Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

“Hiperemesis Gravidarum (HEG)”

Kelompok 3

Disusun Oleh :

Siti Oktaviani I1031171001


Dona Barirotul Fauziyah I1031171005
Alfi Putri Maharani I1031171010
Ike I1031171012
Muhammad Adil Farhan I1031161032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019/2020
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan
hidup ibu hamil (Manuaba, 2010). Hiperemesis gravidarum digambarkan
sebagai mual dan muntah dalam kehamilan yang cukup berat yang dapat
menimbulkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis, karena kehilangan
asam hidroklorida saat muntah (Andria, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang sangat sering selama
paruh pertama kehamilan. Biasanya mual dan muntah dimulai antara terlambat
haid pertama dan kedua dan berlanjut sampai sekitar 14 minggu. Mual dan
muntah biasanya lebih parah pada pagi hari, tetapi mungkin berlanjut sepanjang
hari (Andria, 2017).
Hiperemesis Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa
mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan
keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata
terlihat cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak
melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu
peningkatan asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan
asam lambung akan semakin memperparah hiperemesis gravidarum (Rofi’ah,
2019).

B. Etiologi
Etiologi hiperemesis gravidarum adalah multifaktorial. Utamanya
penyebab hiperemesis gravidarum erat kaitannya dengan peningkatan kadar
hormon yang berkaitan dengan kehamilan (seperti hCG, estrogen, dan
progesteron). Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperemesis
gravidarum meliputi hipertiroidisme, riwayat kehamilan mola, diabetes, penyakit
gastrointestinal, diet ketat, serta asma dan penyakit alergi lainnya. Pada beberapa
studi, perempuan dengan kehamilan pertama, perempuan dengan riwayat
intoleransi terhadap kontrasepsi oral, perempuan yang mengandung janin
perempuan, dan perempuan dengan kehamilan multipel lebih rentan mengalami
hiperemesis gravidarum. Sementara studi lainnya juga membahas faktor etnis,

1
pendidikan, keadaan sosioekonomi, serta stres psikologis dan hubungannya
dengan kejadian hiperemesis gravidarum (Carthy, 2014).
Menurut Manuaba (2010) secara umum hiperemesis gravidarum
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
1. Sering Terjadi Pada:
a) Primigravida
Dikarenakan faktor adaptasi dan hormonal yang menyebabkan
primigravida beresiko terhadap hiperemesis. Karena sebagian kecil
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
gonodrotopin korionik (Manuaba, 2010).
b) Molahidatidosa
Molahidatidosa adalah suatu kehamialan yang abnormal yang sering
disebut sebagai hamil anggur. Pada mola jumlah hormone yang
dikeluarkan terlalu tinggi sehingga menyebabkan hiperemesis
gravidarum.
c) Kehamilan kembar
Ini merupakan gejala kehamilan yang berlebihan. Biasanya jika ada janin
kembar maka ibu akan mengalami mual dipagi hari yang dapat berlipat
ganda. Akan tetapi semua ini juga bisa terjadi pada kehamilan janin
tunggal.
2. Faktor Organik , Karena masuknya Vili Khoriales dalam sirkulasi martenal
dan perubahan metabolic.
3. Faktor Psikologis, Keretakan rumah tangga, kehilangan perkerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya.
4. Faktor Endikrin lainnya yaitu, diabeters dan gastritis.

C. Patofisiologi
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena
keluhan ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh fisiologis

2
hormon ini korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih belum
jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat berkurangnya sistem
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan ibu hamil, meskipun
demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Selain teori
hormon korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih ada beberapa
teori lain yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti infeksi H.
Pylori. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. Selain itu masih ada teori penyebab
hiperemesis gravidarum akibat psikologis (Rukiyah, 2010).

Peningkatan hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem


gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan
pengosongan lambung melambat. Refluks esophagus, penurunan mortalitas
lambung dan peningkatan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain yang
berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan sosial kultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan kerena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang (Runiari, 2010).
Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu
dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekresi lewat ginjal berakibat ferkuensi muntah bertambah banyak,
sehingga dapat merusak hati. Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi
lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk
mempertahankan panas dan energy tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak
digunakan untuk menghasilkan energy, akibat beberapa hasil pembakaran dari
metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urin (Runiari, 2010).

3
D. Pathway
Peningkatan HCG,
Bakteri H. pylori
Estrogen dan Progesteron
Selama Kehamilan

Mukus pada Epitel


Menghambat Ambang Lambung Rusak
Depolarisasi Saraf Enteric Penurunan Pompa
Pylorus

Empisis Gravidarum Peningkatan tekanan


Lambung

Hipermiesis Gravidarum

Refuks Sebagian HCl Nyeri Pada Epigasrtik Gangguan Rasa Kehilangan Cairan
Nyaman Berlebih

Kekurangan volume
Sensasi Asam
cairan Dehidrasi

Nafsu makan Gangguan Eliminasi Oliguri


Menurun Urin Hemokonsentrasi

Anoreksia
Penurunan Penurunan Aliran Darah
Kelemahan Otot Penurunan ATP
Metabolisme Kejaringan 4
Gangguan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Intoleransi Aktivitas
E. Manifestasi Klinis
Hiperemesis gravidarum ditandai dengan mual dan muntah berlebihan pada
awal kehamilan, dilaporkan dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk berat bayi
lahir rendah, kelahiran prematur, kecil untuk usia kehamilan, dan kematian
perinatal (Rahma & Safura, 2016).
Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi
hiperemesis tingkat I, II, dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh
muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum.
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang
dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi, keadaan ini merupakan
kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah
yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium
sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan protein (Manuaba, 2010).

F. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan

Menurut Manuaba (2010) Pemberian obat pada hiperemesis gravidarum


sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat dipilih obat yang tidak
bersifat teratogenik (dapat menyebabkan kelainan kongenital atau cacat
bawaan bayi). Komponen (susunan obat) yang dapat diberikan adalah, Sedatif
ringan (fernobarbital 30 mg, Valium), Anti-alergi (anthistamin, Dramamine,
Avomin), Obat antimual/anti-muntah (Mediamer B6 (30 mg), Emetrole,
Stemetil, Avopreg), Vitamin, terutama B kompleks dan vitamin C.

2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan
makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

5
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini. factor psikologik pada hiperemesis gravidarum adalah
memberikan konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan
untuk menghilangkan factor psikis rasa takut.
4. Diet

Diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama pada pagi


hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk
menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak dalam pemberian
makan dan minum. Diet pada hiperemesis bertujuan untuk mengganti
persediaan glikogen tubuh mengontrol asidosis secara berangsur-angsur
memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis
gravidarum memiliki beberapa syarat, diataranya adalah karbohidrat tinggi,
yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu <10% dari
kebutuhan energi total, protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan mudah dicerna,
tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan sering dalam porsi kecil,
bila makan pagi dan sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan
malam dan selingan malam, makanan secara berangsur ditingkatkan dalam
porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:

1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya


berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi
kecuali vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.

6
Pemberian minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minimum boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium.

G. Komplikasi
Menurut Manuaba (2010) didalam terdapapt beberapa komplikasi yang dapat
terjadi akibat adanya Hiperemesis Gravidarum pada kehamilan diantaranya:
1. Komplikasi Ringan
a. Kehilangan Berat Badan
Diakibatkan ibu hamil yang mengalami Hiperemesis gravidarum
memuntahkan semua makanan yang telah dimakan dan diminum yang dapat
menyebabkan ibu tersebut kehilangan pemenuhan nutrisi kehamilan
sehingga mampu menyebabkan BB ibu turun drastis.
b. Dehidrasi
Akibat rasa mual dan muntah berulang maka cairan yang seharusnya diserap
oleh tubuh ikut keluar bersama makanan yang dimuntahkan, sehingga tubuh
tidak memiliki banyak cairan untuk menjalankan fungsi normalnya
c. Asidosis dari kekurangan gizi
Disebabkan karena rasa mual yang berlebihan meyebabkan kondisi lambung
tidak adekuat dalam memproses nutrisi makanan sehingga terjadi
peningkatan asam pada tubuh. Sehingga tubuh mencerna asam atau zat yang
dapat diubah menjadi asam.
d. Alkalosis hipokalemia
Diakibatkan karena rasa mual dan muntah berlebih sehingga kadar cairan
dalam tubuh berkurang (hilangnya Na dan K) yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pH dalam tubuh.

7
e. Kelemahan otot
Diakibatkan karena nutrisi makanan banyak yang terbuang dalam proses
muntah sehingga proses pembentukan energi terganggu dan akibatnya sel-
sel otot tidak menerima asupan nutrisi dengan baik.
f. Kelainan elektrokardiografik
Diakibatkan oleh makanan yang tidak termetabolisme dengan baik atau
dimuntahkannya makanan yang dapat menyebabkan perfusi jaringan tidak
adekuat menerima nutrisi dan mendistribusikan bahanbahan makanan dari
pengambilan sisa-sisa metabolisme.
g. Gangguan psikologi
Diakibatkan oleh rasa mual dan muntah yang diderita terjadi berkalikali
dalam kurun waktu 24 jam mampu memicu terjadinya stress dalam
menangani hal tersebut, gelisah, tegang, dan ketakutan.
2. Komplikasi yang mengancam kehidupan
a. Ruptur oesophageal
Hal ini berkaitan dengan muntah berat, jika terlalu sering muntah maka
secara tidak langsung memberikan tekanan pada esopagus untuk
mengeluarkan kembali makanan yang telah dimakan. Sehingga mampu
menimbulkan nyeri pada esopagus dan menimbulkan jejas yang dapat
menyebakan dinding esopagus ruptus secara bertahap.
b. Encephalophaty wernike’s mielinolisis pusat pontine
Dapat diakibatkan kehilangan cairan yang berlebih dari proses muntah.
Sehingga, terjadi kerusakan ginjal yang memicu terjadinya gangguan
regulasi vaskuler oleh ginjal. Hal ini dapat menyebabkna nyeri kepala berat
pada ibu hamil.
c. Kerusakan ginjal
Akibat hilangnya nutrisi dan cairan berlebih menyebabkan ginjal tidak dapat
mensekresi dan ekskresi cairan di dalam tubuh dengan baik. Sehingga jika
terjadi dalam waktu yang lama ginjal akan mengalami kolaps.

8
d. Keterlambatan pertumbuhan janin didalam kandungan
Diakibatkan pemenuhan nutrisi pada plasenta janin mengalami gangguan,
sehingga proses pertumbuhan janin mengalami keterlambatan (usia
kandungan 16 minggu belum merasakan pergerakan janin).
e. Kematian janin
Diakibatkan oleh kondisi ibu muntah berat sehingga plasenta janin kurang
asupan nutrisi dan cairan. Jika terjadi dalam waktu yang lama janin
mengalami defisiensi nutrisi dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

H. Pengkajian
1. Identitas (Data Biografi)
Mengkaji data diri pasien, umur ibu hamil trimester I yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum berumur 20-35 (Harahap, 2018)
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Umumnya keluhan yang sering dirasakan adalah mual dan muntah

b. Riwayat Penyakit Sekarang


keluhan mual muntah
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
HEG pada kehamilan sebelumnya, pada primigravida: 60-80%, sedangkan
multigravida: 40-60%.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Adanya penyakit jantung, DM,
e. Riwayat Psikososial
Keadaan mental tertekan dan biasanya mengalami masalah yang berat
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Penderita biasanya dalam keadaan compos metris atau bisa juga apatis dan
penderita umumnya lemah.
b. Tanda-Tanda Vital
Nadi: Takikardi

9
RR : Takipnea
c. Data Aspek Biologis
- System neurologis
1. Fungsi serebral
• Kesadaran : kompos mentis hingga apatis
• Orientasi : umumnya baik
• Memori : umumnya baik
• Bicara : jarang berbicara karena rangsangan mual
2. Fungsi saraf cranial
• Penciuman : rangsangan bau dapat merangsang mual
• Penglihatan : umumnya baik
• Reflek pupil : umumnya baik
• Gerakan bola mata : umumnya baik
• Kesimetrisan wajah : simetris, tidak ada kelainan
• Pengecapan : pengecapan dapat meningkatkan mual
3. Fungsi motorik
• Keseimbangan : kelemahan tidak dapat beraktivitas
• Kekuatan otot : klien kurang bisa menentang gravitasi
- System pernafasan
Irama nafas bisa irregular, sedangkan yang lain baik
- System kardiofaskuler
Irama jantung normal, bisa terjadi ada takikardi dan penurunan tekanan
darah
- System gastrointestinal
Mulut, mukosa pucat, bibir kering, lidah kotor, aroma nafas aseton,
hipersekresi saliva, anoreksia. Abdomen; terdapat nyeri epigastrium
- Integumen
Akral dingin dan pucat, turgor menurun, kelembaban menurun
4. Aspek psikologis
Umumnya klien cemas akibat kurang pengetahuan tentang kondisinya
5. Aspek spiritual
Kurangnya keagamaan akibat kecemasan dapat mempengaruhi keadaan mual

10
6. Aktivitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat, kurang tidur
7. Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan yang tidak direncanakan
8. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi, defekasi, haluran urin menurun, sering berkemih
9. Makanan/cairan
Mual dan muntah berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium, pengurangan
BB (5-10 kg), membrane mukosa kering, mulut iritasi, Hb dan Ht rendah,
nafas bau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering
10. Keamaan
Suhu kadang baik, badan lemas, ikterus dan dapat jatuh dalam koma
11. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan abortus terapetik
dilakukan
12. Interaaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
dengan input yang kurang
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Intake tidak adekuat
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kekurangan cairan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan aliran darah kejaringan

11
J. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Do : Output yang Kekurangan
- Torgor menurun berlebihan dengan volume cairan
- Kelembaban kulit intake yang
menurun kurang
- dehidrasi
- Tekanan darah
menurun
- Denyut nadi meningkat
- Penurunan haluaran
urine
- Mukosa bibir kering
- Penurunan heatokrit
- Cemas
- Lidah kotor
- Kelemahan
- Penurunan BB ( 5-10
kg)

2. Do : Intake tidak Ketidakseimbangan


- Nyeri epigastrium adekuat nutrisi: kurang dari
- Penurunan BB ( 5-10 kebutuhan tubuh
kg)
- Biasanya klien kurang
bisa menentang gravitasi
- Mukosa Pucat
- pengecapan dapat
meningkatkan mual
- Muntah
- Kurang minat terhadap

12
makanan
- Lidah kering

3. Do : Gejala Gangguan rasa


- Cemas terkait nyaman
- Nyeri epigastrium penyakit
- Akral dingin
- Kurang tidur

4. Do : Kekurangan Gangguan
- Penurunan haluaran cairan Eliminasi Urin
urine
- Sering berkemih
- Perubahan bau dan
warna urin
5. Do : Penurunan aliran Intoleransi aktivitas
- Tekanan darah menurun darah kejaringan
- Lemah
- Ketidaknyaman setelah
beraktivitas
- Denyut nadi meningkat

K. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Kekurangan volume Setelah diberikan Manajemen Cairan
cairan berhubungan asuhan keperawatan 1. Dapatkan spesimen
dengan output yang selama 2 x 24 jam laboratorium untuk
berlebihan dengan diharapkan terdapat pemantauan
input yang kurang kriteria hasil: perubahan cairan atau

13
Batasan 1. Dehidrasi pasien elektrolit
Karakteristik : teratasi dari skala 2. Tingkatkan intake
- Penurunan turgor berat menjadi ringan cairan per oral yang
kulit 2. Keseimbangan sesuai
- Penurunan intake dan output 3. Minimalkan asupan
tekanan darah cairan dalam 24 jam makan dan minuman
- Peningkatan di tingkatkan dari dengan diuretik
frekuensi nadi sangat terganggu 4. Monitor hasil
- Dehidrasi menjadi sedikit laboratorium yang
- Penurunan turgor terganggu relevan dengan
lidah 3. Intake cairan di keseimbangan cairan
- Penurunan tingkatkan dari 5. Monitor tanda tanda
haluaran urine sangat terganggu vital yang sesuai
- Membran mukosa menjadi tidak 6. Berikan resep diet
kering terganggu yang tepat untuk
- Kulit kering cairan tertentu atau
- Peningkatan pada keseimbangan
hematokrit elektrolit
- Kelemahan 7. Konsultasi dengan
- Perubahan status dokter jika mengenai
mental oligaria pasien
- Penurunan BB
secara drastic
2. Ketidakseimbangan Setalah dilakukan Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan
1. Monitor perubahan
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam
dalam pengecapan
berhubungan dengan diharapkan indikator
rasa
Intake tidak adekuat kesehatan pasien
2. Tentukan apa yang
Batasan meningkat dengan
jadi preferensi
Karakteristik : kriteria hasil :
makanan bagi pasien
- Nyeri abdomen
3. Ciptakan lingkungan
- Berat badan 20% 1. Hasrat/keinginan

