PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Hal ini
dibutuhkan tidak hanya oleh anak normal, akan tetapi anak berkebutuhan
Hal ini sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 32 ayat (1) bahwa:
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang nyata dari semua
1
pihak, khususnya guru untuk memberikan layanan terbaik kepada anak
tunagrahita.
salah satunya yaitu membuat bentuk geometri dari bahan clay. Bentuk
geometri yang akan diberikan yaitu bentuk bidang datar persegi dan
segitiga. Selain bahan clay mudah didapat, teksturnya juga halus sehingga
tidak berbahaya ketika anak membentuknya, clay juga dapat diberi warna
fungsi motorik halus, selain itu juga anak tunagrahita dapat mengetahui
2
Berdasarkan KTSP tahun 2006 Seni Budaya dan Keterampilan bagi
akademik.
berbahan clay masih diajarkan secara tidak terjadwal oleh guru sehingga
anak belum bisa membuat sendiri dengan bentuk yang baik. Karena itu
berbahan clay bagi anak tunagrahita ringan kelas III di SLB BC Putra
B. Rumusan Masalah
3
C. Batasan Masalah
anak tunagrahita ringan kelas III di SLB BC Putra Buahdua, SLB Al-
D. Definisi Operasional
1. Upaya
4
persoalan dan meningkatkan prestasi”. Maksud penelitian ini sebagai
2. Guru
menengah”.
Guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru, pendidikan luar
berbahan clay.
3. Geometri
4. Keterampilan
5
yang dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya”.
5. Clay
liat”. namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat
a. Alat :
1) Baskom
2) Gilingan
3) Cetakan segitiga
4) Cetakan persegi
b. Bahan :
1) Tepung terigu
2) Tepung tapioka
3) Tepung beras
4) Lem kayu
5) Minyak goreng
6) Pewarna
berbahan clay :
6
4) Meremas adonan dengan kedua tangan.
persegi.
penelitian ini adalah berbagai usaha atau ikhtiar yang dilakukan guru
memelihara hasil.
7
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
berbahan clay.
8
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah
pada anak.
5. Bagi Peneliti
Sebagai informasi dan bahan kajian dalam penyusunan skripsi. Selain itu
penelitian inipun berguna sebagai tambahan ilmu bagi peneliti yang bisa
dalam pembelajaran .
9
G. Pertanyaan penelitian
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Anak Tunagrahita
(AAMD) yang dikutip oleh Grossman (1983) alih bahasa Amin (1955:16)
bahwa :
11
nyata berada di bawah rata-rata, kedua karena tidak adanya kemampuan
dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku dalam
masyarakat.”
dan keadaan seperti ini berlangsung pada fase perkembangan (0-18 tahun).
sebagai berikut :
12
melindungi diri dari bahaya, belajar keterampilan dasar akademis
orang lain.
Pendapat lain tentang kalsifikasi anak tunagrahita yang di
Tabel 1
memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler
menurut skala Binet dan antara 39-52 menurut skala Weschler (WISC).
13
Berdasarkan tarap intelegensinya, American Association on Mental
sebagai berikut:
Tabel 2.2
KLASIFIKASI INTELEGENSI
Kelompok Tingkat IQ
Tunagrahita ringan 55 – 70
Tunagrahita sedang 40 – 55
Tunagrahita berat 25 – 40
Tunagrahita sangat berat < 24
14
akademik, dan perkembangan mentalnya mencapai puncak
pada usia yang lebih muda dari usia yang sebenarnya.
b. Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam beradaptasi
dengan lingkungan. Mereka tidak dapat memimpin diri dalam
pergaulan, mereka tidak dapat bersaing dengan teman sebaya
sehingga lebih memilih bergauldengan teman-teman yang
usianya lebih muda daripadanya.
c. Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian, sehingga kurang berhasil dalam menghadapi tugas.
Mereka juga mengalami kesulitan dalma berkreasi.
d. Perkembangan dorongan dan emosi anak tunagrahita berbeda-
beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya. Anak
tunagrahita berat dan sangat berat 15ocial tidak
memperlhatkan tanda-tanda kalau dia lapar atau haus, tidak
ada dorongan untuk mempertahankan diri dari bahaya dan
rangsangan sakit. Mereka kurang menghayati perasaan bangga,
tanggung jawab dan hak sosial.
e. Struktur fungsi sosial anak tunagrahita pada umumnya kurang
dari anak normal, perkembangan bahasa dan motoriknya labih
lama dibandingakn anak normal. Pendengaran dan
penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Daya tahan
tubuh mereka juga berkurang, cepat letih, dan tenaganya
kurang.
a. Kecerdasan intelektual
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas terutama
dalam hal – hal yang abstrak. Mereka belajar dengan membeo
(rote learning); bukan dengan pengertian.
b. Sosial
Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara
dan memimpin diri. Mereka bermain dengan teman yang lebih
muda darinya. Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat
tergantung pada bantuan orang lain. Tanpa bimbingan dan
pengawasan mereka mudah terjerumus ke dalam tingkah laku
yang terlarang.
c. Fungsi mental lain
15
Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian.
Mereka pelupa dan mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
kembali suatu ingatan. Sukar dalam membuat kreasi yang baru.
Mereka juga menghindar dari hal – hal yang membutuhkan
pemikiran.
d. Dorongan dan emosi
Kehidupan emosi anak tunagrahita lemah. Penghayatan terbatas.
Mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab
dan hak sosial. Bagi anak tunagrahita berat hampir-hampir tidak
memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri.
e. Organisme
Baik struktur maupun fungsi-fungsi organisme pada umumnya
kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan
berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan
gerakannya kurang indah dan dinamis. Bagi anak-anak yang
ketunagrahitaannya berta kurang rentan terhadap penyakit.
Badannya relatif kecil seperti kurang segar (Astati 2001:13)
dengan teman yang lebih muda darinya. Selain memiliki keterbatasan sosial
sulit untuk menghayati rasa bangga dan tanggung jawab, struktur dan fungsi
16
Anak tunagrahita ringan merupakan anak yang mempunyai
ringan adalah anak yang berbeda dari anak anak normal dalam ciri-ciri
17
penyesuaian diri dengan lingkungannya dan membutuhkan pelayanan
ciri khusus yang berbeda dengan anak lainnya. Berikut ini karakteristik
sebagai berikut:
dan kemampuannya.
Menurut Astati dan Nani (2001 : 36) secara garis besar ada dua
ringan, yaitu :
18
a. Siswa-siswi memperlihatkan kemampuan belajar yang lambat
karena mereka memiliki tingkat perkembangnnya menyerupai
anak-anak yang lebih muda darinya. Biasanya mereka
mengalami keterlambatan minimal 3 tahun dari usianya.
b. Lambat dalam sebagian besar area perkembangnnya. Anak
tunagrahita miskin dalam menyelesaikan tugas-tugasnya bisa
dibandingkan dengan usianya. Mereka mengalami kesulitan
secara menyeluruh, dan berpengaruh dalam penampilannya di
sekolah, rumah, tetangga dan masyarakat. Walaupun demikian
mereka masih mampu belajar sampai dengan kelas V dan dapat
menggunakan kemampuan itu bila mereka dewasa. Namun
mereka mengalami kesulitan dalam perhatian dan dalam
mengaplikasikan apa yang dipelajarinya itu dalam situasi yang
lebih besar.
19
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri
dalam kehidupan sehari hari. Melihat kondisi keterbatasan
anak-anak dalam kehidupan sehari hari mereka banyak
mengalami kesulitan pemeliharaan kehidupan sehari harinya.
Masalah-masalah yang sering di temui antaranya : cara makan,
cara menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu dan
lain lain.
2) Masalah kesulitan belajar
Dapat di sadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan
berpikir mereka, tidak dapat di pungkiri lagi bahwa mereka
sudah tentu mengalami kesulitan belajar, yang tentu pula
kesulitan tersebut terutama dalam bidang pengajaran akademik
sedangkan untuk bidang non akademik mereka tidak banyak
mengalami kesulitan belajar. Masalah masalah yang sering di
rasakan dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di
antaranya: kesulitan menangkap materi, kesulitan mencari
metode yang tepat, kemampuan berfikir abstrak yang terbatas,
daya ingat yang lemah dan sebagainya.
3) Masalah pekerjaan
Secara empirik dapat di lihat bahwa kehidupan anak
tunagrahita cenderung banyak yang masih menggantungkan
diri kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua)
dan masih sedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri, ini
pun masih terbatas bagi anak tunagrahita ringan saja. Dengan
demikian perlu di sadari betapa pentingnya masalah
penyaluran tenaga kerja ketunagrahitaan ini dan untuk itu perlu
di pikirkan matang matang dan secara ideal dapat di wujudkan
dengan penanganan serius.
4) Masalah Penyesuaian Diri
Masalahnya ini berkaitan dengan masalah masalah atau
kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun
individu di sekitarnya. Disadari bahwa kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan sangat di pengaruhi oleh
tingkat kecerdasan. Karena tingkat kecerdasan anak
tunagrahita jelas jelas berada di bawah rata rata maka dalam
kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan. Di samping itu
mereka ada kecenderungan di isolir (di jauhi) oleh
lingkungannya.
5) Masalah Pemanfaatan Waktu Luang
Wajar bagi anak tunagrahita dalam tingkah lakunya sering
menampilkan tingkah laku nakal. Dengan kata lain bahwa anak
20
anak ini berpotensi untuk menganggu ketenangan
lingkungannya, apakah terhadap benda benda ataupun manusia
di sekitarnya, apalagi mereka yang hiperaktif.
permasalahan tersebut.
117- 119) sebagaimana dikutip Amin (1995: 55- 57) adalah sebagai berikut
21
Menurut Hosni (Dikti PLB, 2005 :14), secara garis besar kebutuhan
sebagai berikut:
fisik tidak terlalu berbeda dengan anak normal lainnya, namun perbedaanya
a. Tujuan
Kirk (1979: 152) dialih bahasakan Astati (2001: 130), tujuan khusus
22
3) Mengembangkan kemampuan sosialisasi.
4) Mengembangkan kemampuan emosional dan rasa aman baik
di sekolah maupun di rumah.
5) Mengembangkan kemampuan untuk menggunakan waktu
luang.
6) Mengembangkan kemampuan keterampilan melalui latihan
vakosional.
7) Mengembangkan kemampuan mendorong diri sendiri dalam
beberapa kegiatan yang sifatnya produktif.
b. Isi program
atas di antara tunagrahita. Lebih jauh harus disadari oleh para pendidik
23
Mengenai hal itu, Mainord (1975: 67) dikutip Astati (2001: 14)
24
Mata pelajaran kelompok akademik hanya diberikan pada anak
tunagrahita ringan, yang termasuk dalam mata pelajaran
kelompok akademik, yaitu : membaca, menulis dan berhitung,
yang dalam bahasa inggrinya diseburt 3R (reading, writing,
and arithmathic) selanjutnya dalam kurikulum berkembang
menjadi mata pelajaran Bahasa Indonesia, Berhitung,
Matematika, IPA, dan IPS.
3) Kelompok sensorimotor
Sensorimotor merupakan fase dasar perkembangan manusia
yang menunjang perkembangan selanjutnya. Melatih
sensorimotor atau penginderaan merupakan suatu
perkembangan yang memiliki arti yang sangat penting dalam
pendidikan. Meteri pelajaran sensorimotor dapat
diklasifikasikan, yaitu sensori penglihatan, sensori perabaan,
sensori pendengaran, sensori terhadap berat, sensori terhadap
panas, sensori penciuman, sensori rasa.
4) Kelompok keterampilan
Pelajaran keterampilan ini mulai dipakai pada tingkat sekolah
dasar (SD), bersatu dengan kesenian. Pada tingkat SLTP,
pelajaran keterampilan/kejuruan merupakan pelajaran yang
berdiri sendiri. Pada tingkat ini para siswa dipersiapkan untuk
mengikuti kehidupan dimasyarakat, atau melanjutkan ke
tingkat lebih tinggi. Lingkupnya meliputi: rekayasa, pertanian,
dan kerumahtanggaan.
anak tunagrahita.
25
terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi dan pengalaman berkreasi
program pilihan yang tepat yang diberikan kepada peserta didik yang
bekal hidup. Mengenai hal ini dijelaskan oleh Sudirman (1987:75) bahwa:
26
Pendidikan keterampilan merupakan penggabungan antara teori dan
praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja
lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan keterampilan,
terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of
learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan
pendidikan keterampilan ini, antara lain, peserta didik secara
langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.
yang tersirat dalam definisi ini ialah : (1) pengembangan kompetensi, (2)
kehidupan siswa.
27
a. Di harapkan siswa mampu memahami konsep dan pentingnya
seni budaya dan keterampilan.
b. Setelah menyelesaikan pendidikan pada SLB pendidikan seni
budaya dan keterampilan memiliki peran dalam pembentukan
pribadi siswa menjadi lebih percaya diri.
c. Di harapkan siswa dapat menampilkan sikap apresiasi terhadap
senibudaya dan keterampilan.
d. Dapat menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan
keterampilan
e. Mampu menampilkan peran serta dalam seni budaya dan
keterampilan dalam tingkatan lokal, regional, maupun global.
f. Setelah menyelesaikan pendidikan pada SLB bagian C di
harapkan anak dapat memiliki sekurang-kurangnya satu jenis
keterampilan yang sesuai minat dan kebutuhan lingkungannya
sebagai bekal untuk mencari nafkah.
yang berdiri sendiri. Pada tingkat ini siswa dipersiapkan untuk mengikuti
berorientasi kepada masa yang lalu, melainkan kepada masa sekarang dan
masa yang akan datang, sesuai dengan kemampuan anak serta kebutuhan
masyarakat.
28
meningkatkan minat bakat yang ada dalam diri siswa tunagrahita sebagai
siswa dapat menguasai salah satu bidang keterampilan yang ada. Oleh
tunagrahita guna menunjang kehidupan yang akan datang. Selain itu fungsi
mengasah ide dan kreatifitas anak, namun keterampilan harus terus di latih
kelangsungan hidupnya.
29
Ruang lingkup pengajaran keterampilan mancakup segala aspek
pada aspek keterampilan dan sikap anak. Hal ini dilakukan dengan harapan
a. Keterampilan Rekayasa
1) Keterampilan anyaman
2) Keterampilan menyablon
3) Keterampilan tenun tradisional
4) Keterampilan prabot/mebeler
5) Keterampilan membatik
6) Keterampilan bata merah dan batako
b. Keterampilan pertanian
c. Keterampilan usaha dan perkantoran
d. Kerumahtanggaan
e. Keterampilan kesenian
30
mainan dan hiasan dari berbagai wilayah serta keterampilan personal
1. Pengertian
a. Bentuk Geometri
bidang dan ruang”. Bentuk geometri yang akan di aplikasikan dalam clay
b. Clay
lembek dan lunak dapat dibentuk apa saja sesuai keinginan sehingga
berbahan clay.
31
Adapun menurut Margaretha (2008:2) clay adalah “semacam
tepung terigu dengan campuran bahan tertentu yang bisa lumer mirip
adonan kue, oleh karena itu clay dapat dengan mudah di bentuk sesuai
dengan keinginan.”
2. Pelaksanaan Pembelajaran
waktu, proses pembelajaran, evaluasi, dan tindak lanjut yang telah dibuat
a. Tujuan Pembelajaran
selain itu bertujuan agar anak dapat mengetahui macam macam bentuk
orang lain.
b. Materi
32
dengan menggunakan sumber sumber yang relevan mengenai
c. Metode
d. Media
e. Waktu
berikut:
clay.
tapioka ke baskom.
33
c) Siswa mengaduk rata ketiga bahan tersebut.
bentuk.
di tempat yg rata.
g. Evaluasi
34
pembelajaran keterampilan membuat bentuk geometri berbahan clay.
h. Tindak Lanjut
1) Pengulangan
2) Pengayaan
lebih maksimal.
3) Pengembangan
kepada konsumen.
35
E. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Keberhasilan Membuat Bentuk
Geometri Berbahan Clay Bagi Anak Tunagrahita Ringan
a. Melaksanakan Asesmen
36
Berdasarkan kutipan di atas menyimpulkan bahwa melaksanakan
berbahan clay meliputi tujuan, materi, metode, media, evaluasi dan tindak
a. Kegiatan awal
37
Pada kegiatan awal guru mengkondisikan siswa, berdoa dan
diberikan sebelumnya.
b. Kegiatan Inti
3) Proses Pembuatan
38
e) Siswa memasukkan lem kayu kedalam baskom dan
diberi warna
c. Kegiatan Akhir
berdoa bersama.
lupa sehingga untuk membantu anak dalam mencapai tujuan yang ingin
39
tingkat kelemahan anak dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tindak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
40
Menurut Arikunto (2010:3) metode deskriptif adalah :
kualitatif terlihat adanya hubungan yang erat antara peneliti dan pihak
angka-angka.
benda atau orang baik individu maupun kelompok dalam suatu lingkungan
41
metode deskriptif dan pendekatan kualitatif diharapkan dapat mencapai
1. Wawancara
2. Observasi
42
Observasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah untuk melihat,
induktif. Analisis induktif dilakukan setelah data terkumpul. Dalam hal ini
peneliti melakukan analisis terhadap setiap tema dari semua data yang
masuk.
1. Reduksi data
mengambil bagian pokok dari semua data yang telah terkumpul. Dengan
menentukan data apa saja yang belum ada yang harus diperoleh. Sehingga
43
2. Display data
bagian agar mudah dibaca dan dipahami, data harus dikelompokkan. Cara
display data.
Hal yang paling penting bagi seorang peneliti harus mampu menarik
kepercayaan penelitian.
D. Instrumen Penelitian
karena tanpa instrumen tidak akan diperoleh data yang betul-betul dapat
44
dipercaya. Sejalan dengan yang di nyatakan oleh Nasution (1988:223)
bahwa :
sebagai acuan (guide line) agar penelitian tetap pada jalurnya dan tidak
45
Subjek penelitian ini adalah 3 (tiga) orang siswa dan 3 (tiga) orang
guru kelas III dari masing masing SLB yaitu: SLB BC Putra Buahdua,SLB
Tabel 3.1
SUBJEK PENELITIAN
1. DA P 11 Siswa
2. HY P 11 Siswa
3. OI P 10 Siswa
4. CK P 51 Guru
5. SL P 36 Guru
6 DD L 48 Guru
2. Obyek Penelitian
46
clay di SLB BC Putra Buahdua, SLB Al-Fazza, SLB Miroojuttaqwa
anak tunagrahita ringan kelas III di SLB BC Putra Buahdua, SLB Al-
F. Prosedur Penelitian
1. Langkah Persiapan
survey ke tempat yang dituju yaitu SLB BC Putra Buahdua, SLB Al-
47
b. Menyusun rancangan penelitian
dan persetujuan.
c. Administrasi penelitian
tempat penelitian.
penulis melakukan uji coba pada sampel yang dimiliki karakteristik yang
hampir sama dengan subyek penelitian. Adapun laporan uji coba dan kisi-
e. Uji Coba
48
Dalam melakukan pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas
menentukan waktu.
2. Tahap Eksplorasi
a. Observasi
dan di setujui oleh pihak pengelola sekolah yaitu kepala sekolah SLB
Sumedang.
49
b. Wawancara
III dari masing-masing SLB yaitu: SLB BC Putra Buahdua, SLB Al-
c. Dokumentasi
anak, melihat hasil asesmen yang telah di berikan dan melihat tentang
50
berdasarkan setiap indikator yang merupakan dasar penjabaran dari
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
yang dihadapi.
Tahap yang paling akhir dari seluruh kegiatan penelitian ini adalah
sistematis agar dapat dipahami dan digunakan oleh berbagai pihak terkait
dengan peneliti.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Penelitiaan
1. Lembaga
yang berdiri pada tanggal 3 Januari pada tahun 1989, beralamat di Jl.
Sumedang.
kepada Dra. Entin Sumartini yang saat ini menjabat sebagai kepala
52
Jawa barat No. 671/I02/Kep/E 90 pada tanggal 3 November 1990 Dan
NIS 80.2.02.10.10.001.
525M2 dengan luas bangunan 300M2 dilengkapi fasilitas yang terdiri dari
kamar mandi, 2 ruang gudang, 1 ruang bermain dan 1 ruang sarana olah
orang guru PNS, 70% merupakan Sarjana Pendidikan Luar Biasa dan 3
dilaksanakan pagi hari, mulai jam 07.30 sampai jam 13.00 WIB.
b. SLB AL-FAZA
53
bawah naungan Yayasan Pendidikan Al-Faza yang beralamat di Jalan
SLB Al-Faza berdiri dengan akte notaris No.4 tanggal 15 oktober 2010,
izin operasional masih dalam proses. status tanah milik pribadi dengan
luas tanah 2.400m2 dan luas bangunan 1000m2.. Terdiri dari 1 ruang
mandi.
siswa yang ada pada jenjang pendidikan SDLB sebanyak 3 orang, SMPLB
SLB Al- Fazza adalah keterampilan dan olahraga sepak bola. Prestasi yang
54
c. SLB ABC Mi’roojuttaqwa
04/Rw.04 Ds. Paseh Kidul Kec. Paseh Kab. Sumedang, berdiri pada
dari Kanwil Depdikbud Prov. Jawa Barat. SLB ini memiliki luas tanah
peserta didik secara keseluruhan sebanyak 33 orang siswa yang ada pada
tunarungu
yang digunakan KTSP 2006 dan sering mendapatkan juga prestasi dalam
2. Responden
55
a. Responden Siswa
bekerja sebagai petani dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga,
56
ayahnya bekerja sebagai wiraswasta dan ibunya bekerja sebagai
b. Responden Guru
pembelajaran.
57
3) Responden guru ketiga (RG-3)
B. Deskripsi data
1. Hasil observasi
a) Mengenal alat
b) Mengenal bahan
tepung tapioka dengan cara di tujukkan satu persatu oleh guru, tetapi
58
kayu dengan pewarna, mampu membedakan minyak goreng dan
pewarna.
tapioka.
sedikit.
59
Responden mampu mengaduk bahan tepung dan lem kayu dengan
goreng pada adonan agar tidak mudah kering saat akan di cetak
60
membentuk dengan menggunakan cetakan berbentuk segitiga dan
persegi.
d) Memelihara Alat
e) Memelihara Bahan
61
Responden mampu membersihkan sisa bahan seperti tepung
f) Memelihara hasil
(1) Membungkus
dengan baik.
mampu melakukannya.
62
Responden belum mampu memasukkan label ke dalam bungkus.
keterampilan.
a) Mengenal alat
b) Mengenal bahan
63
Responden mampu menunjukkan dan menyebutkan bahan seperti lem
tepung tapioka.
tepung.
64
Mengaduk bahan tepung dengan lem kayu, responden
65
Responden mampu mengeluarkan adonan clay dari cetakan
d) Memelihara Alat
tempatnya.
e) Memelihara Bahan
66
Responden mampu membereskan sisa bahan seperti tepung
f) Memelihara hasil
(1) Membungkus
dan benar.
mampu melakukannya.
67
Responden dapat menutup plastik yang berisi 12 buah hasil
keterampilan.
a) Mengenal alat
segitiga.
b) Mengenal bahan
68
kayu, pewarna dan bahan tepung karena mempunyai keterbatasan
tercecer.
plastik.
69
Responden mampu memasukkan lem kayu ke dalam baskom
mewarnai adonan.
70
(h) Memberikan minyak pada cetakan
d) Memelihara Alat
guru.
71
(3) Menyimpan alat
e) Memelihara Bahan
goreng.
tempatnya.
f) Memelihara hasil
(1) Membungkus
72
(2) Mengukur berat tiap bungkus
melakukannya.
rapih.
2. Hasil wawancara
73
1) Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran
a) Persiapan
(1) Asesmen
pembelajaran.
(a) Tujuan
74
program pembelajaran membuat bentuk geometri berbahan clay
keterampilan clay.
(b) Materi
hasil.
(c) Metode
pembelajaran berlangsung.
(d) Media
(e) Waktu
75
Waktu pembelajaran yaitu dua kali dalam satu minggu pada hari
pertemuan.
(f) Evaluasi
b) Pelaksanaan
melanjutkan ke materi.
(a) Pada tahap awal di mulai dengan pengenalan alat dan bahan,
benda nyata.
76
responden mencontohkan cara memelihara alat dan bahan serta
tahapan yaitu:
(a) Waktu belajar yang sempit, maka terkadang pada saat mengakhiri
pelajaran siswa belum sempat merapikan alat dan bahan yang telah
77
digunakan, sehingga pada evaluasi memelihara alat dan bahan
a) Persiapan
(1) Asesmen
78
Program di susun berdasarkan hasil asesmen, ruang lingkup
(a) Tujuan
berbahan clay.
(b) Materi
hasil.
(c) Metode
(d) Alat
79
tapioka, tepung beras, cetakan, dan benda-benda yang
(e) Waktu
(f) Evaluasi
b) Pelaksanaan
pelajaran.
(a) Pada tahap awal di mulai dengan pengenalan alat dan bahan,
80
menunjukkan, menyebutkan dan membedakan langsung
81
(a) Pelaksanaan program dengan waktu yang terbatas sehingga
(b) Menghadapi kondisi siswa yang kurang konsentrasi dan kurang mau
berusaha.
a) Persiapan
(1) Asesmen
program pembelajaran.
(a) Tujuan
82
Tujuan yang dicapai dalam pembelajaran keterampilan
(b) Materi
(c) Metode
(d) Alat
gambar.
(e) Waktu
83
pertemuan dalam satu minggu yaitu 2 jam pelajaran 1 x
pertemuan.
(f) Evaluasi
b) Pelaksanaan
pembelajaran menyenangkan.
84
(3) Kegiatan Akhir
lama.
clay
85
(d) Responden mengalami kesulitan dalam mengajarkan siswa dalam
C. Analisis Data
1. Hasil observasi
bahan.
86
mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil ke toko-toko terdekat,
dan membersihkan sisa sisa bahan serta mencuci alat yang sudah
terigu, tepung beras dan tepung tapioka karena ketiga tepung berwarna
putih sehingga sukar untuk di bedakan dan tekstur ketiga tepung sama
sama halus.
87
dan kesulitan dalam mengepak hasil keterampilan. Begitu juga pada
tangannya sedikit kaku oleh karena itu masih memerlukan bantuan dari
88
serta membersihkan sisa sisa bahan masih perlu bantuan dari guru,
tua.
2. Hasil wawancara
minggu di lakukan pada hari jumat dan sabtu, dengan waktu 2 jam
89
Responden memberikan latihan kembali dengan cara mengulas
perlusin.
materi, metode, alat, waktu dan evaluasi. Tujuan yang ingin di capai
90
adalah ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab di sesuaikan dengan
minggu di lakukan pada hari kamis dan sabtu, dengan waktu 2 jam
tepung beras.
91
dalam pembelajaran ini siswa mengetahui bentuk geometri dan siswa
pembelajaran.
