Anda di halaman 1dari 14

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

MELALUI MEDIA DADU HURUF DI ITK ITRISULA III


IJL. IJAKSA IAGUNG ISUPRAPTO INO.I31 IJOMBANG

Mahasiswa1*, Dosen PKP 1, Tutor Karil 2 (12 pt)


1
Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP, Universitas Terbuka
2
Prodi, Fakultas, Perguruan Tinggi (12 pt)

E-mail : (11 pt)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan pembelajaran
menggunakan media dadu untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
Berdasarkan hasil observasi awal kegiatan pembelajaran mengenal huruf abjad pada anak yang
dilaksanakan di TK Trisula II Jombang khususnya kelompok A (usia 4-5 tahun) diketahui bahwa hasil
observasi rata-rata pada kemampuan mengenal anak surat masih relatif rendah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur
penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitiannya
adalah perangkat pembelajaran dan alat pengumpul data (lembar observasi anak). Hasil perencanaan
perbaikan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan karena kemampuan melaksanakan perbaikan
pengembangan telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dadu untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada
anak kelompok A di TK Trisula II Jombang dapat dikategorikan berkembang sangat baik, dan hasil yang
dicapai sangat memuaskan pada akhir siklus 2.
Kata kunci: Kognitif, Media Dadu

ABSTRACT
The aim of this research is to find out and describe the application of learning using dice media to
improve children's cognitive abilities at Trisula II Kindergarten Jombang. Based on the results of initial
observations of learning activities to recognize alphabet letters for children carried out at the Trisula II
Jombang Kindergarten, especially group A (aged 4-5 years), it was found that the average observation
results in the children's ability to recognize letters was still relatively low.
This type of research is classroom action research which is carried out in 2 cycles. The research
procedures include planning, implementation, action, observation and reflection. The research
instruments are learning tools and data collection tools (child observation sheets). The results of
improvement planning in cycle I to cycle II have increased because the ability to implement development
improvements has been adjusted to the learning objectives that have been created previously. From the
description above, it can be concluded that the use of dice media to improve cognitive abilities in group A
children at Trisula II Jombang Kindergarten can be categorized as developing very well, and very
satisfactory results were achieved at the end of cycle 2.
Keywords: Cognitive, Dice Media

1
PENDAHULUAN
Pendidikan prasekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang
dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Masa kanak-kanak adalah waktu yang ideal untuk belajar.
Pada masa ini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Anak-anak
berada pada masa emas (golden age) dengan potensi perkembangan terbaiknya. Pada masa anak
usia dini ini pendidikan menitikberatkan pada pertumbuhan dan perkembangan jasmani
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, kreatifitas, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual), emosi sosial (sikap dan perilaku serta agama), bahasa. dan komunikasi.
Stimulus dikembangkan untuk menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan masa
depan yang optimal (Kustiawan, 2016: 45).
Pendidikan prasekolah merangsang anak-anak dengan memberikan mereka rangsangan
pendidikan sehingga mereka dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk pendidikan
dasar. Pendidikan prasekolah meliputi segala sesuatu yaitu usaha dan tindakan pendidik dan
orang tua untuk mendorong, membimbing, merawat dan menjaga anak usia dini agar tercipta
keselarasan antara lingkungan dan generasi muda pemahaman tentang pengalaman belajar
dicapai dengan cara meniru, mengamati, bereksperimen, mengulang dan mengerahkan seluruh
potensi dan kecerdasan anak (Ismawati & Prasetyo, 2020).
Teori perkembangan kognitif Jean Peaget menekankan bahwa perkembangan kognitif
bukan hanya merupakan hasil pematangan suatu organisme, bukan hanya pengaruh lingkungan
tetapi juga interaksi antara kedua faktor tersebut. Dari sudut pandang ini, organisme aktif
menjalin hubungan dengan lingkungan, tindakan akan lebih jelas, penyesuaian terhadap objek di
lingkungan merupakan proses interaktif dinamis yang disebut persepsi, merupakan fungsi mental
yang berkaitan dengan proses kognitif, termasuk persepsi, memori, berpikir, simbolis - aspek
simbolis dari penalaran dan pemecahan masalah.
Selanjutnya teori menurut Witherington bahwa kognitif adalah pikiran kognitif
(kecerdasan pikiran) melalui pikiran dapat digunakan dengan cepat dan tepat dalam situasi untuk
memecahkan masalah. Sedangkan perkembangan kognitif ( perkembangan mental) adalah
perkembangan pikiran . Pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak Pikiran yang
digunakan untuk mengenali, mengetahui, dan memahami. Pada dasarnya pengembangan kognitif
dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
indranya. Dengan pengetahuan yang diperolehnya, anak dapat melangsungkan hidupnya dan

2
menjadi manusia yang utuh melalui kodratnya sebagai makhluk tuhan yang harus
memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Perkembangan kognitif anak usia dini merupakan kemampuan anak dalam berpikir dengan
memahami lingkungan sekitar sehingga pengetahuannya meningkat. Artinya ketika anak sudah
mampu berpikir maka ia dapat mengeksplorasi dirinya sendiri, orang lain, hewan dan tumbuhan
serta berbagai benda yang ada disekitarnya untuk memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal
tersebut (Khadijah, 2016: 34). Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia dini di TK Trisula II adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan huruf
dadu sebagai penunjang. Melalui alat bantu belajar ini dapat menarik perhatian dan mendorong
anak menikmati kegiatan belajar di kelas.
Selain memiliki program untuk menunjang perkembangan kognitif anak prasekolah, TK
Trisula II juga memiliki guru-guru yang berpengetahuan luas yang selalu mengantarkan
siswanya menuju generasi yang lebih tinggi. Upaya pemanfaatan media untuk meningkatkan
pengenalan huruf anak antara lain dengan kegiatan pembelajaran bermain dengan menggunakan
media yang menarik. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan kotak dadu surat yang praktis
dan mudah dibuat. Tempat surat merupakan alat peraga belajar yang biasanya berbentuk balok
karton berukuran 15 cm. Dadu huruf dengan huruf dan warna berbeda di setiap sisinya
dirancang sebagai alat bantu belajar untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal
huruf alfabet.
Tempat Dadu Huruf Alfabet dirancang untuk membantu anak-anak belajar mengenal huruf
alfabet dengan lebih mudah. Cara mengajar anak mengenal huruf mengacu pada ciri umum masa
kanak-kanak, dimana bermain merupakan aktivitas utama anak. Oleh karena itu, pembelajaran
mengenal huruf abjad sejak dini harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak
memaksakan pada anak. Untuk membantu anak belajar mengenal huruf abjad diperlukan
permainan yang menyenangkan terutama melalui penggunaan dadu abjad.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi awal kegiatan pembelajaran mengenal huruf abjad pada anak
yang dilaksanakan di TK Trisula II Jombang khususnya kelompok A (4-5 tahun) diketahui
bahwa observasi Rata-rata kemampuan anak mengenal jumlah huruf adalah masih relatif rendah.
Hal ini terlihat jelas dari jumlah anak kelompok A yaitu 20 anak, hanya 5 anak yang

3
berkembang sesuai kriteria Awal Perkembangan (MB), sedangkan 10 anak sisanya kemampuan
mengenal huruf masih tergolong. sebagai belum berkembang (BB).

Analisis masalah
Dari identifikasi masalah di dapatkan kurangnya kemampuan anak dalam berkreasi
menuangkan ide gagasannya secara mandiri tanpa bantuan guru. Hal ini terlihat dari kurangnya
anak dalam menyelesaikan keterampilan dalam membuat suatu karya bebas. Karena
pembelajaran masih terdominasi pada buku panduan atau LKA.

Alternatif Priorotas Pemecahan Masalah


Berdasarkan kesenjangan tersebut dengan mempertimbangkan faktor kreativitas
menghasilkan karya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti mengambil judul :
“UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF MELALUI MEDIA
DADU HURUF DI TK TRISULA II JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO NO.31 JOMBANG
TP 2022/2023”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut:

1. Bagaimana proses/penerapan pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat


meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?
2. Bagaimana hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat meningkatkan
kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?
3. Bagaimana peningkatan kreativitas siswa dengan dengan menggunakan media dadu dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

4
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
media dadu dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
2. Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa dengan menggunakan media dadu
dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak di TK Trisula II Jombang.

LANDASAN TOERI
Teori Anak Usia Dini (AUD)
Anak usia dini adalah anak yang berumur 0 sampai dengan 6 tahun (Suyadi, 2015).
Sedangkan menurut Beichler dan Snowman, masa kanak-kanak mencakup anak-anak berusia 3
sampai 6 tahun. Anak prasekolah merupakan individu yang berbeda, unik dan mempunyai ciri
khas tersendiri tergantung pada usianya. Anak usia dini (0-6 tahun) merupakan masa emas
dimana stimulasi seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan penting
dalam tugas perkembangan selanjutnya (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Menurut Yusuf dan SUgandhi (2014: 47), masa muda adalah masa perkembangan dan
kedewasaan nyata yang menentukan perkembangan masa depan. Pendidikan anak usia dini
dapat meningkatkan hasil dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasa.
Menurut Sigmund Freud dalam Yusuf dan Sugarandhi (2014: 48), “anak adalah bapak
laki-laki” yang artinya masa kanak-kanak mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kepribadian dewasa seseorang. Hal ini tercermin jika perilaku abnormal pada
masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak. Menurut Wiyani dan Barnawi (2014: 32),
masa kanak-kanak berhubungan dengan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, usia
tersebut sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan karakter anak.
Pada usia ini, anak tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat. Oleh karena itu, dapat
kita simpulkan bahwa masa kanak-kanak adalah anak berusia 0 sampai dengan 6 tahun yang
mempunyai ciri dan ciri khas tersendiri serta berada dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan baik jasmani maupun rohani. Masa kanak-kanak merupakan masa emas (golden
age) anak, yaitu usia fundamental dimana penting bagi anak untuk memperoleh peran sebagai

5
orang tua melalui pendidikan, baik melalui jalur resmi, formal maupun informal. Anak usia
prasekolah usia 0-6 tahun sebaiknya dilatih gerak dan pola ASUH, ASAH, ASIH.

Teori Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Menurut Direktorat PAUD, pengertian pendidikan anak usia dini adalah upaya dukungan
yang dilakukan terhadap anak dengan cara memberikan insentif pendidikan untuk membantu
proses pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap memasuki pendidikan
pada jenjangnya kembali dalam kehidupan. . ke langkah berikutnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini
adalah upaya pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang meliputi
pemberian insentif pembelajaran untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan. siap
memasuki studi lebih lanjut. Selain itu, dalam Pasal 28 tentang pendidikan anak usia dini
disebutkan: “(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar,
(2) Pendidikan anak usia dini dapat diperoleh melalui jalur hukum, informal, dan/atau normal.
acara. jalur pendidikan, (3) pendidikan anak usia dini melalui pendidikan formal: taman kanak-
kanak, RA atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini melalui pendidikan
nonformal: KB, TPA atau bentuk lain yang sederajat, (5) jalur pengajaran pendidikan anak usia
dini. : Pendidikan keluarga atau diselenggarakan, dan (6) Penyelenggaraan pendidikan anak
sebagaimana tercantum pada ayat (1), dan ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lain dengan
peraturan perundang-undangan. (Permendikbud, 2014).
Menurut para ahli, pendidikan PAUD adalah pendidikan anak yang meliputi pembinaan
anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dengan motivasi untuk mendorong pertumbuhan dan
perkembangannya memasuki jenjang berikutnya. Menurut Carol Seefeldt dkk. Yang dimaksud
dengan pendidikan 0-6 tahun adalah pendidikan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun baik
di rumah maupun di kantor terpencil selama sehari atau setengah hari (Dadan, 2019: 25).
Menurut Mansyur, pendidikan didasarkan pada enam aspek pembangunan. Bidang
perkembangan tersebut meliputi agama, tingkah laku, motorik, fisik, intelektual, sosial, bahasa
dan keterampilan yang mengikuti pola perkembangan berdasarkan usia anak mengalaminya.
Pendidikan menurut Suryana, siswa sendiri harus menjadikan produksi akademik yang baik
sebagai tujuan pembelajaran (Dadan, 2019: 2).

6
Kesimpulan dari seni. Pendidikan taman kanak-kanak adalah pendidikan bagi anak sejak
lahir sampai dengan umur 8 tahun, yang berlangsung selama satu atau setengah hari, dengan
menitik beratkan pada enam bidang perkembangan menurut umur dan sekolah yang
dihasilkannya.
diberikan kepada siswa sebagai tujuan pembelajaran.

KOGNITIF
Kognitif berasal dari kata cognitive. Kata kognitif sendiri berasal dari kata kognisi yang
berarti 'mengetahui'. Dalam pengertian yang lebih luas, kognisi adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan". Perkembangan selanjutnya, istilah kognitif dipopulerkan sebagai
salah satu domain atau ranah psikologis hasil belajar manusia, termasuk perilaku mental yang
berkaitan dengan pemahaman, pemrosesan, informasi, refleksi, pemecahan masalah, keyakinan,
dan kesengajaan. Ranah psikologis yang berpusat di otak ini juga terkait dengan kehendak
(konasi) dan emosi (afeksi), yang berkaitan dengan ranah rasa (Supardi, 2015: 152). Dengan kata
lain, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk dalam ranah kognitif.
Ranah kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran yang berhubungan
dengan proses mental dari tingkat yang lebih rendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
evaluasi. Taksonomi Bloom membagi hal ini secara hirarkis menjadi enam tingkatan, yang
dibagi menjadi dua bagian utama yaitu pengetahuan (knowledge/tingkat pengetahuan,
understanding/tingkat pemahaman) dan kompetensi (application/tingkat penerapan,
analysis/tingkat analisis, synthesis/tingkat sintesis, evaluation/tingkat evaluasi). (Supaat, 2017:
39).
Menurut Montessori, kognisi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penalaran
dan kapasitas otak. Oleh karena itu, menurut Montessori, pembelajaran terjadi melalui
kemampuan sensorik. Dalam konsep penutupan mata, anak-anak diminta untuk merasakan huruf,
angka, benda-benda yang kasar, panas, dan dingin. Dengan begitu, stimulus pertama yang
mereka dapatkan adalah indera perasa, yang kemudian diteruskan ke otak dan merangsang daya
pikir dan nalar anak. (Sulyandari, 2021: 45).
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kognisi merupakan ranah yang
mencakup aktivitas mental (otak) yang berhubungan dengan aspek intelektual dan
berpikir/bernalar.
Tahapan Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini
Menurut Piaget (Wiyani, 2015: 68), tahap-tahap perkembangan kognitif adalah sebagai
berikut
a) Tahap sensori-motorik Pada tahap sensori-motorik (0-2 tahun), bayi bergerak dengan
perilaku refleksif naluriah pada saat lahir hingga pemikiran simbolik dimulai. Bayi membangun
pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik dengan tindakan fisik.

7
b) Tahap pra-operasional Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), anak mulai
mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan peningkatan
dalam pemikiran simbolis dan bergerak melampaui hubungan antara informasi sensorik dan
perilaku fisik.
c) Tahap operasional konkret Pada tahap ini (7-11 tahun), anak mampu berpikir secara
logis tentang berbagai peristiwa kehidupan nyata dan mengartikulasikan berbagai objek dalam
bentuk benda.
d) Tahap operasional formal Pada tahap operasional formal (11 - dewasa), remaja berpikir
lebih abstrak dan logis serta pemikirannya menjadi lebih idealis.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak pada tahap sensori-motorik masih
menggunakan panca inderanya, anak pada tahap pra-operasional mampu berpikir secara
simbolik, anak pada tahap operasional konkret mampu menarik kesimpulan dan
mempertimbangkan dua sisi, dan anak pada tahap operasional formal pada usia 11 tahun sudah
mampu berpikir abstrak. Dapat disimpulkan.

Media Dadu

iMenurut iAndriani (2016: 7), imedia idadu ihuruf imerupakan imedia ivisual iyang iefektif
iuntuk imengembangkan ikemampuan imembaca ianak idan ipesan-pesan itertentu. iDadu ihuruf
iini isangat ipraktis idan imudah idibuat. iPermainan idadu ihuruf idapat idigunakan iuntuk
imenarik iminat ianak iuntuk ibelajar isambil ibermain iini. iDengan imedia idadu ihuruf iini,
ianak ilebih iantusias idalam ibelajar ikarena idadu ihuruf iini imerupakan ihasil iinovasi iyang
iunik idan ianak imencari isesuatu iyang ibaru. iMelalui imedia idadu ihuruf iini, iguru idapat
imengenalkan ihuruf imelalui ipermainan idadu. iPenggunaan idadu ihuruf idalam ipembelajaran
ianak iusia idini imemungkinkan ianak iuntuk ibelajar idengan icara iyang imenyenangkan itanpa
icepat ibosan.

iMenurut iManan (Anellai dan iPransiska, 2020: 13), imedia idadu imerupakan imedia
iyang dapat idigunakan ipendidik idan iorang itua iuntuk imembantu idan imemudahkan ianak
iberkaitan idengan ipemahaman idan ipengenalan ihuruf.

iDari iuraian itersebut, idapat idisimpulkan ibahwa idadu imerupakan imedia ivisual iyang
iberbentuk ikubus, iterdiri idari ienam ibuah imuka iyang imasing-masing imuka imemiliki
ihuruf iyang iberbeda di iatasnya. iPenggunaan imedia idadu iberguna idalam ipembelajaran
iuntuk imeningkatkan ikemampuan ibahasa ianak idalam ihal imengenal ihuruf iabjad.

8
Manfaat Media Dadu

iMenurut iAndriani (2016: 7), imedia idadu ihuruf imerupakan imedia ivisual iyang iefektif
iuntuk imengembangkan ikemampuan imembaca ianak idan ipesan-pesan itertentu. iDadu ihuruf
iini isangat ipraktis idan imudah idibuat. iDengan idadu ihuruf iini, ianak idapat ibelajar isambil
ibermain. iDadu ihuruf iini imerupakan ihasil iinovasi iyang iunik, ianak-anak imencari isesuatu
iyang baru, isehingga idengan imedia idadu ihuruf iini imereka ilebih iantusias iuntuk ibelajar.
iMelalui imedia idadu iini, iguru idapat imengenalkan ihuruf imelalui ipermainan idadu.
iMenggunakan idadu ihuruf iuntuk ipembelajaran ianak iusia idini imemungkinkan ianak iuntuk
ibelajar idengan icara iyang imenyenangkan itanpa icepat ibosan.

iMenurut iManan (Anela dan Pransiska, 2020: 13), imedia idadu imerupakan imedia iyang
idapat idigunakan ipendidik idan iorang itua iuntuk imembantu idan imemudahkan ianak idalam
imemahami idan imengenal ihuruf.

iDari iuraian itersebut, idapat idisimpulkan ibahwa idadu imerupakan imedia ivisual iyang
iberbentuk ikubus idengan ienam ibuah imuka iyang isetiap imukanya imemiliki ihuruf iyang
iberbeda idi iatasnya. iPenggunaan imedia idadu idapat imembantu ianak ibelajar iuntuk
imeningkatkan ikemampuan iberbahasa idalam ihal imengenal ihuruf ialfabet.

iMETODE iPENELITIAN

iSubjek, itempat , idan iwaktu ipenelitian


1. Subjek penelitian

iAdapun iyang imenjadi isubjek ipenelitian iperbaikan ipembelajaran iini iadalah


ikelompok iA iTK iTrisula iII iJl. iJaksa iAgung iSuprapto iNo.31 iJombang.
Tempat penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di iTK iTrisula iII iJl. Jaksai Agungi Supraptoi No.i31 iJombang.

Waktu penelitian

9
Waktu penelitian di mulai di bulan Oktober, sedangkan jadwal perbaikan pembelajaran
dilakukan pada tanggal 16-20 Oktober 2023.

Jenis Tindakan
iPada ipenelitian iini imenggunakan imodel ipenelitian idari iKemmis idan iTaggart idalam
iDariyo (2011i; i183). iPTK iini iterdiri idari iempat ikegiatan isiklus iyaitu: iplanning
(rencanai), actioni (tindakani), observationi (pengamatani), reflectioni (refleksii). iAdapun
itahap-tahap ipada isetiap isiklusnya idapat idigambarkan isebagai iberikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Arikunto

Teknik Pengumpulan Data

Observasi (observation)
Observasii (observation) merupakan tekniki yangi dilakukani dengani pengamatani yang cermat
dan pencatatani yang sistematisi (Alikund, 2012; 45). iMelalui ikegiatan iobservasi iini, ipeneliti
idapat idengan imudah imengetahui ikendala iyang dihadapii dalami meningkatkani motivasi
belajar anaki dengan memutar mediai menggunakan media parsial lepas.
a. Observasii pertamai digunakani untuki mendukung datai kegiatani belajari mengajari yangi
dilakukani olehi iguru.
b. Observasii keduai digunakani untuki mendukungi datai kemampuani belajari anaki melaluii
mediai parsialilepas.

Teknologii dokumentasii
Teknik dokumentasi yangi mendukungi jalannya ipenelitian iini, antara lain namai anaki
sebagaiisubjeki penelitiani, foto-fotoi prosesi pembelajarani yang sedang berlangsung tentangi
peningkatan motivasi belajar anaki melaluii media parsial lepas, dani datai pendukung lainnyai
untuki dianalisis padai tahap iawal.

10
Peralatan penelitian
Instrumeni penelitiani adalah alati yangi digunakani untuki mengumpulkani datai dalami
ipenelitian. Menuruti Daryantoi (2011: 80), ipenelitian perilaku kolektif membutuhkan peralatan
penelitian yang dapat mengumpulkan data tidak hanya pada outcome pembelajaran, tetapi juga
pada outcome pembelajaran. Instrumen idalam ipenelitian iini adalah lembar observasi guru,
iyang bertujuan untuki mengetahuii peningkatani motivasi belajari anak padai peralatan
pendataan Dharma Wanita Kelompok B yang digunakan.

Pengamatan
Apa yang diamati selama pelaksanaan kegiatan perbaikan adalah bagaimana anak
menggunakan bahan lepas untuk melakukan kegiatan, bagaimana anak menuangkan
imajinasinya, dan bagaimana mengerjakan pekerjaan.
Dengan menggunakan alat evaluasi yang digunakan khusus untuk taman kanak-kanak, yaitu:
BSH () untuk hasil yang baik, MB() untuk hasil yang cukup, dan BB() untuk hasil yang kurang.
Pengamatan,
Menggunakan alat format Observasi untuk mengembangkan / menetapkan teknik pemantauan
pada setiap tahapan penggunaan bahan ajar :
Mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran Pembelajaran
Siapkan rencana penelitian. Pada tahap ini, para peneliti menyusun serangkaian kegiatan dalam
bentuk siklus yang komprehensif.

Refleksi
Selama kegiatan perbaikan pada siklus pertama, penulis menemukan pro dan kontra dari
perbaikan perilaku. Kekuatannya adalah dalam menentukan alat dan bahan sesuai dengan
kegiatan perbaikan, sedangkan kelemahannya adalah dalam menentukan langkah-langkah
perbaikan.
Penulis juga menemukan kekuatan dan kelemahan merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran peningkatan tindakan. Kekuatannya adalah untuk melakukan perbaikan Penulis
terus menerus melakukan evaluasi diri dan berdiskusi dengan penyelia, namun kelemahannya
adalah penulis merasa tidak percaya diri.
a. Keuntungan

11
1. Metode yang digunakan sesuai dengan indikator yang dibuat
2. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana RKH
3. Menggunakan kurikulum dan RKH sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan kegiatan
4. Rencanakan kegiatan sesuai dengan tema dan tujuan perbaikan.
B. Kekurangan
1. Tata ruang yang tidak mendukung kegiatan pembelajaran
2. dengan memotivasi anak-anak
3. Alokasi waktu yang tidak tepat

Teknologi Analisisi Datai


Data yang digunakani dalami penelitiani inii antara lain data kualitatifi berupai aktivitasi
pembelajar dalam kegiatan belajar, dan kedua, data kuantitatif berupa nilai karya anak.
Teknologi pendataan dalam penelitian ini :
1. Analisis kegiatan iguru. iData kegiatan gurui diperolehi melalui ilembari observasii
dalami analisis deskriptif. Data kegiatan guru ini akan membantu untuki mengetahuii apakahi
prosesi pembelajarani yangi diterapkan ataui yang dilakukani mengikuti apa yang telahi
direncanakan sebelumnya.
2. Analisis kegiatan mahasiswa. Data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran mengikuti
apa yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Analisis keberhasilan tindakan tersebut. Jika skor hasil belajar siswa melebihi 75, anak
tersebut dikatakan telah menyelesaikannya secara individual. Ukuran keberhasilan tindakan pada
umumnya adalah hasil tes yang diperoleh siswa, assignment.to Hal ini dilakukan dengan
menentukan capaian KKM atau (kriteria integritas minimum) dan menghitung penyajian
integritas individual dan integritas klasik.

Nilai Anak = skor yang di peroleh anak x 100%

Skor maksimum

HASILi ANALISIS DANi PEMBAHASANi

Pengamatan terhadap hasili pelaksanaan siklus pertama dani kedua menunjukkan bahwa
pembelajaran pada siklus kedua lebih bermakna dan terfokus pada aspek kognitif dibandingkan
dengan pembelajaran dengan media dadu, dengan tujuan untuk membantu anak mengingat angka

12
dengan lebih mudah dibandingkan dengan pembelajaran dengan media dadu. Jelas terlihat bahwa
ini adalah proses pembelajaran yang lebih fokus pada aspek kognitif dalam pembelajaran.
Membandingkan pembelajaran siklus pertama dengan pembelajaran siklus kedua dengan
penekanan pada media dadu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media dadu lebih
memudahkan anak dalam mengingat angka dibandingkan pembelajaran yang dilakukan pada
siklus pertama. Berdasarkan hasil temuan dari aktivitas guru dan murid, dapati dikatakani bahwai
pelaksanaani pembelajarani padai Siklusi IIi sudahi baiki, meskipun nilai-nilai anak belum
berkembang pada beberapa area. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang mendukung aktivitas anak
sudah dilakukan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data idi atasi, idapat idisimpulkan ibahwa secara umum ipenggunaan
imedia dadu idapat imeningkatkan ikemampuan ikognitif ianak di TK Trisula II Jombang.
Peningkatan kemampuan kognitif karena media dadu dapat dibuktikan dengan adanya
peningkatan pada aspek kegiatan, perencanaan, peningkatan dan reproduksi pada iSiklus iI dani
iSiklus iII.

Peningkatan ihasil perbaikan perencanaan dari iSiklus iI ke iSiklus iII disebabkan karena
kemampuan melaksanakan perbaikan pengembangan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
sebelumnya. Dari pernyataan idi iatas, dapati disimpulkani bahwai perkembangani kognitifi
anaki Kelompok A TKi Trisler II John Van dengan menggunakan media dadu berkembang
sangat baik dan mencapai hasil yang sangat memuaskan pada akhir Siklus II.

Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk guru

a. Agar kegiatan pembelajaran dengan media dadu dapat berhasil, pendidik harus melibatkan
ianak isecara iaktif idalam ikegiatan ibelajar imengajar.

13
b. Guru harus mampu menggunakani metodei pembelajarani yangi bervariasii agari kegiatani
belajari mengajari mencapaii tujuani yangi telahi iditetapkan.

Bagi sekolah.

Penelitian iini idapat idigunakan isebagai ireferensi idan imasukan iuntuk imenunjukkan ibahwa
ipenggunaan imedia idadu idapat imeningkatkan ikemampuan ikognitif.

14

Anda mungkin juga menyukai