14
atau lebih untuk makan yang optimal pada saat
dibawah rentang meningkat dari mengkonsumsi
berat badan ideal kurang adekuat makanan
- Kurang minat menjadi cukup 4. Tentukan jumlah
terhadap adekuat kalori dan jenis nutrisi
makanan 2. Nafsu makan yang dibutuhkan untuk
- Tonus otot menurun memenuhi kebutuhan
menurun ditingkatkan dari gizi
- Membrane berat menjadi tidak 5. Dorong klien untuk
mukosa pucat ada (normal) mendiskusikan
- Lidah kering 3. intake makanan makanan yang disukai
- Mual muntah yang masuk ketubuh bersama dengan ahli
pasien meningkat gizi
dari deviasi berat ke 6. Lakukan pembersihan
deviasi ringan dari mulut sebelum makan
kisaran normal 7. Tawarkan kesempatan
4. Sensasi asam pada mencium makanan
pengecapan pasien untuk mestimulasi
berkurang dari nafsu makan
sangat terganggu 8. Monitor intake
menjadi tidak makanan/cairan dan
terganggu hitung masukan kalori
perhari, sesuai
kebutuhan

15
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
nyaman tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan selama 2x24 jam nyeri komprehensif
gejala terkait diharapkan : yang meliputilokasi,
penyakit 1. Kontrol terhadap karakteristik,
Batasan gejala (nyeri) pasien onset/durasi,
Karakteristik: meningkat dari frekuensi, kualitas,
- Ansietas sangat terganggu intesitas atau beratnya
- Nyeri menjadi tidak nyeri dan faktor
- Merasa terganggu pencetus
dingin 2. Nyeri yang 2. Pilih implementasi
- Gangguan dirasakan pasien tindakan farmakologis
pola tidur berkurang dari berat maupun non
menjadi tidak ada farmakologis
(normal) 3. Gunakan tindakan
3. Ketidak nyamanan pengontrol nyeri
pasien akibat nyeri sebelum nyeri
menurun dari skala bertambah berat
berat menjadi tidak 4. Pastikan perawatan
ada analgesic bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang
tepat
5. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
6. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
7. Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya,

16
sesuai kebutuhan
8. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menanganinya dengan
tepa
9. Informasikan tim
kesehatan
lain/anggota keluarga
mengenai strategi
nonfarmakologi yang
sedang digunakan
untuk mendorong
pendekatan preventif
terkait dengan
manajemen nyeri
4. Gangguan eliminasi Setelah diberikan Manajemen Eliminasi
urine berhubungan asuhan keperawatan Perkemihan
dengan kekurangan selama 2 x 24 jam 1. Monitor eleminasi
cairan diharapkan terdapat urin termasuk
Batasan kriteria hasil: frekuensi,konsistensi,
Karakteristik : bau dan warna
- Oliguria 1. Pola eliminasi urin 2. Memasukkan
- Dorongan ditingkatkan dari supositoria dengan
berkemih sangat terganggu tepat
- Perubahan bau menjadi tidak 3. Ajarkan pasien untuk
dan warna urin terganggu minum 8 gelas per
2. Haluaran urin pasien hari pada saat makan,
di tingkatkan dari diantara makan dan di
sangat tertanggu sore hari
menjadi tidak 4. Tetapkan interval
terganggu untuk jadwal
3. Bau, warna, membantu berkemih,

17
kejernihan urin di didasarkan pada pola
pertahankan pada pengeluaran urin
skala tidak terdapat 5. Pertimbangkan
gangguan kemampuan dalam
4. Jumlah Urin di rangka mengenai
tingkatkan dari sangat keinginan untuk BAK
terganggu menjadi 6. Konsultasi dengan
tidak terdapat dokter jika mengenai
gangguan oligaria pasien

5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Monitor intake nutrisi
penurunan aliran selama 3x24 jam untuk mengetahui
darah kejaringan diharapkan indicator sumber energi yang
Batasan keberhasilan : adekuat
Karakteristik : 1. Aktivitas hidup 2. Anjurkan pasien
- Respon tekanan harian (ADL) secara
darah tidak pasien meningkat verbalmengungkapkan
abnormal dari sangat perasaan mengenai
- Kelemahan terganggu menjadi keterbatasan yang
umum tidak terganggu dialami
- Ketidaknyaman 2. Menunjukkan 3. Pilih intervensi untuk
saat beraktivitas kemampuan untuk mengurangi kelelahan
- Denyut nadi menyelesaikan baik secara
meningkat tugas sehari-hari farmakologis maupun
dari tidak pernah non farmakologis
menunjukkan dengan tepat
menjadi secara 4. Konsultasikan dengan
konsisten ahli gizi mengenai
menunjukkan cara meningkatkan
3. Penurunan energy intake energi

18
akibat penurunan 5. Bantu pasien
metabolism memprioritaskan
membaik dari kegiatan untuk
Berat menjadi mengakomodasi
Tidak ada (normal) energi yang di
4. Mempertahankan perlukan
intake nutrisi yang 6. Bantu pasien untuk
cukup dari skala memahami prinsip
tidak pernah konservasi energi
menunjukkan 7. Anjurkan pasien untuk
menjadi secara memilih ativitas-
konsisten aktivitas yang
5. Mengatur aktivitas membangun
untuk konservasi ketahanan
energy dari skala 8. Bantu pasien untuk
tidak pernah mengidentifikasi
menunjukkan tugas/kegiatan rumah
menjadi secara yang bisa dilakukan
konsisten oleh keluarga dan
menunjukkan teman di rumah untuk
mencegah/mengatasi
kelelahan
9. Bantu pasien
menjadwalkan periode
istirahat
10. Lakukan ROM
aktif/pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
11. Instruksikan
pasien/keluarga
mengenai teknik

19
perawatan diri yang
memungkinkan
penggunaan energi
sehemat
mungkininstruksikan
pasien/keluarga
mengenaikelelahan
(gejala yang mungkin
muncul dan
kekambuhan yang
mungkin akan muncul
kembali)
12. Evaluasi secara
bertahap kenaikan
level aktivitas pasien

20
DAFTAR PUSTAKA

Andria. 2017. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum di Rumah


Sakit Umum Daerah Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No
3.
Carthy, J.E.Lutomski, dan R.A.Greene.(2014). International Journal of Women’s Health
6, 719-25. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130712/pdf/ijwh-6-
719.pdf.

Harahap, Ana Pujianti, Linda Meliati, Tutik Srihandayani. Hubungan Paritas dengan
Hiperemesis Gravidarum di Ruang Bersalin RSUD Provinsi NTB. Universitas
Muhammadyah Mataram. Midwifery Journal Kebidanan. ISSN 2503-4340. Vol.
3.
Herdman, T. Heather . (2015). Nanda International Inc Diagnosis Keperawatan .
Jakarta: EGC
Nurjannah intannsari & Roxsana Devi Tumannggor [editor] Nursing intervetion
classtification (NIC). United Kingdom: ELSEVIER
Nurjannah intannsari & Roxsana Devi Tumannggor [editor] Nursing outcome
classtification (NOC). United Kingdom: ELSEVIER

Manuaba, Ida Bagus G. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Rahma, M., & Safura, T. R. (2016). Asuhan pada Ibu Hamil Trimester I dengan
Hiperemesis Gravidarum Tingkat I. Midwife Journal, II (2), 50-58.

Rofi’ah, Siti., Sri Widatiningsih & Arfiana. 2019. Studi Fenomenologi Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan, 8
(1), 2019, 41 - 52 DOI: 10.31983/jrk.v8i1.3844. e-ISSN 2461-1026.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk.

Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum:


Penerapan konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Rukiyah AY, Yulianti L.(2010). Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans Info Media

21

Anda mungkin juga menyukai