Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek bahasa yang perlu dipersiapkan dan dikembangkan
pada anak usia Taman Kanak-kanak (TK) untuk menghadapi jenjang
pendidikan selanjutnya adalah kemampuan mengenal huruf. Kemampuan
mengenal huruf merupakan kemampuan yang terlihat sederhana. Namun
kemampuan ini harus dikuasai oleh anak TK karena pengenalan terhadap huruf
termasuk modal awalmemiliki keterampilan membaca.
Huruf merupakan simbol sekunder bahasa. Bagi anak, kehadiran huruf
memiliki makna hanya jika huruf-huruf itu mereka perlukan dalam kehidupan
berbahasa. Anak-anak perlu mengenal huruf karena mereka tertarik membaca
nama toko, nama jalan, tulisan peringatan, merk, cerita singkat bergambar,
judul film anak-anak, dan alamat surat. Anak-anak mungkin juga perlu
mengenal huruf karena mereka tertarik untuk menulis identitas diri, menulis
pesan singkat, atau mencatat hal-hal yang mereka sukai. Oleh karena itu,
materi menulis dan membaca harus dimulai dari minat dan kebutuhan anak itu,
dan bukan dari teks artifisial.
Permasalahan dalam pembelajaran mengenal huruf pada anak
TK ............... Kecamatan ............... masih mengikuti cara-cara lama yang
kurang efektif, dan dengan media yang masih kurang. Pembelajaran mengenal
huruf di TK ............... seringkali hanya menggunakan majalah LKA (Lembar
Kerja Anak). Proses pembelajaran mengenalkan huruf belum menggunakan
media yang lebih efektif untuk mengenalkan huruf.
Hasil observasi di TK ............... Kecamatan ............... menunjukkan
bahwa kemampuan mengenal huruf anak kelompok A.1 masih kurang.
MediaPembelajaran yang tersedia untuk mengenalkan huruf masih belum
lengkap. Proses pembelajaran yang menyenangkan untuk mengenalkan huruf
masih kurang, monoton, dan belum dikemas dalam bentuk permainan.
Stimulasi pada anak dalam mengembangkan kemampuan mengenal huruf
belum dilakukan secara maksimal. Hal tersebut dibuktikan dari hasil kegiatan

1
2

prasiklus di mana dari 15 siswa yang mengikuti kegiatan hanya terdapat 3


siswa atau 20% yang dinyatakan tuntas, sedangkan 12 siswa atau 80%
dinyatakan belum tuntas.
Salah satu media yang akan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan mengenal huruf di TK ............... Kecamatan ............... berupa
media kartu kata. Dengan media kartu katadiharapkan dapat memberikan nilai
lebih kepada siswa untuk meningkatkan pengenalan huruf. Hal ini disebabkan
belum dimanfaatkan dan dikembangkan media kartu katatersebut dalam proses
pembelajaran di TK tersebut. Kelebihan media kartu kataini adalah media yang
mampu untuk merangsang anak TK untuk mengenal huruf. Diharapkan melalui
media kartu kata diharapkan siswa bisa termotivasi untuk mengenal huruf
secara intensif sehingga memahami ide, gagasan dan makna dalam bacaan.
Erat kaitannya dengan memberikan motivasi dalam kemampuan membaca
permulaan ini adalah pemberian contoh membaca yang baik dan benar dari
guru. Seorang guru harus menguasai cara mengajar yang baik dan dituntut
dapat menggunakan media yang ramah dalam situasi dan kondisi bagaimana
pun. Salah satu media yang tepat yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan mengenal huruf ini adalah media kartu kata.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dipaparkan di muka,
maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan mengenal huruf anak kelompok A.1 di
TK ............... Kecamatan ................
2. Kurangnya cara mengenalkan huruf dengan media yang menyenangkan
pada anak kelompok A.1 di TK ............... Kecamatan ...............
3. Kurangnya stimulasi pada anak untuk mengembangkan kemampuan
mengenal huruf kelompok A.1di TK ............... Kecamatan ................
C. Rumusan Masalah
Dalam setiap penelitian suatu masalah diperlukan adanya suatu
kejelasan dari masalah yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini diperlukan
3

rumusan sehingga tidak terjadi kesalahan.Berdasarkan hal tersebut kemudian


dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan media kartu kata pada
siswa kelompok A.1TK ............... Kecamatan ............... Semester 2 Tahun
Pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui media
kartu kata siswa kelompok A.1TK ............... Kecamatan ............... Semester
2 Tahun Pelajaran 2018/2019?.
D. Tujuan Penelitian
Dari penjelasan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan media kartu kata pada
siswa kelompok A.1TK ............... Kecamatan ............... Semester 2 Tahun
Pelajaran 2018/2019.
2. Untuk mengetahui peningkatan peningkatan kemampuan mengenal huruf
melalui media kartu kata siswa kelompok A.1TK ...............
Kecamatan ............... Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk mempelajari teori-teori pengenalan huruf bagi siswa
kelompok B peningkatan kemampuan mengenal huruf melalui media kartu
kata siswa kelompok A.1TK ............... Kecamatan ............... Semester 2
Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi guru
1) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan minat, proses,
keterampilan mengenal huruf baik oleh siswa pada pendidikan usia
dini maupun pada pendidikan dasar, khususnya pada kompetensi
mengenal huruf.
4