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal
92
Kesulitan yang di hadapi oleh responden mengalami
1) Persamaan
Persamaan pada RG-1 dan RG-2 yaitu pada tahap awal melakukan
waktu 2 jam pelajaran 1x pertemuan. Pada tindak lanjut RG-1 dan RG-
pengayan bagi siswa yang hampir mampu. Kesulitan yang dialami RG-
93
1 dan RG-2 yaitu dalam terbatasnya waktu pembelajaran dan kesulitan
2) Perbedaan
mengalaminya.
1) Persamaan
sama yaitu tujuan, materi, metode, media, alokasi waktu dan evaluasi.
Pada kegiatan awal melakukan absen terlebih dahulu pada siswa dan
Tujuan yang ingin di capai oleh RG-1 dan RG-3 yaitu ingin
94
yang di hadapi RG-1 dan RG-3 yaitu kurangnya waktu pembelajaran
2) Perbedaan
Perbedaan RG-1 dan RG-3 terletak pada kesulitan yang di hadapi yaitu
1) Persamaan
2) Perbedaan
95
Perbedaan pada RG-2 dan RG-3 terletak pada kesulitan, RG-2
berbahan clay?
96
dan bahan membuat bentuk geometri berbahan clay siswa ke 1 dan ke 2
tangannya kaku sehingga masih memerlukan bantuan dari guru dan siswa
dengan baik.
Masih ada 1 siswa memerlukan latihan yang teratur dan bimbingan guru
97
secara langsung dan menanyakan kemampuan siswa pada guru
yang terdiri dari tujuan, materi, metode, media, alokasi waktu, dan
media nyata.
bentuk evaluasi yang di gunakan setiap guru beragam seperti tes lisan dan
kinerja. Untuk tindak lanjut guru melakukan pengulangan bagi siswa yang
belum mampu serta melakukan pengayaan bagi siswa yang hampir mampu
98
akhir, selain itu kondisi siswa terkadang malas untuk mengikuti
selain kedua hal di atas guru kesulitan mendapatkan buku sumber yang
bahan tepung yang terdiri dari tepung terigu, tepung beras dan tepung
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
1. Simpulan umum
99
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami keterbatasan
kreatifitas, ketekunan dan kesabaran anak tunagrahita ringan. Selain hal itu
2. Simpulan Khusus
100
anak tunagrahita ringan kelas III di SLB Putra Buahdua, SLB
proses membuat keterampilan mulai dari mengenal bahan dan alat, proses
baik karena masih mengalami kendala namun guru terus mendorong dan
ringan kelas III di SLB BC Putra Buahdua, SLB Miroojuttaqwa, SLB Al-
dan alat yang menarik. Upaya lain yang di lakukan oleh guru yaitu
101
mengajarkan anak untuk dapat mengemas hasil keterampilan agar menjadi
keterampilan dan dalam menakar bahan. Kendala lain yang di hadapi oleh
guru yaitu terbatasnya buku sumber. dan pada saat memberikan materi
3. Rekomendasi
Berdasarkan data dan fakta yang penulis dapat dari penelitian ini
ternyata masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu
102
sarana/prasarana yaitu dengan mengadakan ruangan khusus keterampilan
pembelajaran keterampilan.
Dari yang penulis teliti, orang tua terlihat acuh tak acuh terhadap
dipisahkan dari perhatian dan dukungan orang tua, untuk itu diperlukan
langsung. Selain itu orang tua juga diharapkan dapat melatih anak di
bentuk geometri berbahan clay karena alat dan bahannya sederhana dan
3. Bagi Guru
103
Melihat guru yang penulis teliti pada saat observasi guru masih
disusul kepada pihak lembaga. Cara lain yang dapat ditempuh misalnya
penulis teliti.
B. Penutup
penelitian ini. Meskipun sangat penulis sadari bahwa hasil penelitian ini
masih jauh dari sempurna, namun apa yang telah tersampaikan dalam
penulisan ini semoga memberi manfaat bagi kita sekalian. Dengan segala
104
kerendahan hati penulis harapkan saran dan kritik yang membangun bagi
mudahan penelitian ini dapat berguna khususnya bagi peneliti dan pada
105