Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pendidikan ialah salah satu usaha sadar orang dewasa kepada orang lain agar menjadi
dewasa yang bertanggungjawab, pendidikan juga adalah prose pemanusiaan manusia yang
memerlukan rentang waktu lama dan panjang. Selain itu menurut Dirjen PLS (dalam Harun
DKK, 2009:37) Pendidikan merupakan investasi manusia masa depan. Oleh karena itu,
pendidikan harus dimulai sejak dini mungkin, pemerintah dalam hal ini pada tahun 1964
hingga sekarang berupaya keras mengembangkan pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pendidikan Anak usia Dini secara definisi ialah salah satu jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan oleh pemberian rangsangan pendidik untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Maimunnah Hasan 2009:13).
Upaya pembinanan pembinaan pada pendidikan anak usia dini memiliki tujuan agar
anak-anak dapat mengembangkan aspek perkmebangan yang dimiliki, salah satu
perkembangan ini bahasa. Melalui bahasa anak dapat menyampaikan gagasan, pemikiran,
keinginan, dan pendapatnya. Perkembangan ini sangat diperlukan hampir semua bidang
kehidupan, tidak ada satu profesi yang dapat dilepaskan dari pemanfaatan dan peran bahasa
dalam berbagai variasi bentuknya (Tadkiro Musfiroh 2005:60).
Perkembangan bashasa anak sangat penting, karena pada usa 3-4 tahun anak dituntut
memahami percakapan, baik dengan bahasa tubuh atau gerakan dengan kata-kata (Suryadi
2009:84). Jika anak belum dapat memami bahasa paling dasar maka ia akan kesulitan
menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya.
Berdasrkan hal di atas maka perkembangan bahasa bagi anak usia dini sangat penting,
hal ini didukung adanya Peremndiiknas 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak usia
Dini mengenai tingkat perkembangan pencapaian yang harus dicapai anak usia 5≤6 tahun
dalam lingkup perkembangan keaksaran. Perkembanngan keaksaran lebih menekankan pada
pencapian anak dalam memahami bunyi dan bentuk huruf.
Menurut Kemdinkas (2010:49) acuan indicator sukses pembelajaran di TK terdapat 4,
yaitu : 1) membaca gambar yang memiliki kata atau kalimat sederhana, 2) menceritakan isi
buku walaupun tidak sama tulisan yang diungkapkan, 3) menghubungkan tulisan sederana

1
dengan symbol yang melabangkannya, 4) membaca cerita gambar yang memiliki kalimat
sedaerhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalnya. Atas dasar indicator tersebut
anak usia dini (anak kelompok B) seharusnya dapat memiliki kemampuan membaca
permulaan sehingga dapat tercapai indicator.
Pencapaian indicator anak dalam membaca memiliki beberapa alasan, dua contoh alasan
ini, yaitu : anak memiliki peraan yang terasah sehingga kemampuan intelektual dan
kecakapan metal berkembang; dengan membaca anak dapat ikut serta dalam kehidupan
masyarakat karena aspek kehidupan membutuhkan kehiayan membaca (Farida Rahim
2007:01).
Berdasarkan alasan diatas maka untuk meningkatkan kemampuan membaca dapat
dilaksanakan dengan Bermain sambil belajar aktif, dengan adanya kegiatan ini anak dapat
memiliki perasaan senang, demokratis, tidak terpaksa dan merdeka, serta bervariasi dalam
pembelajaran. Maka salah satu contoh belajar sambil bermain ialah media kartu, dengan
adanya media kartu kata ini dapat menciptakan suasana belajar yang santai, bebas dari
tegang,sehingga anak dapat berperan aktif dalam kegiatan. Maka mengingat pentingnya
kegiatan belajar sambil bermain penulis mengambil judul penelitian yaitu:
“PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN
MEDIA KARTU KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK TUNAS IBU SENDEN II
SELOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA”
B. .Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diketahui masalah-masah
sebagai berikut:
1) Anak-anak belum dapat mengenal semua huruf.
2) Anak- anak kurang aktif saat mengikuti pembelajaran.
3) Masih terfokusnya pengunaan Lembar Kerja Anak (LKA) dalam pembelajaran yang
terkait dengan kemampuan memabaca permulaan.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang adam maka identifikasi masalah yang hanya
terfokuskan permasalahannya yaitu kurangnya kemampuan membaca permulaan pada anak
kelompk B TK Tunas Ibu Senden melalui media kartu huruf.

2
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah “ bagaimana peningkatan
kemampuan mengenal huruf permulaan melalui metode media kartu kata pada kelompok B
TK Tunas Ibu Senden II Selomartani Kalasan Sleman Yogyakarta,
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan peneleitian ini ialah untuk
menngkatkan kemampuan mengenal huruf melalui media kartu kata pada kelompok B TK
Tunas Ibu Senden Selomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh melalui penenlitian ini ialah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi siswa
Anak-anak dapat memiliki kemampuan membaca melalui media kartu kata yang
menarik.
2. Manfaat bagi guru
Guru dapat menngetui dan memahami pembelajaran yang inovatif agar dapat
memperbaiki pembelajaran di sekolah.
3. Manfaat bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan kegiatan yang lebih menarik,
sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran yan sesuai dengan kondisi tumbuh
kembang anak-anak.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunkan dalam penelitian ini agar teerhindar dari salah
tafsir terhadap permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Kemampuan Membaca huruf Permulaan.
Membaca permulaan yang difokuskan dalam penelitian ini yaitu kemampuan
anak mengenali huruf-huruf dan kata-kata, kemampuan anak membaca gambar,
menceritakan isi dari buku cerita bergambar, serta perlaku siswa dalam membuka
dan mebalik halaman buku dengan benar.
2. Media Kartu Kata.
Media kartu kata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media
pembelajan yang berbentuk kartu kertas tebal berbentuk pesergi panjangm yang
mana media ini beriskan gambar dan kata yang sesuai dengan tema saat
pembelajaran. Media Kartu ini juga bersyaratkan bermain secara kelompok, satu

3
kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Adapun cara memulai media ini dengan susunan
kartu kata, lalu hompimpah, yang menang dapat kesempatan mengocok kartu kata
yang dimiliki kata yang sesuai dengan tema pembelajaran. Anak yang paling cepat
mendapatkan semua kartu yang diminta, kemudian membaca kartu yang didapatnya,
dan seterusnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
1. Tinjauan Mengenai Anak Usia Dini
I. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak yang sedang berusaha dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat. Anak usia dini adalah anak
yang berkisar antara 0-8 tahun, di Indonesia yang termasuk dalam anak usia dini
adalah anak usia Taman Kanak-kanak, kelompok bermain, anak usia bayi
(Ernawulan Syaodih 2005:8).
Pada Masa 0-6 tahun merupakan masa emas, karena anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tidak tergantikan pada masa
mendatang. Hal ini dikemukakan oleh Harun Rasyod, dkk (2009:48), bahwa pada
masa emas, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala
sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, serta diperlihatkan.
Dari beberapa pendapat tentang anak usia dini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak usia dini ialah anak yang berusia 0-6 tahun berada pada
masa emas dan sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat, sehingga perlu stimulasi yang tpat agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan maksimal. Dalam penelitian ini kemampuan yang ditingkat anak usia dini
pada umur 5-6 tahun kelompok B di Tk Tunas Ibu Senden II Selomartani Kalasan
Sleman.
II. Karakteristik Anak Usia Dini 5-6 tahn
Menurut Hartati (2005: 8), anak adalah sosok individu yang sedang
menjalani proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Dalam Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 tentang
standar pendidikan anak usia dini dijelaskan bahwa anak memiliki tingkat

4
pencapaian perkembangan yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan
meliputi pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-
emosional. Adapun karakteristik anak berdasarkan aspek-aspek perkembangan anak
adalah sebagi berikut:
a) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah pertumbuhan kemampuan merancang,
mengingat dan mencari permasalahan. Menurut Piaget (dalam Hartati, 2005:
28),anak usia 5-6 tahun berada pada tahapan praoperasional (fungsi simbol). Hal ini
ditandai dengan anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pemikirannya, tanpa
bantuan kehadiran sesuatu di lingkungannya, anak mampu mengingat kembali
simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak tampak secara fisik.
Tahap praoperasional menurut Piaget (dalam Jahja, 2013: 117) anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya dengan mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata dan gambar. Berdasarkan karakteristik perkembangan
kognitif anak di atas, penggunaan media kartu kata bergambar disesuaikan dengan
karakteristik kognitif anak yaitu menggunakan gambar. Dengan demikian,
kemampuan membaca anak diharapkan akan berkembang sangat baik.
b) Perkembangan Sosial-Emosional
Perkembangan sosial-emosional menurut Hartati (2005: 20), diantaranya
sebagai berikut anak senang bermain dengan anak lain serta mampu bermain dan
bekerjasama dengan temannya dalam kelompok. Berdasarkan beberapa karakteristik
tersebut, penggunaan media kartu kata dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak menggunakan kegiatan bermain dan berkelompok
sehingga bisa mengembangkan kemampuan sosial emosional anak.
c) Perkembangan Nilai Agama dan Moral
Menurut Piaget (dalam Jahja, 2013: 188) perkembangan moral melibatkan
prinsip dan proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif. Bagi Piaget,
perkembangan moral digambarkan melalui aturan permainan. Karena itu, hakikat
moralitas adalah kecenderungan untuk menerima dan mentaati sistem peraturan.
Dengan demikian, proses meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak-
anak bisa menstimulasi perkembangan agama dan moral, misalnya dalam proses
pembelajaran, anak mematuhi peraturan pembelajaran.
d) Perkembangan Fisik

5
Perkembangan fisik pada masa anak-anak ditandai dengan berkembangnya
keterampilan motorik, baik kasar maupun halus. Sekitar usia tiga tahun, anak sudah
dapat berjalan dengan baik dan sekitar usia empat tahun anak hampir menguasai
cara berjalan orang dewasa. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu
motorik kasar dan halus. Adapun perkembangan motorik halus dan kasar anak usia
4,5-5,5 tahun yatu perkembangan motorik kasar anak menurut Reberton dan
Halverson (dalam Jahja, 2013: 185) menyeimbangkan badan di atas satu kaki,
berlari jauh tanpa jatuh, dapat berenang dalam air yang dangkal. Motorik halus anak
yaitu menggunting, menggambar orang, meniru angka dan huruf sederhana,
membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak. Dalam proses pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, peneliti juga
menstimulasi aspek perkembangan fisik, baik motorik kasar maupun halus,
msalnya dalam pembelajaran menggunakan media kartu kata peneliti melakukan
proses pembelajaran meniru huruf sederhana, atau melatih motorik halus anak.
Namun, tidak mengesampingkan peningkatan kemampuan membaca permulaan
anak.
e) Perkembangan Bahasa
Menurut Jahja (2013: 188) perkembangan bahasa berkembang sangat cepat,
anak telah mengenal sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol, dan
dapat membedakan berbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional
antara benda-benda. Perkembangan bahasa anak diklasifikasikan menjadi dua tahap
yaitu masa ketiga (2,0-2,6 tahun), dan masa keempat (2,6-6,0 tahun). Anak usia 5-6
tahun berada pada masa keempat, dimana anak telah dapat menggunakan kalimat
majemuk beserta anak kalimat. Tingkat berpikir anak telah lebih maju, anak banyak
menanyakan soal sebab-akibat melalui pertanyaan. Pada mulanya, bahasa anak
bersifat egosentris yaitu bentuk bahasa yang lebih menonjolkan diri sendiri, berkisar
pada minat, keluarga, dan miliknya sendiri, sedangkan bahasa sosial digunakan
untuk berhubungan, bertukarpikiran, dan mempengaruhi orang lain. Kemudian,
bahasa anak sudah berubah dari bahasa yang bersifat egosentris ke bahasa sosial,
maka terjadi penyatuan antara bahasa dan pikiran.
Menurut Meliala (2004: 34), perkembangan bahasa anak usia 5-7 tahun
yaitu anak mampu bicara dalam kalimat, mengerti dan mengikuti perintah dan
permintaan, menirukan tindakan tanpa menggunakan kata-kata, merangkai kata

6
untuk berkomunikasi, berusaha menulis huruf, mulai membaca kata-kata, mengenali
huruf dengan baik, dan senang membaca buku (walaupun dibacakan). Berdasarkan
uraian di atas, penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran disesuaikan
dengan karakteristik perkembangan bahasa anak, dimana anak mengenali huruf,
anak mulai membaca kata, menulis huruf menggunakan kartu kata yang akan
disesuaikan dengan indikator penelitian.
Menurut Rusdinal dan Elizar (2005: 9), anak usia 5-7 tahun memiliki ciri-
ciri yaitu anak masih berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar
sehingga belajar melalui pengalaman yang konkrit, anak suka menyebut nama-nama
benda, mendefinisikan kata-kata, dan mempelajari benda yang ada di sekitarnya,
anak suka belajar melalui bahasa lisan sehingga pada usia ini kemampuan
bahasanya berkembang dengan pesat, dan anak membutuhkan struktur kegiatan
yang jelas dan spesifik.
Kellought (dalam Hartati, 2005: 8-11) menyebutkan bahwa anak usia dini
memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada diatas
usia 8 tahun. Adapun karakteristik tersebut yaitu yaitu anak bersifat egosentris,
memiliki rasa ingin tahu yang besar, makhluk sosial, bersifat unik, kaya dengan
fantasi, memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan masa belajar yang potensial.
Berdasarkan pendapat Eliyawati (2005: 2) anak memiliki karakteristik yang unik,
aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa
petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif spontan, kaya dengan
fantasi/khayalan, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu,
memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan banyak
belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap teman.
Berdasarkan pendapat di atas, anak usia 5-6 tahun memiliki karakteristik
yang berbeda dengan orang dewasa. Adapun karakteristik anak tersebut diantanya
anak masih berada pada tahap praoperasional sehingga dalam proses pembelajaran
membutuhkan benda konkrit, anak bersifat unik dalam proses tumbuh dan
perkembangannya, bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kaya
dengan fantasi yang tinggi, mengekspresikan perilaku secara sepontan, suka belajar
menggunakan bahasa lisan, dan memiliki masa perhatiaan yang rendah. Dengan
demikian, pendidik harus memahami setiap karakteristik anak usia dini untuk
mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak yaitu pemahaman nilai-nilai

7
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Berdasarkan
karakteristik anak di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada aspek
perkembangan bahasa khususnya membaca permulaan anak. Peningkatan membaca
permulaan anak dalam penelitian ini menggunaan media kartu kata.
III. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
A. Kompetensi Bahasa Anak
Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya, terutama pada perkembangan bahasanya. Robert E.
Owen (Conny Semiawan, 1999: 111) menyatakan bahwa bahasa merupakan
kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk
menyampaikan konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki
dan dikombinasi dengan simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan, selain itu
masih dalam sumber yang sama diungkapkan bahwa bahasa adalah suatu
sistem-sistem dan urutan kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Depdiknas (2000: 112) menjelaskan bahwa pengembangan
kemampuan berbahasa bagi anak usia dini berfungsi sebagai: a) alat untuk
berkomunikasi dengan lingkungan, b) alat untuk mengembangkan kemampuan
intelektual anak c) alat untuk mengembangkan ekspresi anak, d) alat untuk
menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Pendapat–pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa bahasa adalah
kesatuan simbol-simbol yang memiliki makna yang dapat dijadikan sebagai alat
komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain baik bahasa lisan, tulisan
maupun bahasa isyarat. Misalnya saja seorang anak yang belum mampu
mengungkapkan apa yang dikehendakinya akan menggunakan bahasa isyarat
berupa tangisan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kemampuan berbahasa yang merupakan aspek penting dalam tumbuh
kembang, perlu mendapatkan perhatian khusus, karena telah disebutkan di atas
bahwa melalui bahasa seseorang dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain. Bachtiar Bachri (2005: 4) mengelompokkan pengembangan bahasa
menjadi dua yaitu mendengar dan berbicara serta membaca dan menulis. Hal ini
juga dikemukakan oleh Soemiarti Patmonodewo (2003:29) yaitu terdapat dua
daerah pertumbuhan bahasa yang meliputi bahasa yang bersifat pengertian atau

8
reseptif (mendengarkan dan membaca) serta bahasa yang bersifat pernyataan
atau ekspresif (berbicara dan menulis).
Conny Semiawan (1999: 112-113) mengungkapkan tujuan khusus
komunikasi bagi anak meliputi; a) bahasa reseptif, b) bahasa ekspresif, c)
komunikasi non verbal serta, d) mengingat dan membedakan.
a. Bahasa Reseptif
Bahasa reseptif merupakan bahasa pasif yang bertujuan untuk
membantu anak mengembangkan kemampuan mendengarkan, membantu anak
mengindentifikasi konsep melalui pemahaman dalam memberi label pada kata-
kata serta, meningkatkan kemampuan untuk merespon pembelajaran maupun
percakapan secara langsung.
b. Bahasa Ekspresif
Bahasa ekspresif merupakan bahasa aktif yang bertujuan untuk
membantu anak mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan perasaan secara
verbal, mendorong anak untuk berbicara secara lebih jelas dan tegas sehingga
mudah dipahami, mendorong kefasihan dalam berbahasa, membantu anak
untuk memahami lingkungannya.
c. Komunikasi non verbal
Tujuan khusus untuk komunikasi non verbal ini maksudnya adalah
untuk membantu anak mengekpresikan perasaan dan emosinya melalui ekspresi
wajah, gerak tubuh dan tangan, dan mendorong anak untuk menggunakan
kontak mata ketika berinteraksi dengan orang lain
d. Mengingat dan membedakan
Tujuan khusus mengingat dan membedakan ini yang dimaksudkan
adalah untuk mengajarkan anak membedakan antara nada atau kerasnya bunyi,
membantu anak untuk mengulang dan meniru pola mimik, membantu anak
mengirim pesan verbal yang kompleks dan meningkatkan kemampuan anak
untuk mengingat, membangun dan mengurutkan.
Moeslichatoen (2004: 55) juga mengungkapkan kemampuan berbahasa
dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain yang bertujuan untuk:
a) Menguasai bahasa reseptif yaitu kemampuan untuk mendengar
dan memahami apa yang didengar. Indikatornya adalah anak mampu

9
memahami perintah, menjawab pertanyaan serta mengikuti urutan
peristiwa.
b) Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi penguasaan terhadap
kata-kata baru serta penggunaan pola berbicara layaknya orang
dewasa.
c) Berkomunikasi secara verbal dengan oranglain; berbicara sendiri
atau berbicara kepada orang lain serta
d) Keasyikan menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa
kemampuan berbahasa anak dapat dibedakan menjadi beberapa tujuan
kategori yaitu bahasa reseptif yang meliputi kegiatan mendengar dan
membaca; serta bahasa ekspresif yang meliputi berbicara dan menulis.
Pengembangan bahasa untuk anak yang meliputi empat tujuan tersebut,
semestinya dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan untuk anak, yaitu
dengan bermain. Melalui kegiatan bermain tersebut akan membantu anak
untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi pada orang lain.
Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik (2008: 221) mengungkapkan
bahwa kemampuan berbahasa penting untuk kehidupan anak sebab
perkembangan bahasa merupakan landasan bagi perkembangan baca tulis
anak. Perkembangan bahasa tersebut memiliki indikator tingkat pencapaian
perkembangan yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya yaitu
sesuai tahap usianya. Permendiknas No 58 tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini mengungkapkan anak usia 5-6 tahun pada
lingkup perkembangan keaksaraan mencapai beberapa tingkat pencapaian
perkembangan yaitu: 1) menyebutkan sistem-sistem huruf yang dikenal, 2)
mengenal suara huruf awal dari benda-benda yang ada di sekitarnya, 3)
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang
sama, 4) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, serta 5)
membaca nama sendiri.
Sofia Hartati (2005: 21) mengelompokkan kemampuan berbahasa
anak
berdasarkan usia, yaitu usia 4-6 tahun antara lain:

10
a) dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang lebih baik, b) dapat
melaksanakan 3 perintah lisan secara sederhana, c) senang
mendengarkan dan menceritakan cerita sederhana secara urut dan
mudah dipahami, d) menyebutkan nama, jenis kelamin dan umur, e)
menyebutkan nama panggilan orang lain, f) menggunakan kata
sambung, g) mengajukan banyak pertanyaan, h) menggunakan dan
menjawab beberapa kata tanya, i) membadingkan dua hal, j)
memahami hubungan timbal balik, k) mampu menyusun kalimat
sederhana, l) mengenal tulisan sederhana.
Rosmala Dewi (2005: 17) juga mengungkapkan perkembangan bahasa
anak usia 5 sampai 6 tahun meliputi:
a) menirukan 2-4 urutan angka dan kata, b) mengikuti 2-3 perintah
sekaligus, c) menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa,
mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dsb, d) bicara lancar dengan
kalimat sederhana, e) bercerita tentang kejadian disekitarnya secara
sederhana, f) menceritakan kembali cerita yang pernah didengar, g)
memberikan keterangan atau informasi tentang suatu hal, h)
menyebutkan sebanyak- banyaknya nama benda, binatang, tanaman
yang mempunyai ciri-ciri tertentu, i) menceritakan gambar yang telah
disediakan atau dibuatnya sendiri.
Morisson (2012: 235) mengungkapkan juga bahwa sasaran pendidikan
prasekolah pada bidang pengembangan bahasa meliputi beberapa dimensi
perkembangan yaitu interaksi dengan orang dewasa dan rekan sebagai sarana
mengembangkan bahasa lisan; membantu anak menambah kosa kata; membantu anak
belajar bercakap-cakap dengan anak dan orang dewasa lain; mengasah kefasihan
bahasa; mengembangkan keterampilan baca tulis; mempelajari huruf alfabet dan
mengenal berbagai jenis buku.
Beberapa dimensi perkembangan yang diungkapkan di atas dapat
menggambarkan bahwa perkembangan bahasa anak lebih ditekankan pada
kemampuan berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Keempat kemampuan
tersebut terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan anak pra-
sekolah telah dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut sebagai bekal
anak untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Sehingga dapat ditegaskan bahwa anak

11
usia 4-6 tahun perkembangan bahasa anak sudah berkembang dengan baik.
perkembangan bahasa tersebut dibedakan ke dalam empat kategori pengembangan
yaitu kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, sehingga
pengembangan bahasa pada anak lebih diarahkan pada membantu anak untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Meskipun demikian
diperlukan pengembangan bahasa yang berfokus pada memberikan bekal kesiapan
pada anak untuk melangkah pada jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu terutama
kemampuan membaca permulaan sebab anak pada usia ini sudah menampakkan
tanda-tanda ketertarikannya dengan simbol yang ada di lingkungannya seperti
membaca gambar, menyebutkan sistem-sistem huruf yang dikenal, mengenal suara
huruf awal dari benda-benda yang ada di sekitarnya, menyebutkan kelompok gambar
yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, memahami hubungan antara bunyi dan
bentuk huruf, membaca nama sendiri, serta mengenal tulisan sederhana.
2. Tinjauan Mengenai Kemampuan Membaca Permulaan
I. Kemampuan Membaca Permulaan
Perkembangan bahasa anak seperti yang telah disebutkan di atas meliputi
beberapa lingkup perkembangan, namun dalam penelitian ini hanya berfokus pada
kemampuan membaca. M. Fauzil Adhim (2007: 25) menyatakan bahwa
keterampilan membaca merupakan sebuah proses yang membutuhkan kemampuan
berbahasa yang cukup kompleks. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Soedarso
(1983: 4) yaitu membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah
besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan,
pengamatan dan ingatan.
Pendapat-pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa membaca merupakan
aktivitas kompleks yang membutuhkan aktivitas yang berhubungan dengan
pengamatan atau ketajaman penglihatan, ingatan dan pemahaman terhadap apa yang
telah dibacanya. Pada anak usia dini khususnya anak TK, membaca bukanlah
membaca seperti layaknya orang dewasa membaca. Anak usia ini masih berada
pada tahap membaca permulaan yaitu masih dalam tahap dapat mengerti arti simbol
yang ada di sekitarnya.
Morisson (2012: 265) menyatakan bahwa untuk menjadi pembaca yang
mahir maka seorang anak memerlukan pengetahuan tentang nama huruf, kecepatan
anak menyebutkan nama huruf, pemahaman fonemik (pemahaman huruf- bunyi)

12
dan pengalaman membaca dan dibacakan buku oleh orang lain. Morisson (2012:
261) juga menyebutkan beberapa indikator dalam kemampuan membaca meliputi
pemahaman fonemik, pengenalan kata dan pendalaman.
a. Pemahaman Fonemik.
Pemahaman fonemik meliputi beberapa kemampuan yang harus
dicapai anak yaitu kemampuan mengubah bunyi kata dengan merubah huruf
yang dapat membentuk kata baru, mengenali bahwa kata dibentuk dari bunyi-
bunyi yang digabungkan dan bahwa kata memiliki makna, memahami bahwa
bunyi dalam kata diwakili oleh huruf-huruf. Kemampuan-kemampuan
tersebut perlu guru kembangkan dengan baik agar anak memiliki bekal untuk
melangkah pada jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya dimulai dengan
mengenalkan bahwa sebuah kata terbentuk dari huruf-huruf apabila salah satu
huruf diganti akan berubah maknanya seperti kata baku, bila huruf pertama
dirubah s maka menjadi saku.
b. Kemampuan Pengenalan Kata
Kemampuan pengenalan kata merupakan kemampuan dalam
kemampuan mengikuti teks tertulis atau cerita dengan menunjuk kata-kata yang
dikenali, mengetahui makna kata-kata yang sering didengar dan dilihat, serta
mencoba mencari tahu makna kata dan frasa yang baru. Anak usia 5-6 tahun
mulai tertarik dengan berbagai simbol persiapan membaca, mereka perlu
didorong untuk mengenali kata-kata yang ada di lingkungannya, dan
mengetahui maksud kata tersebut, oleh karena itu perlunya orang tua maupun
pendidik untuk menstimulasi anak agar peka terhadap lingkungan dan
mengenalkan berbagai kata sebagai persiapan membaca anak.
c. Pendalaman
Pendalaman adalah kemampuan anak dalam menghubungkan dan
membandingkan cerita dengan kehidupan mereka, menerka apa yang
selanjutnya terjadi, mengingat dan menggunakan apa yang telah dibaca. Jadi
pada pendalaman ini anak mulai dapat memahami sebuah cerita, memiliki
imajinasi yang kuat untuk melanjutkan cerita, serta memiliki ingatan yang kuat
terhadap apa yang didengarnya.
Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik (2008: 323) juga menyebutkan kesadaran
fonemik (bunyi), perkembangan pengetahuan tentang huruf dan pemahaman huruf cetak

13
adalah tiga kemampuan penting yang perlu dicapai anak dalam memperoleh keterampilan
membaca. Sedangkan Papalia, Olds, Fieldman (2009: 366) menyatakan membaca bagi anak
adalah satu cara yang paling efektif untuk melek huruf,seorang anak dapat memperoleh
kemampuan membaca apabila anak sudah memiliki kemampuan pramembaca yaitu; (1)
kemampuan bahasa secara umum seperti kosa kata, sintaks, struktur narasi dan pemahaman
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dan (2) kemampuan fonologis khusus seperti
kesadaran fonemik yaitu kesadaran bahwa kata-kata terdiri dari bunyi-bunyi tertentu dengan
huruf aiu rangkaian huruf tertentu.
Pendapat-pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa seorang anak akan memiliki
kemampuan membaca apabila anak memiliki kemampuan berkomunikasi, penguasaan kosa
kata, serta memiliki kesadaran fonemik (pengenalan huruf dan bunyi huruf) untuk persiapan
membaca. Oleh karena itu sebagai pendidik perlu melakukan stimulasi yang tepat, sehingga
dapat mengembangkan kemampuan anak terutama membaca permulaan agar kelak dapat
menjadi pembaca yang mahir.
Pada anak usia dini khususnya anak TK kegiatan membaca tidak sama seperti
membaca pada orang dewasa.Ada beberapa tahapan membaca yang akan dilalui anak, sebab
anak usia TK masih dalam tahap membaca permulaan. Oleh karena itu Cochrane (Slamet
Suyanto, 2005: 168) menyebutkan ada lima tahap perkembangan membaca yaitu tahap
magis, tahap konsep diri, tahap membaca peralihan, tahap membaca lanjut dan tahap
membaca mandiri. Berikut merupakan ulasan tahapan membaca permulaan pada anak
tersebut.
a. Tahap Magis (Magical Stage)
Pada tahap ini, anak belajar untuk memahami fungsi dari bacaan. Anak mulai
menyukai bacaan sehingga sering kali anak menyimpan bacaan yang ia sukai. Oleh
karena itu agar anak mudah memahami bacaan, maka buku bacaan dibuat semenarik
mungkin dengan menekankan pada gambar-gambar.
b. Tahap Konsep Diri (Self-Concept Stage)
Tahapan ini ditandai dengan anak-anak seringkali berpura-pura membaca
buku. Anak sering menceritakan isi atau gambar yang ada pada anak lain.
c. Tahap Membaca Peralihan (Bridging Reader Stage)
Pada tahap ini anak mulai dapat mengingat huruf atau kata yang sering ia
jumpai. Anak telah dapat menceritakan kembali apa yang telah ia dengar. Anak juga
sudah mulai mengenal huruf-huruf alfabet.

