Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

CA CERVIX

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Keperawatan Maternitas


Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

DISUSUN OLEH :

NIA MULYANNA
131 0721 025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2014

BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kea rah rahim, letaknya antara
rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina) (Wijaya, 2010).
Kanker serviks adalah suatu penyakit kanker terbanyak kedua di seluruh dunia yang
mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa Negara menjadi penyebab
kanker terbanyak pada wanita dengan kontribusi 20-30%. Di Negara berkembang keganasan
pada serviks merupakan penyebab kematian nomor dua. Setiap tahun di seluruh dunia
terdapat 600.000 kanker serviks invasif baru dan 300.000 kematian (Sarwono, 2006).
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus).
Berdasarkan data epidemiologik dapat dikatakan kanker serviks merupakan penyakit menular
seksual. Ada beberapa faktor resiko yang diperkirakan berhubungan dengan kanker serviks, di
antaranya ialah berganti-ganti pasangan, aktivitas seksual usia sangat muda yang kesemuanya
merupakan perilaku seksual yang mempermudah infeksi patogen (Sarwono, 2006).
B. Penyebab
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus).
Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker
serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Sarwono, 2006).
HPV adalah kelompok virus yang terdiri dari 150 jenis virus yang dapat menginfeksi selsel pada permukaan kulit. Ada 30 hingga 40 jenis HPV yang menyebabkan penyakit kelamin.
Beberapa jenis HPV menyebabkan kulit pada kelamin. Jenis lain menyebabkan kanker
serviks. 13 jenis HPV (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 69) yang
menyebabkan kanker disebut HPV resiko tinggi yang ditularkan melalui hubungan seks. Tipe
yang paling berbahaya adalah jenis HPV 16 dan 18 yang menyebabkan 70% penyakit kanker
serviks (Nurwijaya.et.al, 2002).
C. Gejala
Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan ditemukannya sel-sel
abnormal. Sering kali pula kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sel-sel

abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks barulah muncul gejala-gejala kanker serviks
sebagai berikut :
1. Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan seksual (contact bleeding).
2. Perdarahan vagina yang tidak normal, seperti perdarahan di luar silkus menstruasi,
perdarahan di antara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama
dan lebih banyak dari biasanya, dan perdarahan setelah menopause.
3. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.
4. Penurunan berat badan secara drastis
5. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri
panggul, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal (Wijaya, 2010).

D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi terjadinya Kanker Serviks


Faktor resiko adalah faktor yang memudahkan terjadinya infeksi virus HPV dan faktor
lain yang memudahkan terjadinya kanker serviks. Menurut American Cancer Society, tahun
2008, faktor-faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker serviks pada wanita adalah :
1. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang tersebar luas menular melalui
hubungan seksual. Infeksi HPV telah diidentifikasi sebagai faktor resiko yang paling
utama untuk kanker serviks. Di antara lebih dari 125 jenis HPV terdapat jenis HPV yang
agresif (HPV 16 dan 18) yang dapat menyebabkan transformasi sel-sel menjadi ganas di
serviks.
2. Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama dari 4 atau 5 tahun dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks sebesar 1,5 2,5 kali. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive terhadap HPV yang
dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga beresiko untuk terjadinya
kanker serviks (Hidayati, 2001).

3. Merokok
Wanita yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap kanker
serviks daripada non-perokok. Bahan-bahan kimia yang ditemukan dalam rokok setelah
terhisap melalui paru-paru dapat terdistribusi luas ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Beberapa senyawa tersebut dapat dijumpai pada lender serviks wanita yang merokok.

Peneliti meyakini bahwa bahan-bahan kimia tersebut dapat merusak DNA pada sel-sel
serviks dan berkontribusi terhadap berkembangnya kanker serviks (Nurwijaya.et.al,
2002).
4. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 3550 tahun dan masih aktif berhubungan seksual (pervalensi 5-10%). Meski infeksi HPV
seiring pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi menetap/persisten justru
meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahn usia, terjadi perubahan anatomi
(retraksi) dan histology (metaplasia) (Wijaya, 2010).
5. Frekuensi Kehamilan
Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan resiko
terjadinya kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering
melahirkan mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar (Nurwijaya.et.al,
2010).
6. Pendapatan atau status sosial ekonomi
Tingkat penghasilan secara langsung berhubungan dengan standar hidup, para
wanita berpendapatan rendah hamper lima kali lebih tinggi beresiko terkena kanker
serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang
mengakibat ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik
dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal (Nurwijaya.et.al,
2002)

7. Pendidikan
Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan kejadian
kanker serviks terdapat hubungan yang kuat, dimana kanker serviks cenderung lebih
banyak terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibandingkan wanita yang
berpendidikan tinggi (88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat

sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Surbakti E (2004) dalam Melva (2008). pendidikan mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian kanker serviks dengan kata lain penderita kanker serviks yang
berpendidikan rendah merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kanker
serviks.
8. Pekerjaan
Menurut Teheru (1998) dan Hidayati (2001) dalam Melva (2008) terdapat
hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti
buruh, petani memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan
wanita pekerja ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan
adanya hubungan antara kanker serviks dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali
lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja
ringan, kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelompok sosial ekomoni rendah, mungkin standar kebersihan yang tidak baik pada
umumnya faktor sosial ekomoni rendah cenderung memulai aktifitas seksual pada usia
lebih muda.
E. Stadium Klinis Kanker Serviks
Berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker serviks terbagi dalam beberapa
stadium. Dimulai dari stadium nol yang bersifat noninvasive hingga stadium IV yang sudah
menyebar ke organ-organ tubuh yang lain (Wijaya, 2010).

F. Pencegahan Kanker Serviks


Banyak sekali yang dapat dilakukan untuk pencegahan sebelum datangnya kanker leher
rahim yaitu dengan pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer adalah
sebuah pencegahan awak kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang
dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut:

1. Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja


2. Batasi jumlah pasangan
3. Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan
4. Menolak berhubungan seksual dengan orang terinfeksi genital
5. Hubungan seksual yang aman
6. Berhenti merokok.
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji pap smear
dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan pada :
1. Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual.
2. Bila telah tiga kali pap smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang.
3. Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim.
4. Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan pemeriksaan uji pap.
G. Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan
endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada wanita
muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ
berada didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi
tanda-tanda atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang
erosif (Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.
Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa
proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke
dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung
merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak
mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang
erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik
(displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi

karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan
terus.
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya
fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik
serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan
pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik
sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya
adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah
sarkoma.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1.

Sitologi/Pap Smear (Prostatic Acid Phosphate)


Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

2.

Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3.

Kolposkopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4.

Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

5.

Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya


6.

Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan para serviks tidak
tampak kelainan-kelainan yang jelas.

7.

Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah sudah ada
penyebaran lokal dari ca tersebut.

8.

Servikografi

9.

Gineskopi

10.

Pap net/pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive

I. Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul :


1. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahn intraservikal
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
nafsu makan dan intake cairan dibatasi
3. Gangguan rasa nyama (nyeri) berhubungan dengan proses desakan pada jaringan intra
servikal
4. Cemas berhubungan dengan terdiagnose Ca serviks sekunder akibat kurangnya
pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
5. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan terhadap pemberian sitostatika.

DAFTAR ISI
Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta.

Hartono,Poedjo. 2000. Kanker Serviks, Leher Rahim & Masalah Skrining Di Indonesia. Kursus
Pra Kongres KOGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5 No.2 Me] 2001
............... 2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA: 2000/2001 PSIK.FK.
Unair,Surabaya.
Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo & JNKKR -POGI, Jakarta.
Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta

Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta

Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta

Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8,EGC,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai