cairan. Kehilangan cairan ekstraseluler dapat berkisar antara 2-6 liter
selama 2-3 hari setelah terjadi penyumbatan secara mekanik. Hipovolemik dinilai
sebagai suatu sebab dari yang bersifat sedang sampai yang berat. Renal isufisiensi dan
kematian dapat terjadi akibat hipovolemik. Bakteri dalam usus juga dapat menyebabkan
penyumbatan tetapi tergantung dari aliran darah yang menuju ke usus. Bakteri tanpa
suplai darah dapat membentuk endotoksin setelah masuk ke dalam rongga peritoneum
atau dalam sistem sirkulasi yang mengakibatkan septik shok. Penyumbatan total pada
usus kecil menyebabkan hilangnya gastrikhidroklorida yang dapat menyebabkan
alkalosis. Penyumbatan duodenum bagian bawah sampai usus besar menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa.
E. Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda dan gejala utama pada ileus obstruktif, yaitu sebagai berikut.
1. Nyeri (kolik) abdomen
2. Muntah
3. Distensi abdomen
4. Kegagalan buang air besar atau feses (konstipasi)
Manifestasi klinis khusus pada ileus obstruktif, yaitu sebagai berikut (Sjamsuhidajat,
2017).
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian
oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul
gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda vital normal pada tahap awal,
namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu
tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak
ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat
hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk
mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul
sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi
komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang
paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena
tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis
akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada
pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus
ialah dilatasi usushalus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto
abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas foto
abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80%
namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa
gambaran, antara lain:
(1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
(2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
(3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
(4) Posisi supine dapat ditemukan : distensi usus dan step-ladder sign
(5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet
(6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisiudara dan
gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dindingusus yang oedem
(7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
(Moses, 2008)
2) Foto abdomen dengan barium enema
Cara ini berguna jika pada foto polos abdomen memperlihatkan gambaran
normal namun dengan klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan
foto polos abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat
membedakan adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan
akibat radiasi. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi
dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan barium
berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya harus dihindari
bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)
3) CT-scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai
adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya
kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
4) MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya
obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi.
Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau dalam hal
transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa dan inflamasi (Nobie,
2009)
5) USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dariobstruksi dengan
melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien denganilues obtruksi, USG
dapat dengan jelas memperlihatkan usus yangdistensi. USG dapat dengan
akurat menunjukkan lokasi dari usus yangdistensi. Tidak seperti teknik radiologi
yang lain, USG dapatmemperlihatkan peristaltic, hal ini dapat membantu
membedakanobstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih
murah danmudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya
dilaporkanmencapai 100%. (Nobie, 2009)
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat
jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolik. Leukositnormal atau sedikit meningkat,jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan
elektrolit.

G. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda
vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat
diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan
pada obstruksi ileus :
1) Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-
strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang
“melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007)

H. Komplikasi
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput
rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam dalah
(bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang
usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini
dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh bakteri
atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu keadaan
dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Keluhan utama: nyeri (kolik) abdomen, muntah, distensi abdomen, dan
kegagalan buang air besar atau feses (konstipasi)
2) Riwayat penyakit sekarang
P: ileus obstruktif
Q: nyeri kolik abdomen atau perut terasa penuh
R: perut
S: nyeri sedang sampai sangat berat (skala 5-10)
T: nyeri dapat dirasakan terus menerus
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat pembedahan abdomen.
Adanya riwayat hernia, adhesi atau perlekatan usus, askariasis tumor maupun
karsinoma, atau kolelitiasis.
4) Pemeriksaan fisik
(1) B1 (Breathing)
Frekuensi pernafasan dapat meningkat dikarenakan distensi abdomen atau
kolik abdomen.
(2) B2 (Blood)
Tekanan darah dan nadi dapat normal atau meningkat dikarenakan nyeri
abdomen. Mukosa bibir kering dan turgor kulit menurun jika pasien
mengalami dehidrasi akibat muntah.
(3) B3 (Brain)
Kesadaran dapat menurun.
(4) B4 (Bladder)
Mungkin terdapat nyeri pada mons pubis akibat distensi abdomen.
(5) B5 (Bowel)
- Terdapat distensi abdomen, benjolan pada regio inguinal/femoral/skrotum
yang menunjukkan adanya hernia inkarserata, massa abdomen
berbentuk seperti sosis yang menunjukkan intususepsi, adanya bekas
luka operasi yang menujukkan riwayat pembedahan abdomen
sebelummnya.
- Bising usus dan peristaltik usus melemah sampai hilang.
- Hipertimpani saat perkusi
- Teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, dan hernia ketika palpasi
dan terdapat nyeri tekan.
(6) B6 (Bone)
Tidak terdapat edema pada ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(muntah)
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (distensi abdomen)
3) Mual berhubungan dengan distensi lambung (akibat obstruksi)
4) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No. Dx keperawatan NOC NIC
1. Mual berhubungan Tujuan NIC: Manajemen mual da muntah
dengan distensi Setelah dilakukan Observasi
lambung (akibat tindakan Keperawatan ...  Pantau gejala subjektif mual
obstruksi) X 24 jam Berat badan pada pasien
- stabil dan nutrisi teratasi  Kaji penyebab mual
dengan Mandiri
- Pasien tidak  Manajemen cairan/elektrolit
mengalami mual  Manajemen mual
muntah.  Manajemen muntah
- Melaporkan terbebas
KIE
dari mual
 Jelaskan penyebab mual
- Mengidentifikasi dan
 Beritahu pasien seberapa lama
melakukan tindakan
kemungkinan mual akan terjadi
yang dapat
 Ajarkan pasien menelan untuk
menurunkan mual
secara sadar atau nafas dalam
NOC : Kolaborasi
- Keparahan mual  Berikan obat antiemetic sesuai
dan muntah anjuran
 Manajemen cairan: berikan
terapi IV, sesuai anjuran
2. Konstipasi Tujuan NIC : Manajemen konstipasi
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan obstruksi tindakan keperawatan  Monitor tanda dan gejala
usus selama …x24 jam, konstipasi
masalah konstipasi  Kaji dan dokumentasikan:
pasien teratasi dengan (warna dan konsisensi feses
 Konstipasi menurun pertama pascaoperasi;
dibuktikan oleh frekuensi, warna dan konsistensi
indikator defekasi feses; keluarnya flatus; adanya
sebagai berikut: impaksi; ada atau tidak ada
- Tidak mengalami bisisng usus dan distensi
gangguan pola abdomen pada keempat
eliminasi (dalam kuadran abdomen
rentang yang  Pantau tanda dan gejala ruptur
diharapkan) usus atau peritonitis
- Tidak ada gangguan  Identifikasi faktor (misalnya
feses lunak dan pengobatan, tirah baring, dan
membentuk diet) yang dapat menyebabkan
- Tidak mengalami atau berkontribusi terhadap
gangguan konstipasi
mengeluarkan feses Mandiri
tanpa bantuan - manajemen defekasi
- Tidak ada darah - manajemen konstipasi
dalam feses KIE
- Tidak nyeri saat  Anjurkan pasien untuk meminta
defekasi obat nyeri sebelum defekasi
NOC : Eliminasi usus  Informasikan kepada pasien
kemungkinan konstipasi akibat
obat
 Ajarkan kepada pasien tentang
efek diet (misalnya, cairan dan
serat) pada eliminasi
 Tekankan pentingnya menghindari
mengejan selama defekasi
Kolaborasi
 Konsultasi dengan ahli gizi
untuk meningkatkan serat dan
ciran dalam diet
 Konsultasi dengan dokter
tentang penurunan atau
peningkatan frekuensi bising
usus
3. Kekurangan Tujuan: NIC: Manajemen hipovolemia
volume cairan Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan keperawatan - monitor input dan output
dengan selama … x24 jam, - monitor status cairan
kehilangan cairan kebutuhan cairan pasien Mandiri:
aktif (muntah) terpenuhi - berikan cairan intravena dan oral
NOC: dengan tepat
- Keseimbangan KIE:
Cairan - ajarkan keluarga dan pasien
- Hidrasi tentang tanda dan gejala
datangnya syok
- ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk
mengatasi gejala syok
Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian terapi
cairan
4. Nyeri akut Tujuan: NIC : Manajemen nyeri
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian nyeri secara
cedera biologis selama ...x24 jam nyeri komprehensif termasuk lokasi,
(distensi berkurang karakteristik, durasi, frekuensi,
abdomen) NOC : kualitas dan faktor presipitasi
 Kontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
 Tingkat nyeri ketidaknyamanan
 Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Mandiri
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi (distraksi, tehnik
relaksasi, imajinasi terbimbing,
dll)
KIE
 Informasikan kepada pasien
tenang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan
 Intstruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada
perawat jika peredaan nyeri tida
dapat dicapai
Kolaborasi
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
DAFTAR PUSTAKA

Evers, B. M. 2004. Small Intestine. In T. c. al, Sabiston Textbook Of Surgery (17 ed., pp.
1339-1340). Philadelphia: Elseviers Saunders
Faradilla, Nova. 2009. Ileus Obstruksi. Pekanbaru : FK UNRI
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Universitas
Udayana : Denpasar.
Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 29.
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara: Medan.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of causes.
JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92
Vilz, T et all. 2017. Ileus in adult. Deutsches Arzteblatt International. 114 (29-30): 508-518.
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus Kerja usus melemah Klien rawat
terdorong ke lambung kemudian mulut inap

Gangguan
Poliferasi bakteri Tekanan peristaltic usus Reaksi
cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena & dicerna usus cemas
dan toksin dari arteri ↓ Mual muntah mual
usus yang infark ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin, konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
zat pirogen anaerob toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
peritonium
Merangsang Kekurangan
Impuls
pengeluaran volume cairan
hipotalamus mediator kimia Resiko infeksi
bagian
termoregulator
melalui ductus
Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
thoracicus nyeri REM ↓ Pasien terjaga
saraf otonom, utk mengaktivasi RAS
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut norepinephrine tubuh Gangguan
pola tidur

hipertermi

Anda mungkin juga menyukai