Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Makalah Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan ASD (Atrial Septal Defect)

Dosen Pengampu :
Ns. Fitri Fujiana, Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh : Kelompok 3


Siti Oktaviani (I1031171001)
Laila Sari (I1031171003)
Mia Audina (I1031171004)
Dona Barirotul Fauziyah (I1031171005)
Purnita Wulandari (I1031171008)
Marina (I1031171023)
Septy Megawati (I1031171034)

Program Studi Ilmu Keperawatan Reg A


Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Makalah Konsep
Penyakit dan Asuhan Keperawatan ASD (Atrial Septal Defect). Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2. Makalah ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, oleh karena itu penulis mengucapakan banyak
terimakasih kepada Ns. Fitri Fujiana, Sp.Kep.Mat selaku dosen koordinator mata kuliah
Keperawatan Anak 2.Penulis penyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh
karena itu mengharapkan kritik dan saran setelah membaca makalah ini agar penulis dapat
lebih baik lagi dalam penulisan makalah untuk kedepannya.

Pontianak, 12 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

ATRIUM SEPTAL DEFECT (ASD)..................................................................................................1

A. Definisi......................................................................................................................................1

B. Etiologi......................................................................................................................................1

C. Patofisiologi...............................................................................................................................2

D. Pathway.....................................................................................................................................3

E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................3

F. Komplikasi................................................................................................................................4

G. Penegakan Diagnostik...............................................................................................................4

H. Tatalaksana................................................................................................................................6

I. Asuhan Keperawatan ASD........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19

ii
iii
ATRIUM SEPTAL DEFECT (ASD)

A. Definisi
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang
(defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi septum interatrial semasa janin.Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang
pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium
kanan) (Corwin J Elizabeth, 2009).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada
sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.Kelainan jantung bawaan yang
memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium.Kelainan
jantung ini mirip seperti Ventrikel Septal Defect (VSD), tetapi letak kebocoran di
septum antara serambi kiri dan kanan.Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih
ringan dibanding VSD.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan
dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat
berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale
terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum
yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah
kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada
bantalan endokard.

B. Etiologi
Menurut penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD, faktor –
faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubella
b. Ibu Alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 Tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

1
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga
darah tidak perlu melewati paru-paru.Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya
menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium
kanan (shunt).Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak
diketahui.

C. Patofisiologi
Pada fetus, darah dari ventrikel kanan dialirkan melalui ductus arteriosus ke
aortadescendens untuk menghindari pembuluhdarah pulmonal yang resistensinya
besar.Hal inijuga membantu agar perfusi fetus tetap adekuatpada kondisi cardiac
output yang menurun.Patofisiologi PDA serupa dengan VSDatau lesi lain dengan
predominan shuntingdari kiri ke kanan. Baik aliran shunting maupunedema
pulmonum akan meningkatkan kerjajantung kanan. Pembesaran atrium kiri
dapatmembuka foramen ovale dan meningkatkanshunting dari kiri ke kanan. Aliran
shuntingditentukan oleh kapasitas ductus untukmenahan aliran dari aorta ke arteri
pulmonalis.Apabila ukuran ductus cukup besar, alirandarah melalui shunting
ditentukan oleh rasioresistensi vaskuler paru terhadap resistensivaskuler sistemik.
Akibat aliran shunting inimaka akan terjadi peningkatan aliran darahparu, penurunan
tekanan darah, respiratorycompromise, serta penurunan tekanan diastolikyang
apabila terjadi bersamaan dengan anemiaakan menurunkan aliran darah ke myokard
yang dapat menyebabkan ischemia.
Derajat shunting dari kiri ke kanantergantung pada beberapa faktor, yaitu
dimensi aktual shunting dan perbandingan relatif PVRdan SVR. Dimensi shunting
yang pentingmeliputi diameter dan panjang PDA. Koneksiyang lebih pendek dengan
diameter besarmenghasilkan resistensi yang lebih rendahdan memungkinkan aliran
yang lebih banyak.Pasien dengan PDA besar, aliran diastolikakan mengalir ke arteri
pulmonalis sehinggamenyebabkan tekanan diastolik aorta yanglebih rendah yang
akan meningkatkan resikoiskemia myocard terutama pada kondisi anemiadan SVR
yang rendah.Beberapa mekanisme kompensasipada PDA untuk menjaga kinerja
myokard di antaranya: mekanisme Frank-Starling,sistem saraf simpatis dan
hipertrofi myokard.
Peningkatan output simpatis akan menstimulasiotot jantung dan kelenjar
adrenal sehingga terjadi peningkatan denyut jantung danproduksi keringat yang