2) Dapat dipergunakan sebagai acuan untuk memotivasi kegiatan


mengenal bagi para siswanya.
b. Manfaat bagi siswa
1) Siswa memiliki kemampuan mengenal huruf dengan baik.
2) Dapat meningkatnya minat anak dalam mengenal huruf abjad
3) Anak dapat meningkatkan kemampuan dalam berpikir yang kreatif.
c. Manfaat bagi sekolah
1) Dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan mutu dan
efektivitas pembelajaran mengenal huruf pada anak usia dini.
2) Meningkatnya hasil belajar siswa, akan berdampak pada peningkatan
kualitas sekolah.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak Usia Dini
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 disebutkan bahwa anak
usia dini adalah anak pada usia 0 tahun sampai dengan 6 tahun yang
berhak mendapatkan pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Sementara menurut Sujiono (2009: 1.2), anak usia dini adalah
sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun,
merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan. Anak usia dini memiliki potensi genetik dan siap
untuk dikembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan. Sehingga
pembentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak sangat
ditentukan pada masa-masa awal perkembangan anak.
b. Pembelajaran Anak Usia Dini
Sujiono & Sujiono dalam Yuliani Nurani Sujiono (2011:138)
bahwa kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya
pengembangan kurikulum secara konkret yang berupa seperangkat
rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi yang harus dimiliki anak.
Pembelajaran pada anak usia dini adalah kegiatan pembelajaran
yang berorientasi pada anak yang disesuaikan dengan tingkat usia anak
dengan pengembangan kurikulum yang berupa seperangkat rencana
yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang
6

dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan


proses belajar.
c. Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini
Suyadi (2010:16) mengemukakan bahwa pembelajaran anak usia
dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh
pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses belajar. Materi
belajar anak usia dini dibagi menjadi 2 kelompok usia, yaitu materi usia
lahir sampai 3 tahun dan materi usia anak 3-6 tahun.
Pembelajaran anak usia dini memiliki karakteristik anak belajar
melalui bermain, anak belajar dengan cara membangun
pengetahuannya, anak belajar secara ilmiah, anak belajar paling baik
jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek
pengembangan, bermakna, manarik, dan fungsional yang dipersiapkan
oleh pendidik dengan menyiapkan materi (konten) dan proses belajar.
d. Komponen-Komponen Pembelajaran PAUD
Setiap komponen pembelajaran memiliki karakteristik atau ciri-
ciri khusus. Komponen pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Komponen Proses Pembelajaran Wina Sanjaya


(2009:59)
7

2. Kemampuan Mengenal Huruf


a. Pengertian Kemampuan
Menurut Hilgard (dalam Masnur 2005:54-55), kemampuan
merupakan keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang
menjadi kebiasaan sehingga dapat diuraikan dengan kata seperti
otomatik, cepat, dan akurat, melukiskan kebiasaan yang
berulang cepat, lancar tersusun dari pola gerakan yang dapat dikenal
serta menciptakan gagasan baru yang asli, imajinatif, dan juga
kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang
sudah dimiliki.
Sriwayuni (2005:32) mengemukakan bahwa kemampuan akan
muncul pada diri seseorang yang memiliki motivasi, rasa ingin tahu dan
imajinasi karena mereka selalu mencari dan ingin menemukan jawaban,
senang memecahkan.
Dari pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan
adalah merupakan keterampilan yang muncul pada diri seseorang untuk
menghasilkan produk atau gagasan serta memiliki imajinasi yang ingin
menemukan jawaban apa saja yang pada dasarnya baru dan belum
dikenal pembuatannya.
b. Hakikat Mengenal Huruf
1) Pengertian Mengenal Huruf
Menurut Carol Seefelt dan Barbara A.Wasik (2008: 330-331),
bahwa pengertian kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan
melakukan sesuatu dengan mengenali tanda-tanda/ciri-ciri dari tanda
aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang
melambangkan bunyi bahasa. Pendapat Ehri dan Mc. Cormack belajar
huruf adalah komponen hakiki dari perkembangan baca tulis.Anak
bisa membaca beberapa kata dan mengenal huruf cetak
dilingkungan/environmental print sebelum mereka mengetahui abjad.
Anak menyebut huruf pada daftar abjad, dalam belajar membaca tidak
8

memiliki kesulitan dari pada anak yang tidak mengenal huruf (Carol
Seefelt dan Barbara A.Wasik, 2008: 331).
Burnett menyatakan bahwa mengenal huruf merupakan hal
penting bagi anak usia dini yang didengar dari lingkungannya baik
huruf latin, huruf Arab dan lainnya. Berbagai huruf yang dikenal anak
menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah berbagai
jenis huruf. Melatih anak untuk mengenal huruf dan mengucapkannya
mesti harus diulang-ulang.( Harun Rasyid dkk, 2009: 241).
2) Pentingnya Mengenal Huruf
Menurut Carol Seefelt dan Barbara A.Wasik (2006: 329),
membaca merupakan keterampilan berbahasa yang merupakan suatu
proses bersifat fisik dan psikologis.Keterampilan yang dikembangkan
adalah konsep tentang huruf cetak. Anak-anak berkesempatan
berinteraksi dengan huruf cetak. Belajar mengenal huruf untuk
mencapai kemampuan membaca awal bagi anak-anak. Proses
pengenalan huruf sejalan dengan proses keterampilan berbahasa
secara fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan
mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, anak
mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta
kombinasinya. Melalui proses recoding, anak mengasosiasikan
gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-
bunyinya. Proses rangkaian tulisan yang dikenal menjadi rangkaian
bunyi bahasa dalam kombinasi huruf menjadi kata yang bermakna.
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti “tengah”,
“perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.Menurut Association of Education and Communication
Technology (AECT, 1977) media merupakan segala bentuk dan saluran
9

yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi (Ashar


Arsyad, 2002: 3).
Jadi, media pembelajaran adalah media yang digunakan pada
proses pembelajaran sebagai penyalur pesan antara guru dan siswa agar
tujuan pengajaran tercapai. Media pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan
memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus
merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain
memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan
mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga
mendorong siswa untuk melakukan praktik dengan benar.
b. Manfaat dan Fungsi Media
1) Manfaat media
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada
beberapa manfaat media yang lebih rinci. Badru Zaman dkk (2008:
4.11) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam
pembelajaran yaitu:
a) Anak dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
b) Keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-
masing anak.
c) Membangkitkan motivasi belajar anak.
d) Menyajikan informasi secara konsisten sesuai kebutuhan.
e) Menyajikan pesan /informasi belajar secara serempak.
f) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
g) Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak.
2) Fungsi media :
Menurut Agus Suryabrata (1997: 17) media memiliki
kemampuan sebagai berikut:
a) Konsep yang abstrak menjadi konkrit.
10

b) Konsep berbahaya menjadi tidak berbahaya.


c) Menampilkan objek yang besar menjadi kecil.
d) Mengamati gerakan yang sangat cepat
e) Untuk membangkitkan motivasi.
f) Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minatnya.
c. Tujuan Penggunaan Media
Secara umum media mempunyai kegunaan seperti: 1) memperjelas
penyajian pesanagar tidak terlalu verbalistis, 2) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera, 3) penggunaan media secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak, 4) sifat unik anak dan
lingkungan berbeda penggunaan media untuk memberi perangsang yang
sama, mempersamakan pengalaman, meninbulkan persepsi sama (Arif S
Sadiman dkk, 2006: 12-18).
4. Media Kartu Kata
a. Pengertian media kartu kata
Kartu kata merupakan salah satu bentuk alat permainan edukatif
(APE), yang menggunakan media kartu. Menurut Suharso dan Ana
Retnoningsih (2009: 226), Kartu adalah kertas tebal yang berbentuk
persegi panjang, untuk keperluan seperti: tanda anggota, karcis dan lain-
lain. Media kartu adalah adalah kartu kecil yang berisi gambar, konsep,
soal, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada
sesuatu yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Kartu
tersebut biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan dengan
besar kecilnya yang dihadapi (Azhar Arsyad, 2006: 119)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media kartu kata berupa
kartu kecil yang berisi gambar, tanda simbol yang mengingatkan dan
menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan materi yang
dipelajari. Materi/tema yang dipelajari dalam penelitian ini disesuaikan
dengan tema pembelajaran. Media kartu kata ini terbuat dari kertas
berukuran 12 cm x 12 cm, yang masing-masing kartu yang berisi kata
11

dan gambar yang ditulis dengan huruf yang mencolok dengan warna
yang menarik.
Contoh kata “leci” akan ditulis pada kartu dengan tulisan: ”leci”,
dan dilengkapi dengan gambar manggis. Pemberian gambar pada kartu
ini sangat penting, karena pada taraf usia ini,anak mulai belajar bahasa
simbolis, sehingga belajar kata “leci” harus diberikan makna agar anak
mulai mengenal kata “leci”. Makna ini diberikan dengan memberikan
label pada huruf dimaksud, dengan gambar dan tulisan yang menarik dan
mudah dikenal oleh anak. Adapun bentuk kartu kata yang dibuat seperti
contoh berikut:

Gambar 2.2 Contoh Kartu Kata

Pemberian label dapat dilakukan dengan gambar binatang, buah-


buahan, dan benda-benda sederhana lainnya yang dikenal oleh anak.
Permainan kartu kata pada prinsipnya termasuk dalam kategori mastery
play, yaitu bermain untuk menguasai keterampilan tertentu, (Andang
Ismail , 2006: 43). Keterampilan yang dimaksud disini adalah
keterampilan membaca awal untuk mengenal huruf sejak dini.
b. Jenis Kartu Kata
Jenis-jenis kartu kata berdasarkan ukuran menurut Maimunah
hasan (2009: 327) adalah:
1) Kartu dengan ukuran 5x50cm/12,5x50cm untuk 25 kartu
2) Kartu dengan ukuran 10x50cm/10x30cm untuk 100-150 kartu
3) Kartu dengan ukuran 7,5 x 7,5 cm atau
12

4) Kartu dengan ukuran 10 x 10 cm


Selain jenis kartu berdasarkan ukuran yang telah disebutkan
diatas, kartu kata menurut Helyantini Soetopo (2009: 25-26 dan
Maimunah Hasan (2009: 326-327) dibedakan menjadi :
a. Kartu bertuliskan nama benda tanpa gambar (contoh a)
b. Kartu bertuliskan nama benda dengan gambar (contoh b)

(a) (b)

Gambar 2.3 Contoh Kartu Kata Nama Benda

Penggunaan kartu kata ini beranjak pada pemahaman bahwa anak


pada usia 4-5 tahun masih berpijak pada “Belajar Melalui Bermain” atau
“Bermain Sambil Belajar” (Tadkiroatun, 2009: 98). Bermain untuk
landasan membaca permulaan anak usia 4-5 tahun dapat berupa
pembacaan cerita bergambar dengan sedikit tulisan, permainan acak
huruf, permainan tata huruf, mencari label yang sama, menebak tulisan,
membaca gambar, mencocokkan huruf, mencari huruf yang sama,
permainan silabel, mengecap huruf, mengelompokkan huruf, mengenal
huruf yang hilang, dan kegiatan lain yang memberi kesempatan anak
mengenal simbol utuh (dilengkapi dengan gambar dan warna permanen
seperti label) maupun pasial (dalam bentuk guntingan kata),
(Tadkiroatun, 2009: 112). Pilihan model permainan ini sangat tergantung
pada kreativitas guru yang mengajar. Dalam penelitian ini kartu kata
yang digunakan adalah kartu dengan ukuran 12cmx12cm.
13

c. Fungsi media kartu kata


Fungsi media kartu kata adalah untuk mengenalkan huruf pada
anak usia 4-6 tahun dengan lebih cepat. Sebab dengan bantuan alat
peraga, guru bukan saja dapat menjelaskan lebih banyak hal dalam waktu
yang lebih singkat, juga dapat mencapai hasil yang lebih cepat, (Andang
Ismail, 2006: 181). Dengan bantuan kartu kata, maka anak diharapkan
dapat mengenal kata dengan cepat dengan cara yang menyenangkan.
Menurut Rose dan Roe (1990) dalam pembelajaran membaca
permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan
memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan
sebagai media dalam permainan menemukan kata.Siswa diajak bermain
dengan menyusun huruf – huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan
teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan
menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Wendi
Kuswandi, 2011: 4)
Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (dalam
Ahmad Rofi’uddin, 2003: 44) guru dapat menggunakan strategi
permainan membaca, misalnya: cocokkan kartu, ucapkan kata itu,
temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat
dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai
media dalam permainan kontes ucapan (mengucapkan atau
melafalkan).Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk
pelafalan kalimat bahasa Indonesia.Yang dipentingkan dalam latihan ini
adalahmelatih anak menguvapkan bunyi-bunyi bahasa (vocal, konsonan,
dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya.
d. Pembelajaran dengan media kartu kata
Menurut Slamet Suyanto (2005: 144) metode pembelajaran anak
usia dini hendaknya menantang dan menyenangkan, melibatkan unsur
bermain, bergerak, bernyanyi dan belajar. Adapun metode pembelajaran
yang sering digunakan antara lain adalah lingkari kalender, presentasi
dan cerita, proyek sederhana, kerja kelompok besar dan kunjungan.
14

Menurut Moeslichatoen (2002: 19) metode pengajaran yang sesuai


dengan karakteristik anak usia TK adalah sebagai berikut : bermain,
karya wisata, bercakap-cakap, bercerita, demonstrasi, proyek, pemberian
tugas, sosiodrama.
Dari metode-metode tersebut peneliti akan menggunakan metode
bermain dalam proses pembelajaran. Peneliti akan mengadakan
penelitian untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf
menggunakan media kartu kata di TK ............... Kecamatan ................
e. Langkah pembelajaran menggunakan media kartu kata
Cara penggunaannya dilakukan dengan mengkocok kartu kata,
kemudian kartu disebar sebar dengan posisi kartu tertelungkup.Setelah
semua kartu tertutup, anak mulai membuka kartu setelah guru
memberikan instruksi huruf apa yang dicari/dibuka. Pemenang/anak
maju ke depan kelas jika telah menemukan huruf yang benar dan siswa
diminta menyebutkan huruf yang ada pada kartu kata. Kemudian siswa
diminta mencocokkan dengan kartu yang ada pada anak dengan kartu
yang ada pada guru. Permainan diulang sampai setiap anak mendapat
giliran
B. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan
antara variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoretis perlu dijelaskan
hubungan antar variabel (Sugiyono, 2009: 91). Kemampuan mengenal huruf
adalah kesanggupan anak dalam mengetahui atau mengenal dan memahami
tanda-tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan huruf abjad dalam
melambangkan bunyi bahasa. Kemampuan mengenal huruf perlu dirangsang
dengan cara yang tepat, sehingga kemampuan anak-anak dalam mengenal
huruf dapat berkembang optimal.
Pengajaran mengenal huruf melalui media bermain kartu kata akan
membuat anak lebih antusias dalam belajar. Siswa juga akan tertarik karena
kartu yang digunakan menggunakan huruf, warna, dan gambar yang menarik.
Anak akan tertarik bermain dengan kartu kata. Dengan permainan ini secara
15

tidak sadar anak akan belajar mengenal huruf dan kata sederhana tanpa disadari
kalau dia sedang belajar membaca permulaan. Dengan kata lain anak
melakukan kegiatan bermain sambil belajar atau belajar melalui bermain.
Bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar
2.2 berikut ini:

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang disajikan, maka
hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Peningkatan kemampuan mengenal huruf di Kelompok A.1 TK ...............
Kecamatan ............... Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat dicapai
melalui penggunaan media kartu huruf.
16

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di TK ...............
Kecamatan ................ Penelitian dilakukan di dalam ruang kelas Kelompok
A.1 dengan penataan setting kelas sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukan. Penelitian ini dilaksanaan pada semester genap Tahun Pelajaran
2018/2019.
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
yang direncanakan dua siklus. Setiap siklus pada penelitian tindakan terdiri
dari empat tahap, yaitu : 1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan (Acting),
3) Observasi atau pengamatan (Observing), 4) Refleksi (Reflecting).
Rancangan yang digunakan semuanya bersifat siklus (berulang sesuai dengan
jumlah siklus yang direncanakan) dalam prosedur juga tergambar peran tim
peneliti dalam setiap tahap penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.

Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas


17

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok A.1 Taman Kanak
kanak ............... Kecamatan ............... pada semester 2 tahun pelajaran
2018/2019 dengan jumlah anak 15 orang, terdiri dari …. orang anak laki-laki
dan ….. orang anak perempuan.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan pada anak TK ............... Kecamatan ...............
dikumpulkan dengan dua teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini dilakukan menggunakan instrument berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi digunakan untuk merekam proses dan hasil belajar dari
suatu aktivitas sehari-hari anak di sekolah. Berdasarkan pengamatan
langsung terhadap sikap dan perilakunya. Pengamatan ini memberikan
informasi yang sangat berharga dalam merencanakan suatu program serta
pengamatan harus menjadi aspek perencanaan integral sebagai pendidik.
Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu
oleh teman sejawat.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah terjadi
yang berupa tulisan, gambar-gambar atau video yang direkam oleh
seseorang dan digunakan sebagai data sebagai hasil pengamatan. Metode
dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto tentang proses
pelaksanaan pembelajaran dan hasil kerja siswa.
E. Validasi Data
Penelitian kualitatif PTK dikatakan akurat dan dapat dipercaya menurut
Hopkins dan Rochiati yang dikutip oleh Kunandar (2008:127), terdapat
beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas.
1. Member check
Yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data
yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber. Apakah
keterangan atau informasi yang diperoleh itu sifatnya tetap atau berubah
18

sehingga dapat dipastikan keajegan datanya dan kebenarannya dapat


diperiksa.
2. Triangulasi
Yaitu memerikasa kebenaran dari analisis dari peneliti dengan
membandingkan hasil dari mitra peneliti/ kolaboraor. Triangulasi dilakukan
berdasarkan tiga sudut pandang yakni sudut pandang guru, sebagai peneliti,
siswa dan kolaborator.
3. Audit trail
Yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur
yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan. Selain itu
peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh peneliti atau mitra
peneliti
F. Teknik Analisis Data
Adapun tata cara menghitung skor atau hasil yang diperoleh melalui
instrumen observasi (chek list) menurut Anas Sudijono (2006: 85) adalah
sebagai berikut:
f
P x100
n
Keterangan :
P = Nilai Rata-rata
f = Skor Perolehan
n = Skor Maksimal

Sedangkan untuk menentukan peningkatan kemampuan mengenal huruf


siswa secara klasikal menggunakan rumus :

b
a= x 100 %
c
Keterangan :
A = Ketuntasan
B = Jumlah Siswa Tuntas
C = Jumlah Seluruh Siswa

Dari rumus penelitian di atas dapat ditentukan persentase indikator


keberhasilan secara individu yaitu kriteria indikator keberhasilan tiap siswa.
19

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 44), bahwa keberhasilan penelitian


tindakan kelas ini ditandai dengan adanya kriteria persentase kesesuaian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria penilaian yaitu:
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Penilaian Kemampuan Mengenal
Huruf
No Rentang
Kriteria Nilai Keterangan
. Nilai
1 0-45 belum berkembang () Belum Tuntas
2 46-55 mulai berkembang () Belum Tuntas
3 56-75 berkembang sesuai harapan () Tuntas
4 76-100 berkembang sangat baik ( Tuntas

G. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diperkenalkan oleh Suharsimi
terdiri atas rangkaian 4 kegiatan yang dilakukan siklus berulang, kegiatan
utama dalam siklus yaitu : a) Perencanaan, b) Pelaksanaan, c) Observasi dan
Evaluasi, d) Refleksi. (Arikunto, 2010:45). Rancangan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan diantaranya adalah:
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini akan dilaksanakan dengan
cara-cara sebagai berikut ini, diantaranya:
1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH).
2) Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan, yaitu kartu huruf.
3) Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi untuk
mengetahui kemampuan anak dalam mengenal huruf.
b. Pelaksanaan
1) Peneliti melakukan tindakan pada Siklus 1 sebanyak 2 kali pertemuan,
yang dilakukan di dalam kelas pada saat kegiatan awal selama 30
menit. Permainan dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu tahap pra
permainan dan inti permainan. Berikut ini akan diuraikan mengenai
tahapan perlakuan permainan kartu huruf yang dilaksanakan yang
meliputi:
20

a) Guru mengkondisikan anak untuk duduk melingkar di karpet.


b) Guru memberitahukan pada anak mengenai kegiatan yang
dilakukan, yaitu mengenal huruf dengan kartu huruf.
c) Guru memperlihatkan dan menerangkan gambar-gambar yang
digunakan dalam pembelajaran.
d) Guru menjelaskan bagian dari gambar, baik huruf maupun gambar
yang tertera pada kartu huruf tesebut.
e) Guru mengenalkan 8 sampai 9 huruf pada masing-masing gambar
secara bertahap pada setiap pertemuan.
f) Guru menjelaskan dan memberi contoh langkah-langkah dalam
kegiatan pembelajaran menggunakan kartu huruf sebagai berikut
ini:
(1) Guru mengambil sebuah kartu huruf misalnya gambar bola,
kemudian diperlihatkan pada anak anak.
(2) Guru mengucapkan lafal simbol huruf yang tertera pada
gambar bola tersebut, kemudian anak-anak diberi kesempatan
untuk menirukan lafal simbol huruf tersebut.
(3) Guru menunjuk siswa untuk menyebutkan huruf-huruf yang
ada pada kartu huruf tersebut secara bergantian.
(4) Anak-anak diajak mempraktekkan kegiatan mengenal huruf
dengan menggunakan kartu huruf secara bersama sama,
dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
g) Guru memberi kesempatan pada anak untuk melakukan tebak
gambar. Langkah-langkah kegiatan permainan tebak gambar dan
huruf dengan kegiatan :
(1) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing terdiri dari
5 orang anak.
(2) Masing-masing pasangan berdiri berhadap-hadapan.
(3) Salah satu dari pasangan siswa diminta mengambil sebuah
gambar secara acak, salah seorang anak mengamati kartu huruf
yang sedang dipegang kemudian anak lain menyebutkan
21

simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut, setelah


seorang anak menyebutkan semua huruf pada kartu huruf
tersebut, kartu diberikan kepada siswa pasangannya dan siswa
tersebut menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu
huruf tersebut.
b. Pengamatan
Tahap pengamatan merupakan kegiatan peneliti
mengamati tindakan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung terhadap aktivitas anak saat
melakukan permainan kartu huruf. Pengamatan berpedoman
pada lembar instrument pengamatan, yaitu berupa panduan
lembar observasi yang memuat nama anak, indikator
ketercapaian dan skor.
c. Refleksi
Tahap yang terakhir merupakan tahap refleksi yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan kolaborator untuk
mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan, dan
kendala yang muncul.
3) Mencari solusi terhadap kendala-kendala yang mungkin
muncul agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya.
4) Menganalisis hasil kemampuan mengenal huruf anak didik
dan pengambilan keputusan, apabila hasil pengamatan belum
mencapai target maka tindakan dilanjutkan pada siklus
berikutnya sampai ada peningkatan yang telah diharapkan
dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
2. Siklus Kedua
Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
22

dengan yaitu peningkatan kemampuan mengenal huruf dengan media kartu


huruf, termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi,
serta analisis dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
Berbeda pada siklus I, pada siklus II materi yang digunakan adalah materi
lanjutan dari siklus I.
H. Kriteria Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini disesuaikan dengan Kriteria
Ketuntasan Minimum yang ditetapkan oleh sekolah dimana siswa dikatakan
tuntas/berhasil secara individual apabila siswa memperoleh nilai kemampuan
≥70 dan dikatakan tuntas/berhasil secara klasikal apabila anak yang
memperoleh nilai kemampuan ≥70 dalam persentase ketuntasan ≥85% dari
jumlah anak yang diteliti. Sehingga penelitian PTK dikatakan berhasil apabila
85% anak atau mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran baik secara
individual maupun secara klasikal.
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal kemampuan mengenal huruf yang
telah dilaksanakan, diperoleh hasil yang menujukan bahwa kemampuan
anak-anak dalam mengenal huruf belum berkembang baik, karena
persentase yang dicapai baru 20% atau 3 siswa dari 15 siswa. Tabel berikut
adalah hasil observasi awal terhadap kemampuan mengenal huruf anak
didik kelompok A.1 TK ............... pada kondisi awal.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Kemampuan Mengenal Huruf pada Kondisi
Awal

Jumla
No Aspek Persentase Ket
h
1 BB (*) 10 66,67 Belum Tuntas
2 MB (**) 2 13,33 Belum Tuntas
3 BSH (***) 3 20,00 Tuntas
4 BSB (****) 0 0,00 Tuntas
  Jumlah 15 100  

Berdasarkan data hasil observasi, maka peneliti dan kolaborator perlu


melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
huruf. Upaya yang ditempuh dengan melakukan penelitian tindakan kelas
melalui media kartu kata. Hasil observasi kemampuan mengenal huruf pada
kondisi awal dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut ini:
80
66,67
70
60
50
40
30 20
20 13,33
10
10 2 3 0 0
0
Jumlah Persentase

BB (*) MB (**) BSH (***) BSB (****)


24

Gambar 4.1 Grafik Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf pada


Kondisi Awal
2. Siklus I
Hasil tindakan pada Siklus I yang dilaksanakan 2 kali pertemuan,
diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Mengenal Huruf pada Siklus
Pertama
Jumla
No Aspek Persentase Ket
h
1 BB (*) 1 6,67 Belum Tuntas
2 MB (**) 5 33,33 Belum Tuntas
3 BSH (***) 8 53,33 Tuntas
4 BSB (****) 1 6,67 Tuntas
  Jumlah 15 100  
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, hasil persentase
pencapaian kemampuan mengenal huruf pada Siklus I menunjukkan
peningkatan pada setiap pertemuannnya. Hasil pencapaian persentase
pencapaian pada Siklus I yaitu diambil dari pencapaian tertinggi sebesar
60% dengan penjelasan 8 siswa atau 53,33% dalam kriteria BSH dan 1
siswa atau 6,67% dalam kriteria BSB, dan 5 siswa atau 33,33% dalam
kriteria MB serta masih terdapat 1 siswa atau 6,67% dalam kriteria BB
Peningkatan hasil kemampuan mengenal huruf pada Siklus I dapat dilihat
dalam grafik sebagai berikut ini:
60 53,33
50
40 33,33
30
20
8 6,67 6,67
10 5
1 1
0
Jumlah Persentase

BB (*) MB (**) BSH (***) BSB (****)

Gambar 4.2 Grafik Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf


pada Siklus I

3. Siklus II
25

Hasil tindakan pada Siklus I yang dilaksanakan 2 kali pertemuan,


diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut
ini:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Kemampuan Mengenal Huruf pada Siklus
Kedua

Jumla
No Aspek Persentase Ket
h
1 BB (*) 0 0,00 Belum Tuntas
2 MB (**) 1 6,67 Belum Tuntas
3 BSH (***) 3 20,00 Tuntas
4 BSB (****) 11 73,33 Tuntas
  Jumlah 15 100  

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, hasil persentase


pencapaian kemampuan mengenal huruf pada Siklus II menunjukkan
peningkatan pada setiap pertemuannnya. Hasil persentase pencapaian
jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada Siklus II sudah mencapai hasil
yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan. Hasil pencapaian
persentase pencapaian pada Siklus II yaitu diambil dari pencapaian
tertinggi sebesar 93,33% dengan penjelasan 3 siswa atau 20% dalam
kriteria BSH dan 11 siswa atau 73,33% dalam kriteria BSB. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa siswa tuntas telah mencapai batasan kriteria
keberhasilan yaitu minimal 85% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas.
Peningkatan hasil kemampuan mengenal huruf pada Siklus I dapat
dilihat dalam Kartu sebagai berikut ini:
80 73,33
70
60
50
40
30 20
20 11
6,67
10 0 1 3 0
0
Jumlah Persentase

BB (*) MB (**) BSH (***) BSB (****)


26

Gambar 4.3 Grafik Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf


pada Siklus II

B. Hasil Penelitian
Kenaikan persentase pencapaian setiap siklus pada semua indikator
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Mengenal Huruf pada Kondisi
Awal, Siklus Pertama dan Siklus Kedua

Kriteria Nilai
No Siklus BS
% BSH % MB % BB %
B
20,0 13,3 10
1 Awal 0 0,00 3 2 66,67
0 3
53,3 33,3 1
2 Pertama 1 6,67 8 5 6,67
3 3
20,0 0
3 Kedua 11 73,33 3 1 6,67 0,00
0

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal hanya
terdapat 3 siswa atau 20% yang dinyatakan tuntas dengan penjelasan siswa
belum tuntas 2 siswa atau 13,33% dalam kriteria MB dan 10 siswa atau
66,67% dalam kriteria BB, pada siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa
atau 60% dengan penjelasan 1 siswa atau 6,67% dalam kriteria BSB dan 8
siswa atau 53,33% dalam kriteria BSH, dan 5 siswa atau 33,33% dalam kriteria
MB dan 1 siswa atau 6,67% dalam kriteria BB dan pada siklus kedua menjadi
14 anak didik atau 93,33% dengan penjelasan 11 siswa alam kriteria BSB dan
3 anak atau 20% dalam kriteria BSH serta 1 anak atau 6,67% belum tuntas
dalam kriteria MB.
Dalam bentuk diagram batang pencapaian kemampuan mengenal huruf
pada pra siklus, Siklus I, Siklus II sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
80 73,33
70
70
60 55 53,33
50
40
30 20 20 20 20
20 14
11 11
4 5 6,67 8 4
10 0 0 0 0 3 1 1 3
0
Awal Pertama Kedua

BSB % BSH % MB % BB %
27

Gambar 4.4 Grafik Pencapaian Kemampuan Mengenal Huruf pada Pra


Siklus, Siklus I, Siklus II
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Tadkiroatun Musfiroh (2009: 10) mengungkapkan stimulasi pengenalan
huruf adalah merangsang anak untuk mengenali, memahami dan menggunakan
simbol tertulis untuk berkomunikasi. Pemberian stimulasi guna meningkatkan
kemampuan mengenal huruf, perlu diberikan pada anak dengan cara yang
tepat. Pemberian stimulasi yang tepat dapat membantu meningkatkan
mengenal huruf dengan mudah dan dapat memberi rasa senang pada anak-
anak. Stimulasi yang dierikan pada anak-anak adalah melalui permainan.
Permainan digunakan untuk mengenalkan huruf, dikarenakan melalui
permainan anak-anak akan lebih senang saat belajar mengenal huruf. Conny R.
Semiawan (2008: 20) mengungkapkan permainan adalah alat bagi anak untuk
menjelajahi dunianya, dari yang tidak anak kenal sampai pada yang anak
ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
Permainan dalam penelitian ini adalah media kartu kata. Media kartu kata
diterapkan pada tindakan Siklus I dan II, agar kemampuan anak-anak dalam
mengenal huruf dapat meningkat dengan baik, mudah dan menyenangkan.
Kemampuan mengenal huruf dapat menjadi bekal persiapan bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan bahasanya, seperti kemampuan membaca. Bond
dan Dykstra (Slamet Suyanto, 2005: 165) mengungkapkan anak yang dapat
mengenal huruf dengan baik cenderung memiliki kemampuan membaca
dengan lebih baik.
Hasil penelitian pada Siklus I, dapat diketahui kemampuan mengenal
huruf meningkat secara bertahap. Peningkatan yang dicapai pada Siklus I
belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemampuan
anak dalam mengenal huruf baru mencapai 60% atau 9 siswa dari 15 siswa.
Hasil persentase pencapaian yang diperolah pada Siklus I belum dapat
28

mencapai persentase sebesar 85%, sehingga penelitian dilanjutkan pada Siklus


II.
Peningkatan yang dicapai pada Siklus II mampu mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil persentase pencapaian yang diperoleh
pada Siklus II berhasil mencapai kriteria baik dengan peningkatan mencapai
93,33%. Berdasarkan peningkatan pencapaian kemampuan anak-anak dalam
mengenal huruf, anak-anak berhasil mencapai 93,33% pada Siklus II. Kondisi
anak-anak saat belajar mengenal huruf melalui media kartu kata terlihat senang
saat bermain. Situasi tersebut sangat mendukung dalam proses belajar anak-
anak, sehingga anak-anak dapat dengan mudah mengenal huruf-huruf dan
mampu mencapai kriteria baik. Kemampuan anak dalam mengenal huruf pada
Siklus II menunjukkan sudah 93,33% anak-anak dalam 1 kelas memiliki
kemampuan mengenal huruf dengan baik, dan 6,67% anak-anak lainnya belum
dapat mencapai kriteria baik. Hal tersebut dikarenakan motivasi belajar dan
kemandirian yang kurang tertanam dengan baik pada diri anak tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengenal huruf
dapat ditingkatkan menggunakan media kartu kata. Kartu kata dalam
penelitianini sebagai alat peraga yang sangat membantu guru. Hal ini sejalan
dengan pendapat Andang Ismail bahwa dengan bantuan alat peraga, guru
bukan saja dapat menjelaskan lebih banyak hal dalam waktu yang lebih
singkat, juga dapat mencapai hasil yang lebih cepat, (Andang Ismail, 2006:
181). Dengan bantuan kartu kata, maka anak diharapkan dapat mengenal kata
dengan cepat dengan cara yang menyenangkan. Lebih lanjut Rose dan Roe
menjelaskan dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat
menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu. Kartu tersebut
digunakan sebagai media dalam permainan. Selain itu, Mackey (dalam Ahmad
Rofi’uddin, 2003: 44) berpendapat bahwa dalam pembelajaran membaca teknis
guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya: cocokkan
kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu,
baca dan berbuat dan sebagainya.
29

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, peneliti


menyimpulkan bahwa kemampuan mengenal huruf dapat ditingkatkan melalui
media kartu kata. Melalui media kartu kata, anak dapat mengenal berbagai
bentuk dan bunyi huruf atau kata. Selain itu, kartu kata akan lebih efektif jika
dibandingkan dengan pengenalan huruf yang dilakukan guru dengan menulis di
papan tulis.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisi data hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana
diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Penggunaan media kartu kata dapat meningkatkan proses pembelajaran
kemampuan mengenal huruf siswa kelompok A,1 TK ................ Hal ini
dapat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan anak-anak dalam
mengenal huruf. Stimulasi yang diberikan pada anak-anak untuk
meningkatkan kemampuan mengenal huruf yaitu melalui permainan kartu
huruf. Langkah-langkah kegiatan permainan kartu huruf dalam penelitian ini
adalah 1) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet, 2) Guru
menyiapkan 8 sampai 13 kartu huruf pada setiap pertemuannya, 3) Anak
mengambil sebuah kartu huruf, anak mengamati kartu huruf yang sedang
dipegang kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu
huruf, 4) Anak membalik kartu huruf, anak mengamati gambarnya
kemudian anak menyebutkan gambar yang tertera pada kartu huruf dan
menyebutkan pula huruf depannya.
2. Peningkatan kemampuan mengelompokkan bentukgeometripada anak
Kelompok A.1 di TK ...............Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019
denganmenerapkan pembelajaran sentra balok dapat dijelaskan bahwa
kondisi awal hanya terdapat 3 siswa atau 20% yang dinyatakan tuntas
dengan penjelasan siswa belum tuntas 2 siswa atau 13,33% dalam kriteria
MB dan 10 siswa atau 66,67% dalam kriteria BB, pada siklus pertama
meningkat menjadi 9 siswa atau 60% dengan penjelasan 1 siswa atau 6,67%
30

dalam kriteria BSB dan 8 siswa atau 53,33% dalam kriteria BSH, dan 5
siswa atau 33,33% dalam kriteria MB dan 1 siswa atau 6,67% dalam kriteria
BB dan pada siklus kedua menjadi 14 anak didik atau 93,33% dengan
penjelasan 11 siswa alam kriteria BSB dan 3 anak atau 20% dalam kriteria
BSH serta 1 anak atau 6,67% belum tuntas dalam kriteria MB.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa siswa TK ............... telah
mencapai kemampuan mengenal huruf dengan baik seperti yang diharapkan.
Pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata terbukti dapat
meningkatkan kemampuan mengenal huruf sehingga pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dinyatakan berhasil dan selesai pada siklus kedua.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti
memberikan saran berikut ini :
1. Bagi Orangtua
Disarankan bagi orangtua agar sering menggunakan media kartu kata
dan media lainnya dalam mengenalkan huruf sejak dini agar anak dapat
bereksplorasi, menambah pengalaman, dan wawasan baru untuk
meningkatkan kemampuan mengenal huruf .
2. Bagi Guru di Taman Kanak-kanak
Guru dapat memberikan program pengembangan kemampuan
mengenal huruf dengan menggunakan media kartu kata. Gambar dan huruf
yang digunakan ukuranya perlu diperbesar dan penggunaan gambar perlu
dibuat lebih jelas.
3. Bagi Kepala Sekolah
Sekolah perlu menambah berbagai sumber kegiatan yang menarik
untuk anak dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan misalnya dengan
menyediakan buku buku kumpulan permainan anak, sehingga metode
pembelajaran yang ada dapat lebih bervariatif.
31

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suryabrata. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Ahmad Rofi’uddin. (2003). Faktor Kreativitas Dalam Kemampuan Membaca dan
menulis siswa kelas 5 Sekolah Dasar Islam Sabilillah. Malang: Lemlit
Universitas Negeri Malang.
Anas Sudijono. 20006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Anas Sugiyono. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Andang Ismail. 2006. Education Games, Menjadi cerdas dan ceria dengan. Permainan
Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Arief S. Sadiman dkk 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi. Revisi. Jakarta :
Rineka Cipta
Ayriza, Y. 1995. Perbandingan Efektivitas Tiga Metode Membaca Permulaan
dalam Meningkatkan Kesadaran Fonologi Anak Pra Sekolah. Tesis.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Madda
AzharArsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.
Badru Zaman dkk. 2008. Media dan Sumber belajar TK. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Diana Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Enny Zubaidah. (2003). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
32

Gagne, R. M.(1970). The Conditins of Learning. (2nd ed).New York:


Holt,Rinehart
and Winston
Harun Rasyid dkk. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini .Yogyakarta:
Multi Pressindo.
Helyantini Soetopo. (2009). Pintar Memakai Alat Bantu Ajar. Jakarta: Esensi
Erlangga Group.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Maimunah Hasan. (2009). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).Yogyakarta: Diva
Press.
Mansur. 2005. ”Pengertian Anak Usia Dini”.Bandung: Universitas Terbuka.
Moeslichatoen. (2002). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak
(Pengembangan kognitif, Bahasa, Kreativitas, Motorik, dan
Emosional). Malang: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinngi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 1990. Media pengajaran.Bandung: CV.Sinar
Baru.
Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Depdiknas.
Rose and Roe, 1990. Membaca Permulaan dan Permainan Bahasa. Yogyakarta:
Diva
Press.
Sadiman, Arif et al. 1993. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenoda
Media
Seefeldt, C. & Wasik, B. A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Penerjemah: Pius
Nasar. Jakarta: PT Indeks.
Semiawan, Conny R. Prof.Dr.2008.Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan. Sekolah
Dasar.Jakarta:PT Index
Slamet Suyanto. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sriwayuni. 2005. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Bermain
Tebak Huruf Menggunakan Media Gamabar Binatang. Bengkulu:
UNIB
Sudjana dan Rivai 2008, Metode Statistika, Bandung: Penerbit Tarsito.
33

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Suharso dan Ana Retnoningsih. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Lux. Semarang: Widya Karya.
Suyadi. 2010. Psikologi belajar PAUD. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tadkiroatun Musfiroh. 2009. Menumbuh Kembangkan Baca Tulis Anak Usia
Dini. Jakarta: Grasindo.
Wendi Kuswandi. (2011). Upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan anak melalui penggunaan media kartu huruf bergambar
penelitian tindakan kelas dikelompok A Raffathuridhlo Cihiddeung
Kota Tasikmalaya.
Wiyani, Novan Ardy & Barnawi, 2012, Format PAUD Konsep, Karakteristik &
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yuliani Nurani Sujiono. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai