Anda di halaman 1dari 19

(MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

DENGAN MEDIA PARUF (PAPAN HURUF ) MULTISENSORI DI SLB-


BC KEPANJEN )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangatlah penting untuk bangsa negara, termasuk dengan anak-


anak berkebutuhan khusus. Mereka juga memerlukan suatu pendidikan yang
layak bagi mereka. Hal ini dijelaskan dalam UU Republik Indonesia No. 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak BAB III pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat(1), khusus bagi
anak yang berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,
sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan
pendidikan khusus”.

Tunagrahita marupakan anak yang secara signifikan memiliki intelegensi


dibawah rata-rata IQ < 70, dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi
perilaku muncul dalam masa perkembangan (Caecilia Srihatami, 2009).
Bratananta dalam Efendi (2009:88) mengemukakan bahwa seseorang yang
digolongkan tunagrahita apabila memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata,
sehingga untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya memerlukan bantuan
atau layanan secara khusus dan tepat, termasuk pada progam pendidikannya.

Menurut Efendi (2008:90) anak tunagrahita mampu didik adalah anak yang
tidak bisa mengikuti sekolah biasa, tetatpi anak tunagarhita masih memiliki
potensi yang dapat di kembangkan meskipun belum maksimal. Kemampuan bisa
dikembangkan antara lain : (1) Menulis, membaca, mengeja dan berhitung; (2)
dapat menyesuikan diri; (3) bisa mempunyai keterampilan yang sederhana.

Berdasarkan pendapat menurut para ahli tentang anak tunagrahita yang


memiliki kecerdasan dibawah rata-rata IQ < 70 dan anak sulit dalam adaptasi
perilaku untuk mencapai tugas perkembangan. Rendahnya kemampuan kognitif
anak tunagrahita dapat berpengaruh dalam proses pembelajaran pada pendidikan
anak tunagrahita khusunya dalam keterampilan membaca.

Dalam proses pembelajan pendidik kebanyakan hanya menggunkan


metode ceramah dan menggunkan media papan tulis untuk menunjang proses
pembelajaran.Seharusnya pendidik lebih kreatif dalam penyampain materi dan
menggunakan media yang menarik, selain kreatif menggunkan media pendidik
juga memberi motivasi anak tunagrahita dalam belajar agar lebih semangat
khususnya dalam membaca. Membaca adalah salah satu bagian dari pendidikan,
membaca dalam kehidupan sehari-hari mempunyai makna yang penting.
Membaca bukan sekedar memandangi suatu tulisan saja, tetapi merupakan
kegiatan yang kompleks. Anak harus dapat memahami, menerima, menolak,
membandingkan, meyakini, dan memaknai dari bacaan.
Harris dan Sipay (dalam Zubaidah 2013: 5) mengartikan membaca sebagai
sebuah pemahaman yang bermakna terhadap suatu simbol-simbol verbal yang
berupa tulisan. Membaca pada hakikatnya merupakan sebuah interaksi antara
persepsi terhadap simbol grafis yang terwujud dalam bahasa dengan kemampuan
bahasa dan pengetahuan tentang dunia pembaca. Menurut Hidayati (2011:8)
membaca dibagi menjadi beberapa golongan yaitu membaca permulaan
(beginning reading ), membaca lanjut ( intermediate reading ) , membaca mahir
(advanced reading ), membaca bersuara ( oral reading ), membaca diam ( silent
reading).
Menurut Santosa (2007:3,19) menyatakan bahwa, pembelajaran membaca
di sekolah dasar terdiri atas dua bagian yakni membaca permulaan yang
dilaksanakan dikelas I dan II. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan siswa
mampu mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca dalam
berbagai konteks. Sedangkan membaca lanjut dilaksanakan di kelas tinggi atau di
kelas III, IV, V dan VI.
Membaca pada tahap awal atau biasa disebut dengan membaca permulaan,
sangat penting untuk diajarkan. Adapun tujuannya adalah agar anak dapat
membaca pada tahap berikutnya. “Tujuan kebahasaan terdiri atas dua tujuan
khusus, yaitu: (1) siswa dapat mengucapkan bahasa Indonesia denga lafal yang
wajar, dan (2) siswa mampu melafalkan kalimat bahasa Indonesia dengan intonasi
yang wajar dan sesuai dengan konteks dan keadaan” (Depdikbud, dalam zubaidah
2013: 18).
Dari beberapa pendapat ahli tentang membaca permulaan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran membaca permulaan dapat dilaksanakan di
jenjang sekolah dasar kelas I, II. Membaca permulaan (beginning reading ) dapat
disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik, maka
pengajaran membaca permulaan dapat diterapkan pada pembelajaran membaca
pada anak tunagrahita.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, terdapat lima siswa anak
tunagrahita di kelas III yang memiliki kemampuan membaca berbeda-beda. anak
pertama, terdapat dua anak tunagrahita yang memiliki kemampuan membaca kata
dua suku kata saja, akan tetapi anak dalam membaca kalimat sederhana belum
bisa membaca dengan lancar. Anak ke tiga terdapat dua anak yang hanya bisa
mengenal huruf sebagain saja, dan anak sama sekali tidak bisa membaca. Anak
kelima , terdapat satu anak yang sama sekali belum mengenal huruf .
Berdasarkan pernyataan tersebut, terdapat seorang anak yang
menunjukkan kesulitan pada kemampuan membaca permulaan. Kemampuan
anak dalam membaca permulaan sangat rendah yaitu pada kemampuan
mengenal huruf, jadi anak dalam membaca kata sederhana mengalami kesulitan,
sehingga anak tersebut dipilih untuk dibantu masalahnya dalam membaca
permulaan. Kesulitan membaca permulaan yang dialami oleh anak tersebut
karena kurangnya motivasi secara internal (diri anak) serta daya ingat anak dan
media yang kurang variatif yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak.

Keberhasilan pembelajaran pada anak tidak akan lepas dari kompetensi

pembimbing serta metode yang baik, akan tetapi ditunjang pula dengan media

yang tepat dan menarik sehingga dapat menambah perhatian anak dan tidak

merasa bosan saat pembelajaran dilaksanakan. Faktanya di lapangan masih

kurangnya penggunaan media pada saat proses pembelajaran khususnya dalam


pembelajaran membaca permulaan. Berdasarkan masalah yang tampak, maka

perlu adanya penggunaan media pembelajaran.

Media dalam proses pembelajaran sangat diperlukan, sesuai dengan

penjelasan Kustiawan (2013) media pembelajaran merupakan unsur yang paling

berpengaruh dan menentkan metode dalam pembelajaran . Apriyanto (2012:95) “

media pembelajaran merupakan alat atau wahana yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran sehingga diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik dari segi

kualitas dan kuantitasnya”. Pengguanaan media untuk proses pembelajaran anak

tunagrahita dalam membaca permulaan dibutuhkan media yang multisensori,

kerena keadaan anak tunagarahita mengalami beberapa kelemahan pada motorik,

sensorik, dan kognitif. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak tunagrahita.

Apabila media tersebut memiliki tampilan yang menarik, maka penggunaannya

melalui permainan dapat menyenangkan anak. Anak dapat lebih aktif dan senang

saat mengikuti pelajaran di kelas.

Metode multisensori menggunakan beberapa alat indera untuk


memperkuat proses belajar, sebagaimana digambarkan dalam singkatan VAT
(visual, auditori, dan taktil atau peraba).
Media untuk menunjang proses pembelajaran bagi peserta didik di SLB

BC Kepanjen sudah terdapat beberapa media seperti buku siswa dan papan tulis,

namun media yang ada di sekolah belum mengkhususkan satu media untuk

membaca permulaan. Peneliti akan mengajukan media kartu huruf multisensori

untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan melibatkan indra-

indra.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan membaca siswa tunagrahita sebelum diberikan


media media kartu kata timbul papan magnet pada kelas II di SDLB BC
Kepanjen ?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan media kartu kata timbul papan magnet
pada siswa tunagrahita kelas II di SDLB BC Kepanjen ?
3. Apakah terdapat pengaruh media kartu kata timbul papan magnet
terhadap kemampuan membaca siswa tunagrahita kelas II di SDLB BC
Kepanjen?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita


sebelum diberikan media kartu kata timbul papan magnet pada siswa
tunagrahita kelas II di SDLB BC Kepanjen
2. Untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan media kartu kata timbul
papan magnet pada siswa tunagrahita kelas II di SDLB BC Kepanjen
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara media kartu kata timbul
papan magnet dan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita
kelas II di SDLB BC Kepanjen

D. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada pengaruh media kartu kata timbul papan magnet


terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita
ringan kelas kelas II di SDLB BC Kepanjen

HI : Ada pengaruh media kartu kata timbul papan magnet


terhadap kemampuan membaca permulaan kelas II di SDLB BC
Kepanjen
E. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara


teoritis maupun praktis. Terutama untuk anak berkebutuhan khusus

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah pemikiran dan


sumbangan ilmu pendidikan luar biasa melalui media kartu kata timbul papan
magnet, khususnya dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan
anak tunagrahita.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah referensi untuk para pendidik dalam memberikan pengajaran
kepada anak tunagrahita dalam mengembangkan kemampuan membaca
permulaan .
b. Menambah media pembelajaran yang baru untuk anak tunagrahita pada
tahap membaca permulaan khususnya.
c. Memberi wawasan baru kepada penulis dan semua yang ikut berpartisipasi
dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita dalam meningkatkan
kemampuan membaca.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pengaruh media kartu kata timbul papan magnet
terhadap membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan di SLB-BC Kepanjen
adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini


variabel bebas yaitu media kartu kata timbul papan magnet.

2. Variabel Terikat (Y)


Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini
variabel terikat adalah kemampuan membaca permulaan.

Adapun ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 1.1: Ruang Lingkup Penelitian


konsep Variabel Indikator Instrumen
Penggunaan media kartu Menempelkan gambar - Penilian proses
kata timbul yang sudah disediakan
media kartu
papan magnet Menempelkan huruf yang
kata timbul (variabel sesaui dengan gambar
bebas) yang ditempelkan
papan
magnet, Menempelkan huruf
untuk menjadi kalimat
meningkatka
n
kemampuan
membaca
Kemampuan Membaca huruf yang - Tes lisan
permulaan Membaca terdpat di gambar papan
permulaan magnet
(variabel Membaca kata yang
terikat) terdpat di gambar papan
magnet

G. Definisi Operasional
1. Anak Tunagrahita
Tunagraita dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan di
kelas II SDLB yaitu anak yang mengalami masalah dalam akademik,
khususnya dalam mengenal huruf dan membaca permulaan.
2. Kartu kata timbul papan magnet
Media kartu kata timbul yang untuk pembelajaran anak tunagrahita,
yang terbuat dari bahan logam atau seng yang berbentuk persegi
yang bagian kartu terdapat magnet kecil-kecil untuk untuk
menempelkan gambar, huruf di papan magnet.

3. Kemampuan Membaca

Belajar membaca tahap awal dimulai dari mengenal huruf, suku

kata,kata, dan kalimat sederhana, melihat subjek pada penelitian ini,

yang memiliki kesulitan dalam mengenal huruf, maka penulis

membatasi penelitian sampai pada tahap suku kata. Adapun kata

yang dibaca adalah kata benda disekitar.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita atau disebut terbelakang mental adalah individu dengan fungi

intelektual yang lamban yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes integensi buku,

selain itu tunagrahita juga memiliki kekurangan dalam perilaku adaptif dan terjadi

pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun

(Wijaya,2013).

Menurut The American Associantion on Mental Deficiency (AAMD),


seseorang dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasan secara umum di bawah
rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuian sosial dalam setiap fase
perkembanagannya (Hallahan dan Kauffman,1986)

Brantanata dalam Efendi(2006) menyatakan “seseorang dikategorikan


berkelainan mental subnormal atau tunagrahita , jika ia memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk
meneliti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secera
spesifik, termasuk dalam program pendidikannya”.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa anak tunagrahita memiliki
intelegensi di bawah IQ 70, sehingga dalam perkembangannya memerlukan
layanan yang khusus.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita
Menurut Mumpuniarti (2000:81-87), membagi ciri-ciri atau krakteristik anak
tunagrahita ringan sebagai berikut :
a) Karakteristik kognitif anak tunagrahita ringan mempunyai IQ
berkisar 50-70. Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk
hal-hal yang abstrak, maka lebih banyak belajar dengan membeo
(rote learning) bukan dengan pengertian. Kemampuan berpkir
rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah. Masih mampu
untuk menulis, membaca, menghitung. Mengalami kesulitan dalam
onsentrasi, sukar untuk diajak fokus. Umur kecerdasannya apabila
sudah dewasa sama dengan anak nomal yang berusia 12 tahun.
b) Karakteristik fisik anak tunagarhita ringan nampak seperti anak
normal, hanya sedikit mengalami kelambatan dalam kemampuan
sensomotorik.
c) Karakteristik sosial/ perilaku anak tunagrahita ringan mampu
bergaul, menyesuikan di lingkungan yang tidak terbatas pada
kelurga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat
mampu melakukan pekerjaan yang sudah dan melakukannya secara
penuh sebagai orang dewasa.
d) Karakteristik emosi anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak
dan logis, kurang memiliki kemampuan analisis, asosiasi lemah,
fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah
dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu
menilai baik buruk. Tidak mampu mendeteksi kesalahan pada
dirinya, sehingga acuh tak acuh.
e) Karakteritik motorik anak tunagarhita ringan mengalami
kelambatan dalam kemampuan sensorikmotorik, dalam berbiacara
banyak yang lancar, tetapi pebendaharaan kata masih minim.
Karakteritik Anak Tunagrahita Ringan (Mampu Didik) Moh. Amin (2005:
3) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut:
a) Lancar dalam berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-
b) katanya.
c) Sulit berpikir abstrak.
d) Pada usia 16 tahun anak mencapai kecerdasan setara dengan nak
normal 12 tahun.
e) Masih dapat mengikuti pekerjaan baik di sekolah maupun di
sekolah umum.
Dari pernyataan beberapa ahli dapat disimpulkan tunagrahita ringan
memiliki krakterisktik dalam kognitif anak masih bisa menulis, membaca, dan
menghitung tetapi anak tungahita dalam daya berfikir masih rendah, daya
ingatannya masih rendah dan sulit berfikir absrak. Karakteriktik dalam fisik anak
mengalami keterlambatan dalam sensomotorik, karakteristik dalam sosial/
perilaku anak dalam kehidupan sosial dalam bergau l tidak mengalami hambatan.
Karakteriktik emosi mengalami kesukaran dalam berfikir absrak.
B. Membaca Permulaan
a. Pengertian Membaca
Menurut Soedarso (1983:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan
aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,
mencakup penggunaan pengertian, khyalan, pengamatan dan ingatan.
Menurut Harris dan Sipay (1980: 8) mengartikan membaca sebagai sebuah
pemahaman yang bermakna terhadap suatu simbol-simbol verbal yang berupa
tulisan. Membaca pada hakikatnya merupakan sebuah interaksi antara persepsi
terhadap simbol grafis yang terwujud dalam bahasa dengan kemampuan bahasa
dan pengetahuan tentang dunia pembaca. Sebuah penelitian juga menunjukkan
bahwa guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pengajaran
membaca (Olsosn dan Dillner. 1982).
Menurut Aleka dan H. achmad (2010: 74) membaca merupakan satu dari
empat keterampilan berbahasa.Dalam komunikasi tulisan lambang-lambang bunyi
bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut
alphabet Latin. Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dibedakan menjadi
dua yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman “(reading
comprehension)”
Dari pernytaan beberapa ahli dapat disimpulkan membaca adalah
kegiatan yang kompleks dalam mengenalkan lambang-lambang bahasa tulis yang
berbentuk huruf dirangkai menjadi kata dan kalimat yang mengandung makna.
b. Pengertian Membaca Permulaan
Menurut Syafi’le (1999:15) membaca pada kelas awal disebut sebagai
membaca permulaan yaitu dimulai sejak kelas I, II, III pada tingkat ini anak masih
mempelajari tetang sistem penulisan yang ada di buku setelah mempelajari sistem
penulisan anak akan mempelajari tentang membaca lanjut.
Menurut Hasanudin (2016) bahwa membaca kemampuan membaca permulaan
sangat bermanfaat untuk mempunyai kemampuan untuk memahami tulisan di
buku dengan intonasi, fungsi membaca permulaan adalah untuk menguasai
sistem tulisan.
Menurut Abdurrahman (2003 :200), “ jika pada usia sekolah permulaan tidak
segera memiliki kemmapuan membaca permulaan,maka ia akan mengalami
banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya.
Dari pernytaan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan
harus diajarkan pada anak di awal usia sekolah dimulai kelas I,II,III sekolah dasar,
agar anak dapat membaca pada tahap membaca berikutnya.
c. Langkah-langkah Membaca Permulaan
Rita Wati (1996:51) mengemukakan langkah-langkah membaca permulaan
sebagai berikut:
a) Mengenal unsur kalimat
b) Mengenal unsur kata
c) Mengenal unsur huruf
d) Merangkai huruf menjadi suku kata
e) Marangkai suku kata menjadi kata
Menurut Sibarani Akhaidah (1992/1993:34) mengemukakan langkah-langkah
membaca permulaan sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pokok bahasan yang akan di berikan, yang di
ambil dari GBPP
b) Mengembangkan bahan ajar
c) Setelah bahan ajar dan latihan disusun, kemudian harus memikirkan
bagaimana cara menyampaikan. Bagaimana urutan pemberian bahan
bahannya, dan bagaimana cara mengaktifkan siswa.
d) Pada tahap latihan, guru dapat membuat kombinasi baru, baik dengan
kata maupun suku kata dan huruf. Hal ini mudah dilakukan dengan
menggunakan kartu-kartu yang telah tersedia.
e) Untuk mengetahui apakah anak telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, guru dapat membuat tes formatif.
Dari pernytaan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
membaca permulaan pendidik mengenalkan huruf kepada siswa terlebih dahulu
dan dilanjutan dengan mengenalkan unsur kata,kalimat dan membaca suku kata
dan membaca kata. Mengajarkan membaca permulaan agar efektif menggunkan
bahan ajar yang menarik, untuk anak lebih semangat dalam proses pembelajaran
memmbaca permulaan.
C. Media Pembelajaran untuk Anak Tunagrahita
Menurut Kustiawan (2013) media pembelajaran merupakan unsur yang paling
berpengaruh dan menentkan metode dalam pembelajaran . Menurut Ibrahim
(2005:3) dampak positif dari penggunaan media adalah sebagai pembawa
informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa), sebagai kegiatan interaksi antar
siswa dan lingkungan, menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata dalam
waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang
digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak
menimbulkan adanya verbalisme.
Menurut Apriyanto (2012:95) media pembelajaran merupakan alat atau
wahana yang dipengaruhi dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil
pembelajaran yang lebih bagi dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Media
pembelajaran yang lebih bagi dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Media
pembelajaran mepunyai fungsi a). Konsep abstrak yang berubah menjadi kongkrit
b). Membuat objek yang berbahaya diminimalisir menjadi besar d). Mengamati
setiap gerak yang terlalu cepat e). Membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
Dari pernyataan beberapa ahli dapat disimpulkan media pembelajaran bahan
ajar yang sangat penting dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu untuk
meningkatkan kualitas dan kaunitasnya dalam penyampaian materi yang
diajarkan. Dan untuk membuat pembelajaran lebih menarik sehingga anak senang
dalam proses pembelajaran di kelas.
D. Media Kartu Kata Papan Magnet
a) Pegertian Kartu Kata
Media kartu kata biasanya berisi gambar dan angka atau tulisan. Menurut John
D Latuheru (1988-112-113) terdapat kelebihan dalam media permaianan kartu
kata diantaranya 1). Melalui permainan kartu, anak didik dpat dengan segera
melihat atau mengetahui hasil dari pekerjaan 2). Permaianan kartu meningkatkan
peserta untuk memeahkan masalah-masalah nyata3) Biaya untuk latihan-latihan
dapat dikurangi dengan adanya permainan 4) Permaianan memberikan
pengalaman-pengalaman nyata dan dapat diulang sebanyak yang dikehendaki 5)
Permainan dapat digunakan hampir pada semua bidang pengajaran.
Menurut John D Latuheru (1988:115) terdapat kelemahan dalam
menggunakan media kartu, kelemahan sebagai berikut : 1). Efektivitas belajar
dengan melalui permainan tergantung dari materi yang dipilih secara khusus serta
bagaimana menggunkannya 2). Penggunaan bahan untuk permainan biasanya
memerlukan suatu pengaturan kelompok secara khusus, bila ada siswa yang tidak
melakukan, biasanya menggangu atau menghambat keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran yang diingkinkan 3). Bahan permaianan mungkin sekli
membutuhkan biaya yang cukup besar serta membutuhkan waktu yang tidak
sedikit 4). Membutuhkan adanya diskusi-diskusi sesudah permainan dan itu
dilaksanakan demi keberhaslan tujuan pembelajaran tersebut 5). Waktu dalam hal
ini merupakan sauatu rintangan yang sangat berarti secara induktif memang
membutuhkan waktu jika dibandingkan dengan mengajar secara langsung.
Jadi dari pendapat ahli diatas bahwa media kartu terdapat kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga pendidik harus lebih kreatif
dalam penggunaan media kartu.
b) Media Papan Magnet
Media papan magnet menurut Rohani (1997, 23) yaitu “Bentuk media
papan yang dilapisi logam, agar pada papan tersebut dapat ditempelkan benda-
benda yang ditempel magnet pada salah satu sisinya”. Papan magnet tersebut
dapat ditempel dengan beragam item magnetik.
Menurut Setyosari dan Shikabuden (2005:114) bahwa media papan
magnet (magnetic board) adalah sebidang papan yang dilapisi magnet sehingga
dapat ditempel benda yang ringan. Bebrapa kelebihan papan magnet adalah 1).
Tempelan magnet pada papan lebih kuat jika dibandingkan dengan papan lainnya
2). Tidak mudah terkena angin 3). Simbol yang sudah ditempel dapat di geser
karena beralasan magnet
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa media kartu kata timbul
papan magnet dapat dimaksud dalam penelelitian ini adalah sebagai alat bantu
untuk pembelajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita di SDLB BC
Kepanjen.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitaian
Rancangan penelitian ini mengguakan penelitian Kuantitatif Eksperimen
penelitian terhadap suatu kelompok kontrol, namun tidak dapat mengontrol
variabel-variabel luar mempengaruhi pelaksanaan.design penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok sehingga tidak terdpat kelomppok kontrol.
O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adlah subjek yang ditinjau oleh peneliti untuk diteliti, subjek
penelitian ini siswa kelas II tunagrahita di SDLB BC Kepanjen. Peneliti
menggambil subjek ini dari data observasi selama pelaksanaan KPL.
2. Lokasi penelitian
Lokasi Penelitian yang dipilih di SLB BC Kepanjen, yang beralamatkan di Jl.
Adi Santoso,Ardirejo. Kec. Kepanjen Malang
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pre-test dan post-test . pengumpulan data dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan Pre-test
Pengumpulan data pretest dengan menggunakan instrumen yang
sudah dibuat oleh peneliti. Kegiatan pretest dilakukan siswa kelas II
tunagrahita SDLB BC Kepanjen, untuk mengetahui data sebelum
dilakukan perlakuan.
2. Melaksanakan Pos-test
Kegaiatan postest dilakukan dengan instrumen yang dibuat oleh
peneliti. Kegiatan postest dilakukan siswa kelas II tunagarahita
SDLB BC Kepanjen, untuk mengetahui pengaruh media kartu kata
timbul papan magnet terhadap kemampuan membaca permulaan.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini merupakan alat bantu yang digunakan pada saat peneliti
mengumpulkan data.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan membaca
permulaan pada anak tunagrahita jenjang SDLB
2. Tes
Tes adalah adalah suatu kegaiatan yang diberikan kepada siswa untuk
mengetahui jawaban yang nantinya mendapatkan sekor
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini adalah berupa foto-foto untuk
mendapatkan gambar yang nantinya untuk data penelitan
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari penelitian dta kuantitatif , pengumpulan
data yang seperti berikut :
a. Tahap Persiapan
1. Menyusun proposal penelitian
2. Menentukan lokasi penelitian dilakukan pada saat KPL
3. Mengurus surat ijin penelitian yang mengajukan surat ijin ke Falkultas,
setelah surat ijin ditandatangani surat diserahkan kepada sekolah untuk ijin
penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan di kelas II SDLB BC Kepanjen pada siswa
anak tunagrahita ringan. Sebelum peneliti menggunkan media kartu kata timpul
papan magnet, peneliti siswa diperikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui
kemampuan awal siswa memmbaca permulaan . selanjutnya dilakukan
pembelajaran membaca permulaan menggunakn media kartu kata timbul papan
magnet, dan melakukan postest untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
membaca permulaan.
c. Tahap Akhir Penelitian
1. Mengolah data yang sudah diteliti dari hasil pretest dan posttest
2. Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian
3. Memberikan kesimpulan dari hasil pengolahan data

F. Teknik Analisis Data


Analisis deskriptif menurut sugiono (2015:207), statistik deskriptif yaitu
statistik untuk menagalisis data dengan mesdekripsikan data yang sudah
terkumpul tanpa membuat kesimpulanyang berlaku secara umum. Pada penelitian
ini menganalisis deskriptif kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita
sebelum diberikan media kartu kata timbul papan magnet. Rumus yang digunkan
peneliti dalam mengetahui rata-rata pada nilai memebaca permulaan sebelum dan
sesudah dberikan perlakuan sebagai berikut :

Skor rata-rata = ∑ skor yang diperoleh


X 100 %
Skor Maksimal

Anda mungkin juga menyukai