14
d. Tahap Membaca Lanjut (Take- Off Reader Stage)
Pada tahap yang keempat ini anak mulai sadar akan fungsi bacaan dengan
cara membacanya, meskipun apa yang diungkapkan anak berbeda dengan tulisan
yang ada pada bacaan tersebut. Pada tahap ini anak mulai tertarik dengan berbagai
huruf atau bacaan yang ada dilingkungannya.
e. Tahap Membaca Mandiri (Independent Reader)
Anak mulai dapat membaca mendiri, ia sering membaca buku sendirian dan
mencoba memahami makna yang ia baca.
Dari tahapan tersebut dapat menggambarkan bahwa kemampuan membaca
permulaan masih pada tahap untuk mengenal simbol-simbol persiapan membaca
mulai dari anak sudah mulai tertarik untuk melihat dan membaca gambar, dapat
mengingat huruf atau kata yang sering ia jumpai, dapat menceritakan kembali apa
yang telah ia dengar, mulai mengenal huruf-huruf alfabet, serta mulai tertarik pada
buku bergambar dengan cara membacanya meskipun berbeda dengan tulisan yang
ada.
Kajian di atas dapat ditegaskan bahwa membaca merupakan aktivitas
kompleks yang membutuhkan aktivitas fisik dan mental untuk memahami suatu
kata atau kalimat. Namun pada anak usia dini masih pada tahap membaca
permulaan. Kemampuan membaca permulaan akan berkembang apabila anak
memiliki kesadaran fonemik yaitu mengenali bunyi huruf serta memahami bunyi
dalam kata diwakili huruf-huruf, pengetahuan tentang huruf yaitu mengetahui huruf
alfabet, mengerti huruf vokal dan konsonan, serta memahami huruf cetak yaitu
meliputi mengetahui bentuk huruf, membaca gambar sederhana dan menyusun kata
dari huruf-huruf. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada kemampuan membaca
permulaan yaitu kemampuan anak dalam kesadaran fonemik yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang huruf dan pemahaman huruf cetak.
3. Tinjauan mengenai media kartu kata.
I. Media
Media adalah perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Badru Zaman
dkk., 2009: 4.13). Azhar Rasyad (2006: 117) mengemukakan bahwa media
merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai untuk mengantarkan pesan.
Sedangkan Nurbiana Dhieni dkk., (2005: 10.3) menyatakan bahwa media adalah
segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

15
atau informasi dari sumber yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat, dan perhatian penerima pesan atau informasi tersebut.
Media pembelajaran adalah wahana dari pesan oleh sumber pesan atau guru
dan ingin diteruskan kepada penerima pesan yaitu anak (Badru Zaman dkk., 2009:
4.13). Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam bentuk tema atau
topik pembelajaran dengan tujuan agar terjadi proses belajar dalam diri anak. Media
pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur peralatan atau perangkat
keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya yang disebut massage atau
software (Badru Zaman dkk., 2009: 4.13).
Menurut Haryanto (2000: 18) pemanfaatan media pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar anak. Hal tersebut karena media dapat menarik
perhatian anak sehingga menumbuhkan motivasi belajar, bahan pelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga lebih mudah dipahami dan dikuasai, metode lebih
bervariasi dibandingkan hanya dengan komunikasi verbal antara guru dan anak.
Selain itu anak juga akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak
hanya mendengarkan guru saja.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 122) proses belajar
mengajar dengan bantuan media akan mempertinggi kegiatan belajar anak dalam
tenggang waktu yang cukup lama. Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar anak
dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media pembelajaran juga
harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan agar hasil yang diperoleh
maksimal.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai untuk mengantarkan pesan. Dalam kegiatan
pembelajaran, media dapat disebut media pembelajaran sebagai perantara sumber
pesan (guru) dengan penerima pesan (anak) yang berisikan bahan atau isi pelajaran
dengan tema tertentu. Penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar anak karena media dapat menarik perhatian anak, membuat bahan pelajaran
lebih jelas, metode lebih bervariasi, serta anak akan lebih banyak melakukan
kegiatan belajar (tidak hanya mendengarkan guru saja).
II. Media Kartu Kata

16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kartu merupakan kertas tebal
berbentuk persegi panjang. Dhieni (2005: 11.14) berpendapat bahwa gambar
merupakan media yang bersifat konkret dan mempunyai arti yang dapat
menjelaskan suatu masalah. Dhieni (2005: 11.11) juga mengatakan bahwa gambar
termasuk dalam jenis media visual, artinya penerima pesan yaitu anak akan
menerima informasi melalui indera pengelihatan, karena pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kartu kata bergambar merupakan kartu
yang berbentuk persegi panjang yang di dalamnya terdapat gambar yang termasuk
media visual sehingga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada
penerima pesan. Dalam hal ini kartu kata bergambar digunakan untuk
mempermudah guru mengajarkan membaca permulaan anak untuk anak usia dini.
Kartu gambar digunakan karena bersifat konkrit sehingga mempermudah anak
mengingat dan belajar membaca permulaan anak.
Media kartu kata bergambar yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kartu yang dirancang oleh peneliti dan guru untuk memenuhi
kebutuhan anak mengenal dan mengidentifikasi simbol huruf. Kartu kata yang
dibuat peneliti menyesuaikan ukuran dengan kartu kata yang sudah ada atau
memodifikasi. Namun, tidak menghilangkan unsur gambar dan tulisan yang ada di
bawah gambar, yaitu berupa kata dan huruf-huruf yang membentuk kata dari
gambar. Kartu kata bergambar yang dibuat oleh peneliti terbuat dari kertas karton
yang cukup tebal agar tidak mudah robek Penggunaan media kartu kata bergambar
dalam penelitian ini disesuaikan dengan tema dan sub tema yang sedang
dilaksanakan, serta gambar dalam kartu kata dekat dengan lingkungan anak.
Penggunaan media kartu kata bergambar ini diharapkkan mampu meningkatkan
kemampuan membaca permulaan anak.
III. Keuntungan Penggunaan Media Kartu Kata.
Kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut Arif
S. Sadiman dkk (1986: 29) mengemukakan sebagai berikut:
a. Sifatnya konkrit gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

17
c. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak
selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke obyek peristiwa tersebut.
d. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
e. Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia
berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.
f. Murah harganya dan mudah untuk didapat dan digunakan tanpa memerlukan
peralatan khusus.
Selain kelebihan yang sudah disebutkan media gambar menurut Rahadi
(2003: 27) memiliki kelemahan yaitu hanya menampilkan gambar dengan persepsi
indera mata, ukurannya terbatas, gambar diintepretasikan secara personal dan
subjektif dan disajikan dalam ukuran yang kecil sehingga kurang efektif dalam
pembelajaran. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Arif Sadiman (1992: 29)
yang meneybutkan bahwa kelamahan media gambar sebagai berikut.
a. Hanya menekankan persepsi indra mata
b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran
c. Ukuran terbatas untuk kelompok besar
d. Memerlukan keterbatasan sumber dan keterampilan kejelian untuk
memanfaatkannya.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keuntungan
media kartu huruf bergambar adalah mempermudah bagi peserta didik untuk
memahami pembelajaran yang berlangsung, karena dengan kartu huruf tersebut
materi akan mudah diulangi sehingga pemahaman anak akan optimal. Desain gambar
yang menarik akan membuat anak lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Akan
tetapi kelemahan media kartu kata bergambar ini memiliki keterbatasan ukuran
sehingga diperlukan kejelian untuk dapat menggunakannya.
B. Kerangka Berfikir
Membaca permulaan merupakan tahapan yang harus dicapai oleh anak usia 5-6
tahun. Tetapi kenyataan yang terjadi Kelompok B TK Tunas Ibu Senden Selomartani
Kalasan Sleman Yogyalarta semua anak masih belum membaca kata sederhana. Anak-anak
tersebut masih sulit untuk membedakan huruf yang hampir sama. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti media untuk mengajar membaca kurang bervariasi dan kurang
menarik minat anak, serta kurannya inovatif dalam mengembangkan kemampuan
membavca permulaan pada anak.

18
Berdasarkan permasalahan diatas,maka hal yang perlu ditingkatkan ialah kemampuan
membaca permulaan agar anak dapat membaca melalui media kartu kata dengan gambar
yang belum pernah diberikan kepada anak-anak.

Kondisi Lapangan menunjukkan bahwa kemampuan para peserta didik


Kelompk B TK Tunas Ibu kurang berkembang secara optimal. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti : media untuk mengajar membaca kurang bervariasi dan
kurang menarik minat anak, kegiatan, serta kurannya inovatif dalam mengembangkan
kemampuan membavca permulaan pada anak.

Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membava permulaan para


peserta didik di kelompk B TK Tunas Ibu Senden Selomartani melalui media
pembelajaran yaitu menggunakan Media Kartu Kata

Kemampuan membava anak di kelompk B TK Tunas Ibu Senden Selomartani Kalasan


Sleman dapat meningkat melalui media katu dengan bergambar yaitu cara guru
mencontohkan sartu kartu dengan membaca kartu tersebut, kenudian anak mulai
mencoba membaca sendiri kartu kata agar anak mudah mengingat kembali apa yang
sudah dibacanya.

C. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berifkir diatas dapat diajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut :” Kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B TK
Tunas Ibu Senden Selomartani dapat ditingkatkan melalu media kartu kata”

19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan (action research) dengan bentuk
penelitian tindakan kelas. Penelitian TIndakan Kelas (Classrom Action Research)
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto,
2006: 91). Upaya ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas.
Model penelitian yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
siklus. Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc Taggart (dalam
Suharsimi Arikunto, 2006: 92) didasarkan atas konsep bahwa di dalam satu siklus atau
putaran terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan
(action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Sesudah sesuatu siklus diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi,
kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya, atau dengan beberapa kali siklus. Sesuai dengan prinsip
umum penelitian tindakan, setiap tahap dan siklusnya selalu dilakukan secara partisipatoris
dan kolaboratif antara peneliti dengan praktisi (guru).
B. Subjek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah semua peserta didik di Kelompk B TK Tunas
Ibu Senden Selomartani Kalasan Sleman Yogyakarta yang berjumlah sekitar 15-20 anak.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pengingkatan kemampuan membaca permulaan
melalui media kartu kata dengan bergambar pada peserta didik di TK Tunas Ibu Senden
Selomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di kelas B TK Tunas Ibu Senden Selomartani Kalasan
Sleman Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa sekitar 15-
20 anak.
2. Waktu penelitian

20
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2019/2020 tepatnya bulan Oktober
2019
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi-informasi pada saat penelitain kemudian diolah menjadi data
penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :
1. Observasi
Menurut Nana Syaodih (2010:220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Dalam hal ini penulis menggunkan observasi partisipatif yaitu
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan
peneliti untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran melalui kegiatan menyusun
bentuk sehingga dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran dan mengetahui
kemampuan anak. Observasi dilakukan pada pengamatan kemampuan membaca
permulaan.
2. Studi Dokumenter
Studi dokumenter (documentary study) menurut Nana Syaodih (2010) merupakan suatu
metode pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Hasil karya anak dan proses kegiatan
pembelajaran dapat diabadikan dengan menggunakan peralatan yang dibutuhkan. Oleh
karena itu peneliti dapat menganalisis dengan mudah dan lebih leluasa apabila
menggunakan metode ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel
penelitian (Sugiyono, 2011:148).
Penelitian ini menggunakan alat bantu untuk mengumpulkan data, antara lain :
1. Lembar observasi.
Lembar observasi berbentuk check list berisi tentang catatan hasil pelaksanaan kegiatan
yang disesuaikan dengan indikator. Prosedur penyusunan dan pengisian lembar
observasi ini antara lain:
a. Menentukan indikator yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca permulaan pada anak.

21
b. Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir amatan yang menunjukkan pencapaian
indikator yang dapat dilakukan anak ketika melakasanakan kegiatan pembelajaran.
Kisi – kisi Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan
variabel subvariaber Indikator
Kemampuan membaca Mengenal simbol-simbol yang Menunjukkan gambar yang
permulaan berkaitan dengan huruf atau mempunyai huruf depan yang
tanda sama
Menunjukkan 13 huruf yang
telah disebutkan oleh guru (a, b,
d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, u)
Mencari huruf awal sesuai
gambar yang dilihat

Tabel 2 Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan


No Indikator Skor Deskripsi
1 Menunjukkan gambar yang mempunyai 4 Anak mampu
huruf depan yang sama. menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 4 – 5 gambar

3 Anak mampu
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 2 – 3 gambar
2 Anak mampu
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 1 gambar
1
Anak tidak dapat
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama atau
dapat menunjukkan
dengan bantuan
2 Menunjukkan 13 huruf yang telah 4 Anak mampu
disebutkan oleh guru (a, b, d, e, i, k, l, m, o, menunjukkan 10 – 13
p, s, t, u) huruf
3 Anak mampu
menunjukkan 5 – 9
huruf
2 Anak mampu
menunjukkan 1 – 4
huruf
1 Anak tidak dapat
menunjukkan huruf
atau menyebutkan
huruf dengan bantuan

22
3 Menunjukkan gambar yang mempunyai 4 Anak mampu
huruf depan yang sama menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 4 – 5 gambar
3 Anak mampu
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 2 – 3 gambar
2 Anak mampu
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama
sebanyak 1 gambar
1 Anak tidak dapat
menunjukkan gambar
yang mempunyai huruf
depan yang sama atau
dapat menunjukkan
dengan bantuan

F. Metode Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:333).
Pengorganisasian data ke dalam kategori, penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih data yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis
data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai
tindakan yang dilakukan berupa catatan pengamatan, dan dokumen foto yang akan dianalisis.
Selanjutnya, semua data yang diperoleh akan dikumpulkan dan dilaporkan dalam bentuk
deskripsi. Teknik kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak
sebagai pengaruh setiap tindakan yang dilakukan. Sedangkan analisis data kualitatif menurut
Miles dan Huberman (dalam Emzir, 2011: 129-135) menjelaskan bahwa ada tiga macam
kegiatan yang dilakukan, yaitu mereduksi data, model data (Data Display), serta penarikan
atau verifikasi kesimpulan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis data kualitatif
menurut Prof. Emzir, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertaham, memilih, memfokuskan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat

23
digambarkan dan diverifikasikan. Tahap ini merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-
catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek
yang diorientasikan secara kualitatif.
2. Model Data (Display Data)
Model didefinisikan sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan
pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Model (Display) dalam kehidupan
sehari-hari berbeda-beda dari pengukuran biasa sampai layar komputer. Bentuk yang paling
sering digunakan pada model data kualitatif adalah teks naratif. Teks naratif dalam
pengertian ini memuat terlalu banyak kemampuan memroses informasi manusia.
3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Langkah terakhir dari aktivitas analisis kualitatif adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan
dimana mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi.

G. Indikator Keberhasilan
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 44) bahwa keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
ditandai dengan adanya kriteria persentase kesesuaian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kriteria presentase dari Suharsimi Arikunto, yaitu :
1. Kesesuaian kriteria (%) : 0 – 20 = Kurang sekali
2. Kesesuaian kriteria (%) : 21 – 40 = Kurang
3. Kesesuaian kriteria (%) : 41 – 60 = Cukup
4. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = Baik
5. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = Sangat Baik
Dari persentasi di atas, maka dalam penelitian ini mengambil keseluruhan kriteria persentase
yang akan digunakan dalam penelitian peningkatan membaca permulaan, yaitu:
1. Kesesuaian kriteria (%) : 0 – 20 = Kurang sekali
2. Kesesuaian kriteria (%) : 21 – 40 = Kurang
3. Kesesuaian kriteria (%) : 41 – 60 = Cukup
4. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = Baik
5. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = Sangat Baik
Berdasarkan kriteria kesesuaian di atas, pemerolehan data menurut Suharsimi Arikunto
(2010: 284-285) adalah sebagai berikut :

24
x=∑x/N
x= Mean (Rata-rata)
∑x= Jumlah nilai
N= Jumlah yang akan dirata-rata

Selanjutnya pemerolehan data menurut Acep Yoni (2010: 177) adalah sebagai berikut :

Presentase=(Skor yang diperoleh/skor maksimal ideal)x100%

Perhitungan tingkat keberhasilan dalam penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan


kemampuan membaca permulaan melalui media kartu kata bergambar. Langkah yang
digunakan dengan cara mengamati perkembangan kemampuan anak sesuai panduan
observasi kemampuan anak.

BAB IV
REVIEW PENELITIAN TINDAKAN
A. Juudul Penelitian 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA
KARTU KATA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B RA GUPPI LEGUNDI
PLANJAN SAPTOSARI GUNUNG KIDUL
B. BAB I
Usia Dini merupakan masa emas di tahap perkembangannya (golden age). dalam
undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 28 ayat 3
menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) sebagai pendidikan anak untuk usia dini pada
jalur pendidikan formal yang bertujuan membantu mengembangkan potensi baik psikis
maupun fisik dalam rangka siap memasuki Sekolah Dasar. Di TK anak diberikan stimulus
melalui pembelejaran agar pertubuhan dan perkembangan anak berkembang. Aspek
perkembangan yang distimulus ialah perkembangan bahasa. Salah satu bagian
perkembangan bahasa tersebut adalah kemampuan membaca. Hal ini disebabkan adanya
tuntutan pada jenjang sekolah dasar terhadap calon siswa dapat memiliki kemampuan
membaca permulaan.

25
Kemampuan membaca khususnya wajib dikembangkan untuk menumbuhkan
generasi gemar membaca, anak mampu mengkomunikasikan ide dan perasaan kepada orang
lain, kemampuan membaca pada usia dini juga memiliki targer yang hendak dicapai, seperti;
mengenal suara huruf awal; lambang-lambang huruf; menyebut gambaryang memiliki suara
awalan sama; huruf vokal dan konsonan himgga mengenal bunyi dan arti perubahan huruf
dan posisi huruf. Akan tetapi selama proses pencarian data yang didapat peneliti di
Kelompok B Ra Guppi teerdapat pemasalahan dalam kemampuan membaca permulaan.
Penyembab permasalah lemahnya kemampuan membaca permulaan akibat adanya
kurang adanya pemahaman anak mengenai konsep huruf dan membaca kata yang diajarkan
oleh guru, pembelajaran yang kurang efektif akibat teknik yang digunakan masih
konvensional. Maka untuk mengatasi permasalah tersebut membuat media pembelajaran
melalui kartu kata agar menumbuhkan memotivasi belajar sehingga perhatian anak
meningkat.
C. BAB II
Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting karena suatu alat komunikasi yang
mendasari bagaimana individu dapat berinteraksi dengan individu lainnya. Sedangkan
menurut Zain dan Badudu (1996;107) adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifasi diri. Maka dapat ditarik simpulan bahwa bahasa ialah alat yang dijadikan
sebagai sarana komunikasi antara manusia satu dengan yang lainnya dalam sebuah
masyarakat. Bahasa tersebut dapat berupa dalam bentuk lambang atau simbol baik
berupalisan maupun lisan guna mengekspresikan pikiran, perasaan, maupun keinginan
manusia tersebut.
Perkembangan bahasa anak usia dini sebenarnya sudah memiliki kecakapan bahasa
sejak anak lahir didunia. Semakin anak berkembang maka kemampuan bahasa anak juga
semakin meningkat lebih kompleks. Seperti hal anak sejak lahir pada usia 0-6 bulan hanya
mengenal tangisan, jeritan maupun tertawa, kemudian pada usia 6 bulan- 3 tahun anak
mengalami perkembangan pesat seperti pembedaharaan kosa kata serta dapat membuat frasa-
frasa sederhana. Selanjutnya usia diatas 3 tahun keatasanak mampu berkomunikasi secara
lancar dengan orang dewasa dengan membuat kalimat beberapa kata. Pada usia dini inalah
kemampuan anak dalam berbahasa sudah mampu mengungkapkan tujuan pemikiran anak.
Kemampuan membaca pada usia dini terutama dalam membaca permulaan menjadi
fokus perhatian di TK. Hal-hal yang diajarkan seperti; mengenal huruf;menyuarakan huruf,

26
suku, kata, dan kata yang disajikan dalam bentuk tulisan kedalam bentuk lisan. Selama
permulaan pengenalan membaca permulaan terdapat tahapan membaca bagi anak, tahap ini
dimulai dari dimulai dari anak memperhatikan tulisan dan gambar. Selanjutnya anak mulai
membaca gambar dengan memaknai gambar yang dilihat, kemudian anak mulai mengenal
simbol dan bunyi huruf yang membentuk tulisan. Setelah itu anak mulai mengeja tulisan
yang membentuk kata dan terakhir anak dapat membaca secara lancar.
Dalam rangka membantu proses membaca permulaan maka munullah media. Media
secara bahasa berasal dari bahasa laitn “medium” yang berarti sesuatu yang terletak di
tengah atau suatu alat, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:880)
menjelaskan bahwa media merupakan sebagai alat perantara. Selain itu slamter (2005b:144)
mengukapkan bahwa media belajar anak usia dini adalah alat permainan, dan penggunaan
media belajar di Taman Kanak-kanak berguna memudahkan anak belajjar memahami atau
menyederhanakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Media belajar anak usia dini tidak harus
mahal dan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai.
Salah satu bentuk media dalam menunjang kemampuan membaca permulaan ialah
media kartu bergambar. Kartu bergambar secara definisi yaitu media kartu yang berupa
ukuran 15cm x 10 cm yang mana kedua sisi kartu terdaat gambar baik sisi depan maupn sisi
belakang, penggunaan gambar yang tercantum dalam kartu ummnya berupa gambar-gambar
yang sesuai dengan tema pembelajaran saat hari itu.
D. BAB III
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif denan menggunakan model
penelitian dari kemmis dan Taggart, dimana peneliti bekerja sama dengan guru kelas selama
2 siklus. Lalu subje peneli ini berjumlah 15 anak, sedangkan objek penelitian ialah
kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar. Kemudian
teknik pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentansi, serta analisis data menggunakan
teknik deskriptif kualitatif-kuantitatif, dan kriteria keberhasilan penilitian ini minimal 76%.
E. Judul Penelitian 2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN
MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK ANAK KELOMPOK B DI TK
ARJUNA DAYU GADINGSARI SANDEN BANTUL
F. BAB I
Taman Kanak-kanak ialah pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan secara
formal sebagai mana dinyatakan dalam undang- undang Sisdiknas No 20 tahun 2003pasal 28

27
“ pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),
Raudhatul Athfal(RA), atau bentuk lain sederajat”. umumnya muatan pembelajaran di TK
tertutama dalam membaca hanyasebatas pengenalan huruf-huruf dan angka-angka. Akan
tetapi sering kemajuan membaca tuntutan calon perserta didik kelas satu SD menghendaki
mampu menguasai keterampilan membaca, sehingga seorang guru TK harus mampu
memilih strategi dan media pembejalaran yang tepat.
Dalam pemilihan stategi dan media pembelajaran maka harus melalui proses adanya
stimulasi-stimulasi dan pembelajaran yang menyenangkan sesuai tahapan anak, sehingga
peran guru ataupun orang tua sejak sedini sangat penting dalam membentuk lingkungan yang
mendukung. Stimulasi dan kegiatan pembelajaran membaca di TK memilki batas-batas
aturan dan sesuai karakteristik anak yaitu belajar sambil bermain.
Dengan demikian maka peneliti melakukan pencarian data penlitian pada kelompok
B TK Arjuna Dayu Gendingsari Senden, akan tetapi saat setelah pencarian terdapat
permasalah yang dihadapi seperti ; kurangnya kemampuan membaca permulaananak
kelompok B di TK Arjuna, serta guru masih sering menggunakan Lembar Kerja Anak
(LKA), papan tulis, dan spidol sehingga membuat anak kurang berperan aktif, kurang
berkonsentrasi akibat kurang menarik motivasi dan ketertarikan anak dalam belajar.
Maka atas dasar permasalahan diatas peneliti mencoba memberikan solusi dengan
cara menggunakan media membaca permulaan anak melalui media kartu kata bergambar.
Dengan harapan media ini mampu menarik minat motivasi dan ketertarikan anak dalam
belajar sambil bermain.w
G. BAB II
Definisi anak usia dini di luar negeri adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang
tahap perkembangan yang sangat pesat, akan tetapi di indonesia ialah anak yang berusia 0-6
tahun. Pada umumnya anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, makhluk
sosial, bersifat unik, kaya akan fantasi, daya konsentrasi pendek seta masa belajar yang
paling potensial atau sering disebut egosentrik.
Membaca permulaan di TK merupakan proses mengenal bacaan yang dilakukan
secara terprogram yang diperuntukan untuk anak usia dini. Melihat hal ini anak TK sudah
dapat siap diajarkan membaca namun harus sesuai dengan perkembangan anak tanpa
paksaan dan dengan cara yang menyenangkan karena persolana terpenting adalah cara yang
digunakan untuk mempelajarinya sehingga anak menganggap kegiatan belajar mereka
seperti bermain.

28
Dalam pemberian pembelajaran sambil bermain harus memperhatikan tahapan
perkembangan anak, tahapan perembangan ini biasanya berbeda-beda walaupun umunya
sama karena tergantung dari kesiapan anak. Apabila anak belum siap belajar membaca,
jangan dipaksakan untuk membaca. Pendidik ataupun orantua harus bisa mengenali dimana
masa tahapan membaca peserta didik atau anaknya.
Maka dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca anak usia dini
dilaksanakanlah tentang strategi pengembangan kemajuan membaca permulaan di TK.
Strategi ini umumnya berisi tentang penggunaan metode bervariasi yanh sesuai dengan gaya
dan perkembangan anak, melakukan aktivitas belajar sambil bermain hingga memahammi
setiap anak berkembang sesuai dengan iramanya sendiri. Dengan demikian peneliti membuat
media kartu kata berbentuk persegi panjang yang berisikan gambar dan kata yang menarik,
lalu dimainkan melalui papan flanel yang terdiri dari kantong-kantong kecil untuk menarih
kata bergambar. Seri tema ataukata yang tersedia bermacam-macam sesuai dengan tema
yang diajarkan.
H. BAB III
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolanoratif
partisipatif dengan menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek
penelitian ini ialah 13 anak. Sedangkan objek penelitian adalah kemampuan membaca
permulaan menggunakan kartu kata bergambar. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah observasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah
kualitatif dan kuantitatif

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Penggunaan Media Kartu Kata dalam meningkatkan kemampuan membaca huruf permulan
di TK kelompok B sangat efektif karena mampu menarik motivasi dan semangat belajar
sambil bermain, penggunaan media kartu kata juga menghemat baiaya karena bahan untuk
alat peraga berasal dari bahan-bahan yang murah.
B. Saran
Karena adanya pengaruh positif dari adanya media kartu kata terhadap meningkatkan
kemampuan membaca permulaan, maka melalui kesempatan ini mengajukan beberapa saran
:

29
1. Kepada Kepala Sekolah disarankan dapat menjadi mintra yang lebih baik lagi dalam
mendukung tentang pelaksanaan Penelitian Tindakan agar dapat sering terlaksana.
2. Bagi guru diharapkan mampu menguasai materi dan mampu menggunakan berbagai
media yang kreatif, murah, dan aman terhap anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA
Adhim, Muhammad Fauzil. 2004. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Mizan Pustaka.
Andyda Meliala, 2004. Anak Ajaib. Yogyakarta : Andi Offset
Arief S. Sadiman, dkk. (1986). Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.6 Media Pendidikan.
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : CV Rajawali.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Aristo, Rahadi. 2003, Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Bachri, Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak, Teknik
dan Prosesnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Badru Zaman, dkk. 2009. Media dan Sumber Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Conny R. Semiawan, Made Putrawan dan Setiawan. 1999. Dimensi Kreatif Dalam Filsafat
Ilmu, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Cucu Eliyawati. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta. Direktorat
Pembinaan Pendidikan.
Depdiknas, 2000. Permainan Berhitung di Taman Kanak-Kanak. Jakarta Depdiknas
Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia dini. (tidak diterbitkan)
Depdiknas. 2009. Permendiknas No . 58/2009 tentang standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan. Jakarta:Depdikbud
Dhieni, Nurbiana dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta. Rajawali Pers
Ernawulan Syaodih. (2005). Bimbingan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi Aksara
G, Haryanto, Hartono Ruslijanto dan Datu Mulyono, Metode Penulisan dan Penyajian Karya
Ilmiah Buku Ajar Untuk Mahsiawa, Penerbir Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2000.

30
Hartati Sofia. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Harun Rasyid dkk. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Multi
Pressindo.
Hasan, Maimunah. 2009. PAUD(Pendidikan Anak Usia Dini). Jogjakarta: DIVA Press
(Anggota IKAPI).
Jahja, Yudrik, 2013. Psikologi Perkembangan. Kencana. Jakarta.
Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Morrison, GS. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Indeks
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta.
Depdiknas
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Papalia, D. E., Old s, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development Perkembangan
Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Rosmala Dewi. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas.
Rusdinal dan Elizar, 2005, Pengelolaan Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Seefeldt, Carol. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, Dan
Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta. Indeks.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suryadi. (2009). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT
Sarana Panca Karya
Suyanto, 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini : Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

31

Anda mungkin juga menyukai