Anda di halaman 1dari 3

A.

Definis
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan
anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diagnosis yang terlambat,
ketidaktahuan, dan tata laksana yang tidak tepat. Patent Ductus Arteriosus (PDA) yang
merupakan 1/8-1/10 dari seluruh penyakit jantung bawaan dengan insidensi sekitar 1 per
2000 sampai 5000 kelahiran hidup (Kuswiyanto, Firman, Rayani, & Rahayuningsih, 2016).
PDA ini adalah kelainan konginetal yang ditandai oleh adanya kegagalan
penutupan ductus arteriosus segera setelah bayi lahir. Pada bayi normal, ductus arteriosus
secara fungsional menutup dalam waktu 12-24 jam setelah lahir dan mengalami penutupan
sempurna dalam waktu 3 minggu. Kelainan ini sering dijumpai pada bayi premature
dengan insiden 8 per 1000 kelahiran sedangkan insidens pada bayi aterm lebih kecil yaitu
1 per 2000 kelahiran (Gunawan & Kaban, 2010).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan:
a. Faktor Prenatal
1) Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit diabetes melitus (DM) yang memerlukan insulin.
5) Ibu meminum obat obatan penenang.
b. Faktor Genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2) Ayah atau ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti sindrom down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Jenifer, 2011).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Muttaqin (2009) gambaran klinis pada PDA(Patent Ductus Arteriosus) umumnya
muncul dalam tiga bentuk, sebagai berikut:
1. PDA kecil tanpa gangguan hemodinamika yang berarti biasanya tidak memberikan
gejala. Tekanan arteri pulmonal normal dan perbandingan aliran pulmonal dengan
aliran sistemis <1,5:1 jantung tidak membesar diagnosis sangat mudah ditegakkan
karena pada auskultasi terdapat bising kontinu di garis sternal kiri atas. Foto rontgen
paru dan EKG normal. Risiko tinggi yang mungkin terjadi ialah endocarditis,
klasifikasi ductus dan gagal jantung kiri
2. PDA sedang gejala akan timbul biasanya pada usia 2-5 bulan, tetapi biasanya tidak
berat. Pada pasien yang mengalami kesulitan makan, seringkali menderita infeksi
saluran napas, namun biasanya berat badannya masih tergolong dalam batas normal.
PDA juga sering muncul dengan tekanan arteri pulmonal >1/2 tekanan aorta.
Perbandingan aliran pulmoner dan aliran simpatis adalah 1,5:1 sampai 2:1. Umumnya
klien asimptomatik, kecuali pada anak kecil dapat ditemukan dispnea dan gagal jantung
kiri. Bising kontinu, bising machinery, sama seperti PDA kecil tetapi foto rontgen
thoraks memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta dan
vaskularisasi paru yang meningkat
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu pertama
kehidupannya. Selain itu, akan mengalami kesulitan makan dan minum sehingga berat
badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien akan tampak dispnea ataupun
takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan tekanan arteri pulmonal sama dengan
tekanan aorta. Perbandingan aliran paru dan sistematis >2:1. Aliran darah pintas yang
besar seperti ini akan mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi
premature atau usia 2 atau 3 bulan pada bayi lahir cukup bulan. Bebrapa diantaranya
dapat hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).
Menurut Children Mational Health System (2017), ukuran sambungan antara aorta dan
arteri pulmonalis akan mempengaruhi jenis gejala yang dicatat, tingkat keparahan gejala,
dan juga usia di mana patent ductus arteriosus itu pertama kali terjadi. Semakin besar
lubang, maka akan semakin besar jumlah darah yang melewati dan membebani paru-paru.
Seorang anak dengan ductus arteriosus paten kecil mungkin tidak memiliki gejala apapun.
Namun untuk bayi lain dengan PDA yang lebih besar mungkin menunjukkan gejala yang
berbeda. Berikut adalah gejala yang paling umum dari PDA. Setiap anak mungkin anak
mengalami gejala secara berbeda. Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai
berikut:
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernapas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk

D. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan patent ductus arteriosus yang tidak terkomplikasi adalah
untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada penderita dengan ductus yang
kecil, penutupan ini di tujukan untuk mencegah endocarditis, sedangkan pada
ductus sedang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah
terjadinya penyakit vascular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi
medikamentosa dan tindakan bedah.
1. Medikamentosa
Jenis obat yang sering diberikan adalah :
a. Indometasin
Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti efektif
mempercepat penutupan ductus arteriosus. Tingkat efektifitasnya terbatas
pada bayi kurang bulan dan menurun seiring meningkatnya usia paksa
kelahiran. Efeknya terbatas pada 3-4 minggu kehidupan. Di Indonesia
indometasin oral untuk saat ini sulit diperoleh, sedangkan indometasin
maupun ibuprofen intravena dari semula memang tidak tersedia, sehingga
pilihan terapi satu-satunya adalah ibuprofen oral.
b. Ibuprofen
Studi klinik membuktikan bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama
dengan indometasin pada pengobatan ductus arteriosus pada bayi kurang
bulan.

DAFTAR PUSTAKA
Children's National Health System. (2017). Pediatric Patent Ductus Arteriosus (PDA). Washington DC:
Children's National Health System.

Gunawan, H., & Kaban, K. R. (2010, April). Terapi Farmakologis Duktus Arteriosus Paten Pada Bayi
Prematur : Indometasin atau Ibuprofen. Sari Pediatri, Vol 11(6), 401-408.

Kuswiyanto, B. R., Firman, A., Rayani, P., & Rahayuningsih, E. S. (2016, Desember). Luaran Penutupan
Duktus Arterious Persisten Transkateter di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. MKB, Vol
28(4), 234-240.

Muttaqin, A. (2009). In Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai