Anda di halaman 1dari 23

A.

PENGERTIAN
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi
usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinalobstruction terjadi
ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif&
Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan
atau tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus(Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren(Indrayani, 2013).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya
tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,
2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan
agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak
sering bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya.
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk
naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari
rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan
peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan
fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan
pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan
dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan
perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-
organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan
dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan
pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok
hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi
terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus
lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus
halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus
besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007)

F. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya
bakteri dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis
abdomen dengan pemantauan dan konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak
ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).

H. PENGKAJIAN FOKUS
I. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
✓ Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
✓ Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
✓ Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
✓ Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
II. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah
- pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
III. Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF
I. PATHWAYS
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi Kerja usus melemah Klien rawat
usus terdorong ke lambung kemudian inap
mulut
Poliferasi bakteri cepat Gangguan
Tekanan peristaltic usus Reaksi
intralumen ↑ Asam lambung ↑ hospitalisasi

pelepasan bakteri dan toksin dari usus vena


yang infark Kimus sulit
Tekanan cemas
mual dicerna usus
& arteri ↓ Mual muntah
Kehilangan cairan menuju ruang peritonium Sulit BAB ansietas
dehidrasi
bakteri melepas endotoksin, Iskemia
dinding usus
konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan zat pirogen Pelepasan bakteri & toksin dr usus yg nekrotik ke dlm peritonium
Metabolism
anaerob Cairan intrasel ↓

Merangsang
ipotalamus bagian termoregulator melalui ductus thoracicus Resiko syok (hipovolemia)
pengeluaran
mediator kimia Resiko infeksi

Merangsang reseptor nyeri Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang


REM ↓ Pasien terjaga
saraf otonom, utk mengaktivasi RAS
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut norepinephrine tubuh Gangguan
pola tidur

hipertermi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi (00011, domain: 3 eliminasi dan pertukaran, kelas: 2 fungsi
gastrointestinal)
2. Resiko syok (hipovolemia) (00205, Domain: 11 keamanan/perlindungan,
Kelas: 2 cedera fisik)
3. Nyeri akut(00132, Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1 : Kenyamanan
Fisik)
K. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