2
terkait dengan PDA. Konsekuensi akibat adanya PDA yang tidakdikoreksi
tergantung pada berbagai faktor. PDAyang kecil mungkin tidak dikenali dan
tidaksecara signifikan mempengaruhi hemodinamik.Makin besar PDA atau shunting
dari kiri ke kananmaka makin besar resiko berkembang menjadigagal jantung
kongestif, hipertensi pulmonal, dan pada kasus yang ekstrim terjadi berbaliknyaarah
shunting dari kanan ke kiri. Pada neonatusyang prematur, PDA meningkatkan
morbiditasakibat respiratory distress syndrome yangterkait, necrotizing entercolitis
dan perdarahanintrakranial.

D. Pathway

Faktor eksternal dan faktor internal

Atrial Septum Defect

Tekanan atrium sinistra > atrium dextra

Terjadi aliran darah yang tinggi dari atrium kiri ke atrium kanan

 Volume ventrikel kiri  Volume atrium kanan

Penurunan curah jantung  Aliran arteri pulmonal

(terdengar murmur sistolik)


Hipoksia jaringan  Perfusi O2 dan
Edema paru
nutrisi ke jaringan
Kelemahan  Volume paru

E. Manifestasi Klinis
Intoleransi aktivitas Gangguan Risiko infeksi Gangguan
b/d ketidakseimbangan Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan
pertumbuhan dan gejala (asimptomatik)pertukaran
pada gas
b/d status fisik
suplai O2 masa kecilnya, kecuali pada ASDperkembangan b/d edema paru dan
besar yang dapat yang
menyebabkan
lemah kondisi gagal
penurunan volume
jantungdi tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung
paru

meningkat pada dekade ke 4 dan ke 5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas


listrik jantung (aritmia). Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah
adanya infeksi saluran napas bagian bawah berulang yang ditandai dengan keluhan
batuk dan panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu, gagal jantung pada ASD besar
dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau
cepat capek saat melakukan aktivitas fisik pada anak. Secara umum gejalanya bisa
berupa sering mengalami infeksi saluran pernapasan, dispneu, sesak napas ketika

3
melakukan aktivitas, jantung berdebar-debar, sering terjadi aritmia, dan clubbing
finger serta sianosis sering terjadi (Lowe et al., 2011).

F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Aterial Septal Defect (Naysilla, Adhella Menur, 2017)
1. Gagal jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Aritmia
5. Clubbing finger
6. SindromaEisenmenger

G. Penegakan Diagnostik
Umumnya kecurigaan adanya DSA ketika terdengar murmur pada saat
pemeriksaan fisik.
1. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung konsisten dengan overload jantung kanan. Impuls ventrikel kanan
atau a.pulmonal dapat dirasakan dengan palpasi. Bunyi jantung I normal. Bunyi
jantung II terpisah menetap. Terdapat murmur / bising sistolik akibat meningkatnya
aliran melalui katup pulmonal. Pirau melalui DSA tidak menyebabkan bising. Pada
DSA primum dengan cleft mitral bising regurgitasi mitral dapat terdengar di apeks
jantung. Dengan adanya hipertensi pulmonal menyebabkan penyempitan bunyi jantung
II yang terpisah dan peningkatan komponen pulmonal. Intensitas bising sistolik
menurun dan bising diastolic regurgitasi pulmonal dapat terdengar. Timbulnya pirau
kanan ke kiri (sindrom Eishenmenger) menyebabkan sianosis dan jari tabuh.
 Tes diagnostik
 Elektrokardiogram. Pada DSA sekundum EKG menunjukkan deviasi sumbu
QRS ke kanan dan RBB inkomplit. DSA primum menunjukkan deviasi sumbu
QRS ke kiri dan perlambatan konduksi nodus . DSA sinus venosus
menunjukkan adanya ectopic atrial pacemaker. Dengan adanya hipertensi
pulmonal hipertrofi ventrikel kanan menjadi lebih nyata. Aritmia atrial seperti
fibrilasi atrium, dan takikardia`supraventrikel timbul pada pasien usia decade 30
– 40 an.
 Foto Thoraks. Vaskularisasi paru prominen, pembesaran atrium dan ventrikel
kanan, dan dilatasi a pulmonal adalah gambaran khas pada DSA dengan pirau
hemodinamik bermakna.

4
 Pencitraan. Gambaran ekokardiografi termasuk pembesaran ruang jantung
kanan dan overload ventrikel kanan. Ekokardiografi transthorasik adalah
pemeriksaan pilihan untuk DSA primum dan sekundum. Identifikasi DSA sinus
venosus biasanya memerlukan ekokardiografi transesofageal (TEE). Evaluasi
lokasi,ukuran,dan arah pirau dapat dilakukan dengan dopler berwarna dan
kontras. Perkiraan tekanan a pulmonalis dan kelainan lain dapat pula
didapatkan. TEE penting dalam pemilihan pasien calon penutupan dengan
amplatzer.
 Kateterisasi jantung. Evaluasi invasive diperlukan apabila hasil pemeriksaaan
nonivasif tidak mencukupi. Dapat ditentukan besarnya pirau /Qp:Qs,
pengukuran tekanan a pulmonalis. Angiografi koroner dianjurkan pada pasien
suspek penyakit a.koroner dan pasien umur > 40 tahun.
 Rontgen dada
 Ekokardiografi
 Doppler berwarna
 Ekokardiografi trans esophageal
 MRI dada

H. Tatalaksana
Pada sebagian anak-anak DSA dapat menutup dengan sendirinya. Pada defek
kecil 80% menutup pada umur sebelum 18 bulan. DSA yang tetap ada sampai umur 3
tahun biasanya tidak dapat menutup dengan sendirinya.
1. Operasi jantung terbuka

5
DSA umumnya ditutup dengan cara operasi jantung terbuka. Ahli bedah menutup
secara langsung lubang DSA dengan menjahit lubang.Pembedahan penutupan defek
dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun.Prognosis sangat ditentukan oleh
resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya
menunjukkan prognosis buruk.
2. Amplatzer Septal Occluder
Banyak DSA dapat ditutup dengan amplatzer septal occluder (ASO) saat
kateterisasi jantung,tergantung ukuran dan letaknya. Alat ini telah disetujui olh FDA
tahun 2001,dimasukkan melalui kateter. Keuntungan penutupan DSA dengan
amplatzer antara lain jantung tidak diberhentikan/tidak menggunakan mesin jantung
paru,tidak ada trauma psikis berkaitan dengan operasi jantung terbuka,tidak ada scar
operasi.
3. Sadap jantung (bila diperlukan).

I. Asuhan Keperawatan ASD


A) Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas, postur
tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering.Observasi anak
terhadap manifestasi ASD Pada Bayi.
a. Dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis, mengejan
b. Keletihan
c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh). Sebagian anak
menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada kasus yang
spesifik seperti VSD, ASD dan TF, pertumbuhan fisik anak terganggu,
terutama berat badannya. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama
karena mengalami infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk
perkembangannya yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
d. Pola Aktivitas
Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara normal.Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan
banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh,
makan/minum yang tergesa-gesa, menangis atau tiba-tiba jongkok
(squating), anak dapat mengalami serangan sianosis.Hal ini dimaksudkan
untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang tampak pasif dan
lemah, sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari
dan perlu dibantu

6
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal.
c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup
pulmonalis
d. Tanda-tanda gagal jantung
e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan aliran
darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk
berhubungan dengan penyakit jantung.
2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung
kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering
menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi
dada.
4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea,
dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung
kongenital.
7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas
dari beberapa jenis penyakit jantung.
b. Palpasi dan perkusi
1) Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat
mampalpasi)
2) Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
3) Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat
menunjukkan ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
1) Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
2) Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas
jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
3) Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
4) Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis;
ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah) Bantu dengan prosedur
diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi,
fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah,
haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.