No Dx keperawatan NOC NIC Rasional


.
1. Konstipasi (00011) NOC : NIC : Observasi
domain: 3 eliminasi dan ❖ Defekasi Observasi - untuk mengetahui tanda
pertukaran Kriteria Hasil : • Monitor tanda dan gejala dan gejala sulit BAB
konstipasi
kelas: 2 fungsi Setelah dilakukan - sebagai acuan rencana
• Kaji dan dokumentasikan:
gastrointestinal tindakan keperawatan penanganan yang efektif
(warna dan konsisensi
selama …x24 jam, - melihat apakah
feses pertama
Definisi :Penurunan masalah konstipasi konstipasi dapat
pascaoperasi; frekuensi,
frekuensi normal defekasi pasien teratasi dengan menyebabkan
warna dan konsistensi
yang disertai pengeluaran ❖ Konstipasi menurun komplikasi peritonitis
feses; keluarnya flatus;
feses yang sulit atau tidak dibuktikan oleh indikator - melihat faktor yang
adanya impaksi; ada atau
lampias atau pengeluaran defekasi sebagai berikut: berkontribusi pada
tidak ada bisisng usus dan
feses yang sangat keras dan - Tidak mengalami konstipasi
distensi abdomen pada
kering gangguan pola eliminasi Mandiri
keempat kuadran abdomen
(dalam rentang yang - membentuk dan
• Pantau tanda dan gejala
Batasan Karakteristik : diharapkan) mempertahankan pola
ruptur usus atau peritonitis
• Nyeri abdomen - Tidak ada gangguan feses eliminasi defekasi yang
• Nyeri tekan pada lunak dan membentuk • Identifikasi faktor teratur
abdomen dengan atau - Tidak mengalami (misalnya pengobatan, - mencegah dan
tanpa resistensi otot gangguan tirah baring, dan diet) yang mengatasi konstipasi
yang dapat dipalpasi. mengeluarkan feses dapat menyebabkan atau HE
• Anoreksia tanpa bantuan berkontribusi terhadap - untuk memfasilitasi
• Perasaan penu atau - Tidak ada darah konstipasi pengeluaran feses tanpa
tekanan pada rektum
dalam feses nyeri
• Peningkatan tekanan
abdomen - Tidak nyerisaat defekasi Mandiri - agar pasien dapat
• Indigesti - manajemen defekasi menghindari obat yang
• Mual - manajemen konstipasi dapat mengakibatkan
• Nyeri saat defekasi konstipasi
• Tampilan atipikal HE - untuk menghindari
pada lansia
• Anjurkan pasien untuk pasien mengonsumsi
(misalnya,perubahan
memintaobat nyeri sebelum makanan yang tidak
status
defekasi diperbolehkan/ rendah
mental,inkontinensia
• Informasikan kepada pasien serat
urine, jatu tanpa
kemungkinan konstipasi - untuk mencegah
sebab jelas,dan
akibat obat perubahan pada tanda
• Ajarkan kepada pasien vital, perdarahan
peningkatan suhu tentang efek diet (misalnya, kolaborasi
tubuh. cairan dan serat) pada - meningkatkan makanan
• Darah merah segar eliminasi yang berserat agar
menyertai • Tekankan pentingnya mempermudah dalam
pengeluaran feses menghindari mengejan BAB
• Perubahan pada suara selama defekasi - untuk mengetahui
abdomen Kolaborasi tercapainya intervensi
(borborigmi) • Konsultasi dengan ahli yang diberikan dengan
• Perubahan pada pola gizi untuk meningkatkan mendengar apakah
defekasi serat dan ciran dalam diet bising usus normal atau
• Penurunan frekuensi • Konsultasi dengan dokter tidak
• Penurunan volume tentang penurunan atau
feses
peningkatan frekuensi
• Distensi abdomen
bising usus
• Feses yang
kering,keras,dan
padat
• Bising usus hipoaktif
atau hiperaktif
• Pengeluaran feses
cair
• Massa abdomen
dapat dipalpasi
• Massa rectal dapat
dipalpasi
• Bunyi pekak pada
perkusi abdomen
• Adanya feses seperti
pasta direktum
• Flatus berat
• Mengejan saat
defekasi
• Tidak mampu
mengeluarkan feses
• Muntah.
Faktor yang
Berhubungan :
❖ Fungsional
Kelemahan otot
abdomen
Kebiasan defekasi
yang tidak teratur
Perubahan
lingkungan saat ini
❖ Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
❖ Farmakologi
Antasida yang
mengandung
aluminium
Kalsium karbonat
❖ Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Obesitas
Hemoroid
❖ Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
2. Resiko syok (hipovolemik) NOC NIC Observasi
(00205) - pencegahan syok Observasi: - melihat jumlah cairan
Domain: 11 - manajemen syok - monitor input dan output yang masuk dan keluar
keamanan/perlindungan - monitor tanda awal syok dari dalam tubuh
Kelas: 2 cedera fisik Criteria hasil: - monitor status cairan - untuk mengetahui tanda-
Setelah dilakukan Mandiri: tanda syok yang terjadi
Definisi: rentan mengalami tindakan keperawatan - tempatkan pasien pada pada klien
ketidakcukupan aliran darah selama … x24 jam, posisi supinasi, kaki - mengetahui
ke jaringan tubuh, yang masalah pasien teratasi elevasi ketidakseimbangan
dapat mengakibatkan dengan - berikan cairan intravena cairan pada klien
disfungsi seluler yang - nadi dalam batas yang dan oral dengan tepat Mandiri
mengancam jiwa, yang dapat diharapkan HE: - untuk peningkatan
mengganggu kesehatan. - irama pernafasan dalam - ajarkan keluarga dan preload dengan tepat
batas yang diharapkan pasien tentang tanda dan - untuk mengganti cairan
Faktor resiko: - serum-serum elektrolit gejala datangnya syok yang hilang
- Hipovolemia dalam batas normal - ajarkan keluarga dan -
- Hipoksemia pasien tentang langkah HE
- Hipoksia untuk mengatasi gejala - Menambah informasi
- Infeksi syok pada klien dan keluarga
- sepsis Kolaborasi: - mengenai syok
- Agar klien dan keluarga
dapat mengatasi syok
secara mandiri
Kolaborasi : -
3. Nyeri akut (00132) Domain NOC : NIC : Observasi
12 : Kenyamanan Kelas 1 : ❖ Pengendalian nyeri Observasi - Untuk mengetahui
Kenyamanan Fisik) ❖ Tingkat nyeri • Lakukan pengkajian nyeri nyeri secara
secara komprehensif keseluruhan meliputi
Definisi : Pengalaman Kriteria Hasil : termasuk lokasi, lokasi nyeri,
sensori dan emosi yang tidak Setelah dilakukan karakteristik, durasi, karakteristik nyer,
menyenangkan akibat tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan durasi nyeri,
adanya kerusakan jaringan selama … x24 jam, faktor presipitasi frekuensi nyeri,
yang actual atau potensial, masalah nyeri akut • Observasi reaksi nonverbal kualitas dan faktor
atau digambarkan dengan pasien teratasi dengan dari ketidaknyamanan presipitasi nyeri
istilah seperti (International • Evaluasi pengalaman nyeri yang dirasakan
Association forbthe study of ❖ Memperlihatkan masa lampau - Untuk mengetahui
pain) ; awitan yang tiba-tiba pengendalian nyeri yang reaksi nonverbal dari
atau perlahan dengan dibuktikan oleh indikator Mandiri ketidaknyamanan
intensitas ringan sampai sebagai berikut: • Ajarkan tentang teknik non yang dirasakan klien
berat dengan akhir yang - Sering mengalami farmakologi (distraksi, - Untuk mengetahui
dapat diantisipasi atau dapat awitan nyeri tehnik relaksasi, imajinasi pengalaman nyeri
diantisipasi atau dapat - Sering menggunakan terbimbing, dll) klien dimasa lampau
diramalkan dan durasinya tindakan pencegahan
kurang dari 6 bulan. - Sering melaporkan nyeri HE Mandiri
dapat dikendalikan • Informasikan kepada pasien - Untuk mengurangi
Batasan Karakteristik : tenang prosedur yang dapat nyeri yang dirasakan
❖ Menunjukkan tingkat nyeri
• Mengucapkan secara yang dibuktikan dengan meningkatkan nyeri dan

verbal atau indikator sebagai berikut: tawarkan strategi koping HE


melaporkan nyeri yang disarankan
- Tidak ada ekspresi - Agar klien dapat
dengan isyarat • Intstruksikan pasien untuk
nyeri pada wajah mencegah
• Posisi untuk menginformasikan kepada
- Tidak ada gelisah meningkatnya nyeri
mengindari nyeri perawat jika peredaan nyeri
atau ketegangan otot dengan
• Perubahan tonus otot tida dapat dicapai
- Tidak ada durasi episode menggunakan
(dengan rentang dari nyeri strategi koping
lemas tidak - Tidak merintih dan Kolaborasi - Untuk mengetahui
bertenaga rentang menangis • Tentukan pilihan tercapainya terapi
dari lemas tidak - Tidak gelisah analgesik tergantung tipe tindakan
bertenaga sampai dan beratnya nyeri keperawatan
kaku) • Tentukan analgesik
• Respon autonomic pilihan, rute pemberian, Kolaborasi
(misalnya,diaphoresi dan dosis optimal - Agar analgesik (obat
s,perubahan tekanan • Berikan analgesik tepat penahan sakit) dapat
dara,pernapasan atau waktu terutama saat nyeri diberikan sesuai tipe
nadi ; dilatasi pupil). hebat dan beratnya nyeri
• Perubahan selera sehingga nyeri dapat
makan teratasi.
• Perilaku distraksi - Agar analgesik (obat
(misalnya,mondar- penahan sakit) dapat
mandir,mencari diberikan sesuai rute
orang dan/atau pemberian dan dosis
aktivitas sehingga nyeri dapat
lain,aktivitas teratasi.
berulang). - Agar analgesik (obat
• Perilaku ekspresif penahan sakit) dapat
(misalnya diberikan sesuai rute
gelisah,merintih,men pemberian dan dosis
angis, kewaspadaan sehingga nyeri dapat
berlebian,peka teratasi.
terhadap - Agar analgesik (obat
rangsang,dan penahan sakit) dapat
menghela napas diberikan saat nyeri
panjang). hebat sehingga nyeri
• Wajah topeng (nyeri) dapat berkurang
• Bukti nyeri yang
dapat diamati
• Gangguan tidur
(mata terlihat
kuyu,gerakan tidak
teratur atau tidk
menentu,dan
menyeringai).
Faktor
yangBerhubungan :
Agens-agens penyebab
cedera (misalnya, biologis,
kimia, fisik, dan psikologis)
L. DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012- 2014. EGC: Jakarta

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid
2. Media Action : Yogjakarta.

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.
Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan
LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta (jurnal).

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

Anda mungkin juga menyukai