7
B) Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
 Ibu klien mengatakan klien  Dispnea saat beraktivitas
 Ortopnea
sering mengalami kelelahan
 Takipnea
saat beraktivitas  Keletihan
 Ibu klien mengatakan suhu  Pertumbuhan dan
tubuh klien terus meningkat perkembangan buruk
 Ibu klien mengatakan berat  Sianosis
badan klien menurun  Kulit dingin
 Klien mengeluh nyeri dada  BB turun
 Klien mengaku mudah lelah  Anak tampak pasif dan lemah
 Auskultasi Terdapat murmur
 Konjungtiva anemis
 Hepatomegali
 Klien tampak lemas
 Klien mengalami takikardi
 Klien tampak rewel
 Klien mengalami edema
tungkai
 Bibir klien tampak kering
 Irama nafas klien tidak
beraturan
 Adanya bising pada ICS II dan
ICS III kiri
 Suara jantung klien terdengar
pekak
 Klien terpasang infus RL
 Suaru paru sonor saat perkusi
 Penglihatan klien buram saat
dilakukan pemeriksaan fisik

No Sign & Symptom Etiologi Problem


1 DS : Defek Struktur, Penurunan Curah Jantung
 Ibu klien mengatakan Perubahan
klien mudah lelah saat Frekuensi, Irama dan
beraktivitas Perubahan Preload
 Klien mengeluh nyeri
dada
DO :
 Adanya murmur

8
jantung
 Suara jantung pekak
 Adanya edema
tungkai
 Adanya bising pada
ICS II dan ICS III kiri
 Takikardi
 Tekanan darah klien
meningkat
 Dispnea
 Klien tampak
keletihan
 Penurunan nadi
perifer
 Sianosis
 Klien tampak gelisah
 Perubahan pola EKG
 Kulit dingin
 Ortopnea
 Hepatomegali
 Penglihatan klien
buram saat dilakukan
pemeriksaan fisik
2 DS: - Edema Paru dan Gangguan Pertukaran
DO : Penurunan Volume Gas
 Klien tampak sesak nafas Paru
 Klien tampak takikardi
 Konjungtiva Anemis
 Bibir klien tampak kering
 Irama nafas klien tidak
teratur
 Dispnea
 Ortopnea
 Suaru paru sonor saat
perkusi
 Klien tampak rewel
 Hepatomegali
3 DS: KetidakAdekuatan Gangguan Pertumbuhan
 Ibu klien mengatakan Oksigen dan Nutrien dan Perkembangan
berat badan klien Pada Jaringan.
menurun

9
 Klien mengaku mudah
lelah
DO:
 Pertumbuhan dan
perkembangan buruk
 Sianosis
 Anak tampak pasif
dan lemah
 Klien tampak rewel
 Klien mengaku mudah
lelah
 Kulit dingin
 BB turun
4 DS: Status Fisik yang Resiko Infeksi
 Ibu klien mengatakan Lemah
suhu tubuh klien
meningkat
 Klien mengaku mudah
lelah
DO:
 Suhu meningkat
 Tekanan darah klien
meningkat
 Penurunan nadi
perifer
 Klien tampak rewel
 Klien tampak lemas
 Klien tampak letih
 Aritmia
 Anak tampak pasif
dan lemah
 Takikardi
 Takipnea
5 DS: Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
 Klien mengaku mudah Suplai Oksigen
lelah
 Ibu klien mengatakan
klien sering
mengalami kelelahan

10
saat beraktivitas
DO :
 Dispnea
 Klien tampak letih
 Aritmia
 Perubahan EKG
 Denyut dan irama
jantung tidak teratur
 Frekuensi dan irama
pernafasan tidak
teratur
 Tekanan darah klien
meningkat
 Kelelahan
 Edema paru
 Sianosis

C) Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur, perubahan
frekuensi, irama dan perubahan preload.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru dan penurunan
volume paru.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidak
adekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen.

D) Rencana Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung
berhubungan dengan defek keperawatan selama 3x24 1. Pastikantingkat
struktur, perubahan jam diharapkan penurunan aktivitas pasien yang
frekuensi, irama dan curah jantung dapat teratasi tidak
perubahan preload. dengan kriteria hasil : membahayakan
1. Tekanan darah curah jantung atau
dalam batas memprovokasi
normal serangan jantung
2. Denyut dan irama 2. Monitor EKG,
jantung teratur adakah perubahan
3. Suara jantung

11
normal segmen ST,
4. Kelelahan dan
sebagaimana
dispnea saat
mestinya
beraktivitas 3. Auskultasi suara
berkurang jantung
5. Intoleransi 4. Evaluasi nyeri dada
aktivitas dapat (intensitas, lokasi,
berkurang radiasi, durasi,
6. Edema paru
faktor pemicu, dan
berkurang
yang mengurangi)
7. Sianosis
5. Catat tanda dan
berkurang
gejala penurunan
curah jantung
6. Susun waktu latihan
dan istirahat untuk
mencegah kelelahan
7. Monitor sesak nafas,
kelelahan, takipnea
dan orthopnea
8. Evaluasi nyeri dada
(intensitas, lokasi,
radiasi, durasi,
faktor pemicu, dan
yang mengurangi)
9. Sediakan diet
jantung yang tepat
(batasi masukan
kafein, natrium,
kolesterol dan
makanan berlemak)
10. Kelola obat-obatan
untuk membebaskan
atau mencegah nyeri
dan iskemia, sesuai
dengan kebutuhan.
11. Monitor keefektifan
pengobatan
12
12. Pertahankan
lingkunan yang
kondusif untuk
istirahat dan
penyembuhan
13. Hindari memicu
situasi emosional
14. Instruksikan pasien
akan pentingnya
melaporkan segera
jika merasakan
ketidaknyamanan di
bagian dada
2 Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Gas berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Monitor status
edema paru dan jam diharapkan gangguan pernapasan dan oksigenasi
penurunan volume paru. pertukaran gas dapat teratasi 2. Posisikan untuk
dengan kriteria hasil : meringankan sesak nafas
1. Klien yang awalnya 3. Ajarkan pasien bagaiman
mengalami dispnea menggunkan inhaler sesuai
menjadi tidak dispnea resep
2. Klien yang awalnya
4. Lakukan fisioterapi dada
mengalami takikardi
5. Gunakan teknik yang
menjadi tidak takikardi
menyenangkan untuk
3. Klien yang awalnya
memotivasi bernafas dalam
konjungtiva anemis
kepada anak-anak
menjadi tidak anemis
4. Bibir klien yang 6. Auskultasi suara nafas,
awalnya kering menjadi catat adanya suara tambahan
tidak kering 7. Kolaborasi dengan dokter
5. Irama nafas klien yang
mengenai pemberian
awalnya tidak teratur
oksigen
menjadi teratur
3 Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan tindakan Terapi Nutrisi
dan perkembangan keperawatan selama 3x24 1. Beri diet tinggi nutrisi
berhubungan dengan jam diharapkan gangguan yang seimbang.

13
ketidak adekuatan oksigen pertumbuhan dan 2. Pantau tinggi dan berat
dan nutrien pada jaringan; perkembangan dapat teratasi badan; gambarkan pada
isolasi sosial. dengan kriteria hasil: grafik pertumbuhan.
3. Sajikan makanan
1. Anak mencapai
dengan menarik, cara
pertumbuhan yang
yang menyenangkan
adekuat.
2. Anak melakukan dengan
aktivitas sesuai usia mempertimbangkan
3. Berat badan anak
warna, tekstur dan
meningkat
keragaman.
4. Anak lebih aktif dari
4. Ajarkan keluarga
sebelumnya
mengenai diet yang
5. Sianosis berkurang
6. Tingkat kelemahan dianjurkan.
5. memberikan suplemen
klien berkurang
zat besi, bila
dianjurkan.
Peningkatan
Perkembangan : Anak
6. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang
diperlukan.
7. Demonstrasikan kepada
orang tua mengenai
kegiatan yang
mendukung tumbuh
kembang anak.
8. Dorong aktivitas yang
sesuai usia.
9. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melaluipenghargaan
yang positif atau
umpan balik yang baik.
10. Peluk anak dan

14
nyamankan anak saat
anak merasa sedih.
11. Berikan kesempatan
dan mendukung
aktivitas motorik.
12. Tekankan bahwa anak
mempunyai kebutuhan
yang sama terhadap
sosialisasi seperti anak
yang lain.
13. Izinkan anak untuk
menata ruangnya
sendiri dan batasan
aktivitas karena anak
akan beristirahat bila
lelah.
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Resiko Infeksi
berhubungan dengan status keperawatan selama 3x24 1. Monitor adanya
fisik yang lemah. jam diharapkan resiko tanda dan gejala
infeksi dapat teratasi dengan infeksi sistemik dan
kriteria hasil: lokal
2. Tingkatkan asupan
1. Suhu tubuh klien
nutrisi yang cukup
dalam rentang normal
3. Anjurkan istirahat
2. Tekanan darah klien
4. Pantau adanya
dalam rentang normal
perubahan tingkat
3. Sianosis berkurang
4. Klien tidak rewel energi atau
5. Takikardi dalam
kelemahan
skala ringan 5. Ajarkan pasien dan
6. Takipnea dalam skala
keluarga pasien
ringan
mengenai tanda dan
gejala infeksi.
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Rehabilitatif
1. Monitor toleransi pasien
ketidakseimbangan suplai jam diharapkan intoleransi
terhadap aktivitas
oksigen. aktivitas dapat teratasi
2. Pertahankan jadwal

15
dengan kriteria hasil : ambulasi, sesuai
1. Denyut dan irama toleransi aktivitas
3. Intruksikan pasien dan
jantung teratur
2. Frekuensi dan keluarga mengenai
irama pernafasan pertimbangan khusus
teratur terkait dengan aktivitas
3. Tekanan darah
sehari-hari (misalnya,
dalam batas
pembatasan aktivitas dan
normal
meluangkan waktu
4. Kelelahan dan
istirahat), jika memang
Penurunan
tepat.
dispnea saat
4. Instruksikan pasien dan
beraktivitas
keluarga untuk
5. Intoleransi
melanjutkan perawatan.
aktivitas dapat
berkurang
6. Edema paru
berkurang
7. Sianosis pada
klien berkurang

16
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Elsevier
Inc.
Corwin J Elizabeth.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Hariyanto D. (2012). Profil penyakit jantung bawaan di instalasi rawat inap anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang Januari 2008-Februari 2011. Sari Pediatri. 2012:14(3):152-7.
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Lowe, B. S., Therrien, J., Ionescu-Ittu, R., Pilote, L., Martucci, G., & Marelli, A. J. (2011).
Diagnosis of pulmonary hypertension in the congenital heart disease adult population.
Journal of the American College of Cardiology, 58(5), 538–546.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2011.03.033
Moorhead, Sue, et al. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC) 5th Edition. Elsevier Inc.
Naysilla, Adhella Menur. (2017). Komplikasi pada Pasien Atrial Septal Defect Dewasa
dengan Survivalitas Alami.Indonesian Journal Chest & Critical Care Medicine.4(2).
S. Renuka & Thenmozhi.M.S. (2015). Research on Atrial septal defect (ASD). Saveetha
Dental College and hospitals. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research Vol.
7(6), 2015, 324-326.
Wardhana, Wisnhu & Cindy Elfira Boom. (2017). Penanganan Perioperatif Pasien Penyakit
Jantung Kongenital Dewasa dengan ASD, Suspek Hipertensi Pulmonal, LV Smallish.
RS Harapan Kita : Jurnal Anestesiologi Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai